Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAN KONVERSI ENERGI


(Pengukuran Efisiensi Tungku dan Nilai Kalor Bahan Bakar)

Oleh :
Kelompok/Shift : 2/ TMIP A1
 Nama Anggota : Ira Itasari 240110130002
Willi Munandar 240110130010
Dewi Meilani 240110130011
Hanifah Syakuroh 240110130012
Rika Rostika 240110130015
Moch. Byan Dilanov 240110130018
Anisah 240110130025
Ramadhanty Rahmah 240110130026
Hari, Tanggal : Kamis, 5 November 2015
Asisten : Bunga Pratiwi

Gilang Yudha P.
Rudyanto Putra S.
Septian Adhe W.

LABORATORIUM ALAT DAN MESIN PERTANIAN


DEPARTEMEN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Penggunaan bahan bakar yang berasal dari suatu pengolahan biomassa


merupakan suatu jalan alternative yang cukup banyak yang digunakan oleh
masyarakat sebagai bahan bakar yang cukup murah seperti halnya kayu bakar dan
 briket, Peran kayu maupun briket hampir sama bagi skala rumah tangga maupun
industry yaitu menggantikan sumber bahan bakar minyak. Akan tetapi dari
sumber bahan bakar tersebut pun membutuhkan tungku untuk media
 pembakarannya.
Tungku berskala rumah tangga ataupun industri sebagai alat untuk proses
memasak telah dikembangkan dan disebarluaskan melalui berbagai program
 penelitian dan pengembangan, akan tetapi dalam pengembangannya pun
dibutuhkan nilai efisien dan nilai kalor bahan bakar tersebut agar tungku tersebut
memenuhi standar dalam efisiensinya. Untuk mengetahui efisiensi dan nilai kalor
 bahan bakar dengan menggunakan metode air mendidih yaitu dengan cara
memasak air di dalam panci yang ditempatkan diatas tunggku hingga mendidih.
Jumlah air dan kayu bakar belum ada kriterianya. Sehingga dari praktikum ini
sangat diperlukan agar mengetahui efisiensi tungku tersebut dan nilai kalor bahan
 bakar dari kayu bakar tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan-tujuan dari diadakannya praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
1.  Mengetahui salah satu metode pengukuran efisiensi tungku dan nilai kalor
 bahan bakar.
2.  Mengidentifikasikan dan menganalisis perbedaan pengukuran dengan nilai
kebutuhan energi dan kalor hilang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Tungku

Tungku adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk melelehkan logam


untuk pembuatan bagian mesin (casting) atau untuk memanaskan bahan serta
mengubah bentuknya (misalnya rolling/penggulungan, penempaan) atau merubah
sifat-sifatnya (perlakuan panas).
Karena gas buang dari bahan bakar berkontak langsung dengan bahan baku,
maka jenis bahan bakar yang dipilih menjadi penting. Sebagai contoh, beberapa
 bahan tidak akan mentolelir sulfur dalam bahan bakar. Bahan bakar padat akan
menghasilkan bahan partikulat yang akan mengganggu bahan baku yang
ditempatkan didalam tungku. Untuk alasan ini:

   Hampir seluruh tungku menggunakan bahan bakar cair, bahan bakar gas
atau listrik sebagai masukan energinya.

   Tungku induksi dan busur/arc menggunakan listrik untuk melelehkan baja


dan besi tuang.

   Tungku pelelehan untuk bahan baku bukan besi menggunakan bahan


 bakar minyak.

   Tungku yang dibakar dengan minyak bakar hampir seluruhnya


menggunakan minyak tungku, terutama untuk pemanasan kembali dan
 perlakuan panas bahan.
  
Minyak diesel ringan (LDO) digunakan dalam tungku bila tidak
dikehendaki adanya sulfur.

Idealnya tungku harus memanaskan bahan sebanyak mungkin sampai


mencapai suhu yang seragam dengan bahan bakar dan buruh sesedikit mungkin.
Kunci dari operasi tungku yang efisien terletak pada pembakaran bahan bakar
yang sempurna dengan udara berlebih yang minim. Tungku beroperasi dengan
efisiensi yang relatif rendah (serendah 7 persen) dibandingkan dengan peralatan
 pembakaran lainnya seperti boiler (dengan efisiensi lebih dari 90 persen). Hal ini
disebabkan oleh suhu operasi yang tinggi dalam tungku. Sebagai contoh, sebuah
0

tungku yang memanaskan bahan sampai suhu 1200 C akan mengemisikan gas
 buang pada suhu 12000C atau lebih yang mengakibatkan kehilangan panas yang
cukup signifikan melalui cerobong.
Seluruh tungku memiliki komponen-komponen seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar 1 (Carbon Trust, 1993):

   Ruang refraktori dibangun dari bahan isolasi untuk menahan panas pada
suhu operasi yang tinggi.

   Perapian untuk menyangga atau membawa baja, yang terdiri dari

bahan refraktori yang didukung oleh sebuah bangunan baja, sebagian


darinya didinginkan oleh air.
   Burners yang menggunakan bahan bakar cair atau gas digunakan untuk
menaikan dan menjaga suhu dalam ruangan. Batubara atau listrik dapat
digunakan dalam pemanasan ulang/ reheating tungku.

