Anda di halaman 1dari 43

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat


Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala rahmat dan
karunianya sehingga
kami dapat menyusun
makalah yang berjudul
“Neraca
Pembayaran
Internasional”.
Pertimbangan
penyusunan makalah ini,
untuk
menyelesaikan tugas mata
kuliah Ekonomi
1
Internasional dan ingin
mengantarkan
para pembaca agar lebih
mengenal
tentangbagaimana
penerapan neraca
pembayaran internasional
didalam pelaksanaan
perdagangan
internasional.
Melalui makalah ini kami
harap dapat meningkatkan
kemampuan pembaca
sesuai

2
dengan potensinya, baik
diranah kognitif, efektif,
maupun
psikomotorik,sehingga
dapat menumbuhkan rasa
percaya diri bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan
dari makalah ini,
mengingat kurangnya
pengetahuan
dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik
dan saran yang
membangun
3
sangat penulis harapkan.
Terima kasih.
Pamulang, 16 September
2022
Penyusun,
Kelompok
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala rahmat dan
karunianya sehingga
kami dapat menyusun
makalah yang berjudul
“Neraca

4
Pembayaran
Internasional”.
Pertimbangan
penyusunan makalah ini,
untuk
menyelesaikan tugas mata
kuliah Ekonomi
Internasional dan ingin
mengantarkan
para pembaca agar lebih
mengenal
tentangbagaimana
penerapan neraca
pembayaran internasional
didalam pelaksanaan
5
perdagangan
internasional.
Melalui makalah ini kami
harap dapat meningkatkan
kemampuan pembaca
sesuai
dengan potensinya, baik
diranah kognitif, efektif,
maupun
psikomotorik,sehingga
dapat menumbuhkan rasa
percaya diri bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan
dari makalah ini,
6
mengingat kurangnya
pengetahuan
dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik
dan saran yang
membangun
sangat penulis harapkan.
Terima kasih.
Pamulang, 16 September
20
TUGAS MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

EFEKTIFITAS KOMUNIKASI DAN PERILAKU BAIK


DALAM MANAJEMEN KONFLIK

(Studi Kasus Di Departemen Purchasing PT. Sumi Rubber Indonesia)

Dosen Pengampu : Dr. Lili Karmela Fitriani, M.Pd.

7
Disusun oleh :

1. Andi Alif fathurrahman ( 20220510503)


2. Ayu Putri Puspita Hapsari ( 20220510353 )
3. Febian Jesi Mandela ( 20220510317)

Kelompok 3
Kelas : Management 11/K

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KUNINGAN
2023

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

8
Neraca pembayaran
merupakan suatu catatan
sistematis mengenai
transaksi ekonomi antara
penduduk suatu negara dan
penduduk negara lainnya
dalam suatu periode
tertentu. Transaksi
tersebut diklasifikasikan
ke dalam
transaksi berjalan,
transaksi modal, dan lalu
lintas moneter. Transaksi
berjalan

9
terdiri atas ekspor ataupun
impor barang dan jasa,
sedangkan transaksi
modal
terdiri atas arus modal
sektor pemerintah
ataupun swasta, baik
yang bersifat
jangka pendek maupun
jangka panjang. Lalu lintas
moneter adalah
perubahan
dalam cadangan devisa.
Dengan demikian,

10
neraca pembayaran
memberikan
gambaran arus penerimaan
dan pengeluaran devisa
serta perubahan neto
cadangan
devisa. Kebijaksanaan
neraca pembayaran yang
serasi dan terpadu
dengan
kebijaksanaan
pembangunan lainnya
merupakan faktor penting
dalam pencapaian

11
sasaran pembangunan.
Kondisi neraca
pembayaran yang mantap
mendorong arus
perdagangan luar negeri,
meningkatkan lalu lintas
modal luar negeri
untuk
kepentinganpembangunan
nasional, serta mendukung
pertumbuhan yang
berlanjut
dari perekonomian
nasional. Sistem devisa

12
bebas yang merupakan
kebijaksanaan
mendasar di bidang
neraca pembayaran
merupakan prasyarat
dan perangkat
ekonomi pokok bagi
terciptanya efisiensi
perekonomian nasional
dalam
berinteraksi dengan
perekonomian
internasional
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.......................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4

13
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
LANDASAN TEORI.........................................................................................................7
2.1 Pengertian Komunikasi......................................................................................7
2.2 Unsur – Unsur dan Proses Komunikasi..............................................................9
2.3 Jenis Komunikasi.............................................................................................12
BAB III............................................................................................................................15
3.1 PT. Sumi Rubber Indonesia..............................................................................15
3.2 Perilaku Buruk.................................................................................................17
3.3 Komunikasi Yang efektif.................................................................................20
3.4 Konflik Organisasi...........................................................................................24
3.5 Jenis - Jenis Konflik.........................................................................................26
3.6 Dampak konflik................................................................................................27
BAB IV............................................................................................................................31
PENUTUP.......................................................................................................................31
4.1 Kesimpulan......................................................................................................31
4.2 Saran................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................34

14
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis kehadirat Allah SWT beserta junjungan Nabi Besar
Muhammad Saw yang telah memberikan rahmat berupa kekuatan,
kemudahan,dan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang
berjudul “ Efektifitas Komunikasi dan Perilaku Baik Dalam Manajemen Konflik ”

Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
penulis. Oleh karean itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima
dengan senang hati perbaikan makalah selanjutnya.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama


rekan - rekan kelompok 3 mata kuliah Perilaku Organisasi yang telah memberikan
masukan demi kelancaran dan kelengkapan tulisan ini. Akhirnya, semoga tulisan
yang jauh dari sempurna ini ada manfaatnya.

Kuningan, 20 Maret 2023

Penulis,

15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan
manusia lainnya dan lingkungan sekitarnya. Berkomunikasi dengan baik
diperlukan untuk mengatur tata krama pergaulan antar manusia, sebab akan
memberi pengaruh langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam
bermasyarakat. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang
disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan.

Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan


perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam proses
komunikasi. Tujuan dari komunikasi efektif sebenarnya adalah memberikan
kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi informasi
dan penerima informasi sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi informasi
lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh
penerima informasi, atau komunikan.

