Disusun oleh:
1. Erma Gus Dwita (2221520062)
2. Ida Mawarni (2221520042)
3. R i c k o A g u s t i a n (2221520092)
4. Prihatin Langgeng M (2221520090)
5. Putri Wijayanti (2221520089)
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan Laporan Hasil
Refleksi pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) dalam pembelajaran.
Laporan ini dikerjakan sebagai salah satu tugas mata kuliah Prinsip Pengajaran dan
Asesmen yang Efektif II di PGSD pada semester II dengan dosen pengampu Para Mitta
Purbosari, M.Pd. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Prinsip Pengajaran dan Asesmen yang Efektif II di PGSD yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dalam pembuatan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan
untuk itu mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat baik untuk pembaca pada umumnya dan penyusun pada
khususnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................................. i
B. Tujuan Kegiatan.................................................................................................... 2
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 19
B. Saran ..................................................................................................................... 20
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan proses pembelajaran disesuaikan dengan paradigma perubahan
pembelajaran yang terjadi. Pada jenjang pendidikan sekolah dasar paradigma baru ini,
memastikan bahwa praktik pembelajaran berpusat pada peserta didik yang
pembelajarannyamerupakan satu siklus yang berawal dari pemetaan standar kompetensi,
perencanaan proses pembelajaran, dan pelaksanaan asesmen untuk memperbaiki
pembelajaran sehingga peserta didik dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.
Pembelajaran paradigma baru memberikan keleluasaan bagi pendidik untuk
merumuskan rancangan pembelajaran dan asesmen sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan peserta didik Culturally Responsive Teaching (CRT).
Pendekatan pembelajaran Culturally Responsive Teaching merupakan suatu
pendekatan yang dapat mengembangkan potensi keberagaman siswa dengan
mengeksplorasi kemampuan akademik dan kemampuan psikososial siswa. Culturally
Responsive Teaching dapat merupakan jalan bagi guru untuk mensukseskan akademik
siswa (Edwards, 2013). Culturally Responsive Teaching membuat suatu pembelajaran
bermakna dan menghubungkan dengan kehidupan peserta didik. Pembelajaran
Culturally Responsive Teaching menggunakan karakteristik dan pengalaman peserta
didik. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa ketika pengetahuan akademik dan
keterampilan ada dalam pengalaman hidup peserta didik, mereka akan mendapatkan
pembelajaran bermakna dan memilikidaya tarik yang lebih tinggi serta lebih mudah
memahami pembelajaran. Melalui Culturally Responsive Teaching peserta didik dapat
mengalami keberhasilan akademik, mengembangkan kompetensi kultural, dan
mengembangkan kesadaran kritis.
Culturally Responsive Teaching merupakan pendekatan pembelajaran yang efektif
dan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa
Culturally Responsive Teaching merupakan sebuah metode pembelajaran yang dapat
membantu guru khususnya guru kimia untuk bekerja lebih efektif dengan beragam
populasiserta untuk meningkatkan nilai ilmu pengetahuan di negaranya. Guru harus
mengenal peserta didikmereka, terutama dalam masyarakat di mana mereka tinggal.
Dengan demikian, pengetahuan menjadi sebuah pembelajaran kontekstual dan
pengalaman yang relevansehingga memudahkan peserta didik untuk menghubungkan
pengalaman sehari-hari mereka dengan apa yang mereka lakukan di kelas. Maka dari itu
guru menerapkan pendekatan Culturally Responsive Teaching dalam pembelajaran.
1
B. Tujuan Kegiatan
Terdapat beberapa tujuan dari kegiatan ini, diantaranya yaitu:
1. Mahasiswa/ calon guru mampu untuk merancang pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT)
2. Mahasiswa/ calon guru mampu untuk melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT)
3. Mahasiswa/ calon guru mampu untuk merefleksikan pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) yang telah
dilakukan bersama rekan sewajat, guru pamong/ guru kelas, dan dosen.
4. Mahasiswa/ calon guru mampu mambuat rencana tindak lanjut mengenai
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Culturally Responsive Teaching
(CRT).
2
BAB II
PEMBAHASAN
d. Memberikan umpan balik dan kesempatan bagi peserta didik untuk memberikan
umpan balik kepada diri dan satu sama lain.