   Cerobong digunakan untuk membuang gas buang pembakaran dari

ruangan
  Pintu pengisian dan pengeluaran digunakan untuk pemuatan dan
 pengeluaran muatan. Peralatan bongkar muat termasuk roller tables,
conveyor, mesin pemuat dan pendorong tungku.

Gambar 1: Komponen-komponen Tungku (The Carbon Trust, 1993)


http://www.thecarbontrust.co.uk/energy/pages/home.asp
2.2  Jenis-jenis tungku 

Tungku secara luas dibagi menjadi dua jenis berdasarkan metoda


 pembangkitan panasnya: tungku pembakaran yang menggunakan bahan bakar,
dan tungku listrik yang menggunakan listrik. Tungku pembakaran dapat
digolongkan menjadi beberapa bagian seperti ditunjukkan dalam Tabel 2: jenis
 bahan bakar yang digunakan, cara pemuatan bahan baku, cara perpindahan
 panasnya dan cara pemanfaatan kembali limbah panasnya. Tetapi,dalam
 prakteknya tidak mungkin menggunakan penggolongan ini sebab tungku dapat
menggunakan berbagai jenis bahan bakar, cara pemuatan bahan ke tungku yang
 berbeda, dll. Tungku yang paling umum digunakan akan dijelaskan dalam bagian
 berikutnya.
Tabel 1. Klasifikasi Tungku

2.2.1 Tungku penempaan


Tungku penempaan digunakan untuk pemanasan awal bilet dan ingot untuk
mencapai suhu ‘tempa’. Suhu tungku dicapai pada sekitar 1200 sampai 12500C.
Tungku penempaan menggunakan sistim perapian terbuka dan hampir seluruh
 panasnya ditransmisikan oleh radiasi. Bebannya biasanya adalah 5 sampai 6 ton
dengan operasi tungku 16 sampai 18 jam setiap harinya. Siklus operasi totalnya
dapat dibagi menjadi (i) waktu pemanasan (ii) waktuperendaman dan (iii) waktu
 penempaan. Pemakaian bahan bakar yang spesifik tergantung pada jenis bahan
dan jumlah ‘ pemanasan ulang / reheat’ yang diperlukan.
2.2.2 Tungku re-rolling mill

a)  Jenis batch


Tungku jenis kotak digunakan sebagai re-rolling mill jenis batch. Tungku ini
terutama digunakan untuk pemanasan skrap, ingot dan bilet kecil yang beratnya 2
sampai 20 kg untuk r-erolling. Bahan dimasukkan dan dikeluarkan secara manual
dan hasil akhirnya berupa batang/rod, strips, dll. Suhu operasinya sekitar 12000C.
Siklus waktunya dapat dikategorikan lebih lanjut menjadi waktu pemanasan dan
waktu re-rolling. Keluaran rata-rata dari tungku-tungku ini bervariasi dari 180
sampai 280 kg batubara/ton bahan yang dipanaskan.
 b)  Jenis pusher kontinyu
Aliran proses dan siklus operasi jenis pusher kontinyu sama dengan tungku
 jenis batch. Suhu operasinya sekitar 12500C. Umumnya, tungku ini beropeasi
selama 8 sampai 10 jam dengan keluaran hasil 20 sampai 25 ton per hari. Bahan
atau stok memanfaatkan kembali sebagian panasnya dalam gas buang ketika gas
 buang bergerak turun sepanjang tungku. Penyerapan panas oleh bahan dalam
tungku tergolong lambat, tetap dan seragam diseluruh penampang dibanding
dengan jenis batch.
2.2.3 Tungku pemanasan ulang yang kontinyu

Dalam pemanasan ulang/ reheating yang kontinyu, stok baja membentuk


aliran bahan yang kontinyu dan dipanaskan sampai mencapai suhu yang
dikehendaki ketika bahan ini berjalan melalui tungku. Suhu sebatang baja naik
antara 9000C dan 12500C, sampai bahan ini cukup lunak untuk dikempa atau
digulung menjadi bentuk dan ukuran yang dikehendaki. Tungku juga harus
memenuhi laju pemanasan stok yang spesifik untuk alasan metalurgi dan
 produktivitas.
Untuk menjaga kehilangan energi pada nilai minimum, pintu masukan dan
keluaran harus berukuran minimal dan dirancang untuk menghindari penyusupan
udara. Tungku pemanasan ulang/reheating kontinyu dapat dikategorikan dengan
dua metoda pengangkutan bahan yang melalui tungku:

   Stok dijaga bersama membentuk aliran bahan yang didorong menuju


tungku. Tungku semacam ini disebut tungku jenis pusher (pendorong).
   Stok di tempatkan pada perapian yang bergerak/ moving hearth atau
struktur penopang yang mengangkut baja menuju tungku. Tungkunya
terdiri dari balok berjalan, perapian berjalan, tungku bogie dengan
sirkulasi ulang yang kontinyu, dan tungku dengan perapian berputar
(rotary hearth furnace).

2.3  Pengenalan Sifat-Sifat Kayu

Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang
sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak
dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu
tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini
 penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat
tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan
yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian
oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara
kontinyu atau terlalu mahal.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang
 berbeda-beda. Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-
 beda. Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain, ada
 beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis kayu yaitu :
1.   Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan

susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan
hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).
2.   Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang

 berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan
tangensial).
3.   Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap

atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan


kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.
4.   Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama

dalam keadaan kering.


