Seperti organisme dalam domain bakteri, organisme dari domain Archaea semuanya
adalah organisme uniseluler. Namun archaea berbeda secara struktural dari bakteri. Secara
ringkas Archaea memiliki membran sel archaeal terdiri dari ikatan eter dengan rantai isoprena
bercabang (berlawanan dengan bakteri yang memiliki ikatan ester dengan asam lemak tidak
bercabang). Dinding sel archaea terdiri dari lapisan-S (S-layers) dan tidak memiliki molekul
peptidoglikan dengan pengecualian metanobakteri yang memiliki zat secara struktural mirip
yang disebut pseudopeptidoglikan atau pseudomurein di dinding selnya. Archaea memiliki
dinding sel semi-kaku yang dapat melindungi mereka dari lingkungan ekstrim, dan
membantu sel mempertahankan bentuk serta keseimbangan kimia tubuhnya.
Perbedaan kimia yang paling mencolok dari membran archaea dengan semua sel lain
yaitu :
1. Kiralitas ikatan gliserol, antara kepala fosfolipid dan
2. Ikatan eter
3. Rantai isoprenoid
4. Percabangan rantai samping
Archaea dipisahkan dari Eubacteria setelah penemuan spesifik di membran luar sel.
Analisis filogenetik yang diperkenalkan oleh Karl Woese mendukung pemisahan tersebut,
sehingga saat ini, hanya ada dua filum Crenarchaeota dan Euryarchaeota. Semua spesies dari
filum Crenarchaeota secara eksklusif hipertermofilik, sedangkan dari filum Euryarchaeotae
tidak hanya mencakup spesies termofilik, tetapi mesofilik dan bahkan psikrotoleran.
kelangsungan hidupnya di ligkungan yang sangat ekstrim. Hal tersebut menunjukkan bahwa
strukturnya sangat stabil terhadap tekanan seperti garam yang tinggi, suhu yang tinggi dan pH
rendah. Mekanisme tersebut dimungkinkan adanya N-glikosilasi yang sering ditemui dari
subunit utama struktur archaea. Berikut akan dijelaskan beberapa struktur dari Archaea :
Dinding Sel
Dinding sel Archaea mirip dengan bakteri, yaitu memiliki sitoplasma dan membran
sitoplasma yang terdiri dari fosfolipid gliserol fosfat dan memiliki sedikit perbedaan dalam
komposisi lipid pada membran. Dinding sel Archaea di lapisi oleh lapisan S berprotein.
Selubung membran sel Archaea terdiri atas protein atau glikoprotein yang disebut lapisan S.
Lapisan S biasanya terdiri atas protein yang membentuk unit kristal pusat. Tiga, empat atau
enam subunit yang masing-masing setara dengan p2-, p3-, p4-, atau p6- simetri. Susunan
protein pada membran memiliki struktur seperti tangkai yang membentuk ruang kuasi-
periplasma. Berikut struktur lapisan S pada Archaea:
Glikoprotein adalah protein lapisan S dari Halobacterium salinarum. Fungsi glikolisis protein
lapisan S Halofilik meningkatkan stabilitas protein dan mencegah degredasi. Glikolisis
protein juga berfungsi pada stabilisasi termal protein lapisan S. Fungsi lapisan S adalah untuk
perlindungan terhadap suhu tinggi, salinitas, pH rendah dan pemeliharaan bentuk sel.
Stabilitas suhu tinggi diperlukan karena beberapa Archaea harus tahan pada suhu sekitar 80
0
C dan di bawah 2, contohnya pada Archae kelompok termofilik genus Sulfolobales. Pada
kelompok Archae metanogen yaitu Mathanosarcina menghasilkan zat yang disebut
methanochondroitin yang menutupi lapisan S dalam sel tunggal. Methanochondroitin terdiri
dari trimer berulang dari dua N-asetilgalaktosamin dan asam glukuronat. Lapisan S yang
dilapisi Methanochondroiton berfungsi sebagai saringan mikro. Keistimewaan selubung ini
mengelilingi seluruh rantai dan bukan hanya sel tunggal. Setiap sel dikelilingi secara terpisah
oleh dinding sel bagian dalam terdiri dari lapisan S (Ng et al., 2008).
Dinding sel terdiri dari membran dalam dan luar atau disebut juga membran ganda. Lapisan
luar dan dalam membrane memiliki struktur yang khas dan masing-masing memiliki
ketebalan rata-rata 5-6 nm, berfungsi untuk menggantikan peran dinding sel yang tidak
dimiliki beberapa Archaea, yaitu pada Ferroplasma acidophilum yang tidak memiliki dinding
sel (Perras et al., 2014).
Gambar 2. Jenis dinding sel Archaea
Hami
Hami memiliki struktur susunan seperti Mutiara yang terlihat secara mikrokopis diantara
filamen. Berfungsi agar Archaea dapat tumbuh ditempat dingin (10 0C) dan mata air sulfida
(67). Hami dapat mencapai diameter hingga 8 mm. Pada setiap sel Archae terdapat 100 hami
berserabut. Masing-masing panjang hami 1-3 nm dan diameter 7-8 nm. Filamen memiliki
struktur dasar heliks dengan tiga duri yang berasal dari filamen. Hamus terdiri dari protein
120-kDa yang berfungsi agar hami tetap stabil pada suhu 0-700C dan pH 0,5-11,5. Hami
berfungsi sebagai mediator pelekatan permukaan sel dan inisialisasi biofilm, seperti peran pili
dan flagella pada bakteri (Jarrel et al., 2013).
Jarrel, K. F., Ding, Y., & Nair, D. B. (2013). Surface Appendages of Archaea: Structures,
Function, Genetics and Assembly. Journal Life, 3, 86–117.
Ng, S. Y., Zolghadr, B., Driessen, A. J., Albers, S. V., & Jarrel, K. F. (2008). Cell Surface
Structures of Archaea. Journal of Bacteriology, 190(18), 6039–6047.
Perras, A. K., Wanner, G., & Klingl, A. (2014). Grappling Archaea: Ultrastructural Analyses of
An Unculltivited, Cold-Loving Archeon, and Its Biofilm. Original Research Article, 5, 1–10.