Anda di halaman 1dari 74

Keperawatan Dewasa II

SISTEM
ENDOKRIN
Dosen Pengajar :
Ns Astrid, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :
Cecilia Delima Putri
A/218 S1 Keperawatan
2114201011
SISTEM ENDOKRIN
Sistem endokrin adalah sistem yang bekerja dengan perantaraan zat-zat kimia
(hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin

Sistem endokrin tersusun dari beberapa kelenjar endokrin yang tersebar di


dalam tubuh yang bekerjasama dengan sistim saraf dan berperan penting
dalam pengendalian kegiatan organ tubuh

Hasil sekresi dari Kelenjar endokrin disebut = hormon, yang dialirkan melalui
aliran darah di sel dan organ tubuh dengan cara permukaan sel kelenjar
menempel pada dinding stenoid/ kapiler darah dan dari itu ia akan meregulasi
pengaruh khusus.

Jadi Integrasi sistim endokrin dilakukan oleh hormon Setelah disekresi oleh
kelenjar endokrin hormon diangkut oleh darah kejaringan sasaran untuk
mempengaruhi / mengubah kegiatan di jaringan tersebut
HORMON
Hormon merupakan bahan yang
dihasilkan oleh organ tubuh yang
memiliki efek regulatorik spesifik
terhadap aktifitas organ tertentu
Hormon adalah penghantar/ transmiter
kimiawi yang dilepas oleh sel-sel khusus
kedalam jaringan darah dan dibawa oleh
responsive cell / sel tanggap ketempat
terjadinya kegiatan metabolisme
BIOKIMIA ENDOKRIN
PATOFISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN
SECARA UMUM
Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Hormon dapat
bekerja di dalam sel yang menghasilkan hormone itu sendiri (autokrin),
mempengaruhi sel sekitar (parakrin), atau mencapai sel target di organ lain
melalui darah (endokrin). Di sel target, hormon berikatan dengan reseptor dan
memperlihatkan pengaruhnya melalui berbagai mekanisme transduksi sinyal
selular. Hal ini biasanya melalui penurunan faktor perangsangan dan
pengaruhnya menyebabkan berkurangnya pelepasan hormon tertentu, berarti
terdapat siklus pengaturan dengan umpan balik negatif. Pada beberapa kasus,
terdapat umpan balik positif (jangka yang terbatas), berarti hormon
menyebabkan peningkatan aktifitas perangsangan sehingga meningkatkan
pelepasannya.
Istilah pengontrolan digunakan bila pelepasan hormon dipengaruhi secara bebas
dari efek hormonalnya. Beberapa rangsangan pengontrolan dan pengaturan yang
bebas dapat bekerja pada kelenjar penghasil hormon.
PATOFISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN
"DIABETES MELLITUS"
Diabetes Mellitus merupakan gangguan pada metabolism karbohidrat, protein
dan lemak karena insulin tidak bekerja secara optimal ataupun jumlah insulin
tidak memenuhi kebutuhan. Gangguan bisa terjadi karena adanya kerusakan
pada sel beta pancreas karena pengaruh zatkimia, virus maupun bakteri, bisa
karena penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pancreas dan kerusakan
reseptor insulin di jaringan perifer.
Sel beta pancreas yang tidak berfungsi secara optimal sehingga berakibat kurangnya
sekresi insulin dan menyebabkan kadar glukosa darah tinggi. Tingginya kadar
glukosa darah mengakibatkan glukosa masuk ke dalam darah lalu masuk ke urin
(glukosuria) sehingga terjadi diuresis osmotic yang ditandai dengan pengeluaran
urine berlebihan (poliura). Banyaknya cairan yang hilang akan menimbulkan sensasi
rasa haus, dan glukosa yang hilang melalui urine menyebabkan kurangnya glukosa
yang dapat diubah menjadi energy sehingga menimbulkan rasa lapar yang
meningkat, mudah lelah dan mengantuk.
FARMAKOLOGI
SISTEM ENDOKRIN
1. ACTH KORTIKOTROPIN (ACTHAR)
Kortikotropin merupakan larutan ACTH murni Efek samping :
dalam gelatin untuk suntikan I.M atau SC. a) Mengakibatkan peningkatan sekresi
Dipakai untuk : hormon korteks adrenal
a) Mendiagnosis gangguan kelenjaradrenal b) Reaksi hipersensitivitas
b) Mengobati insufisiensi kelenjar adrenal, dan
c) Alkalosis hipokalemik
c) Sebagai antiinflamasi dalam mengobati
Interaksi obat :
suatu respon.
a) Timbul keracunan digitalis
Cara Kerja:
b) Diuretik dan penisilin menyebabkan
a) Merangsang kelenjar adrenal untuk
hipokalemia
mensekresikan kortikosteroid.
c) Rifampin dan barbiturat mengurangi
b) Waktu paruh 15-20 menit.
c) Kortikotropin menekan respon imun dan
efek ACTH
inflamasi
LANJUTAN...

OBAT DOSIS PEMAKAIAN

Defisiensi ACTH
SK : I.M : 4 x/sehari 20 U
Kortikotropin Pemberian I.V untuk
I.V : 10-2- U dalam 500
(ACTHAR) pemeriksaan diagnostik
ml 3x/sehari
dan pengganti hormon

Kortikotropin Defisiensi ACTH


repositori Mengobati insufisiensi
SK : I.M : 4 x/sehari 20 U
(Corticotropin Gel, adrenal akibat pemakaian
ACTHAR Gel) kortison jangka panjang
2. THYROID STIMULATING HORMONE (TSH)
DAN KELENJAR TIROID
Indikasi utama preparat hormon tiroid adalah
1. Terapi pengganti :
Digunakan untuk penderita hipotiroid yang mungkin disebabkan oleh gangguan kelenjar tiroid
(penyebab primer) atau menurunnya sekresi TSH(penyebab sekunder), terapi dengan radioiodin.
Miksedema : hipotiroidisme yang berat
Levotiroksin dan liotrionin : meningkatkan tingkat metabolisme.

