Anda di halaman 1dari 2

1.

1 Sejarah Pendidikan Inklusi

Berawal dari suatu pengamatan atas sekolah luar biasa yang berasrama maupun institusi
lainnya yang telah menerapkan aturan sejenis, baik di tingkat anak-anak sampai dengan orang
dewasa yang bermukim disana menunjukkan bahwa dalam pengembangan pola perilaku
biasanya ditunjukkan oleh masyarakat yang mempunyai keterbatasan. Biasanya perilaku ini
bisa meliputi stimulasi diri, sifat repetitive stereotip, kepasifan serta kadang kala juga
menyakiti diri sendiri. Sering kali anak penyandang cacat merasa tidak nyaman tinggal di
lingkungan rumahnya dan tidak betah selama massa pendidikannya sehingga mereka
meninggalkan sekolah luar biasa berasrama. Hal ini disebabkan karena
disegregasikan/dipisahkan setelah bertahun-tahun, sehingga mereka tumbuh dan berkembang
menjadi orang asing satu sama lainnya, baik antara ia dan keluarga serta komunitasnya
(Uhonson & Miriam, 2003).

Di Indonesia pendidikan Inklusi sebenarnya telah dirintis sejak tahun 1986 namun, dalam
bentuk yang sedikit berbeda. Sistem pendidikan tersebut awalnya dinamakan pendidikan
terpadu dan disahkan dengan surat keputusan mentri pendidikan dan kebudayaan No.
002/U/1986 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu di Indonesia. Pada pendidikan
terpadu anak penyandang cacat juga ditempatkan di sekolah umum namun, mereka harus
menyesuaikan diri pada sistem sekolah umum. Sehingga, mereka harus dibuat ‘Siap’ untuk
diintegrasikan kedalam sekolah umum. Apabila ada kegagalan pada anak maka anak
dipandang yang bermasalah. Sedangkan, yang dilakukan oleh pendidikan Inklusi adalah
sebaliknya, sekolah dibuat siap dan menyesuaikan diri terhadap kebutuhan anak penyandang
cacat.Apabila ada kegagalan pada anak maka sistem dipandang yang bermasalah. Sehingga
pada tahun 2004 Indonesia menyelenggarakan konvensi nasional dengan menghasilkan
Deklarasi Bandung dengan komitmen Indonesia menuju pendidikan inklusif. Untuk
memperjuangkan hak-hak anak dengan hambatan belajar, pada tahun 2005 diadakan
simposium internasional di Bukit tinggi dengan menghasilkan Rekomendasi Bukit tinggi
yang isinya antara lain menekankan perlunya terus dikembangkan program pendidikan
inklusif sebagai salah satu cara menjamin bahwa semua anak benar-benar memperoleh
pendidikan dan pemeliharaan yang berkualitas dan layak.

Anda mungkin juga menyukai