4
f. Mengkomunikasikan ekspektasi dengan jelas kepada peserta didik. Pemahaman
yang ingin dipelajari, keterampilan yang ingin dimiliki, dan profil pelajar yang
dituju.
g. Membuat kesepakatan bersama dengan peserta didik agar saling menghormati dan
membangun rasa percaya dengan satu sama lain.
5
perkembangan dariproses pembelajaran peserta didik, mengidentifikasi area yang
perlu dikembangkan, danberkontribusi pada efektivitas pembelajaran. Asesmen tanpa
umpan balik hanyalah nilaiakhir semata, oleh karena itu umpan balik mempunyai
peran penting dalammenerjemahkan penilaian dan memperbaiki kinerja.
Laporan kemajuan belajar berupa rapor merupakan salah satu bentuk pelaporan
asesmen yang paling umum dilakukan sekolah, dan harus diperhatikan untuk
memberikan informasi yang jelas agar berguna bagi orang tua peserta didik dan
peserta didik. Dalam bentuk pelaporan belajar, peserta didik lebih banyak berperan
dalam aktivitasnya. Pelaporan hasil belajar (rapor), dibuat oleh pendidik sebagai
analisis hasil belajar dalam bentuk tertulis dan langsung dilaporkan ke orang tua
peserta didik.
7. Evaluasi Pembelajaran dan Asesmen
Asesmen pembelajaran merupakan proses pengumpulan informasi secara
sistematis terhadap masing-masing komponen, kegiatan dan pendidikan dan/atau
pembelajaran, sedangkan evaluasi merupakan proses pemberian makna, arti dan nilai
terhadap asesmen. Oleh karena itu, asesmen dan evaluasi merupakan bagian integral
dari pendidikan dan upaya pengendalian mutu pendidikan. Asesmen sumatif dan
formatif dalam konteks pendidikan, diarahkan untuk menilai proses dan hasil belajar
peserta didik dan perbaikan proses pendidikan yang dilakukan pendidik dalam
membelajarkan pesertadidik. Selanjutnya berdasarkan data dan informasi yang tersedia
dilakukan evaluasi untuk pengendalian dan perbaikan mutu pendidikan secara
berkelanjutan.
Pada perencanaan pembelajaran Culturally Responsive Teaching (CRT) yang
telahdirancang berorientasi pada materi di kelas I pada elemen membaca dan menulis.
Pembelajaran tersebut penting diterapkan mengingat peserta didik kelas I merupakan
jenjang kelas rendah untuk membaca dan menulis. Perencanaan pembelajaran berupa
modul ajar disusun dengan memperhatikan komponen pendukungnya. Komponen
tersebut yaitu:
a. Informasi umum
• Identitas sekolah
• Kompensi awal
• Profil pelajar Pancasila
• Sarana dan prasarana
• Target peserta diidk
6
• Model pembelajaran yang digunakan
b. Kompetensi Inti
• Tujuan pembelajaran
• Pemahaman bermakna
• Pertanyaan pemantik
• Kegiatan pembelajaran
• Asesmen
• Pengayaan dan remidial
• Refleksi peserta didik dan guru
c. Lampiran
• Lembar kerja peserta didik (LKPD)
• Bahan ajar
• Glosarium
• Daftar pustaka
• Evaluasi
Perencanaan pembelajaran tersebut dinilai baik untuk diimplementasikan pada
pembelajaran Culturally Responsive Teaching (CRT). Berdasarkan hasil analisis yang
telah dilakukan, modul ajar tersebut sudah terdapat komponen-komponen penting,
yaitu:
a. Identitas Mata Pelajaran
Pada modul ajar sudah terdapat keterangan mengenai satuan pendidikan, kelas,
semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran/subtema,
jumlah pertemuan.
b. Perumusan Capaian Pembelajaran dan ATP
Modul ajar telah memiliki kesesuain dengan kompetensi dasar dan penggunaan
katakerja operasional dengan kompetensi yang diukur, telah memiliki kesesuaian
dalam rumusan dengan aspek pengetahuan dan keterampilan.
c. Perumusan Tujuan Pembelajaran
Modul ajar telah memiliki Kesesuaian dengan Indikator dan perumusan dengan
aspek Audience, Behaviour, Condition, dan Degree.
d. Pemilihan Materi Ajar
Modul ajar telah memiliki Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, karakteristik
peserta didik, dan Keruntutan uraian materi ajar.
e. Pemilihan Sumber Belajar
7
Modul ajar telah memiliki Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT), dan
karakteristik peserta didik.
f. Metode Pembelajaran
Modul ajar telah memiliki Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran dan
karakteristik peserta didik. Namun kesesuaian pendekatan Culturally Responsive
Teaching (CRT) sudah dilakukan secara maksimal.
g. Skenario Pembelajaran
Modul ajar telah Menampilkan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dengan
jelas, menunjukkan Kesesuaian dengan metode pembelajaran,
sistematika/keruntutan materi, dan alokasi waktu kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti dan kegiatan penutup dengan cakupan materi. Akan tetapi dalam kegiatan
dengan pendekatan saintifik (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasikan informasi, mengkomunikasikan).
h. Rancangan Penilai Autentik
Modul ajar telah menunjukkan Kesesuaian bentuk, teknik dan instrumen dengan
indikator pencapaian kompetensi, Kesesuaian antara bentuk, teknik dan instrumen
penilaian sikap, Kesesuaian antara bentuk, teknik dan instrumen penilaian
pengetahuan, dan Kesesuaian antara bentuk, teknik dan instrumen penilaian
keterampilan.
8
Semangat”. Perhatian dan motivasi peserta didik juga didapatkan dari tayangan
powerpoint yang mendukung kegiatan apersepsi maupun penyampaian tujuan
pembelajaran berjalan dengan lebih menarik. Hal tersebut dilakukan dengan maksud
demi terciptanya pembelajaran yang aman, nyaman, dan berpihak pada peserta didik
sesuai karakteristik mereka. Dari kegiatan awal ini juga, kegiatan asesmen dilakukan
sebagai serangkaian kegiatan berkala untuk mengetahui proses perkembangan yang
terjadi pada peserta didik. Evaluasi pada akhir pembelajaran juga dilakukan yang
bertujuan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran dan membantu
merancang pembelajaran berikutnya.
9
salah satu wujud penanaman atau pembiasaan sikap yang mencerminkan profil pelajar
Pancasila.
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan menekankan pentingnya keterpaduan
pembelajaran dengan asesmen. Kurikulum Merdeka yang diterapkan pada pendidikan
saat ini sangat mendukung ketercapaian belajar peserta didik sesuai prinsip pembelajaran
dan asesmen yang mengindikasikan pentingnya pengembangan strategi pembelajaran
sesuai dengan tahap capaian belajar yang dikenal dengan istilah Culturally Responsive
Teaching (CRT). Tujuannya adalah agar setiap anak dapat mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan dengan memperhatikan tingkat capaian belajar masing-masing peserta
didik. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan asesmen dalam pembelajaran ini
telah melalui suatu tahapan siklus pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT).
Siklus tersebut diawali dengan guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran,
termasuk di dalamnya rencana asesmen formatif yang akan dilakukan di awal
pembelajaran dan asesmen di akhir pembelajaran. Pendidik melakukan asesmen di awal
pembelajaran untuk menilai kesiapan setiap individu peserta didik untuk mempelajari
materi yang telah dirancang. Berdasarkan hasil asesmen, pendidik memodifikasi
rencana yang dibuatnya dan/atau membuat penyesuaian untuk sebagian peserta didik.
Selanjutnya, melaksanakan pembelajaran dan menggunakan berbagai metode asesmen
formatif untuk memonitor kemajuan belajar serta melaksanakan asesmen di akhir
pembelajaran untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran. Asesmen ini dapat
digunakan sebagai asesmen awal pada pembelajaran berikutnya.
Pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) yang telah dijelaskan juga
dipadukan dengan model pembelajaran kontekstual. Untuk mengoptimalkan manfaat
kegiatan pembelajaran melalui model kontekstual, pendidik menerapkan strategi dalam
langkah- langkah pembelajaran kontekstual ini. Strategi tersebut yaitu: 1) Melalui
pemecahan masalah, menggunakan LKPD yang disesuaikan antara materi dengan
kehidupan sehari-hari peserta didik; 2) Mengajak peserta didik untuk berkelompok agar
suasana belajar menjadi variatif. Hal itu karena suasana belajar yang baru bisa
memunculkan pengalamanbaru yang menyenangkan dan mudah diingat; 3) Menjadikan
peserta didik sebagai pelajar sepanjang hayat dan mandiri melalui kegiatan berkelompok
dan difasilitasi LKPD, sehingga guru hanya berperan untuk mengarahkan dan
mengontrol jalannya pembelajaran; 4) Membangun komunikasi efektif yang bisa
diterima oleh semua peserta didik di kelas dengan berbagai karakter, sosial, budaya,
suku, dan sebagainya. Komunikasi yang dijalin oleh guru pada peserta didiknya akan
10
memengaruhi tingkat ketertarikan pada materi yang diajarkan; dan 5) Memberikan
penilaian yang otentik pada peserta didik. Penilaian tersebut bisa membantu guru dalam
memetakan tingkat kemampuan dan motivasi peserta didik selama pembelajaran.