2. Antitiroid
Menghambat sintesis hormon tiroid pada kasus hipertioid.
untuk hipertiroidisme yang disertai dengan pembesaran kelenjar tiroid.
Penyakit Grave/Tirotoksikosis: hipertiroidisme yang paling sering terjadi karena hiperfungsi
kelenjar tiroid.
Operasi pengangkatan dan terapi yodium radioaktif.
Interaksi : Menurunkan efek insulin dan antidiabetik oral, digoksin meningkatkan efek obat-obat
tiroid.
LANJUTAN...

OBAT DOSIS
I.M : 4x/sehari 10 U
HIPOTIROID Thyrotropin (Thytropar)
selama 1-3 hari

Triiodotiroid (Liotrinon) O : 25-75 mcg

Kalsitonin (Cibacalsin
I.M : S. C : 0,5 mg 1-2x/sehari
Calsynnar)

O : mula-mula 32mg/hari, lalu 65-


Tiroglobulin (Proloid)
200 mg/hari

O ; mula-mula 25mcg/hari, lalu 50-


Levotiroksin (Synthroid)
200 mcg/hari
LANJUTAN...

OBAT DOSIS
Propiltiourasil
HIPERTITOID O : 3x/sehari 70-200 mg selama 6-8 minggu
(Propacil)

Karbamizol O : 3-4x/sehari 10 mg atau 1x/sehari 30-40


(Neo-Mercazole) mg selama 6-8 minggu

O : 1x/sehari 15-30 mg, maks 120 mg/hari


Tiamazol
selama 6-8 minggu
(Metimazol,
Anak (6-10thn) : mula-mula 0,4 mg/kg/hari
Strumazol)
lalu 0,2 mg/kg/hari

Larutan iodin
O : 2-6 tts 3x/sehari
kuat (lugol)
3. GROWTH HORMONE (GH)

a) DWARFISME
Defisiensi GH terlihat jika seorang anak tingginya jauh di bawah
standar dan akan menyebabkan dwarfisme. Pemberian GH
selama beberapa tahun akan meningkatkan tinggi sebanyak 1
kaki. Pemakaian jangka panjang dapat menahan sekresi insulin
dan menyebabkan DM.
b) GIGANTISME DAN AKROMEGALI
Terjadi pada hipersekresi GH dan seringkali menyebabkan tumor
LANJUTAN...

OBAT DOSIS
Somatrem
Dwarfisme I.M : S.C : 100mcg/kg 3x/seminggu
(Protoprin)

Somatropin
I.M : S.C : 60mcg/kg 3x/seminggu
(Humatrope)

Bromokriptin O : 1,25-2,5 mg sewaktu tidur


Gigantisme
(Parlodel) selama 3 hari
4. ANTIDIURETIC HORMONE (ADH)
DAN OKSITOSIN
ADH meningkatkan reabsorpsi air dari tubulus ginjal untuk menjaga
keseimbangan air didalam cairan tubuh.
Penggunaan :
a. Menguji fungsi hipofisis berdasarkan adanya menstimulasi sekresi ACTH
b. Digunakan pada diabetes insipidus (Poliuria)
c. Digunakan pada perdarahan varises di esofagus, berdasarkan daya
vasokonstriksiarteriol.
Efek samping : muka pucat, tekanan darah naik, bronkhokonstriksi, kejang
lambung, usus dan uterus.
Obat : Vasopresin (Pitressin)
Untuk diabetes : I.M : 1,5-5 UI setiap 1-3hari
Varises : I.V : 0,2-0,6 UI/menit selama 24 jam
5. KELENJER PARATIROID
Penurunan kalsium merangsang pelepasan PTH.
PTH mengobati hipoparatiroidisme (hipokalsemia).
Penggantian PTH dapat membantu untuk memperbaiki
kekurangan kalsium.
Kalsitonin : mengobati hiperparatiroidisme yang
disebabkan oleh keganasan kelenjar paratiroid, kanker
paru-paru
LANJUTAN... OBAT DOSIS

HIPOPARATIROIDISME

Kalsifedrol O : 50-100 mcg/hari Untuk penyakit tulang akibat ginjal kronik dan
(Calderol) dialisis ginjal

Kalsitriol O : 3-4x/sehari 10 mg atau 1x/sehari 30-40


O : 0.25 mcg/hari
(Rocaltrol) mg selama 6-8 minggu

Ergokalsiferol
O : 50.000-200.000 IU/hari Untuk hipoparatiroidisme
(Drisol)

HIPOPARATIROIDISME

Kalsitonin
S.C : I.M : mala 100IU/hari, Untuk penyakit Grave, hiperparatiroidisme,
salmon
selanjutnya 50-100 IU/hari hiperkalasemia
(Calsimar)
6. KELENJAR ADRENAL
A. GLUKOKORTIKOID
Obat-obat glukokortikoid disebut kortison.

Efek glukokortikoid : Efek samping : Peningkatan gula darah,


Antiinflamasi (peradangan): Multiple deposit lemak yang abnormal di wajah dan
sklerosis, artritis reumatoid, tubuh (moon face, buffalo hump), hipertensi,
peradangan pembuluh darah, tukak peptik dan retardasi pertumbuhan.
Antialergi: Asma, reaksi obat,
dermatitis, dan anafilaksis. Interaksi obat : Meningkatkan potensi aspirin,
Antistres : Mengurang kecemasan diuretik. Menurunkan efek antikoagulan dan
dan menstabilkan kekecewaan antidiabetik oral. Antasid, rifampin, bariturat
emosional mengurangi kerja obat ini.
LANJUTAN...
6. KELENJAR ADRENAL

B. MINERALKORTIKOID

Hormon-hormon ini mempertahankan keseimbangan cairan


dengan peningkatan penyerapan natrium dari tubulus ginjal
Efek hipokalemia akibat kehilangan kalium dengan kemih dan
udema serta berat badan meningkat karena retensi garam dan
air, juga risiko hipertensi dan gagal jantung
Pilihan obat: Aldosteron, deoksikortikosteron, kortisol.
LANJUTAN...

OBAT DOSIS KEGUNAAN

Betametason Obat antiinflamasi steroid


O : 0,6-7,2 mg/hr
(Celestone) kuat

Obat antiinflamasi steroid


Deksametason kuat
O : 0,25 - 4mg 2-4x/sehari
(Decadron) Untuk gangguan alergi akut :
asma, syok, depresi

O : 4-48 mg/hari dalam dosis


Metilprednisol terbagi 4
Antiinflamasi
on (Medrol) I.M: I.V: 10-250 mg setiap 4-6
jam
7. DIABETES MELITUS (DM)

Diabetes melitus (DM) yaitu suatu penyakit kronik terjadi akibat


kekurangan metabolisme glukosa, disebabkan oleh kurangnya sekresi
insulin di sel-sel beta.
Tipe Diabetes Melitus :
a) Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDMM)
Terdapat destruksi dari sel beta pankreas, insulin tidak diproduksi
b) Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM)
Jumlah insulin yang di produksi kurang
INSULIN
Adalah suatu protein dan tidak dapat
diberikan per-oral karena sekresi
gastrointestinal merusak susunan insulin
Meningkatkan ambilan glukosa, asam
amino, dan asam lemak dan
mengubahnya menjadi bahan-bahan yang
disimpan dalam sel-sel tubuh
INSULIN
Ada 3 tipe insulin :
a) Insulin kerja singkat
Disebut insulin regular (kristalin) dan merupakan larutan bening tanpa
tambahan bahan untuk memperpanjang kerja insulin
Onset kerja ½ - 1 jam, Puncak kerja 2-4 jam. Lama Kerja 18- 24 jam
b) Insulin kerja sedang
Onset kerja 1-2 jam. Puncak kerja 6-12 jam. Lama kerja 18-24 jam
c) Insulin kerja panjang
Onset kerja 4-8 jam. Puncak kerja 14-20 jam. Lama kerja 24-36 jam
INSULIN
Digunakan untuk terapi DM tipe 1 : IDDM
Diberikan secara subkutan pada pagi hari sebelum sarapan
tempat suntikan harus berpindah-pindah lengan, paha, pantat,
perut
Terjadi Lipodistropi : atropi jaringan
Interaksi obat: Obat- obat diuretik tiazid, glukokortikoid, agen-
agen tiroid dan estrogen meningkatkan gula darah. Anti depresi
trisiklik, produk aspirin, antikoagulan oral menurunkan kebutuhan
insulin
8. ANTIDIABETIK ORAL

Penderita NIDDM memiliki sedikit sekresi insulin di pankreas


Terapi NIDDM : diet, gerak badan , berhenti merokok dan antidiabetik
oral
Antidiabetik oral : merangsang sel-sel beta untuk mensekresikan lebih
banyak insulin
Tujuan terapi :
1. Secara primer di tujukan pada pencegahan jangka pendek
(menormalkan)
2. Secara sekunder : pencegahan komplikasi penyakit
Suldonilurea : Golongan antidiabetik
LANJUTAN...
8. ANTIDIABETIK ORAL

Efek samping antidiabetik oral = efek samping insulin


Pemakaian tanpa makanan cukup : kecemasan, tremor, lemas.
Reaksi yang merugikan : anemia aplastik, trombositopenia
Anridiabetik oral kontaindikasi pada IDDM (tidak ada sel-sel beta
yang berfungsi), kehamilan, menyusui, selama stress, operasi dan
infeksi berat
Interaksi obat : Aspirin, antikoagulan, sulfonamid dan NSAID
meningkatkan kerja sulfonilurea dan Meningkatkan kerja diuretik tiazid,
barbiturat
LANJUTAN...

OBAT DOSIS LAMA KERJA

Tolbutamid
O : 0,5- 2mg/hari dalam dosis terbagi 2-3 6-12 jam
(Orinase)

Asetoheksami
O: 0,25-1,5 mg/hari dosis tunggal/dosis terbagi 2 10-24 jam
d (Dymerol)

O; Mula-mula 100-250 mg/hari, selanjutnya 100-


Klorpropamid
500 mg/hari dalam dosis terbagi 2. Maks 750 sampai 60 jam
(Diabenese)
mg/hari

Glibenklamid O : mula-mula 2,5-5mg/hari, bila perlu dinaikan


(Daonil, setiap minggu sampai maksimal 10mg/hari 10-24 jam
Euglucon) dalam dosis terbagi 2
TERAPI DIET PADA ENDOKRIN
"DIABETES MELITUS"

1. Menjaga gula darah dalam batas normal


2. Menjaga kadar lipid darah dalam batas normal
3. Memberikan kalori adekuat
4. Mencegah komplikasi akut
5. Mencegah komplikasi jangka panjang
6. Memperbaiki kondisi kesehatan penderita
TERAPI DIET PADA ENDOKRIN
"DIABETES MELITUS"

Ada beberapa syarat diet yang perlu diperhatikan :


Energy cukup untuk mencapai dan mempertahankan BB normal
Kebutuhan protein normal (10-15% dari kebutuhan energy total)
Kebutuhan lemak sedang (20-25% dari kebutuhan energy total)
Kebutuhan karbohidrat sisa dari kebutuhan energy total (60-70%)
Penggunaan gula murni dalam makanan dan minuman tidak diperbolehkan kecuali dalam
jumlah yang sedikit sebagai bumbu
Penggunaan gula alternative dalam jumlah terbatas
Asupan serat dianjurkan 25 gr/hari diutamakan serat yang larut dalam air (buah dan sayur)
Pasien DM TD normal boleh mengonsumsi natrium garam dapur 300 mg/hari
Cukup vitamin dan mineral dari makanan, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk
suplemen tidak diperbolehkan.
TERAPI DIET PADA ENDOKRIN
"DIABETES MELITUS"

Bahan makanan yang dianjurkan :


Sumber karbohidrat : nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi dan sagu.
Sumber protein rendah lemak : ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu,kacang-
kacangan
Sumber lemak jumlah terbatas : makanan yang mudah dicerna, terutama diolah dengan
cara dipanggang, kukus, rebus atau dibakar.
Makanan yang tidak dianjurkan :
Mengandung banyak gula: gula pasir, sirup, gula jawa, jeli, susu kental manis, minuman
ringan, dll.
Mengandung banyak lemak : kue, makanan siap saji, gorengan.
Mengandung banyak natrium : ikan asin, telur asin, makanan yang diawetkan
ASUHAN KEPERAWATAN
SISTEM END0KRIN
A. PENGKAJIAN SECARA UMUM
Riwayat Kesehatan Keluarga : mengkaji keluarga lain yang mengalami
gangguan hormonal seperti obesitas, gangguan tumbuh kembang,
kelainan kelenjar tiroid, diabetes mellitus dan infertilitas.
Riwayat kesehatan klien : kondisi yang pernah dialami klien diluar
gangguan yang dirasakan sekarang
Pengkajian lain : penggunaan obat yang mengandung hormone atau
merangsang sktifasi hormone tertentu seperti hidrokortison,
kontrasepsi dan obat antihipertensi.
Kaji adanya nausea, muntah, nyeri abdomen, perubahan berat badan
yang drastic, perubahan selera makan, pola makan dan minum serta
kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi
endokrin seperti makanan yang bersifat goitrogenik terhadap kelenjar
tiroid
A. PENGKAJIAN SECARA UMUM
Keluhan utama : gejala yang dirasakan dan perubahan fisik yang
mengganggu klien seperti perubahan tingkat energy, perubahan
dalam pola eliminasi dan keseimbangan cairan, perubahan
dalampertumbuhan dan perkembangan, dan perubahan dalam seksual
serta reproduksi. kelelahan, malaise, kelemahan, nyeri kepala,
anoreksia, depresi, kehilangan atau pertambahan berat badan,
memar, sembelit, dan banyak yang lainnya. Beberapa penyakit
endokrin yang umum keluhan utama terutama dapat disebabkan oleh
penyebab non-endokrin.
B. PEMERIKSAAN FISIK
INSPEKSI
Mata : ada/tidak edema periorbita dan eksopthalmus serta ekspresi wajah.
Lidah : amati perubahan bentuk dan penebalan serta tremor yang biasanya ditemukan
pada klien dengan gangguaan tiroid
Leher : amati bentuk dan kesimetrisan leher, adanya distensi vena jugularis,
Pembesaran leher dapat menunjukkan pembesaran kelenjar tiroid. amati adanya
Penumpukan massa otot yang berlebihan pada leher bagian belakang atau Bufflow
neck s.d daerah clavicula terjadi pada klien dengan hiperfungsi adenokortikal
Kulit : amati adanya Hiperpigmentasi pada jari, siku, dan lutut dapat dijumpai pada
klien dengan hipofungsi kelenjar adrenal (akibat destruksi melanosit di kulit karena
proses autoimun)
Dada : Ketidakseimbangan hormone seks akan menyebabkan perubahan tanda seks
sekunder seperti pertumbuhan rambut yang berlebih pada dada dan wajah pada
wanita yang disebut hirsutisme. Striae pada buah dada atau abdomen sering dijumpai
pada pasien hiperfungsi adrenokortikal
LANJUTAN...

B. PEMERIKSAAN FISIK
PALPASI
dilakukan pada kelenjar tiroid dan testis. Lakukan palpasi kelenjar tiroid per lobus
dan catat ukuran, jumlah, dan nyeri palpasi. Umumnya, kelenjar tiroid tidak teraba

AUSKULTASI
dilakukan pada bagian leher di atas kelenjar tiroid untuk mengidentifikasi “bruit”.
Bruit adalah bunyi yang dihasilkan karena turbulensi pada pembuluh darah
tiroidea. Normalnya, bruit tidak terdengar. Bruit terdengar jika terjadi
peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid akibat peningkatan aktivitas kelenjar
tiroid.
LANJUTAN...

1. Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus


Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik abosulut maupun relatif

PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan sekarang: biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama
gatal-gatal pada kulit, bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat,
mata kabur, kelemahan tubuh.
Disamping itu klien juga mengeluh poli urea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah,
BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot, gangguan
tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala (Bachrudin dan Najib, 2016)
LANJUTAN...

1. Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus


Riwayat kesehatan dahulu: riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes
gestasional, riwayat ISK berulang, penggunaan obat (mis. steroid, dimetik (tiazid), dilantin
dan penoborbital_, riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan (Bachrudin dan
Najib, 2016).
Riwayat kesehatan keluarga: riwayat anggota keluarga yang menderita DM.
Pemeriksaan Fisik : neuro sensori (disorientasi, , stupor/koma, reflek tendon menurun
dll), kardiovaskuler : takikardia/nadi menurun/tdk. Pernafasan (takipnoe saat
istirahat/dengan aktifitas, sesak nafas, batuk dengan tanpa sputum purulent dan
tergantung ada/tidaknya infeksi), RR>24 x/menit. gastro intestinal: muntah, penurunan
BB, kekakuan/distensi abdomen, aseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah,
eliminasi: urine encer, pucat, kuning, poliuria, bau busuk, diare (bising 34 usus hiper aktif).
muskulo skeletal: tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek
tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai
LANJUTAN...
1. Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus
DIAGNOSA INTERVENSI

Manajemen hipovolemia (SIKI: I.03116).


Hipovolemia (SDKI: D. 0023)
Manajemen Syok Hipovolemik (SIKI: I. 02050)

Ketidakstabilan kadar glukosa Manajemen Hiperglikemia (SIKI: I. 03115)


darah (SDKI: D. 0027) Manajemen Hipoglikemia(SIKI: I. 03115)

Manajemen nutrisi (I. 03119)


Defisit nutrisi (SDKI: D. 0019)
Promosi berat badan( SIKI: I. 03136)

Manajemen Nyeri (SIKI: I.14518)


Nyeri akut (SDKI: D. 0077)
Pemberian analgesic (SIKI: I.08243)
LANJUTAN...

2. Asuhan Keperawatan Hipertiroidisme


Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan
sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid

PENGKAJIAN
Pengkajian didapatkan emosi labil, tremor, kardiovaskular menunjukkan tekanan darah
sistolik meningkat, tekanan diastolik menurun, takikardi saat istirahat, disritmia,
murmur, kulit teraba hangat, kemerahan dan basah. Mata terjadi diplopia, penglihatan
kabur. Nutrisi/metabolik didapatkan data BB menurun, dan nafsu makan bertambah,
cepat lelah, otot lemah, tonus otot kurang. eliminasi menunjukkan pola berkemih
(poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih, nyeri tekan abdomen, diare,
urine encer pucat kuning. Klien juga menunjukkan intoleran terhadap cuaca panas.
LANJUTAN...

2. Asuhan Hipertiroidisme
DIAGNOSA INTERVENSI

Intoleransi aktivitas Managemen Energi (Energy


berhubungan dengan Management)
kelemahan umum Terapi Aktivitas (Activity

Perawatan Jantung (Cardiac Care)


Penurunan curah jantung yang
Monitor tanda vital (Vital sign
berhubungan dengan
monitoring) Monitor tanda vital
penurunan volume sekuncup
dan GCS tiap …. Jam.
LANJUTAN...

3. Asuhan Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat
kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan
jaringan tubuh akan hormon tiroid

PENGKAJIAN
Status mental: fungsi intelektual,bicara, memori, tingkat kesadaran
Berat badan dan suhu tubuh, Kulit: temperatur dan adanya edema pitting, Kepala dan
leher: rambut, palpasi tiroid dan wajah. Kardiovaskuler: kecepatan nadi, tekanan
darah saat istirahat dan aktivitas, serta besarnya jantung. Abdomen: bising usus
Motorik: kekuatan dan kelemahan otot, tonus, massa otot, rentang gerak sendi dan
reflek tendon. Perubahan nafsu makan (anoreksia), berat badan dan defekasi
LANJUTAN...

3. Asuhan Hipotiroidisme
DIAGNOSA INTERVENSI

Managemen Energi (Energy


Intoleransi aktivitas berhubungan
Management)
dengan kelemahan umum
Terapi Aktivitas (Activity

Ketidakseimban gan nutrisi: Dukungan kenaikan BB


kurang dari kebutuhan tubuh yang Terapi nutrisi (Nutrition Therapy)
berhubungan dengan faktor Pemantauan Nutrisi(Nutritional
biologis, penurunan metabolisme. Monitoring)
LANJUTAN...

4. Asuhan Gigantisme
Gigantisme adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon
pertumbuhan berlebihan yang terjadi pada masa anak-anak dan remaja

PENGKAJIAN
Klien mengeluh pertumbuhan tulang abnormal pada gigantism. Pada
gigantisme klien biasanya mengatakan pertumbuhan tulang yang berlebihan
sehingga tinggi badan abnormal. Didapatkan masa pubertas yang tertunda
dan alat kelamin tidak dapat tumbuh sempurna. Pada Riwayat penyakit dahulu
klien mungkin pernah menderita tumor hipofisis jinak
LANJUTAN...
4. Asuhan Gigantisme

DIAGNOSA INTERVENSI

Anticipatory Guidance
Kecemasan Calming Technique
Anxiety Reduction

Gangguan Body Image Body Image Enhancement

Coping Enhancement
Koping tidak efektif
Behavior Modification
LANJUTAN...
5. Asuhan Keperawatan Cushing
syndrome
Cushing syndrome terjadi akibat aktivitas korteks adrenal yang berlebihan.
Sindrome tersebut dapat terjadi akibat permberian kortikosteroid atau
ACTH yang berlebihan atau akibat hiperplasia korteks adrenal.

PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan dan pemeriksaan jasmani harus berfokus pada efek yang
ditimbulkan oleh konsentrasi hormon adrenal yang tinggii terhadap tubuh dan
ketidakmampuan korteks adrenal untuk bereaksi terhadap perubahan kadar
kortisol dan aldosteron. Kondisi kulit pasien harus diperikssa dan dikaji untuk
menemukan trauma, infeksi, fisura, memar serta edema
LANJUTAN...

5. Asuhan Keperawatan Cushing syndrome


DIAGNOSA INTERVENSI

Perawatan Pasien Bed Rest


Pencegahan Luka Karena
Risiko cedera bd kelemahan dan
Pengawasan kulit (Skin Surveillance)
perubahan metabolisme protein
Manajemen Tekanan (Pressure
Management)

Gangguan citra tubuh bd Body Image Enhancement


perubahan penampilan fisik Self-Esteem Enhancement
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK DAN
PENUNJANG
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Uji laboratorium biasanya mengukur kadar hormon dalam cairan tubuh, gejala sisa dari
hormon ataupun gejala sisa dari proses yang menyebabkan kelainan hormon.
Pemeriksaan kadar hormon:
kadar basal
1) Assay imunologik Assay imunologik
untuk mengukur kadar hormone dalam cairan tubuh. Sampel yang digunakan adalah darah
atau urin.
2) Assay plasma dan urin
Assay urin dalam sampel darah, plasma atau serum untuk mengukur hormon atau
metabolitnya, dan pengumpulan dapat berupa sampel acak atau berkala.
3) Kadar hormone bebas
Banyak hormon terikat dengan protein plasma dan umumnya fraksi hormon bebas yang
secara biologic relevan. Misalnya indeks tiroksin bebas.
4) Immunoassay
Menggunakan antibody dengan afinitas tinggi terhadap hormon

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan diagnostic kelenjar hipofise
Foto tulang (osteo) : untuk melihat kondisi tulang. Pada klien gigantisme,
ukuran tulang akan bertambah besar dan panjang. Pada akromegali, tulang
perifer bertambah ukurannya ke samping.
Pemeriksaan darah dan urin :
1. Kadar growth hormone (normal: 10 µg/ml) Specimen: darah vena
2. Tiroid Stimulating Hormon (TSH) (normal 6-10 µg/ml) ,untuk melihat apakah
gangguan tiroid bersifat primer atau sekunder.
3. Kadar Adenokortikotropik (ACTH) dengan tes supresi deksametason.
Specimen: darah vena dan urin
PEMERIKSAAN PENUNJANG
B. Pemeriksaan diagnostic pada kelenjar tiroid
Up take Radioaktif (RAI) :
untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap iodide (nilai
normal : normal jika 10-35% ). kurang dari 10% disebut hipotiroidisme. Lebih
dari 35% disebut hipertiroidisme.
T3 dan T4 serum
specimen yaitu darah vena. nilai normal Iodium bebas 0,1-0,6 mg/dl; T3 0,2-0,3
mg/dl; T4 6-12 mg/dl pada dewasa, dan T3 180-240 mg/dl pada bayi dan anak.
Scanning Tyroid
menggunakan teknik radio iodine scanning untuk menentukan jumlah dan fungsi
nodul tiroid.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
C. Pemeriksaan diagnostic pada kelenjar Paratiroid
Percobaan Sulkowitch : untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam
urin sehingga dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid
Pemeriksaan radiologi : untuk melihat kemungkinan adanya kalsifikasi tulang,
penipisan, dan osteoporosis.
Pemeriksaan EKG : untuk melihat kelainan gambaran EKG akibat perubahan
kadar kalsium serum terhadap otot jantung. Pada hiperparatiroid, akan
dijumpai gelombang Q-T yang memanjang.
Pemeriksaan elektromiogram : untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi
otot akibat perubahan kadar kalsium serum
PEMERIKSAAN PENUNJANG
D. Pemeriksaan diagnostic pada kelenjar Pankreas
Pemeriksaan glukosa dilakukan untuk mengetahui kadar glukosa dalam
darah.
Kadar gula darah puasa : didapatkan setelah puasa selama 8-10 jam. nilai
normal dewasa adalah 70-110 mg/dl; bayi 50-80 mg/dl; dan anak-anak 60-100
mg/dl.
kadar glukosa darah dapat diukur dengan gula darah 2 jam setelah makan
atau gula darah 2 jam post prandial (PP) : untuk menilai kadar gula darah dua
jam setelah makan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
E. Pemeriksaan diagnostic pada kelenjar Adrenal
Pemeriksaan hemokonsentrasi darah
Nilai normal pada dewasa wanita 37-47%; pria 45-54%; anak-anak 31-
43%; bayi 30-40%; dan neonatus 44-62%.
Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)
untuk mengukur katekolamin dalam urine. Digunakan urin 24 jam (nilai
normal antara 1-5 mg)
Stimulasi tes
untuk mengevaluasi dan mendeteksi hipofungsi adrenal. Dapat dilakukan
terhadap kortisol dengan pemberian ACTH. Stimulasi aldosterone
dnegan pemberian sodium
PENDIDIKAN KESEHATAN
PADA PASIEN DIABETES MELITUS, PCOS (POLYCYSTIC OVARY
SYNDROME) DAN TYROID
1. PENKES DIABETES MELITUS
Tujuan : Melalui pendidikan kesehatan, individu yang menderita diabetes melitus dapat memahami
tentang penyakitnya dan cara mengelolanya dengan baik

Berikut adalah beberapa pendidikan kesehatan yang harus dilakukan pada diabetes melitus:
Pengetahuan tentang diabetes melitus : seperti penyebab, gejala, dan faktor risiko. untuk
dapat mengidentifikasi gejala awal dari diabetes melitus
Pola makan yang sehat : jenis makanan yang harus dihindari atau dikonsumsi dan serta cara
menghitung jumlah karbohidrat, lemak, dan protein
Latihan fisik yang teratur : dapat membantu mengontrol kadar gula darah pada individu
yang menderita diabetes melitus.
Monitoring kadar gula darah: penkes tentang cara melakukan tes gula darah dan bagaimana
menginterpretasi hasilnya.
Pengelolaan obat-obatan : Penkes tentang jenis obat-obatan yang digunakan, dosis yang
tepat, cara penggunaan, dan efek samping yang mungkin terjadi.
Pencegahan komplikasi : tentang cara mencegah komplikasi dan tanda-tanda awal
komplikasi yang mungkin terjadi. seperti jantung, gangren, atau kerusakan ginjal.
2. PENKES PCOS (POLYCYSTIC OVARY SYNDROME)
Tujuan : Untuk membantu individu memahami kondisi bagaimana cara mengelolanya dengan baik

Berikut adalah beberapa pendidikan kesehatan yang harus dilakukan pada PCOS:
Pengetahuan tentang PCOS : seperti penyebab, gejala, dan faktor risiko. untuk dapat
mengidentifikasi gejala awal dan mencari pengobatan yang tepat
Pola makan yang sehat : Makanan sehat seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian, protein nabati
dan rendah lemak hewani dapat membantu mengatur kadar gula darah dan insulin yang stabil.
Latihan fisik yang teratur : dapat membantu menurunkan berat badan, mengatur kadar gula
darah dan insulin, serta memperbaiki kesehatan mental dan emosional.
Penggunaan Kontrasepsi Hormonal: Penting untuk memberikan penkes tentang jenis kontrasepsi
hormon, efek samping yang mungkin terjadi, dan manfaat yang diberikan.
Pengelolaan infertilitas : Penkes tentang tentang pengelolaan infertilitas pada wanita dengan
PCOS, termasuk pengobatan infertilitas dan teknologi reproduksi yang tersedia.
Perencanaan Kehamilan : tindakan apa yang harus diambil sebelum dan selama kehamilan, serta
cara mempersiapkan diri secara fisik dan mental.
3. PENKES TYROID
Tujuan : Untuk memahami kondisi kesehatan tiroid dan bagaimana cara mengelolanya dengan baik

Berikut adalah beberapa pendidikan kesehatan yang harus dilakukan pada TYROID:
Pengetahuan tentang PCOS : seperti fungsi, peran, gejala, dan penyebab penyakit tiroid. . untuk dapat
mengidentifikasi gejala awal dan mencari pengobatan yang tepat
Pola makan yang sehat : Makanan seperti ikan, sayuran hijau, kacang-kacangan, dan buah-buahan dapat
membantu menjaga kesehatan tiroid.
Pengelolaan stress : Kegiatan seperti yoga, meditasi, dan olahraga dapat membantu mengurangi stres
dan meningkatkan kesehatan tiroid.
Pola tidur yang baik: Pola tidur yang buruk dapat memengaruhi kesehatan tiroid, sehingga penting untuk
memberikan pendidikan kesehatan tentang pola tidur yang baik
Pengelolaan obat-obatan : Penkes tentang jenis obat-obatan yang digunakan, dosis yang tepat, cara
penggunaan, dan efek samping yang mungkin terjadi.
Pencegahan komplikasi : Individu yang menderita kondisi tiroid berisiko tinggi mengalami komplikasi
seperti pembesaran kelenjar tiroid dan gangguan pada sistem saraf. Oleh karena itu, penting untuk
memberikan pendidikan kesehatan tentang cara mencegah komplikasi dan tanda-tanda awal komplikasi
yang mungkin terjadi.
JURNAL SISTEM ENDOKRIN,
TREND DAN ISSUE EVIDENCE
BASED PRACTICE
"DIABETES MELLITUS)
TREND DAN ISSUE DIABETES MELLITUS
Berdasarkan hal tersebut penanggulangan diabetes melitus termasuk dalam
Program Indonesia Sehat Penyakit Tidak Menular (PTM) (Sudirman & Modjo,
2021).
Untuk mencegah terjadinya peningkatan dan keparahan diabetes melitus,
maka dilakukan penatalaksanaan intervensi diabetes melitus dengan tujuan
utama terapi diabetes untuk menormalkan aktivitas insulin, dan kadar glukosa
darah. (Brunner & Suddarth, 2015).
Upaya pengendalian diabetes juga membutuhkan perawatan medis yang
berkelanjutan dan pendidikan manajemen mandiri untuk menghindari terjadinya
komplikasi akut dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi kronis (Yuni et al.,
2020). Salah satu manajemen mandiri untuk pengendalian DM dalam mengatasi
masalah ketidakseimbangan kadar glukosa darah, yaitu dengan program
Diabetes Self Management Education (DSME) (Adu dkk., 2019).
TREND DAN ISSUE DIABETES MELLITUS
Diabetes mellitus merupakan salah satu gangguan dari sistem endokrin
yang sudah menjadi trend dikalangan masyarakat di Indonesia dimana
mayoritasnya mengkonsumsi makanan berkerbohidrat tinggi seperti nasi.
Prevalensi kasus diabetes melitus secara global terus meningkat setiap
tahun. Menurut International Diabetes Federation (2021) menyatakan
bahwa pada tahun 2021 penderita diabetes mencapai 537 juta orang di
dunia, dan jumlah ini diproyeksikan mencapai 643 juta pada tahun 2030 dan
783 juta pada tahun 2045 (International Diabetes Federation, 2021).
Di Indonesia, jumlah penderita diabetes sebanyak 19,47 juta orang pada
tahun 2021, dan diprediksi akan meningkat menjadi 28,57 juta orang pada
tahun 2045 (Sarah Kartika & K. Wulandari, 2021)
TREND DAN ISSUE DIABETES MELLITUS
Diabetes self management education (DMSE) dalam klasifikasi luaran
keperawatan (NOC) didefinisikan tindakan seseorang untuk mengelola
diabetes, pengobatan, pencegahan perkembangan penyakit dan komplikasi
(Butcher., dkk, 2018)
Metode ini memfasilitasi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
perawatan mandiri (self care behavior) yang sangat dibutuhkan oleh penderita
diabetes (Sudirman, 2018).
IDENTITAS JURNAL
a. Nama Jurnal : Jurnal Keperawatan
b. Volume : 20
c. Nomor : 4
d. Halaman : 128-137
e. Tahun Terbit : 2022
f. Tahun Penelitian : 2022
g. Judul Jurnal :
Studi Kasus : Penatalaksanaan Diabetes Self Management Education (DSME)
Terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
h. Nama Penulis : Siska Yulia Hananto , Suci Tuty Putri , Asih Purwandari W.
ISI/PEMBAHASAN
PASIEN 1 PASIEN 2

Usia 58 thn, DM tipe 2 sejak 2019, riwayat


Usia 51 thn, DM tipe 2 sejak 2018,
pola hidup tdk sehat, poliuri, lemas lesu.
keluhan polidipsi, poliuri, riwayat
riwayat keluarga DM (+), terapi obat
keluarga (DM (+), terapi obat metformin
metpormine 500 mg,
500mg,TD 100/90 mmHg, N: 81 x/menit,
TD 130/90 mmHg, N 80x/menit, RR
RR 20x/menit, suhu 36,7⁰C. kadar
21x/menit dan S 56,5⁰C, kadar glukosa
glukosa darah puasa 8 jam 175 mg/dl
darah puasa 8 jam 226 mg/dl

Diagnosa : ketidakseimbangan kadar glukosa darah berhubungan dengan


resistensi insulin dibuktikan dengan kadar gluosa darah tinggi (Tim pokja SDKI
DPP PPNI, 2017).
ISI/PEMBAHASAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakseimbangan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin
dibuktikan dengan kadar gluosa darah tinggi (Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