2.4  Sifat Fisik Kayu 

1.   Berat dan Berat Jenis

Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan
zat ekstraktif didalamnya. Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan
BJ-nya. Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara
BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani). Umumnya
makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat pula.
2.   Keawetan

Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur


 perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu
tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan
unsur racun bagi perusak kayu. Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada saat
kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya kayu
teras lebih awet dari kayu gubal.
3.   Warna

Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna
dalam kayu yang berbeda-beda.
4.   Tekstur

Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu


digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll),
kayu bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur
kasar (contoh: kempas, meranti dll).
5.   Arah Serat

Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon.
Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat
 berombak, serta terpilin dan serat diagonal (serat miring).
6.   Kesan Raba

Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan
kayu (kasar, halus, licin, dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap jenis
kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat
ekstraktif dalam kayu.
7.   Bau dan Rasa
Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara
terbuka. Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk
menyatakan bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang
umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau zat penyamak (jati), bau
kamper (kapur) dsb.
8.    Nilai Dekoratif

9.   Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur,

dan pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola gambar


ini yang membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif.
10.  Higroskopis

Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin


lembab udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai
tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Dalam kondisi kelembaban
kayu sama dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut kandungan
air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content) .
11.  Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :

a.  Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat
dengan elastisitas kayu.
 b.  Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang
suara. Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu
 banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola
dll).
12.  Daya Hantar Panas

Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk
membuat barang-barang yang berhubungan langsung dengan sumber
 panas.
13.   Daya Hantar Listrik

Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran
listrik. Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar
air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya
apabila kayu mengandung air maksimum (kayu basah), maka daya
hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar air.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1   Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :
1.  Timbangan.
2.   Termometer Batang.

3.   Termometer Termokopel.

4.  Stopwatch.
5.  Tungku
6.  Panci
7.  Penggaris
3.1.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :
1.  Briket Batu Bara 1 kg
2.  Kayu Bakar 1 kg
3.  Air

3.2   Prosedur
Adapun prosedur yang dilakukan pada praktikum ini sebagai berikut :
1.  Menyiapkan tungku dan 1 kg bahan bakar.
2.   Mengukur dimensi pada tungku.

3.   Menyesuaikan dimensi bahan bakar dengan tungku.

4.  Menyiapkan air 1 kg dalam wadah panci.


5.   Menyalakan bahan bakar hingga stabil.

6.   Meletakkan panci diatas tungku dan pengukus dimulai.

7.   Mengukur suhu, pengukuran meliput tempat pengukuran suhu.

8.  Mencatat besarnya suhu setiap 5 menit hingga air mendidih.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil Perhitungan dan Pengukuran Kayu Bakar

Tabel 1. Data Pengukuran suhu / 3 menit

No Bagian yang diukur Suhu pada menit ke- (0c)


3 6
1 Dinding panci 104 239
91 201
81 155
2 Tutup panci 72 128
62 101
59 81
3 Alas dasar (panci) 34 114
38 103
49 81
4 Dinding tungku 45 47
42 44
38 43
5 Lubang bara 70 213
186 311
269 306

  Data-Data Pengukuran Tungku


Diameter Tungku
Suhu Air = 260c
-  Diameter luar = 30 cm
Suhu Lingkungan = 30,5 0c

- t dalam = 15 cm Rh = 21 %
- tiinggi = 30 cm T1 = 8,31 menit
Panci diangkat = 14,10 menit
Api mati = 20,04

Panci
-  Diameter panci = 26 cm
-  Tinggi = 14 cm
-  Diameter luar = 24,2 cm
-  Diameter dalam = 20 cm
-  Tinggi tutup = 4 cm
  Perhitungan Selimut Tungku
-  A1 = (     - (s )
2

= ( x 0,3 m x 0,3 m) - (0,15 ) = 0,26 m  


2 2

-  T1, 0 = 270 c
°+°+°
-  T1,1 =  = 41,60c

-  T1,2 °+°+° 0
=   = 44,6 c
    ∆
QL1,n = 
 /.   ,  , 
-  QL1,1 =   = 1,05 w/s
 /.   ,  , 
-  QL1,2 =
,+,   = 1,27 w/s
-  QL1 = = 1,16 w/s

  Perhitungan Alas Tungku
-  D = 30 cm
-  A2 = ¼ x  x D2 


=1/4  x 0,3 m2 = 0,07 m2 
-  T2,0 = 28,3cc
°+°+° 0
-  T2,1 =   = 40,3 c
°+°+° 0
-  T2,2 =   = 99,3 c

QL1,n =
    ∆

    
,  
-  QL2,1  .
= 0,23 w/s
=
 

-  QL2,2 = .  ,   = 1,38w/s
,+,
-  QL2 = = 0,80 w/s

  Perhitungan Atas Tungku
-  T3,0 = 30,50c
°+°+° 0
-  T3,1 =  = 175 c

°+°+° 0
-  T3,2 =  = 276,6 c

-  V Udara = Luas Alas Panci x Tinggi Celah
 
= ¼ x  x D2 x 0,13 m2 = ¼ x  x 262 x 0,13 m2 = 6,9 x 10-3 

-  M udara = V udara x  udara


= (6,9 x 10-3) x 1,2 kg/m3 
-3
= 8,28 x 10 kg
- QL3,1 = M udara x Cp udara x T ∆
= (8,28 x 10-3 kg) x (1,0035 kg/kJ.K) x (144,5 K)
= 1,2 w / 180 sekon
= 6,6 x 10-3 w/s
- QL3,2 = M udara x Cp udara x T ∆
= (8,28 x 10-3 kg) x (1,0035 kg/kJ.K) x (246,1 K)
= 2,0448 w / 180 sekon
= 0,01136 w/s
- -3
  QL3 = ,  −+, = 8,98 w/s
x10
  Perhitungan Selimut Panci
-  
A4 =  x D x t

=  x (26x10 ) x 0,14 m


-3 2

= 0,1143 m2 
-  T4,0 = 25,40c
°+°+° 0
-  T4,1 =   = 92 c
°+°+° 0
-  T4,2 =   = 198,3 c
    ∆
QL1,n = 
 /.   ,  , 
-  QL4,1 =   = 12,114 w/s
 /.  ,  , 
,+, 
-  QL4,2 = = 5,849 w/s
-  QL4 =  = 3,981 w/s

  Perhitungan Tutup Panci


-  
A5 = ¼ x  x D2 
2

= ¼ x  x 0,242
= 0,046 m2 
-  T5,0 = 24,90c
°+°+°
-  T5,1 =  = 64,30c

-  T5,2 = °+ °+° = 103,30c

    ∆
QL1,n = 
 /.   ,   ,
-  QL5,1 =   = 0,5 w/s
 /.   ,  , 
-  QL5,1 =
 +  ,   = 1 w/s
-  QL =5 = 0,75 w/s

  Perhitungan Efisiensi Pembakaran

QG =
    
∆ 
-  QG 
 ,//     = 12,47 kJ/s
=
= 12470 w/s
-  Qel = QG – (QL1 + QL2+ QL3)
= 12470 w/s – (1,16 w/s + 0,80 w/s + 0,00898 w/s )
=12468 w/s
  / = 0,9998 = 99,98 %
-  η  =
G  =  /
  Perhitungan Efisiensi Pemasakan
-  Qe2 = Qel – (QL4 + QL5)
= 12468 w/s – (3,981 m/s + 0,75 m/s)
= 12463,269 m/s
 
, / = 0,9996 = 99,96 %
-  η  =  =
  /
-  Qair = Mair x Cp air x ∆t
= 2 liter x 4185,5 x 50

  = 418,55 joule
  Perhitungan efisiensi Total
η total = η1 x η2 
= 0,9998 x 0,9996 = 0,9994
= 99,94 %
4.1.2 Hasil Perhitungan dan Pengukuran Batu Bara

Tabel 2. Data Pengukuran Suhu / 3 menit


Suhu (0C) SuhuMeitke 2 (0C)
No Tungku
1 2 3 1 2 3
Suhu awal tungku
1 30,3 30,5 28,3 - - -
(T0)
2 Alas (T2) 107 390 141 53,1 60,1 61,6
3 Tengah (T1) 54 42 39 70,3 62,2 53,1
4 Dalam (T6) 148 390 441 392 482 341
5 SelimutPanci (T4) 260 142 106 230 175 147
6 Tutup (T5) 75 53,5 41,7 131 98,8 67,2

  Data-data pengukuran
Suhu air = 27 0C
T lingkungan =
28,10C RH = 55 %
t1 = 11 menit 40 detik
  Selimut Tungku
1
A1 = π x D x t  π x d 
4
A1 = π x 0,253x 0,314  14π x 0,13  
A1 = 0,2327 m  
T1,0 = 30,5 0C
T1,1 = 45 0C = 318 K

QL1,1= h x A1   x ∆t 
Waktu
QL1,1=50   x 0,2327m  x
= 20,555 w/s318
 
k
0
180 sekon
T  = 61,87 C = 334,87 K
1,2

QL1,2=  h xWakt


A1 x ∆T  
 50  x 0,2327m x 334,87 K 
 w 
, 2=QL 1,1  QL 1,820 se2k0o,n55521,646=
2 1 ,6 4 6 s w/s
2 1 1 0 05
n 2  

  Alas
Tungku
D = 25,3
1 cm =1 0,253 m 
 2 =     =    0,253 =0,5027  
4 4
T2,0 = 28,3 0C
T2,1 = 212,76 0C = 485,67 K
T2,n = 58,27 0C = 331,27 K

QL2,1=  k xW Aa2k xtu ∆T  


 50 
QL2,1=  x 0,5027 m x 485,67 K 
180 sekon = 67,818 m/s
QL2,2=  h xWakt
A2 x ∆T 
 

QL2,2=  50  x 0,2327 m x 331,27 K 


 = 21,413 w/s
QL 2,1 …  180QL2,n
sekon 67,81821,413
QL2= n = 2 = 44,616 w/s 
  Atas Tungku
T3,0 = T∞ 
T3,1 = T6 = 326,3 0C = 599,3
K T3,2 = 405 0C = 673 K

QL3,1 = ( M udara x Cpudarax ∆T ) / Waktu


QL3,1 = ( 0,00419 x 1.0035 x 599,13 ) / 180 sekon
QL3,1 = 2,5191 w / 180 sekon = 0,013995 w/s
QL3,2 = ( M udara x Cpudarax ∆T ) / Waktu

QL3,2 = ( 0,00419 x 1.0035 x 599,13 ) / 180


sekon QL3,2 = 2,5191 w / 180 sekon =
0,013995 w/s
M udara= Vudara x ρudara = 0,00349 m3 x 1,2 kg/m3 = 0,00419 kg
Vudara= luas alas panic x tinggicelah

= ( ¼π x 0,1852 ) m3 x 0,13 m


= 0,00349 m3 

QL3=QL 3,1 …   QL3,n


n
QL3= 0,013995 = 0,013995 w/s 
0,013995
2
  Selimut Panci

 4 =      =   0,258  0,14 =0,1135  


T4,0 = 25,4 0C
T4,1 = 169,33 0C = 442,33 K

QL4,1= k xW Aa4k xtu ∆t  


QL4,1=50   x 0,1135 =m13,946
 xw/s442,33
 
k
T  = 184 0C = 457 K
4,2
180 sekon
  k
QL4,2= Waktx A4 x ∆ T

 

QL4,2=  50  x 0,1135 m x 457 K 


 = 14,408 w/s
180 sekon
QL4= QL 4,1 …  QL4,n = 13,94614,408 = 14,177 w/s 
 
1
Tutup Besi n 
1 2
A5 =  π x D  π x d  

4 4

A 5 =(41 π x 0,125)  14  π 0,145  = 0,0104 m 


T5,0 = 24,9 0C
T5,1 = 56,730C = 329,73
K T5,2 = 99 0C = 327 K

QL5,1= k x A5   x ∆t 
Waktu
QL5,1=50  x 0,0104 m x 329,73 k 
180 sekon = 0.953 w/s 


 k x A5 x ∆t 
QL5,2=  50Waktxu 0,0104 m x 372
 

K
QL5,2=  180 sekon = 1,075 w/s 
QL5= QL 5,1 …  QL5,n 0,9531,075
= 2 = 1,014 w/s 
n
6. Efisiensi

a)   Efisiensi Pembakaran
η =Q /Q
1 E1 6

= 336168,535 / 348000,024
= 0.96601

Qg = Nilai∆kTa ltoort axl MBB 


2900   x 2 kg
Qg = ∆T total = 5800 kJ = 348000,024 W 
QE1 = Q6 – ( QL1 – QL2 – QL3 )
= 348000,024 W – ( 11831,48905 W )
= 336168,535 W
 b) Efisiensi Air
η2 = QE2 / QE1 
= 333434,155 / 336168,535
= 0.99187

QE2  = QE1 – ( QL4 – QL5 )

= 33468,535 W – ( 2734,38 W )


= 333434,155 W
Qair = Mair  x Cpair   x ∆T
= 2 kg x 1,0035 kJ/kg x 323 K
= 648,261 kJ = 648261 J
∆T = 50 0C = 232
K   c)  Efisiensi Total
ηtotal = η1 + η2 = Qe2 /Qeg 

 ηtotal = 333434,155 watt =0,95814 


t  – t  
0 2 348000,024 watt
Qair = Qe2
Qair <
Qe2
Ira Itasari 240110130002

4.2 Pembahasan

Pada praktikum Teknologi Konversi Energi kali ini membahas tentang


 pengukuran efisiensi tungku dan nilai kalor bahan bakar. Pada praktikum ini
dibagi kedalam dua pengukuran yang berbeda yaitu pengukuran efisiensi dengan
tungku dari kayu bakar dan pengukuran efisiensi tungku dari briket batu bara.
Untuk kelompok kami mendapatkan pengamatan dari kayu bakar. 
Pada proses pembakaran membutuhkan 1 kg kayu bakar dengan pemanasan 1
liter air yang didihkan untuk mendapatkan nilai efisiennya. Efisiensi tungku ini
dilakukan dengan mengetahui seberapa banyak energi panas yang hilang selama
 proses memanaskan air. Air tersebut dipanaskan di dalam panci hingga kenaikan
50oC, dengan suhu awal air dalam panci sebesar 26 oC. Tungku dan panci diukur
dimensi-dimensinya.
Untuk pembakaran kayu bakar lebih mudah dibandingkan dengan pembakaran
 batu bara, hal ini dapat dikarenakan oleh densitas. Kayu bakar memiliki densitas
yang cukup kecil sehingga mudah terbakar, sedangkan batu bara memiliki
densitas yang cukup besar sehingga sulit untuk dibakar. Agar batubara mudah
terbakar dilakukan cara pemantikan dengan bensin dan ranting kecil agar api tidak
cepat padam ketika api akan memulai membakar batu bara.
Berdasarkan data praktikum dihasilkan 3 data utama yaitu nilai efisiensi
 pembakaran, pemasakan, dan efisiensi total. Nilai efisiensi pembakaran dari kayu
 bakar dan batu bara yaitu 99,98% dan 93,2%. Nilai efisiensi pembakaran dapat
dihitung dengan perbandingan antara nilai Qe1 dengan QG. Semakin besar nilai Qe1 
maka efisiensinya akan semakin besar dan sebaliknya semakin kecil Q maka
e1

efisiensinya akan semakin kecil.


 Nilai efisiensi pemasakan dari kayu bakar dan batu bara yaitu 99,96% dan
98,7%. Nilai efisiensi pemasakan dapat dihitung dengan perbandingan antara nilai
Qe2 dengan Qe1. Semakin besar nilai Qe2 maka efisiensinya akan semakin besar,
dan sebaliknya semakin kecil Qe2  maka efisiensinya akan semakin kecil.
Berdasarkan teori nilai Qe2  seharusnya sama dengan Qair, akan tetapi pada
 perhitungan sebenarnya tidak, hal ini dapat terjadi karena pada Qe2 
memperhitungkan waktu, sedangkan pada Qair tidak.

    Nilai efisiensi total merupakan perkalian antara efisiensi pembakaran dengan


efisiensi pemasakan. Semakin besar nilai efisiensi pembakaran dan pemanasan
maka efisiensi totalnya akan semakin besar, dan sebaliknya semakin kecil nilai
efisiensi pembakaran dan pemanasan maka efisiensi totalnya akan semakin kecil.
 Nilai efisiensi total kayu bakar dan batu bara yaitu 99,94% dan 92,1%.
Pada bidang pabrik atau industri pada umumnya menggunakan batu bara
daripada kayu bakar, karena nyala api batu bara lebih lama dibandingkan dengan
kayu bakar dan briket batu bara tidak cepat habis. Sedangkan pada bidang rumah
tangga pemanfaatan bahan bakar batu bara umumnya tidak disarankan karena
asapnya yang pekat. Dari segi penggunaan dan biaya, pemanasan menggunakan
 batu bara lebih sulit dan lebih mahal dibandingkan dengan menggunkana kayu
 bakar.
Adapun kesalahan-kesalahan yang terjadi pada praktikum kali ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : 
1.   Penggunaan alat yang terbatas sehingga harus mengefisiensikan waktu

dengan kelompok lain.


2.   Peletakan termocouple yang tidak tepat.

3.   Kurangnya ketelitian saat pengukuran suhu karena ada panas yang hilang.

4.  Pengukuran dengan  stopwatch tidak tepat melainkan lebih dari waktu
 pengukuran.
5.  Briket sulit dinyalakan sehingga nilai kalornya tidak murni dari batubara
dan kayu bakar.
Willi Munandar 240110130010

4.2 Pembahasan
Praktikum Teknologi dan Konversi Energi kali ini dibahas mengenai
 pengukuran efisiensi tungku dan nilai kalor bahan bakar serta kehilangan kalor
dengan cara melakukan percobaan pada pemanasan air menggunakan bahan
bakar
 bensin. Parameter yang diamati pada praktikum kali ini adalah suhu dari pada
 bagian dalam tungku dan bahan bakar serta lingkungan sekitar pembakaran.
Lingkungan sekitar pembakaran tersebut meliputi bagian dinding tungku, dinding
 panci, sihu sir dan suhu bawah tungku dengan interval waktu 3 dan 6 menit
hingga air mendidih.
Pada kondisi awal percobaan percobaan digunakan massa kayu bakar dan
 batu bara seberat 1 kilogram, dan panci diisi dengan air sebanyak 1 liter. Adapun
suhu awal air adalah 260c. Sedangkan suhu lingkungan dan nilai kelembaban
relatifnya adalah 30,5 0c dan 21 %. Langkah pertama adalah menyalakan tungku
hingga menyala bersamaan dengan dimulainya penghitungan waktu, pada saat
menyalakan tungku hingga panas yang dihasilkannya konstan yang ditandai
dengan berkurangnya asap yang keluar dari tungku, kemudian setelah itu
dilakukan pemanasan pada air yang beratnya 1 kilogram.
Hasil pengukuran suhu yang ditunjukan pada hasil pengamatan menunjukan
 pengukuran berakhir pada interval ke 2. Pertama akan diamati perubahan suhu
yang terjadi pada air. Interval menit pertama, suhu yan awalnya 26 0c berubah
menjadi 340c, 380c, dan 490c dari tiga kali pengukuran sehingga apabila dirata-
ratakan suhu air pada interval pertama adalah sebesar 40,330c. Selanjutnya pada
interval kedua suhu air kembali meningkat, dari tiga kali pengukuran didapatkan
suhu sebesar 1140c, 1030c, dan 810c, sehingga jika dirata-ratakan didapatkan suhu
sebesar 99,33. Suhu tersebut naik dari pada suhu pada interval pertama.
Pada hasil pengukuran tersebut menunjukan bahwa suhu air semakin
meningkat pada setiap interval hingga air mendidih. Peningkatan tersebut
fluktuatif hingga air mendidih. Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa
energi yang digunakan untuk memanaskan air seberat 1 kilogram tersebut adalah
418,55 joule dengan bahan bakar kayu. Dengan nilai perhitungan efisiensi total
sebesar 99,94 %. Sedangkan dengan percobaan menggunakan bahan bakar briket

energi yang digunakan untuk memanaskan air seberat 1 kilogram tersebut adalah
sebesar 5800 kilojoule. Dengan nilai efisiensi total sebesar 95,81 %.
Dengan membandingkan kalor yang keluar dengan kalor yang masuk
didapatkan efisiensi total pada sistem pembakaran dan pemanasan ini jika melihat
efisiensi dan panas efektif yang dapat dimanfaatkan maka tungku ini dinilai
sangatlah baik dan kandungan panas atau energi pada batu bara briket tersebut
sangatlah tinggi.
Dewi Meilani 240110130011

4.2 Pembahasan
Pada praktikum teknologi konversi energy kali ini kita melakukan pengamatan
terhadap efisiensi tungku dan nilai kalor bahan bakar serta kehilangan kalor
dengan cara melakukan percobaan pada pemanasan air menggunakan bahan
 bakar dengan kayu bakar. Dalam praktikum kali ini suhu dari tungku dan bahan
 bakar serta suhu lingkungan sekitar pembakaran kayu bakar seperti pada bagian
 bawah tungku dan pada panci air sehingga dapat di hitung efisiensi dan kalor yang
hilang dari proses pemanasan air tersebut. Suhu yang di ukur yaitu pada dinding
tungku, dinding panci, suhu air dalam panci, dan suhu bawah tungku dengan
 pengamatan waktu selama 5 menit hingga air di dalam panci mendidih.
Pada kondisi awal yaitu mengisi panci dengan air sebanyak ml dengan suhu
awal 26 0C dan mengukur suhu lingkungan sebesar 30,5 0C dan Rh sebesar
21%. Langkah pertama percobaan ini adalah menyalakan kayu bakar hingga panas
yang dihasilkannya konstan yang ditandai dengan berkurangnya asap yang keluar
dari tungku, kemudian setelah itu baru dilakukan pemanasan pada air yang
beratnya 1 kg.
Hasil pengukuran suhu yang ditunjukan pada tabel di atas menunjukan
 pengukuran berakhir pada interval ke empat. Pertama akan diamati perubahan
suhu yang terjadi pada air yang ada dalam panci. Interval 5 menit pertama, suhu
air yang awalnya 26 0C berubah menjadi 59 o  C, 62 o  C, dan 60 o  C. Hasil
 pengukuran tersebut menunjukan bahwa suhu air semakin meingkat dari interval
 pertama hingga interval keempat pada saat air mendidih, Peningkatan suhu
tersebut fluktuatif dari interval 1 sampai dengan ke-3 peningkatannya terus
meningkat sedangkan pada interval keempat menurun. Berdasarkan perhitungan
di atas didapatkan bahwa energi yang digunakan untuk memanaskan air seberat 1
kg tersebut adalah sekitar 48,55 joule. Sedangkan kehilangan energi akibat adanya
 penguapan.
Pengamatan kedua pada dinding tungku, seperti pada perubahan suhu air,
pada tungku juga dilakukan pengukuran selama 5 menit sekali pada setiap interval
waktuya. Pengukuran pada lima menit pertama, suhu dinding tungku pada tiga
titik yang berbeda masing-masing sebesar 45 o C, 42 o C, dan 38 o C, dan apabila
dirata-ratakan akan didapat suhu dinding tungku sebesar 41.6 o C. Untuk interval

selanjutnya, yaitu pada menit ke-6, didapatkan suhu dinding dari tiga titik yang
 berbeda sebesar 47o C, 44 o C, dan 43 o C. Rata-rata pada interval ke-2 ini sebagai
suhu dinding tungku adalah 44,6 o C. Pada interval selanjutnya. Pada interval ini
air mulai mendidih dan jumlah kayu bakar yang terbakar semakin berkurang
sehigga selain karena factor lingkungan tadi, penurunan rata-rata ini diakibatkan
 juga karena berkurangnya sumber bahan bakar karena semakin lama waktu
 pembakaran maka kayu bakar akan habis. Suhu tungku ini menunjukan adanya
energi yang hilang dari system kepada lingkungan, semakin besar suhu pada
dinding tungku maka semakin besar pula kehilangan energi pada proses
 pembakaran.
Dengan adanya kehilangan energi pada proses pembakaran kayu bakar dan
 pemanasan air maka tidak semua energi yang dihasilkan dari pembakaran kayu
 bakar dapat dimanfaatkan untuk pemanasan air, sehingga perlu adanya
 pengukuran kinerja tungku. Kinerja tungku tersebut dapat dilihat dari efisiensi
tungku dan efisiensi total serta panas efektif yang dapat dimanfaatkan.
Berdasarkan hasil perhitungan total panas efektif tungku, sehingga efisiensi
 pemanasan mencapai 99,47 %. Dengan membandingkan kalor yang keluar
dengan kalor yang masuk didapatkan efisiensi total pada system pembakaran dan
 pemanasan ini adalah sekitar 99,94 %. Jika melihat efisiensi dan panas efektif
yang dapat dimanfaatka maka tungku ini dinilai sangatlah baik dan kandungan
 panas atau energi pada kayu bakar tersebut sangatlah tinggi.
Hanifah Syakuroh 240110130