Penerapan pendekatan pembelajaran Culturally Responsive Teaching (CRT) yang
berpadu dengan model pembelajaran kontekstual serta berbagai metode dan media
pendukung meningkatkan ketertarikan peserta didik untuk senantiasa belajar sesuai
capaian belajarnya, sehingga mereka bisa mendapatkan pengetahuan yang bersifat
fleksibel, nyaman, dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat
memperbaiki hasil belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman makna materi
yang sedang dipelajari. Peserta didik yang capaian belajarnya di bawah mayoritas tidak
merasa tertekan atas materi yang belum dipahami dengan baik, sedangkan mereka yang
mayoritas memahami materi tidak merasa bosan dengan kegiatan yang menarik
ataupun menantang sesuai level capaian belajar. Pelaksanaan pembelajaran dapat
mengakomodasi kemampuan yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengelompokkan
peserta didik berdasarkan tingkat capaian belajar masing-masing memaksimalkan
pemerolehan pengetahuan mereka. LKPD dan asesmen yang digunakan dalam
pembelajaran Culturally Responsive Teaching (CRT) dirancang lebih bervariasi
memperhatikan kemampuan peserta didik, sehingga perencanaan pembelajaran yang
dilakukan dapat berjalan secara sistematis. Pembelajaran menjadi lebih bervariatif dan
menyeluruh memperhatikan kebutuhan peserta didik. Culturally Responsive Teaching
(CRT) memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi guru dan peserta didik
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Media, LKPD, dan asesmen yang digunakan
memberikan pengalaman belajar yang maksimal bagi peserta didik. Penyerapan materi
yang berlangsung optimal karena sesuai dengan capaian belajar peserta didik. Peserta
didik mampu menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan kemampuannya, sehingga
materi dapat diterima dengan baik.
Kegiatan pembelajaran secara keseluruhan juga telah merepresentasikan
keterampilan dasar guru dalam mengajar. Dimulai dari keterampilan membuka dan
menutup pelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan,
keterampilan membuat variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, serta keterampilan mengajar
kelompok kecil dan peroseorangan. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan
Culturally Responsive Teaching (CRT) memberikan pengalaman bagi guru yaitu adanya
pemahaman yang lebih mendalam untuk mengetahui kebutuhan peserta didik, serta
11
pembelajaran yang fleksibel.
12
D. Tindak Lanjut Penyusunan dan Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan
Culturally Responsive Teaching (CRT)
Tindak lanjut evaluasi pembelajaran perlu dilakukan apabila hasil dari evaluasi
pembelajaran menunjukkan hasil yang kurang maksimal. Tindak lanjut ini dapat
dilakukan pada pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya. Pembelajaran
selanjutnya merupakan keputusan tentang upaya perbaikan pembelajaran yang akan
dilaksanakan sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran sedang tindak lanjut
evaluasi pembelajaran berkenaan dengan pelaksanaan dan instrumen evaluasi yang telah
dilaksanakan mengenai tujuan, proses dan instrumen evaluasi proses pembelajaran.
Tindak lanjut dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi kelebihan dan
kelemahan dari hasil evaluasi. Kelebihan yang sudah ada dapat dipertahankan,
sedangkan kelemahannya dapat diperbaiki dan ditingkatkan. Selanjutnya hasil
identifikasi tersebut dapat dijadikan acuan dalam merancang perangkat pembelajaran,
melaksanakannya, hinggakembali mengevaluasi dan merefleksikan pembelajaran yang
telah yang dilakukan. Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi yang telah dilakukan,
perangkat pembelajaran yang telah disusun sudah cukup baik sehingga perlu
dipertahankan. Namun ada beberapa hal yangperlu ditingkatkan, diantaranya perlunya
menyertakan asesmen diagnostik untuk mengetahui kemampuan awal, menambahkan
lembar penilaian diri atau antar teman sebagai Assessment as Learning, mengembangkan
Assessment of Learning sesuai dengan keberagaman kemampuan dari peserta didik
sehingga tidak hanya satu asesmen yang digunakan untuk semua peserta didik,
menambahkan bahan ajar serta soal evaluasi untuk kegiatan remidial dan pengayaan.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan juga sudah cukup baik, beberapa hal
yangperlu ditingkatkan diantaranya yaitu asesmen untuk menilai sikap dan keterampilan
sebaiknya dilakukan saat proses pembelajaran dengan cara berkeliling memantau
aktivitas peserta didik, menerapkan pembelajaran yang mendidik dengan mengutamakan
keterampilan berpikir kritis berbasis platform revolusi industri 4.0, materi tambahan bagi
peserta didik yang belum memahami materi ajar dengan baik, dan memberikan materi
pengayaan yang relevan dengan bahasan materi yang diajarkan, serta mengelompokkan
peserta didik menjadi 3 kelompok dengan kemampuan di bawah kelas tersebut, pada
kelas tersebut, dan di atas kelas tersebut.
Sedangkan kaitannya dengan penerapan Culturally Responsive Teaching (CRT)
pada pembelajaran, beberapa hal perlu ditingkatkan yaitu aktivitas kolaborasi
diskusi/presentasipeserta didik, aktivitas projek, dan aktivitas remidial serta pengayaan.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan laporan kegiatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa dalam merancang pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Culturally
Responsive Teaching (CRT) yaitu pada perencanaan pembelajaran Culturally
Responsive Teaching (CRT) yang telah dirancang berorientasi pada materi di kelas IV
pada elemen membaca dan menulis sudah disusun secara saksama dan sistematis
dengan memperhatikan setiap kemampuan peserta didik. Dalam penyusunan
perencanaan pembelajaran berupa modul ajar sudah tersusun dengan memperhatikan
komponen pendukungnya.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pendekatan Culturally Responsive
Teaching (CRT) yang telah dipadukan dengan model pembelajaran kontekstual. Untuk
mengoptimalkan manfaat kegiatan pembelajaran melalui model kontekstual, pendidik
menerapkan strategi dalam langkah-langkah pembelajaran kontekstual. Kegiatan
pembelajaran secara keseluruhan juga telah merepresentasikan keterampilan dasar guru
dalam mengajar. Dimulai dari keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan membuat
variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,
keterampilan mengelola kelas, serta keterampilan mengajar kelompok kecil dan
peroseorangan.
Refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran Culturally Responsive Teaching
(CRT) yang dilakukan sudah dilaksanakan dengan baik dan sesuai. Dalam proses refleksi
dilaksanakan dengan berbagai kegiatan yang melibatkan teman sejawat, guru pamong/
guru kelas, dan dosen. Beberapa kegiatan dalam refleksi diantaranya refleksi simulasi
pelaksanaan pembelajaran, refleksi penyusunan perangkat pembelajaran, dan
pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan simulasi pelaksanaan pembelajaran sudah berjalan
dengan baik namun beberapa hal masih perlu diperhatikan untuk dapat ditingkatkan
kembali, misalnya assesmen untuk menilai sikap dan keterampilan sebaiknya dilakukan
saat proses pembelajaran dengan cara berkeliling memantau aktivitas peserta didik.
Refleksi penyusunan perangkat pembelajaran beberapa komponen sudah mampu
dilaksanakan dengan tepat dan sesuai. Namun, terdapat beberapa poin yang harus lebih
diperhatikan seperti dalam komponen asesmen diagnostik, pengayaan dan remedial.
14
Selanjutnya refleksi pelaksanaan pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik,
hanya dalam aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan terlihat beberapa aktivitas
pembelajaran belum dilakukan oleh guru seperti pemberian asesmen diagnostik, aktivitas
projek, pengayaan dan remedial.
B. Saran
Menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang laporan diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.Untuk
saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan laporan yang telah dijelaskan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan. (2022). Panduan Pembelajaran dan
Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah. Jakarta:
Kemdikbudristek.
16
LAMPIRAN
17