Anda di halaman 1dari 44

Farmakoterapi pada

Gangguan Kelenjar Adrenal


Mahirsyah Wellyan TWH
Pokok Materi
• Patofisiologi Kelenjar Adrenal
• Kelainan pada Kelenjar Adrenal dan Terapinya
• Farmakoterapi pada Kelenjar Adrenal
Perspektif Sejarah Kelenjar Adrenal

 Tahun 1563: Eustachius pertamakali menjelaskan


kelenjar adrenal
 Tahun 1855: Thomas Addison menjelaskan
pentingnya kelenjar adrenal
 Tahun 1856: Brown Sequard mendemonstrasikan
bahwa adrenal sangat penting bagi kehidupan (tanpa
kelenjar adrenal, binatang percobaan tidak bertahan
hidup).
Lokasi Kelenjar Adrenal
• Terletak di atas ginjal,
masing-masing beratnya
sekitar 5 gram.
• Disebut pula “kelenjar
anak ginjal”
Kelenjar Adrenal
Kelenjar Adrenal
Kelenjar Adrenal
Hormon yg Dihasilkan Adrenal
• Bagian korteks adrenal
– Zona glomerular: mineralokortikoid (contoh:
aldosteron)
– Zona fasikular: glukokortikoid (contoh: kortisol)
– Zona retikular: kortisol dan hormon adrogen
(dehydroisoandrosterone, diubah menjadi testosteron
dan dihidrotestosteron.
• Bagian medulla adrenal
Menghasilkan katekolamin (contoh: adrenalin,
dopamin)
Aksi Mineralokortikoid
• Mengatur keseimbangan elektrolit tubuh
melalui mekanisme:
– Meningkatkan kadar natrium (retensi natrium di
ginjal, usus besar, dan kelenjar ludah)
– Menurunkan kadar kalium (dg cara ekskresi)
Aksi Glukokortikoid
• Meningkatkan sintesis glikogen di hati,
menurunkan penggunaan glukosa oleh jaringan
perifer, meningkatkan glukoneogenesis.
• Meningkatkan sintesis protein di hati dan
menurunkan sintesisnya di otot, serta
meningkatkan penguraian protein di otot.
• Meningkatkan lipolisis
• Anti inflamasi dan imunomodulasi
• Regulasi kardiovaskular (meningkatkan tekanan
darah)
Pengaturan Sekresi
• Sekresi glukokortikoid
dan androgen diatur
oleh sistem
hipotalamus-pituitari
• Sekresi
mineralokortikoid
diatur oleh sistem
renin-angiotensin,
kadar Na+ dan K+
darah.
Hypothalamopituitary adrenal (HPA) axis
Immune
Stress system:
Circadian altered
rhythm Hypothalamus
Muscle:
CRH Net loss of amino
Posterior Acids (glucose)
Anterior Pituitary Gland
Pituitary Gland Liver:
(-) Deamination of
proteins into amino
ACTH acids,
gluconeogenesis
Glucocorticoids,
Adrenals Catecholamines, (glucose)
etc.. Fat Cells:
Free fatty
acid
Kidney mobilization

Heart rate:
Increased
 Hormon steroid adrenokortikal dapat
mengalami penurunan jumlah sekresi karena
terjadi penurunan sekresi hormon ACTH
(hormon adrenokortikotropik).
 Disebabkan oleh disfungsi mekanisme
kontrol hipotalamus-pituitari.
 Disfungsi langsung kelenjar adrenal
 Hilangnya fungsi aldosteron dan kortikal
 Penurunan glukoneogenesis
 Penurunan jumlah glikogen di hati dan otot
 Hipoglikemia
 Penurunan ekskresi urea nitrogen
 Anoreksia dan penurunan berat badan
 Ketidakseimbangan air dan mineral (K, Na)
Insufisiensi Adrenokortikal Kronis
 Penyakit yg bersifat progresif akibat hipofungsi
adrenokortikal.
 Dibagi menjadi dua:
 Insufisiensi adrenokortikal primer (Penyakit Addison)
 Insufisiensi adrenokortikal sekunder
Etiologi Insufisiensi Adrenal
 Primer
 Proses autoimun (50-60%)
 Tuberkulosis

 Neoplasma, karsinoma metastatik

 Bilateral adrenalectomy

 Inflammatory necrosis

 Sekunder
 Cidera pada kelenjar pituitari atau hipotalamus
 Terapi dg obat glukokortikoid
Patogenesis
 Defisiensi kelenjar adrenal berkontribusi terhadap
hipotensi, menyebabkan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein, serta gangguan
sensitivitas insulin.
Gejala dan Tanda
 Penyakit bisa berupa akut atau kronik. Tanda klinis
yg signifikan dapat terjadi bila kerusakan kelenjar
adrenal mencapai 70-90 %.
 Keluhan yang paling sering muncul:
 Rasa lemas
 Berat badan turun