Sebuah organisasi memerlukan manusia sebagai sumber daya pendukung


utama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber daya manusia yang
berkualitas akan turut memajukan organisasi sebagai suatu wadah peningkatan
produktivitas kerja. Kedudukan strategis untuk meningkatkan produktivitas
organisasi adalah karyawan, yaitu individu-individu yang bekerja pada suatu
organisasi atau perusahaan. Pengertian kinerja dalam organisasi merupakan
jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Tercapai tidaknya tujuan perusahaan ditentukan oleh kinerja karyawannya.

16
Perilaku buruk yang dilakukan oleh seorang karyawan dalam sebuah
organisasi akan menghambat komunikasi yang terjadi antar anggotanya. Di
departemen Purchasing PT. Sumi Rubber Indonesia terdapat beragam perilaku
buruk yang ditemukan, diantaranya adalah agresi kejahatan, penipuan,
ketidaksopanan, sabotase dan pencurian. Komunikasi berarti memberikan
informasi dan mendistribusikannya kepada para anggota organisasi, jika distribusi
tersebut terhambat karena adanya perilaku buruk yang dilakukan oleh seseorang
maka komunikasi yang terjalin menjadi tidak efektif. Dalam jangka panjang
komunikasi yang tidak efektif tersebut akan mengakibatkan timbulnya
kesalahpahaman penafsiran sehingga menimbulkan prasangka dan akhirnya
berujung pada konflik dalam internal perusahaan atau organisasi. Peran
manajemen sangat dibutuhkan untuk mengatasi konflik yang terjadi karena
dampak dari konflik tersebut akan berimbas pada kinerja dan efektifitas pekerjaan
diperusahaan khususnya di PT. Sumi Rubber Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi?
2. Apa sajakah unsur – unsur dan bagaimana proses komunikasi dapat terjadi
komunikasi?
3. Apa saja yang termasuk ke dalam jenis komunikasi?
4. Bagaimana komunikasi organisasi yang baik dalam menghindari perilaku
buruk di PT. Sumi Rubber Indonesia?
5. Bagaimana keefektifan komunikasi organisasi yang diterapkan oleh PT.
Sumi Rubber Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mampu untuk memahami apa yang dimaksud komunikasi
2. Mampu untuk memahami unsur - unsur komunikasi dan proses terjadinya
komunikasi
3. Mampu untuk memahami jenis komunikasi yang ada
4. Mengetahui pengaruh komunikasi organisasi yang baik dalam
menghindari perilaku buruk di PT. Sumi Rubber Indonesia

17
5. Mengukur efektifitas komunikasi organisasi dan kinerja karyawan pada
PT. Sumi Rubber Indonesia

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Komunikasi


Komunikasi berasal dari bahasa latin ’’ communicatio “ dan bersumber
dari communis yang berarti sama atau kesamaan makna. Winardi (1990: 213)
mengartikan komunikasi sebagai proses dimana pihak tertentu menyampaikan
kepada pihak lain, pandangannya, keinginannya, pendiriannya dengan harapan
bahwa pihak yang dihubungi itu dapat mengerti dan melaksanakan tindakan-
tindakan sesuai dengannya.

Pendapat Winardi tersebut diperjelas lagi oleh Hovland (dalam Siahaan,


1990: 03) yang menjelaskan bahwa, komunikasi adalah proses bilamana seorang
individu (komunikator) mentransfer stimulans (biasanya lambang kata- kata)
untuk merubah tingkah laku individu lainnya (komunikan) . Pelaksanaan
komunikasi harus timbul saling pengertian antara pimpinan dan karyawan
sehingga terjadi hubungan yang harmonis. Komunikasi merupakan proses
pemindahan pengertian yang membutuhkan ketrampilan- ketrampilan tertentu.

Menurut Robbins ( 2002 : 146 ) komunikasi mempunyai empat fungsi


utama di dalam organisasi antara lain :

1) Fungsi Kendali ( kontrol, pengawasan )

Komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku anggota dalam


beberapa cara. Setiap organisasi mempunyai hirarki wewenang dan garis panduan
formal maupun informal yang harus dipatuhi oleh karyawan.

2) Komunikasi Memelihara Motivasi

18
Komunikasi membantu perkembangan motivasi, dengan menjelaskan
kepada karyawan apa yang harus dilakukan, bagaimana mereka bekerja dengan
baik, dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja jika dibawah
standar.

3) Pengungkapan Emosional

Bagi para karyawan kelompok kerja merupakan sumber pertama interaksi


sosial. Komunikasi yang terjadi dalam kelompok tersebut merupakan mekanisme
fundamental dimana para anggota menunjukkan ungkapan kekecewaan dan rasa
puas mereka. Oleh karena itu komunikasi menunjukkan ungkapan emosional dari
perasaan dan pemenuhan kebutuhan.

4) Informasi

Komunikasi berhubungan dengan perannya dalam mempermudah


pengambilan keputusan. Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan
individu dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data
guna menilai pilihan – pilihan alternatif.

Komunikasi sangatlah berperan dalam suatu organisasi karena dengan


adanya komunikasi kita dapan berinteraksi satu dengan yang lain. Dalam
organisasi dibutuhkan komunikasi antara tingkatan atas dengan bawah agar
terjalin kerjasama yang lebih baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dan kontribusi yang diharapakan.

19
2.2 Unsur – Unsur dan Proses Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar


sebagai berikut : pengirim pesan , penerima pesan dan pesan. Semua fungsi
manajer melibatkan proses komunikasi.

1. Komunikator
Dalam proses komunikasi komunikator berperan penting karena
mengerti atau tidaknya lawan bicara tergantung cara penyampaian
komunikator. Dalam hal ini, seorang pengirim pasti memiliki beberapa
jenis informasi yang ingin disampaikan kepada orang lain. Misalnya, suatu
perintah, pertanyaan, ide (gagasan), pendapat, atau pernyataan. Persamaan
makna dalam proses komunikasi sangat bergantung pada komunikator,
maka dari itu terdapat syarat-syarat yang diperlukan oleh komunikator,
diantaranya:
a. Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya.
b. Kemampuan berkomunikasi.
c. Mempunyai pengetahuan yang luas.
d. Sikap.
e. Memiliki daya tarik, dalam arti memiliki kemampuan untuk
melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada diri
komunikan.
2. Pesan/Simbol/Isyarat

20
Adapun yang dimaksud pesan dalam proses komunikasi adalah
suatu informasi yang akan dikirmkan kepada si penerima. “pesan ini dapat
berupa verbal maupun noverbal. Pesan verbal dapat secara tertulis seperti:
surat, buku, majalah, memo, sedangkan pesan secara lisan dapat berupa
percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, radio, dan
sebagainya. Pesan non verbal dapat berupa isyarat, gerakan badan dan
ekspresi muka dan nada suara.

Ada beberapa bentuk pesan, diantaranya:

a. Informatif, yakni memberikan keterangan-keterangan dan


kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri.
b. Persuasif, yakni dengan bujukan untuk membangkitkan pengertian
dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan
memberikan rupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan,
namun perubahan ini adalah kehendak sendiri.
c. Koersif, yakni menggunakan sanksi-sanksi. Bentuknya terkenal
dengan agitasi, yakni dengan penekanan-penekanan yang
menimbulkan tekanan batin diantara sesamanya dan pada kalangan
public.16 Ketiga bentuk pesan ini sering kali kita temukan dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya seorang guru dalam kegiatan
mengajar menggunakan komunikasi informatif, selain itu jika
murid tidak mengetahui peraturan menggunakan komunikasi
koersif.
3. Media

Media yaitu sarana atau alat yang digunakan oleh kominkator untuk
menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan atau sarana yang
digunakan untuk memberikan feedback dari komunikan kepada komunikator.

4. Penerima

21
Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah
yang menjadi sasaran dari komunikasi.. Komunikasi yang efektif jika
komunikan mampu mendengarkan dan memahami pesan yang disamaikan.
Begitu pula sebaliknya komunikator harus mampu menyampaikan pesan yang
baik.

5. Balikans/Efek/Feedback

Proses komunikasi dapat mencapai titik akhirnya ketika pesan telah


berhasil dikirim, diterima, dan dipahami oleh sang penerima pesan. Dampak
yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu:

a. Dampak kognitif, adalah yang ditimbulkan pada komunikan yang


menyembabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya.
b. Dampak efektif, lebih tinggi kadarnya dari pada dampak komunikan
tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya
perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.
c. Dampak behavioral (konatif), yang paling tinggi kadarnya, yakni
tampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan
atau kegiatan.
6. Gangguan

Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi


mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir
selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau
menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang
diterimanya.

2.3 Jenis Komunikasi


Jenis komunikasi terdiri dari:

1. Komunikasi verbal dengan kata-kata mencakup beberapa aspekaspek,


yaitu:

22
a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata).
b. Racing (kecepatan).
c. Intonasi suara
d. Humor
e. Singkat dan jelas.
f. Timing (waktu yang tepat)
Komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh. Komunikasi non
verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non
verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Yang termasuk
komunikasi non verbal:
a. Ekspresi wajah

Merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi


wajah cerminan suasana emosi seseorang.

b. Kontak mata

Merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan


kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut
terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk
memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga
memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang
lainnya

c. Postur tubuh dan gaya berjalan.

Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan


ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi,
konsep diri, dan tingkat kesehatannya.

d. Sound (Suara)

Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan


perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila

23
dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya
sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.

e. Gerak isyarat

Adalah yang dapat mempertegas pembicaraan. Menggunakan isyarat


sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau
mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam
keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress. 10

24
BAB III
STUDI KASUS EFEKTIFITAS KOMUNIKASI DAN
PERILAKU BAIK DALAM MANAJEMEN KONFLIK DI PT.
SUMI RUBBER INDONESIA

3.1 PT. Sumi Rubber Indonesia


PT. Sumi Rubber Indonesia merupakan perusahaan industri yang bergerak
dalam bidang pengolahan bahan mentah karet menjadi ban dan bola golf.
Perusahaan ini terletak di kawasan Indotaisei, Cikampek Karawang. Perusahaan
ini memiliki 16 departemen meliputi Warehouse 1, Warehouse 2, Warehouse 3,
Produksi 1, Produksi 2,Produksi 3, Produksi 4, Accounting, Safety and
Environment, General Affairs, MIS, Engineering, Quality Control, HRD,
Purchasing, dan Quality Assurance. Perusahaan ini memiliki sekitar 4000
karyawan baik karyawan tetap maupun kontrak dan outsourcing dari yayasan.
Peneliti memilih perusahaan sebagai bahan pengamatan karena pernah bekerja
diperusahaan tersebut selama 5 tahun dibagian departemen Purchasing.

Perusahaan ini merupakan bentuk organisasi karena dibentuk dari


sekumpulan orang orang dalam kelompok untuk bekerja sama dalam mencapai
tujuan dan visi misi perusahaan. Departemen Purchasing dalam perusahaan PT.
Sumi Rubber itu sendiri adalah departemen yang menangani pekerjaan untuk
pembelian barang baik lokal maupun impor dan proses perijinannya. Departemen
ini juga menjalin komunikasi baik internal meliputi antar semua departemen dan
juga hubungan eksternal ( Supplier dan Customers). Departemen Purchasing juga
merupakan departemen yang diasumsikan sebagai “daerah basah”. Asumsi ini
muncul ini karena didalam internal departemen itu sendiri terdapat transaksi
keluar barang masuk dan proses pembeliannya. Dalam 1 hari departemen ini bisa
melakukan pembelian barang diatas 1 Milyar. Dengan banyak dan besarnya
transaksi uang yang dilakukan di dalam departemen Purchasing setiap harinya

25
inilah yang menimbulkan konflik internal dengan berawal dari beberapa perilaku
buruk dari karyawannya diantaranya penipuan, pencurian, sabotase harga barang
yang tidak sesuai, pencurian/penyalahgunaan atas barang yang dipesan, agresi dan
kejahatan.

Setiap staf yang menangani perkerjaan pembelian seringkali timbul rasa


curiga satu sama lain karena ada rasa iri terhadap jumlah transaski pembelian
barang yang dilakukan. Di departemen Purchasing terdapat 12 karyawan staf, 2
chief staf, 1 asisten manager, 1 manager dan 1 general manager. Karyawan dalam
1 departemen tersebut memiliki perbedaan identitas dari asal usul, agama, suku,
pendidikan. Namun perbedaan tersebut tidak akan memengaruhi kondisi
perusahaan jika tidak dibarengi dengan perilaku yang buruk dari karyawan yang
ada didalamnya. Perilaku yang buruk akan menghambat komunikasi yang terjalin
dan efektifitas komunikasi. Hal ini akan memancing konflik antar karyawan baik
hubungan secara horizontal dan vertikal. Konflik yang terjadi bisa menghambat
kinerja dan produktivitas kerja dalm sebuah perusahaan. Pada umumnya perilaku
buruk yang kerap terjadi disebuah perusahaan adalah memeras, suap, menggertak,
menipu, ketidakjujuran, intimidasi, pelanggran privasi, pelecehan seksual,
anacaman pencurian,diskriminasi, pemberian informasi yang salah. Perilaku yang
buruk memerlukan campur tangan manajemen, untuk itu mengelola perilaku
buruk karyawan berhubungan dengan kesigapan manajer untuk bertanggung
jawab, bertindak, memecahkan dan memperbaiki masalah (Ivancevich,2006:258).
Intervensi manajemen tersebut merupakan tindakan yang diambil oleh manager
untuk mencegah, mengendalikan atau merespons perilaku buruk yang berbahaya.

Keterlibatan manajemen dalam mengelola perilaku yang buruk dalam


sebuah perusahaan sangat dibutuhkan dalam hal mengurangi bentuk konflik yang
terjadi. Menurut Mack & Synder (dalam Liliweri 2004 : 250), konflik adalah
persengketaan antara dua atau lebih pihak yag memperebutkan kelangkaan
kedudukan atau kelangkaan sumber melalui tindakan merusak, melukai atau cara
cara lain yang 5saling mengendalikan atau mengontrol yang mengakibatkan

26
rusaknya relasi pihak pihak yang terlibat tersebut. Sedangkan penyebab konflik
( Zalabak, 2006: 310)

“ Causes of conflict include scarce resourss, deception change, invivility,


agreeesion. Stress, burnout, emotional labor, relationship of all types, preferences,
and past experince”

“ Penyebab konflik meliputi ketakutan akan kesediaann sumber daya,


bentuk kecurangan, ketidaknyamanan, penyerangan, kelelahan, emosi karyawan,
bentuk hubungan yang terjalin, tingkat pemahaman dan pengalaman masa lalu”.

3.2 Perilaku Buruk


Ada 8 bentuk perilaku buruk diantaranya pelecehan seksual, agresi dan
kejahatan, bullying, ketidaksopanan, penipuan, penyalahgunaan obat ditempat
kerja, cyberslacking, sabotase dan pencurian (Ivancevich, 2006 : 263). Didalam
departemen Purchasing itu sendiri, peneliti menemukan perilaku buruk yang
terjadi diantaranya:

1. Agresi dan kejahatan

Agresi ditempat kerja adalah usaha dari seorang individu yang


menimbulkan bahaya terhadap orang lain yang sebelumnya bekerja
dengannya atau yang pada saat ini bekerja untuknya atau bekerja dalam
organisasi itu sendiri. Kategori agresi itu sendiri berupa dimensi fisik,
verbal, aktif, pasif langsung dan tidak langsung. Agresi aktif menimbulkan
bahaya melalui suatu perilaku spesifik, sementara agresi pasif itu dicapai
melalui menahan diri terhadap sesuatu yang diiinginkan.

Berikut jenis agresi tempat kerja yang ada di PT. Sumi Rubber Indonesia :

Dimensi Dimensi
Fisik & Aktif & Dimensi langsung & tidak langsung
Verbal Pasif

27
Fisik Aktif Langsung Tidak langsung
-Menganggu orang lain ketika -Pencurian
bekerja -Sabotase
-Mengahancurkan properti
-Mengonsumsi sumber daya yang
diperlukan
Pasif -Melambatkan kerja dengan -Datang terlambat rapat
sengaja -Menunda pekerjaan untuk
-Menolak menyediakan sumber membuat target tampak buruk
daya yang diperlukan -Menyebabkan orang lain
-Meninggalkan wilayah kerja menunda tindakan
ketika target masuk
Verbal Aktif -Ancaman -Menyebarkan gosip
-Teriakan -Mengadu
-Hinaan dan sarkasme -Berbicara dibelakang
-Memamerkan status -Merendahkan pendapat
-Evaluasi kinerja yang tidak -Mengirimkan informasi yang
adil menolak
Pasif -Gagal membalas panggilan -Gaagal mengirimkan informasi
telepon -Gagal menyangkal gosip yang
-Mendiamkan target salah
-Menolak permintaan target -Gagal membela target
-Gagal memperingatkan bahaya
yang akan muncul

2. Ketidaksopanan
Ketidaksopanan ditempat kerja berhubungan dengan tindak tanduk kasar,
tidak sopan atau merendahkan orang lain. Di departemen Purchasing
bentuk ketidaksopanan tersebut berupa memberikan komentar yang
merendahkan, berperilaku menganggu dalam rapat, mengabaikan orang
lain, menghina orang lain, berbicara dengan emosi yang meledak dengan
tiba tiba, memberikan kontak mata negatif, tidak menjawab ketika ditanya,

28
menolak untuk mengucapkan terimasih atau tolong, menyela orang lain
yang sedang berbicara. Bentuk pengurangan tindakan tersebut adalah
pemberian teguran langgsung dari atasan maupun pihak manajemen.
Dampak dari sikap ketidaksopanan tersebut akan memengaruhi
kenyamanan dalam bekerja sehingga dapat menimbulkan konflik.
3. Penipuan
Penipuan didefinisikan sebagai tindakan yang disengaja untuk
mengalihkan atau menyalahartikan informasi yang berharga.Penipuan
merupakan kombinasi dari motif dan kesempatan. Bentuk penipuan yang
ada contohnya adalah memanipulasi harga pembelian barang dari supplier
untuk mendapatkan keuntungan pribadi, memberikan laporan harga barang
dan transaksi palsu. Bentuk perilaku buruk ini akan merugikan perusahaan
karena mencuri dana atau uang secara sistem atau data. Kesempatan untuk
melakukan penipuan dapat dibatasi dengan sistem kontrol internal dengan
adanya check dan balances yang sesuai, maka akan lebih sulit melakukan
kecurangan terhadap organisasi sehingga dapat meminimalisir konflik
yang terjadi.
4. Sabotase
Sabotase merupakan sikap merusak atau menghancurkan peralatan, tempat
kerja atau data rekan kerja atau organisasi. Sabotase karyawan mulai dari
perilaku seperti gurauan sederhana hingga bentuk vandalisme. Sabotase
merupakan bentuk kejahatan yang ekstrem karena memasukkan sedikit
unsur balas dendam. Terdapat tiga jenis sabotase yaitu meliputi orang,
peralatan dan operasi. Kategori sabotase orang bertujuan untuk
menghancurkan karir, kemajuan, reputasi atau bidang kerja seseorang.
Sedangkan sabotase peralatan dan operasi melibatkan perusakan secara
fisik dengan merusak barang yang akan dijadikan tender dari beberapa
supplier sehingga barang yang akan diorder sengaja dialihkan ke supplier
lain yang dia kehendaki karena berniat untuk mendapatkan keuntungan.
Usaha untuk meminimalisir sabotase antara lain melakukan kontrol atas
supplier yang diindikasikan melakukan tindakan kecurangan dan meminta

29
surat rekomendasi dari departemen masing masing atas barang yang rusak
dengan ketentuan bahwa barang yang sudah dibeli atau diroder tidak
memenuhi syarat..
5. Pencurian
Pencurian didefinisikan sebagai pengambilan, konsumsi atau transfer uang
atau barang tanpa izin dari organisasi. Pencurian menyebabkan hilangnya
banyak uang sehingga menjadi persoalan serius dalam sebuah organisasi
yang harus ditangani oleh manager. Beberapa perangkat fisik yang mudah
menjadi bahan curian diantaranya adalah Alat Tulis dan Kantor (ATK),
Perangkat IT ( hardisk, flasdisk, ram ), Equipment ( Kunci, baut, bering
dll). Sedangkan dalam bentuk uang adalah tindakan penerimaan bonus
atau fee dari supplier atas tender yang dimenangkan salah satu supplier
dan pemberian uang sebagai bentuk balas jasa ketika pemesanan barang
sudah dilaksakan. Pihak manajemen berusaha mengendalikan masalah
pencurian dengan program pengawasan yang dilakukan seperti
penggunaan pengintai elektronik, alat detector, pemeriksaan lansgung
ketika jam pulang kerja oleh security dan audit rekening serta harta
karyawan.

3.3 Komunikasi Yang efektif


Dalam komunikasi organisasi terdapat aliran komunikasi yang berfungsi
untuk mengetahui bagaimana informasi itu didistribusikan kepada para anggota
organisasi, melihat bagaimana pola distribusinya dan bagaimana orang orang
terlibat dalam penyebaran informasi itu didalam organisasi. Aliran komunikasi
organisasi berpengaruh terhadap efektifitas organisasi baik dalam kaitannya
dengan hubungan ataupun dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan organisasi.
Lancar tidaknya aliran komunikasi organisasi tergantung oleh iklim komunikasi.

Karyawan dalam satu departemen Purchasing seringkali timbul


kesalahpahaman karena komunikasi yang dijalin tidak efektif. Beberapa faktor
penyebab komunikasi yang terjadi yang tidak efektif didalam organisasi

30
khususnya departtemen Purchasing ini adalah Faktor kemampuan individu dalam
berkomunikasi, tingkat pendidikan yang berbeda dari mulai D3 hingga S2, serta
ketidaknyaman dalam bekerja karena perilaku buruk yang kerap terjadi. Hal yang
paling penting adalah kemampuan komunikasi yang dimiliki oleh setiap individu
karena itu merupakan faktor penentu kesuksesan setiap individu maupun
organisasi untuk bertahan dalam persaingan bisnis. Kemampuan komunikasi
seseorang dalam organisasi diperlukan dalam membangun tim kerja dan dalam
aktivitas organisasi. Dengan melihat pentingnya komunikasi dalam organisasi,
maka efektifitas komunikasi akan sangat menentukan kesuksesan organisasi baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Menurut Covey dalam jurnal ( Hassa Nurrohim. 2009) untuk membangun


komunikasi yang efektif diperlukan lima dasar penting yaitu usaha untuk benar-
benar mengerti orang lain, kemampuan untuk memenuhi komitmen, kemampuan
untuk menjelaskan harapan, kemauan untuk meminta maaf secara tulus jika
melakukan kesalahan, dan kemampuan memperlihatkan integritas. Disamping itu
untuk melakukan komunikasi yang efektif, dilakukan dengan menganalisa,
menyalahkan, menghakimi, menasehati, dan menginterogasi, serta dibutuhkan
keterampilan mendengarkan dan bertanya. Dalam proses berkomunikasi,
seseorang harus mampu mendengarkan dan memahaminya dengan baik.
Kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang saling memiliki keterkaitan
dan mengarah pada suatu solusi. Sehingga tujuan utama dalam komunikasi yang
efektif adalah sebuah winwin solution. Tak ada satupun orang yang mau
disalahkan. Inilah konsep dasar dari komunikasi efektif.

Komunikasi efektif perlu dilakukan untuk dapat membangun hubungan


baik dalam internal departemen Purchasing dan hubungan dengan departemen lain
selaku pemesan barang serta hubungan dengan supplier selaku penjual barang.
Sehingga tujuan yang ingin diraih dapat dicapai secara bersama-sama. Ketika
ingin berkomunikasi dengan orang lain, kita melakukannya dengan efektif dalam
kondisi apapun dan dibutuhkan kesiapan seseorang dalam menerima informasi
atau pertanyaan dari kita. Dengan berkomunikasi efektif kita dapat menunjukan

31
kepribadian yang berkarakter positif dan membuka diri untuk selalu tumbuh dan
berkembang menuju kesuksesan secara bersama-sama. Dalam komunikasi
organisasi, komunikasi terjadi secara formal maupun infromal, namun pada
prinsipnya membahas masalah masalah yang berhubungan dengan kedinasan.
Penyebab komunikasi tidak efektif juga adalah karena kesalahpahaman dan
ketidakpahaman individu dalam memahami informasi yang diterima.
Kesalahapahaman tersebut menandakan adanya suatu yang menganggu, baik dari
penyampaian pesan yang disampaikan, maupun semua unsur komunikasi itu
sendiri (Somad, 2014:135).

Komunikasi yang efektif dianggap penting karena menentukan tepat tidaknya


komunikasi yang dilakukan dengan tetap memperhatikan prinsip komunikasi yang
efektif yang diutarakan menurut Rismi Somad (2014:131) yang disebut REACH
( Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble) :

1. Menghargai ( respect): Dengan membangun komumikasi dengan rasa


hormat dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita akan
membangun kerjasama yang meningkatkan efektivitas kinerja sebagai
individu maupun kelompok.
2. Empati ( empathy ) : kemampuan untukn mendengarkan atau mengerti
terlebih dahulu sebelum didengarkan atau dimenegerti orang lain. Dengan
memahami dan mendengar orang lain maka kita dapat membangun
keterbukaan dan kepercayaan dengan orang lain.
3. Memahami ( audible ) : Pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh
penerima pesan dengan baik dengan penggunaan media maupun
perlengkapan atau alat bantu audio visual. Penggunaan media ini
membantu agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik.
4. Jelas ( clarity ) : kejelasan dari pesan sehingga tidak menimbulkan multi
interpretasi atau berbagai openafsiran yang berlainan. Clarity bisa
diartiikan juga keterbukaan dan tranparansi, yang dapat meningkatkan
semangat dan antusiasme kelompok atau tim.

32
5. Rendah hati ( humble ) : sikap yang merupakan unsur terkait dengan
membangun rasa menghargai orang lain yang didasarkan oleh sikap
rendah hati yang kita miliki.

Untuk meningkatkan komunikasi yang efektif didalam departemen


Purchasing, manajemen melakukan langkah langkah sebagai berikut:

1. Melakukan breafing setiap hari sebelum bekerja antara 15 hingga 30


menit, didalam breafing ini setiap karyawan wajib melakukan pelaporan
atas jobdesk pekerjaan yang ditangani baik itu progress kemajuan
kerjanya, kendala yang dihadapi dan sharing pendapat satu sama lain. Hal
ini bertujuan untuk membuat pekerjaan dalam satu team tersebut berjalan
dengan lancar, karena pada dasarnya satu staf dengan staf lainnya dalam
departemen ini memiliki hubungan pekerjaan yang hampir sama
jobdesknya dan saling berkaitan satu sama lain.
2. Memberikan laporan pekerjaan secara individu kepada atasan baik secara
tertulis dalam bentuk weekly report maupun secara oral. Manager selalu
berusaha menjalin komunikasi dengan baik dengan bawahannya untuk
menghindari adanya kendala dalam hal pekerjaan yang sedang ditangani
dan atasan akan memberikan masukan terhadap masalah yang dihadapi
oleh bawahan.
3. Melakukan rapat dengan depertemen lain seminggu sekali untuk
membahas terkait barang yang dipesan, spesifikasi barang dan masalah
yang dihadapi oleh setiap departemen atas barang yang sudah dipesan jika
terjadi reject ataupun kerusakan.
4. Melakukan kunjungan langsung atau melihat barang yang dibeli secara
langsung dengan didampingi oleh supplier dan departemen yang terkait
untuk melakukan pengechekan atas spesifikasi atas barang yang dipesan.
5. Departemen purchasing memberikan kemudahan kepada karyawannya
dalam berkomunikasi dengan menyediakan media seperti laptop,
komputer,dan handphone sehingga kinerja kerja yang dihasilkan lebih
cepat dan maksimal.

33
3.4 Konflik Organisasi
Organisasi adalah sebuah kumpulan atau sistem indvidual yang melalui
suatu hierarki atau jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang
ditetapkan (Soyomukti (2010: 178). Sedangkan pengertian komunikasi organisasi
menurut Zalabak (2006: 16) “ Process through which organizations create and
shape events, The process can be understood as a combination of process, people,
messages, meaning and purpose”.

“ Proses yang terus menerus dimana organisasi menciptakan dan


membentuk kejadian. Prosesnya bisa dipahami sebagai bentuk kombinasi antar
proses, orang orang, pesan, makna dan tujuannya”

Konflik adalah perjuangan yang diekspresikan antara sekurang kurangnya


dua pihak yang saling bergantung, yang mempersepsi tujuan tujaun yang tidak
sepadan, imbalan yang langka, dan gangguan dari pihak laun dalam mencapai
tujuan mereka, perjuangan tersebut menggambarkan perbedaan diantara kedua
pihak. (R. Wayne Pace, 2002: 369).

Sedangkan menurut Mack & Synder (dalam Liliweri 2004 : 250),


persengketaan antara dua atau lebih pihak untuk memperebutkan kelangkaan
kedudukan atau kelangkaan sumber daya melalui perilaku dan tindakan merusak,
melukai dan cara cara lain yang saling mengendalikan atau mengontrol yang
mengakibatkan rusaknya relasi pihak pihak yang terlibat tersebut.

Dalam lingkungan organisasi akan bertemu dengan berbagai konflik baik


antar individu maupun kelompok. Sebagai contoh diatas adalah bentuk perilaku
buruk yang dilakukan karyawan dalam departemen Purchasing dan bentuk
komunikasi yang tidak efektif bisa menimbulkan konflik. Tanda tanda awal
konflik terlihat dengan adanya peningkatan intensitas ketidaktepatan diantara
anggota anggota kelompok. Disamping itu juga timbul komentar- komentar yang
tidak ramah yang yang diungkapkan dengan keluh kesah, gerakan kegelisahan
pada wajah, perilaku gagap, sikap bengong, melamun dan ucapanucapan yang
ketus.

34
Dalam setiap terjadinya konflik pasti memiliki latar belakang
penyebabnya. Konflik menurut Zalabak ( 2006 : 308)

“ process that occurs when individuals, small groups, or organizations


perceive or experience frustation in attaining goals and addressing concerns” “
proses yang terjadi ketika individu, kelompok kecil dan organisasi merasa atau
mengalami frustasi dalam mencapai tujuan dan dan apa yang diiinginkan.”

Dalam buku Organization Communication juga dijelaskan penyebab


konflik Zalabak ( 2006: 333) :

” sexual harassment, discrimination and numerous types of ethical abuses


all have legal consequences beyond the scope of this conflict discussion, they also
can be viewed as important types of organizations conflicts.”

“ pelecehan seksual, diskriminasi dan berbagai jenis pelanggaran etika


kesemuanya memiliki konsekuensi dalam ruang lingkup konflik, itu juga bisa
dilihat dari pentingnya jenis jenis konflik organisasi”

3.5 Jenis - Jenis Konflik


Konflik dalam organisasi timbul karena keterlibatan seorang individu
dengan organisasi tempat ia bekerja. Menurut T. Hani Handoko ada dalam jurnal
(Jefri Heridiansyah. 2014) lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi :

1. Konflik dalam diri individu, terjadi bila seorang individu menghadapi


ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk
melaksanakannya, bila berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan,
atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
Dipurchasing sendiri seringkali satu karyawan staff mendapatkan
pekerjaan yang bukan menjadi tanggungjawab dan jobdesknya sehingga
beban kerja yang diterima semakin berat dan pekerjaan yang menjadi
jobdesk utamanya menjadi terabaikan. Hal ini tentu saja membuat
karyawan tersebut kebingungan dengan jenis kepastian pekerjaan yang
seharusnya dilakukan.

35
2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama, dimana hal ini sering
diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan kepribadian. Konflik ini juga
berasal dari adanya konflik antar peranan dan tugas (seperti antara manajer
dan bawahan).
3. Konflik antara individu dan kelompok, yang berhubungan dengan era
individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh
kelompok kerja mereka.Sebagai contohnya adalah bentuk tekanan kepada
karyawan yang baru saja mengawali karirnya dengan memberikan jobdesk
pekerjaan yang overload sehingga membebani karyawan tersebut sehingga
timbul konflik yang akhirnya akan menganggu kinerja pekerjaan dalam
satu departemen tersebut.
4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, karena terjadi
pertentangan antar kelompok. Departemen Purchasing seringkali timbul
pertentangan dengan departemen lain dalam hal pemesanan barang dan
kecocokan harga. Departemen yang terkait biasanya memesan barang
dengan kualitas barang yang bagus namun dengan branch ternama
sedangkan departemen purchasing sendiri menginginkan harga yang
murah serta kuliatas yang bagus dan tidak harus dari brand ternama.
5. Konflik antar organisasi, timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi
dan sistem perekonomian suatu negara. Konflik ini telah mengarahkan
timbulnya pengembangan produk baru, teknologi, dan jasa, harga-harga
lebih rendah, dan penggunaan sumber daya lebih efisien. Konflik ini
biasanya muncul ketika berhubungan dengan supplier dan customers.

3.6 Dampak konflik


Konflik dapat berdampak positif dan negatif yang rinciannya adalah
sebagai berikut :

a. Dampak Positif Konflik


1. Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu
bekerja, seperti hampir tidak pernah ada karyawan yang absen tanpa
alasan yang jelas, masuk dan pulang kerja tepat pada waktunya, pada

36
waktu jam kerja setiap karyawan menggunakan waktu secara efektif,
hasil kerja meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.
2. Meningkatnya hubungan kerjasama yang produktif. Hal ini terlihat
dari cara pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan analisis
pekerjaan masing-masing.
3. Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat
antar pribadi maupun antar kelompok dalam organisasi, seperti terlihat
dalam upaya peningkatan prestasi kerja, tanggung jawab, dedikasi,
loyalitas, kejujuran, inisiatif dan kreativitas.
4. Semakin berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat
membuat stress bahkan produktivitas kerja semakin meningkat. Hal ini
karena karyawan memperoleh perasaan-perasaan aman, kepercayaan
diri, penghargaan dalam keberhasilan kerjanya atau bahkan bisa
mengembangkan karier dan potensi dirinya secara optimal.
5. Banyaknya karyawan yang dapat mengembangkan kariernya sesuai
dengan potensinya melalui pelayanan pendidikan (education),
pelatihan (training) dan konseling (counseling) dalam aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Semua ini bisa menjadikan tujuan organisasi
tercapai dan produktivitas kerja meningkat akhirnya kesejahteraan
karyawan terjamin.
b. Dampak Negatif Konflik
1. Meningkatkan jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan
mangkir pada waktu jam-jam kerja berlangsung seperti misalnya
ngobrol berjam-jam sambil mendengarkan sandiwara radio, berjalan
mondar-mandir menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada di
tempat, pulang lebih awal atau datang terlambat dengan berbagai
alasan yang tak jelas.
2. Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman
kerjanya yang dirasakan kurang adil dalam membagi tugas dan
tanggung jawab. Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang

37
bisa memancing kemarahan, ketersinggungan yang akhirnya dapat
mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis dan keluarganya.
3. Banyak karyawan yang sakit-sakitan, sulit untuk konsentrasi dalam
pekerjaannya, muncul perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak
oleh teman ataupun atasan, merasa tidak dihargai hasil pekerjaannya,
timbul stres yang berkepanjangan yang bisa berakibat sakit tekanan
darah tinggi, maag ataupun yang lainnya.
4. Seringnya karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri bila
memperoleh teguran dari atasan, misalnya mengadakan sabotase
terhadap jalannya produksi, dengan cara merusak mesin-mesin atau
peralatan kerja, mengadakan provokasi terhadap rekan kerja, membuat
intrik-intrik yang merugikan orang lain.
5. Meningkatnya kecenderungan karyawan yang keluar masuk dan ini
disebut labor turnover. Kondisi semacam ini bisa menghambat
kelancaran dan kestabilan organisasi secara menyeluruh karena
produksi bisa macet, kehilangan karyawan potensial, waktu tersita
hanya untuk kegiatan seleksi dan memberikan latihan dan dapat
muncul pemborosan dalam cost benefit.

Menurut Stevenin dalam jurnal ( Jefri Herdinianyah. 2014) terdapat lima


langkah dalam meredakan konflik: 1. Pengenalan kesenjangan antara keadaan
yang ada diidentifikasi dan bagaimana keadaan yang seharusnya, 2. Diagnosis,
menguji mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan
sempurna. Memperhatikan masalah utama yang terjadi, 3. Menyepakati suatu
solusi, mengumpulkan masukan untuk mencari solusi atau jalan keluar dan
menyaring penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak praktis, 4.
Pelaksanaan, dengan konsekuensi adanya keuntungan dan kerugian, 5. Evaluasi,
jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkahlangkah
sebelumnya dan cobalah lagi.

Menurut ( Zalaback, 2006 : 325-326) ada 4 cara untuk mengurangi adanya


konflik diantaranya adalah mengidentifikasi kemungkinan sejumlah isu dan fokus

38
pada pendekatan mengenai isu yang dihadapai, menjabarkan perilaku dan dampak
untuk dihindari selama konflik berlangsung, menunjukkan kepedulian terhadap
data yang diperoleh dan perasaan dari karyawan, menawarkan bentuk komproni
jabatan atau posisi yang tetap.

Dari beberapa pendapat diatas, peneliti hanya menemukan beberapa cara


penyelesain konflik yang diterapkan di perusahaan PT. Sumi Rubber khusunya
dalam internal departemen Purcahsing diantarnya adalah

1. Mencari sebab terjadinya konflik, metode yang digunakan adalah


ddengan menjabarkan akar permasalahan dengan diagram “ fishbone”.
Manfaat fishbone diagram ini dapat menolong kita untuk menemukan
akar penyebab masalah secara user friendly, tools yang user friendly
disukai orang-orang di industri manufaktur di mana proses di sana
terkenal memiliki banyak ragam variabel yang berpotensi
menyebabkan munculnya permasalahan.
2. Mengumpulkan data secara empiris yang didapat dari penelusuran
masalah baik data secara tertulis maupun hasil narasumber.
3. Mempertemukan pihak pihak yang melakukan konflik dengan
mencocokkan data atau informasi yang didapat untuk memecahkan
masalah yang terjadi.
4. Mencari solusi secara bersama sama dengan berdialog terhadap
masalah yang terjadi.
5. Melakukan tindakan pencegahan konflik jika terjadi kejadian yang
sama dikemudian hari dengan mendata kejadian tersebut sehingga
tidak terjadi kembali.

39
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
 Dalam suatu organisasi pasti diisi oleh berbagai jenis manusia, dengan
memiliki pemikiran dan sifat yang berbeda-beda. Untuk mewujudkan organisasi
yang maju dan berkembang, diperlukan suatu interaksi antara satu sama lain.
Proses interaksi itulah yang dapat disebut juga sebagai proses berkomunikasi.

            Menurut Redding dan Sabborn sebagaimana dikutip dalam (Muhammad


1995:66) komunikasi organisasi adalah “Pengiriman dan penerimaan informasi
dalam organisasi yang kompleks”. Jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi
organisasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan informasi di dalam
suatu organisasi yang amat rumit dan kompleks.

Menurut Robbins ( 2002 : 146 ) komunikasi mempunyai empat fungsi


utama di dalam organisasi antara lain :

1. Fungsi Kendali ( kontrol, pengawasan )


2. Komunikasi Memelihara Motivasi
3. Pengungkapan Emosional
4. Informasi

Unsur-unsur komunikasi; pengirim, pesan, media, penerima, feedback.

Jenis komunikasi :

1. Komunikasi Verbal : penyampaian secara lisan dengan simbol simbol


verbal.
2. Komunikasi Non Verbal : penyampaian pesan dengan gesture, isyarat,
gerak gerik, barang, dan ekspresi.

40
4.2 Saran
Mengelola perilaku buruk perlu dilakukan seseorang dalam internal
organisasi atau perusahaan agar komunikasi yang terjadi menjadi efektif sehingga
dapat meminimaliisir kesalahpahaman dan penafsiran yang salah. Dengan
penggunaan prinsip REACH ( respect, empathy, audible, clarity dan humble)
tujuannya adalah agar komunikasi yang disampaikan oleh komunikator mampu
meraih perhatian, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif.
Komunikasi yang efektif pada akhirnya akan mengurangi konflik yang terjadi
dalam internal perusahaan dan manajemen memiliki peran dalam menngurangi
dan menyelesaikan konflik yang terjadi.

41
DAFTAR PUSTAKA
Buku

Kreitner, Robert and Kinicki Angelo. (2014). Perilaku Organisasi. Jakarta :


Salemba Empat. Liliweri, Alo. (2004).

Dasar Dasar Komunikasi. Yogjakarta. Pustaka Pelajar. Pace, R. Wayne and


Daules, Don F. (2002).

Komunikasi Organisasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Somad, Rismi and


Priansa, Donni Juni. (2014).

Manajemen Komunikasi. Bandung : Alfabeta Soyomukti, Nurani. (2010).


Pengantar Ilmu Komunikasi. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Wijono, S.
(1993).

Konflik dalam Organisasi/ Industri dengan Strategi Pendekatan Psikologis.


Semarang. Satya Wacana. Zalabak, Pamela S. Shockley (2006).

Website

https://mediaindonesia.com/humaniora/441010/apa-sih-yang-dimaksud-dengan-
komunikasi

https://www.kajianpustaka.com/2013/09/pengertian-dan-fungsi-komunikasi-
dalam.html

https://www.kompas.com/skola/read/2021/12/31/090000269/7-unsur-komunikasi-
beserta-penjelasannya?page=all

https://romeltea.com/proses-komunikasi/

https://akatelkom-bogor.ac.id/2022/08/02/jenis-jenis-komunikasi/

https://manufakturindo.com/company/detail/pt-sumi-rubber-indonesia.html

42
43

Anda mungkin juga menyukai