INTERVENSI KEPERAWATAN
Untuk mencegah terjadinya peningkatan diabetes melitus, maka dilakukan
penatalaksanaan Intervensi diabetes melitus dengan tujuan utama terapi diabetes untuk
menormalkan aktivitas insulin, dan kadar glukosa darah
Yaitu dengan Diabetes self management education (DSME) mengarahkan penderita dapat
melakukan perawatan secara mandiri (Sudirman & Modjo, 2021). Diabetes self management
education (DMSE) dalam klasifikasi luaran keperawatan (NOC) didefinisikan tindakan
seseorang untuk mengelola diabetes, pengobatan, pencegahan perkembangan penyakit dan
komplikasi (Butcher., dkk, 2018). Metode ini memfasilitasi pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan perawatan mandiri (self care behavior) yang sangat dibutuhkan oleh penderita
diabetes (Sudirman, 2018).
ISI/PEMBAHASAN JURNAL
Diabetes melitus tipe 2 terjadi pada kedua klien ditandai dengan hiperglikemia
diakibatkan oleh ketidakmampuan sel-sel tubuh untuk merespon insulin secara
maksimal, kondisi ini disebut retensi insulin (Brunner & Suddarth, 2015; Nurrahmi,
2015). Dengan timbulnya retensi insulin, hormon kurang efektif untuk mendorong
peningkatan produksi insulin. Pada kedua subjek didapatkan nilai kadar glukosa
darah puasa sangat tinggi yaitu diatas nilai normal >126 mg/dl.
Pada penelitian ini didapatkan pengkajian keduanya memiliki tanda dan gejala
yang sama yaitu poliuri, polidipsi, dan polifagi (Hugeng & Santoso, 2017).
Ketidakseimbangan kadar glukosa darah pada pasien DM tipe 2 dapat
disebabkan karena ketidakseimbangan suplai dan pengeluaran energi
meningkatkan konsetrasi asam lemak dalam darah, sehingga menurunkan
penggunaan glukosa di otot dan jaringan lemak, yang mengakibatkan terjadinya
resistensi insulin semakin meningkat (American Diabetes Association, 2018).
ISI/PEMBAHASAN JURNAL
Diabetes melitus tidak dapat disembuhkan akan tetapi dapat dikontrol dengan
managemen mandiri yang baik. Salah satu managemen mandiri yang dapat
dilaksanakan yaitu DSME.
Diabetes Self Management Education (DSME) ini mengarahkan penderita dalam
melakukan managemen mandiri, yang sejalan dengan klasifikasi luaran keperawatan
(NOC) didefinisikan sebagai tindakan seseorang untuk mengelola diabetes,
pengobatan, pencegahan, dan pengembangan penyakit (Butcher., dkk, 2018).
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa sebelum dan sesudah pelaksanaan DSME
terjadi pengaruh pada glukosa darah dan managemen mandiri klien jadi meningkat.
Pada klien 1 didapatkan hasil gula darah puasa sebelum DSME 175 mg/dl dan sesudah
dilakukan 146 mg/dl. Namun pada klien 2 didapatkan hasil glukosa darah meningkat
yaitu dari 226 mg/dl menjadi 240 mg/dl karena tidak disiplin terhadap diit diabetes
melitus dan kepatuhan minum obat.
KESIMPULAN JURNAL
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada penurunan
kadar glukosa darah dan manajemen mandiri setelah
pelaksanaan DSME secara konsisten pada pasien diabetes
melitus tipe 2 . Hasil uji glukosa darah puasa pada subjek 1
mengalami penurunan sebanyak 29 mg/dl , sedangkan subjek 2
mengalami peningkatan sebanyak 11 mg/dl. Hal ini berbeda
dikarenakan komponen DSME terjadi perbedaan kepatuhan pada
komponen diit dan kepatuhan minum obat
MANAJEMEN KASUS
PERAN PERAWAT
SEBAGAI ADVOKASI
Peran Perawat Advokat Dalam Penanganan Diabetes Melitus
Pembela (advokat) : melakukan pembelaan terhadap pasien melalui
dukungan peraturan, dengan fungsi:
1. Mendemonstrasikan teknik komunikasi efektif
2. Menghormati hak pasien
3. Meminta persetujuan sebelum melakukan tindakan
4. Melaksanakan fungsi pendamping
5. Memberi informasi kepada pasien dan keluarga untuk mengawasi
masalah kesehatan
6. Memfasilitasi pasien memanfaatkan sumber-sumber

Contoh : Perawat mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya


kecelakaan dan melindungi klien dari efek yang mungkin tidak diinginkan.
Misalnya menciptakan lingkungan yang aman bagi penderita DM
Contoh bagaimana perawat dapat berperan sebagai advokat dalam
manajemen kasus pasien sistem endokrin:
1. Membantu pasien memahami kondisi mereka: Sebagai advokat pasien,
perawat dapat membantu pasien memahami kondisi endokrin mereka, gejala,
tanda, dan risiko yang terkait dengan kondisi, pengobatan dan memberikan
informasi tentang gaya hidup sehat
2. Membantu pasien mengakses sumber daya dan dukungan: informasi
tentang kelompok dukungan. Perawat dapat membantu pasien menavigasi
sistem perawatan kesehatan dan memperoleh informasi yang mereka butuhkan
untuk mengelola kondisi endokrin mereka.
3. Menjaga komunikasi yang efektif dengan pasien dan tim perawatan
kesehatan: perawat dapat berperan sebagai penghubung antara pasien dan
tim perawatan kesehatan, memastikan bahwa pasien mendapatkan perawatan
yang koordinasi dan terintegrasi.
Contoh bagaimana perawat dapat berperan sebagai advokat dalam
manajemen kasus pasien sistem endokrin:
4. Mengajukan pertanyaan dan memberikan masukan : Perawat dapat berperan
sebagai advokat pasien dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan masukan
pada tim perawatan kesehatan mengenai perawatan pasien. Perawat dapat
membantu pasien dan keluarga memahami opsi perawatan yang tersedia dan
memberikan informasi tentang risiko dan manfaat dari setiap opsi.

5. Membantu pasien memahami hak-hak mereka : Sebagai advokat pasien, perawat


dapat membantu pasien memahami hak-hak mereka, termasuk hak untuk menolak
perawatan, hak untuk mengakses informasi medis mereka, dan hak untuk privasi dan
kerahasiaan.
DAFTAR PUSTAKA
Adu, M. D., Malabu, U. H., Malau-Aduli, A. E. O., & Malau-Aduli, B. S. (2019). Enablers and barriers to
effective diabetes self management: A multi-national investigation. PLoS ONE, 14(6), 1–22.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0217771
Brunner, & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarh (12th ed.). Ilmu
Kedokteran EGC.
Hananto, Siska Yulia, dkl. (2022). Penatalaksanaan Diabetes Self Management Education (DSME)
terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Keperawatan 20(4), 128-
137.
Hugeng, M., & Santoso, Y. (2017). Merdeka Diabetes (Marina Ariyani (ed.); Edisi 1). Penerbit Bhuana
Ilmu Populer
International Diabetes Federation. (2021). IDF Diabetes Atlas 10TH Edition (B.Communications: &
Www.berkeleypr.com (eds.); 10th ed.). IDF. www.diabetesatlas.org%0A
Najibmo, b. M. (2016).Keperawatan Medikal Bedah 1. pusdik SDM Kesehatan:Jakarta selatan.
Sarah Kartika, W., & K. Wulandari, S. (2021). Development Of Diabetes Self-Care Management Using
Audio-Visual Media. Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi, 9(1), 38–45.
https://doi.org/10.36858/jkds.v9i1.263
Sudirman, A. A., & Modjo, D. (2021). Efektifitas Diabetes Self Management Education (DSME) terhadap
Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Puskesmas Limboto Barat.
4(2), 151–156.
Yuni, C. M., Diani, N., & Rizany, I. (2020). Pengaruh Diabetes Self Management Education And Support
(Dsme/S) Terhadap Peningkatan Pengetahuan Manajemen Mandiri Pasien Dm Tipe 2. Dunia
Keperawatan: Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan, 8(1), 17. https://doi.org/10.20527/dk.v8i1.6998
THANK YOU
CECILIA DELIMA PUTRI
2114201011
A/218 S1 KEPERAWATAN
2023/2024
Keperawatan Dewasa II

Anda mungkin juga menyukai