 Anoreksia

 Depresi

 Hiperpigmentasi kulit
Terapi
 Etiologis: terapi yg tepat terhadap infeksi penyebab,
misalnya tuberkulosis
 Patogenis:
 Diet: konsumsi protein, vitamin, air, dan garam dlm jumlah
cukup
 Obat glukokortikoid
 Kortisol: 20-25 mg per hari
 Prednisolon: 5-7.5 mg per hari
 Hidrokortison: 30-40 mg per hari

 Obat mineralokortikoid: Fludrokortison 0,1-0,2 mg per hari


Krisis Adrenal
 Merupakan kondisi darurat medis yang
disebabkan oleh insufisiensi secara
mendadak hormon adrenokortikal.
 Penyebab:
 Infeksi, trauma, pembedahan, puasa
berkepanjangan, kehilangan garam akibat
dehidrasi.
 Penghentian obat terapi hormon
adrenokortikal secara tiba-tiba pada pasien
dg insufisiensi kronis
Tanda Klinis
 Kelemahan (ashtenia)
 Nyeri abdomen, pinggang, atau kaki
 Mual, muntah, diare
 Azotemia
 Temperatur tubuh yang subnormal,
walaupun dapat pula dijumpai
hipertermia akibat infeksi.
Terapi
 Rehidrasi
 Terapi substitusi
 Penanganan komplikasi (hiperpireksia,
kondisi psikosis)
 Merupakan tumor yang menyerang sel
kromafin yang bertugas mensekresi
katekolamin.
 Tanda klinis:
◦ Takikardi
◦ Hipertensi
◦ Sakit kepala hebat
◦ Mual, muntah
 Peningkatan ekskresi urin dari epinefrin,
norepinefrin, dan produk metaboliknya.
 Peningkatan kadar plasma epinefrin dan
norepinefrin
 CT Scan di abdomen
 Pembedahan tumor (direkomendasikan)
 Selama krisis, bisa diberikan kombinasi
antara obat alfa/beta blocker, misalnya
Propranolol 30-60 mg/hari, bisa juga
ditambah dengan infus natrium nitroprusid
(utk menurunkan tekanan darah).
 Merupakan kelompok gejala yang ditimbulkan oleh
kelebihan hormon kortisol jangka panjang.
 Gejala:
 Obesitas
 Kulit tipis dan rapuh
 Striae
 Tanda klinis: hipertensi, jerawat, kelemahan otot,
udem perifer, gejala terkait psikis (cemas, depresi)
 Intoleransi glukosa
 Kadar kortisol dan ACTH (ACTH merangsang sekresi
kortisol)
 Pemeriksaan radiologis utk memastikan keberadaan
tumor di pituitari.
 Pembedahan
 Iradiasi pituitari
 Terapi farmakologis:
 Inhibitor Steroidogenesis: Osilodrostat
 Analog somatostatin: Pasireotide
 Inhibitor steroid adrenal: Metyrapone, ketoconazole,
etomidate
 Antagonis reseptor glukokortikoid: Mifepristone
 Zat adrenolitik: Mitotane
 Zat yang dapat menurunkan sekresi ACTH:
bromokriptin, siproheptadin, asam valproat, dan
oktreotide.
Farmakoterapi
Prednison
• Merupakan hormon glukokortikosteroid,
memiliki sifat mineralokortikoid ringan dan
antiinflamasi yg sedang. Digunakan untuk
mengatasi defisiensi hormon endogen.
• Absorpsi:
– Bioavailabilitas 92%
– Waktu puncak plasma: rute p.o tablet biasa 2 jam,
tablet lepas lambat 6-6,5 jam
• Distribusi: Ikatan protein 65-91%
Prednison
• Metabolisme:
– Di hati melalui proses hidroksilasi, proses ini
terganggu pada pasien dg kerusakan hati
– Metabolit: Prednisolon (aktif)
• Ekskresi:
– Waktu paruh 2,6-3 jam
– Tidak dapat terdialisis
– Ekskresi sebagian besar di urin
Prednison
• Hal penting:
– Gunakan bersama makanan/snack
– Perlu tapering dose
– Kontraindikasi pada pasien penderita infeksi parah
Fludrokortison
• Memiliki sifat mineralokortikoid dan
glukokortikoid kuat. Melancarkan penyerapan
kembali natrium dan ekskresi kalium di ginjal.
• Absorpsi
– Bioavailabilitas 100%
– Waktu puncak plasma ≤1.7 jam
• Distribusi: Ikatan protein 42%
• Metabolisme: hati
• Eliminasi: waktu paruh plasma 3,5 jam
Fludrokortison
• Hal penting:
– Kontraindikasi pada pasien yang mengalami infeksi
jamur sistemik.
– Gunakan dg hati-hati pada pasien penderita
hipertensi, diabetes, infeksi, dan imunisasi.
– Penyembuhan luka bisa menjadi lebih lama
Hidrokortison
• Memiliki efek glukokortikoid,mineralokortikoid dan antiinflamasi
sedang.
• Absorpsi
– Bioavailabilitas rute oral 96%
– Durasi: aksi pendek
• Distribusi
– Ikatan protein 90%
– Vd: 34 L
• Metabolisme
– Dimetabolisme di hati dan jaringan
• Ekskresi
– Waktu paruh plasma 1-2 jam
– Ekskresi di urin (sebagian besar), feses (minimal)
Osilodrostat
• Merupakan inhibitor steroidogenesis, dapat diberikan
secara oral. Kerjanya menghambat enzim 11- beta
hidroksilase, yaitu enzim yang terlibat dalam aksi katalisis
tahap terakhir sintesis hormone kortisol pada korteks
adrenal.
• Efek samping: insufisiensi adrenal, kelelahan, mual, sakit
kepala, edema.
• Farmakokinetika:
– Absorpsi: waktu puncak plasma 1 jam
– Distribusi: ikatan protein 36,4 %
– Metabolisme: oleh enzim CYP3A4, CYP2B6, CYP2D6
– Ekskresi: waktu paruh 4 jam; 90,6 % diekskresi di urin; 1,58 %
dieksresi di feses.
Pasireotide
• Merupakan analog somatostatin, mengikat
dan mengaktivasi reseptor somatostatin,
sehingga menghambat sekresi ACTH. Hal ini
akan menurunkan sekresi kortisol.
• Indikasi: untuk penyakit Cushing pada pasien
dewasa yang tidak bisa menjalani operasi.
Inhibitor Steroid Adrenal
• Contoh obat: ketoconazole, metirapon, dan etomidat.
• Seringkali toksik pada dosis yang diperlukan untuk
menurunkan sekresi kortisol. Pasien harus diberi
konseling terkait gejala insufisiensi adrenal ketika
memulai obat ini.
• Ketokonazol
– Obat antijamur spektrum luas gol. Imidazol, menghambat
enzim sitokrom P450 dan 17,20-liase. Kedua enzim terlibat
pada sintesis steroid.
– Ketokonazol juga menghambat fungsi pituitari, sehingga
menghambat pula sekresi ACTH.
– Waspada penggunaan ketoconazole karena ada risiko
kerusakan hati, insufisiensi adrenal, dan interaksi obat.
Inhibitor Steroid Adrenal
• Metirapon (Metopiron)
– Menghambat sintesis kortikosteroid adrenal,
menghalangi reaksi 11-B-hidroksilasi di korteks
adrenal.
– Dapat terjadi depresi SSP, mempengaruhi kemampuan
fisik dan mental.
• Etomidat
– Golongan anestesi turunan imidazol, menurunkan
sintesis steroid di korteks adrenal dg cara menhambat
enzim 17,20-liase dan 11-beta hidroksilase
Adrenolitik
• Obat-obatan ini menurunkan produksi kortisol
dan mengubah metabolisme perifer steroid.
• Mitotan
– Merupakan zat adrenolitik yang menghambat enzim
11-beta hidroksilase dan enzim-enzim lainnya yang
terlibat dalam sintesis kolesterol.
– Obat ini juga merusak mitokondria dan sel
adrenokortikal pada zona fasikulata dan retikularis.
– Gunakan secara hati-hati, obat ini menghambat fungsi
kelenjar adrenal. Hentikan terapi sementara bila
terjadi syok atau trauma dan berikan steroid eksogen.
Antagonis Reseptor Glukokortikoid
• Mifepriston
– Merupakan zat antiprogestasional, pada dosis
rendahnya menghambat reseptor progesteron,
sedangkan pada dosis tinggi akan menghambat
reseptor glukokortikoid.
– Obat ini membantu mengendalikan hiperglikemi
sekunder akibat hiperkortisolisme pada pasien
dewasa yg mengalami sindrom Cushing endogen dg
DM tipe 2 atau intoleransi glukosa, serta tidak layak
utk menjalani operasi atau telah dilakukan operasi
namun gagal.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai