Anda di halaman 1dari 4

KODE ETIK SURVEYOR

1. KODE ETIK SURVEYOR


a. Pemilihan Surveior Dalam Penugasan :
● PRIORITAS : Surveior yang berdomisili di provinsi yang sama dengan fasyankes yang
akan di survei
● Tidak menugaskan surveior yg memiliki potensi conflict of interest dengan Fasyakes
yang akan disurvei.
b. Kriteria surveyor dengan conflict of interest
● Pengalaman : Sueveyor pernah bekerja dan atau pernah menjadi bagian dari
unsur organisasi di PKM, Klinik, LabKes,UTD,TMD,TMDG yang di survey.

● Ikatan : Surveyor mempunyai hubungan saudara kandung/keluarga dengan


kepala tempat yang di survey.
● Peningkatan status : Surveyor pernah melakukan survey akreditasi tempat yang
di survey pada periode survey akreditasi sebelumnya kecuali untuk akreditasi
remedial dan survey peningkatan mutu.
● Konflik : Pernah terjadi konflik antar surveyor dengan PusKesMas Klinik,
LabKes,UTD,TMD,TMDG yang di survey.
● Berpotensi konflik : Potensi Conflik of interes lain dengan tempat yang di
survey.
● Pelanggaran kode etik : Melakukan pelanggaran kode etik surveyor dan
memperoleh sangsi sesuai ketentuan yang berlaku.

c. Hal yang wajib dilakukan oleh surveyor :


● Bersikap ramah, santun dan terbuka
● Bersikap jujur dan tidak memihak
● Sadar akan kedudukan, hak dan kewajibannya sebagai surveyor yang
merupakan wakil dari lembaga penyelenggara akreditasi.
● Dapat memberikan solusi/penyelesaian bila ditemukan ketidaksesuaian standar.
● Memegang teguh rahasia yang berkaitan dengan tugasnya
● Menjaga kondisi kesehatan dan menghilangkan kebiasaan tidak sehat.
● Patuh terhadap ketentuan di Puskesmas, Klinik, Laboratorium Kesehatan, UTD,
TPMD, dan TPMDG setempat.
● Menjaga penampilan dalam hal berpakaian pada saat pelaksanaan survei.
● Mengikuti dan memahami perkembangan IPTEK, dalam bidang keahliannya
(bidang pelayanan kesehatan, peningkatan mutu, praktek klinis, manajemen
dan instrument akreditasi.
● Bekerja sesuai pedoman dan kode etik yang ditetapkan
● Tidak menggunakan tim/Lembaga penyelenggara akreditasi/Kementerian
Kesehatan untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu atau melakukan
promosi diri dengan tujuan memperoleh imbalan.

d. Yang tidak boleh dilakukan oleh surveior, yaitu:


● Bersikap tidak bersahabat
● Menyatakan kelulusan atau ketidaklulusan
● Meminta fasilitas di luar bidang akreditasi baik untuk kepentingan pribadi
maupun keluarga.
● Menyalahkan tanpa dasar dan tak memberi solusi
● Merokok dan minum minuman keras selama kegiatan survei.
● Memakai baju tidak resmi/tidak sopan/baju casual/jeans pada saat survey.
● Menawarkan diri untuk menjadi pembimbing
● Meminta/menerima uang/oleholeh/barang
● Mempersingkat waktu survei.
● Meninggalkan Puskesmas,Klinik, Laboratorium Kesehatan, UTD, TPMD,
danTPMDG disaat survei.
● Memberikan komentar negative terhadap pembimbing atau surveior lain
● Mengirimkan laporan survei yang tidak sesuai dengan fakta dan analisa yang
ditemukan dilapangan.
● Tergabung dalam lebih dari 1 (satu) Lembaga penyelenggara akreditasi.

2. Kebijakan Mutu Pelayanan Kesehatan,


Peningkatan Kompetensi bagi Tenaga Kesehatan berfokus pada Penguatan 3 Pilar Transformasi
Kesehatan :
● Pengembangan keprofesian dan kompetensi tenaga kesehatan pada layanan di
Puskesmas
● Penambahan kompetensi nakes dalam penguatan layanan rujukan
● Pengembangan kompetensi nakes dan tenaga cadangan melalui surveilans dan
kesiapsiagaan krisis

4 KeyDrivers dalam Peningkatan Mutu Nakes yang Terstandar


● Training Needs Analysis
● Penyediaan Insitusi dan Kurikulum
● Digitalisasi Pelatihan
● Sertifikat Evaluasi Peserta

3. Manajemen Puskesmas
1. Pedoman manajemen PUSKESMAS harus menjadi acuan bagi Puskesmas dalam:
menyusun rencana 5 (lima) tahunan yang kemudian dirinci kedalam rencana tahunan;
menggerakan pelaksanaan upaya kesehatan secara efesien dan efektif;
melaksanakan pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja Puskesmas;
mengelola sumber daya secara efisien dan efektif; dan
menerapkan pola kepemimpinan yang tepat dalam menggerakkan, memotivasi, dan
membangun budaya kerja yang baik serta bertanggung jawab untuk meningkatkan
mutu dan kinerjanya.
2. Dinas kesehatan kabupaten/kota dalam melaksanakan pembinaan dan bimbingan teknis
manajemen Puskesmas.
RUANG LINGKUP PEDOMAN MANAJEMEN PUSKESMAS :
a. Perencanaan (P1)
● Perencanaan 5 tahunan
● Perencanaan tahunan
b. Penggerakkan dan pelaksanaan (P2)
● Rapat Dinas
● Pengarahan Apel Pegawai
● Pelaksanaan Kegiatan Sesuai Jadwal
● Forum Khusus (Lokmin)
c. Pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja (P3)
● Pengawasan
● Pengendalian
● Penilaian kinerja Puskesmas
d. Dukungan dinas kesehatan dalam manajemen Puskesmas (D)
● Melakukan pembinaan
● Kerjasama lintas sektor
● Pelatihan mp
● Pengumpulan hasil pkp
● Penyelesaian masalah kesehatan
● Dukungan sumber daya
● Advokasi

4. Kebijakan Mutu Pelayanan Kesehatan


● Kemenkes berkomitmen untuk melakukan transformasi system Kesehatan :
6 pilar transformasi penopang kesehatan Indonesia
1. Transformasi layanan primer
2. Transformasi layanan rujukan
3. Transformasi sistem ketahanan kesehatan
4. Transformasi sistem pembiayaan Kesehatan
5. Transformasi SDM Kesehatan
6. Transformasi teknologi Kesehatan

● Standar mutu pelayanan kesehatan


● Transformasi Akreditasi

Tujuan
Akreditasi

● Rancangan transformasi akreditasi :


1. Pembentukan LIPA
2. Penetapan Standar Akreditasi
3. Penetapan biaya survey akreditasi
4. Penetapan petunjuk tehnis survey akreditasi
5. Penyusunan kurikulum modul pelatihan
6. Pelatihan calon surveyor
7. Pengembangan system informasi
8. Pembentukan tim BIMWAS
● Kesiapan penyelenggaraan akreditasi puskesmas, klinik,
laboratorium kesehatan, UTD dan TPMD
1. Penetapan lembaga penyelenggara akreditasi
2. Penetapan standar akreditasi
3. Petunjuk teknis survei akreditasi
4. Penetapan biaya survei akreditasi
5. Pelatihan surveior akreditasi
6. Penyiapan sistem informasi dalam pelaksanaan akreditasi

Anda mungkin juga menyukai