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran efisiensi tungku dan nilai kalor
 bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan pada praktikum kali ini terdapat dua
 jenis yaitu yang pertama adalah kayu bakar dan yang kedua adalah batu bara.
Setiap kelompok melakukan praktikum dengan bahan bakar yang berbeda,
tujuannya yaitu untuk mengetahui bahan bakar yang mana yang lebih efisien dan
nilai kalor bahan bakar yang mana yang baik. Selain itu juga melalui praktikum
ini dapat terlihat perbedaan nilai kebutuhan energi dan kalor hilang dari kedua
 bahan bakar tersebut.
Kelompok 2 pada praktikum kali ini melakukan praktikum dengan bahan
 bakar kayu bakar. Kayu bakar merupakan salah satu bahan bakar yang berasal dari
 biomassa. Kayu bakar yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu sebanyak 1
kg. Pada saat penyalaan api dengan kayu bakar itu mudah menyala, hal ini
dikarenakan tekstur kerapatan dari kayu bakar yang tidak terlalu rapat hal
tersebut menjadikan kayu bakar lebih mudah menyala jika dibandingkan dengan
batu bara. Meskipun sifat batu bara yang sangat sulit untuk menyala, namun
api yang dihasilkannya lebih stabil dan lebih tahan lama dari pada kayu bakar
hal ini menjadi satu alasan mengapa batu bara lebih sering dipakai untuk bahan
bakar di industri-industri besar.
Untuk mengetahui nilai efisiensi dari tungku maka dilakukan penambahan air
sebanyak 1 kg yang kemudian di didihkan. Efisiensi tungku ini dilakukan dengan
mengetahui seberapa banyak energi panas yang hilang selama proses pendidihan
o
air. Pengukuran suhu dilakukan hingga air mendidih sekitar 100 C. Dikarenakan
 bahan bakar kayu bakar yang cukup banyak yaitu sekitar 1 kg, maka api yang
dihasilkan pun cukup besar hal ini berpengaruh terhadap sebentarnya proses
 pendidiha. Lain halnya dengan bahan bakar yang menggunakan batu bara. Api
yang dihasilkanpun cukup besar hingga keluar tungku dan waktu mendidih pun
akan lebih cepat. Api yang dihasilkan kayu bakar memang lebih besar jika
dibandingkan dengan batu bara, namun apinya tidak terlalu stabil jika
dibandingkan dengan batu bara. Api yang dihasilkan oleh kayu bakar
cenderung akan lebih cepat habis jika dibandingkan dengan batu bara.

Pada saat praktikum berlangsung terdapat sedikit hambatan dimana suhu yang
dihasilkan mengalami beberapa perubahan yang jauh berbeda dan signifikan. Hal
ini terjadi dikarenakan kurangnya telitian pada saat pembacaan. Keakuratan pada
alat juga dipertanyakan karena penggunaan termokopel menghasilkan suhu yang
tidak seharusnya.
Kemudian membandingkan antara efisiensi tungku dan kayu bakar. Efisiensi
 pembakaran kayu bakar adalah sebesar 99,98 %. Dan nilai efisiensi pemasakan
sebesar 99,96 %. Dari data diatas dapat dihitung nilai efisiensi total sebesar 99,94
%. Dapat dilihat bahwa efisiensi kayu bakar sangat bagus karena mendekati 100
%.
Berdasarkan efisiensi total, perbedaan antara pembakaran batu bara dan kayu
 bakar tidak terlalu berbeda jauh Kayu bakar tetap lebih unggul jika dibandingkan
 batu bara hal ini mungkin karena besarnya api yang dihasilkan pada saat
 praktikum, namun pada industri biasanya batu bara yang biasa digunakan untuk
 bahan bakar karena pembakaran batu bara lebih lama bertahan dibandingkan
dengan pembakaran kayu bakar sehingga penggunaannya dapat lebih awet
dengan nyala api biru yang efisien. Namun, kelemahan penggunaan batu bara
adalah sulit untuk dibakar untuk pertama kali.
Rika Rostika 240110130015

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu melakukan pengukuran efisiensi tungku dan nilai
kalor bahan bakar. Nilai kalor bahan pada setiap bahan bakar merupakan suatu
 besaran angka yang meenyatakan besaran jumlah panas atau kalori yang
dihasilkan dari peroses pembakaran sejumlah bahan bakar tertentu, dengan
 bantuan udara atau oksigen. Pada kali ini bahan bakar yang digunakan yaitu batu
 bakar dengan kayu bakar. Selain itu nilai kalor pada masing-masing jenis bahan
 bakar yang digunakan mempunyai nilai nilai yang berbeda, pada bahan bakar
kayu bakar daya pemanasan menurut literatur yang dapat dicapai yaitu sebanyak
4000 k.cal/kg, dengan tingkat efisiensi yang mencapai 15%, biasanya nilai kalor
yang didapat tergantung jenis pohon yang digunakan pada saat melakukan
 pembakaran, umunya kadar air untuk kayu bakar yaitu antara 20 hingga 25 %.
Sedangkan untuk bahan bakar batu bara teerdapat banyak tingkatan, sehingga
nilai yang didapat tergantung jenis pemakain batu bara jenis apa yang dipakai.
Secara umum batu bara mempunyai nilai kalor antara 1500-4500 kcal/kg untuk
batu bara
 jenis yang paling rendah dan dengan nilai kalor tertinggi yaitu 8300 kcal/kg,
nilai ini didapat dari jenis batu bara dengan kandungan air yang paling sedikit.
Tungku yang digunakan yaitu tungku dengan dimensi yang berbeda beda pada
kali ini ada dua tungku yang digunakan yaitu dengan dimensi tinggi 30 cm dengan
diameter luar 30 cm dan diameter dalam 18.5 cm. Dengan suhu dan RH yang
didapat masing masing yaitu 30.5 dan 21%. Pengamatan yang dilakukan yaitu
waktu yang digunakan untuk proses pembakaran bahan bakar, sampai bahan
bakar
tersebuthabis menjadi abu. Pengamatan dilakukan dengan tanpa perlakuan atau
 pembakaran dengan tidak dipaksa, pada pembakaran ini kelompok yang mendapat
 bahan bakar kayu bakar yaitu kelompok 2 dan 4, sedangkan pada bahan bakar
 batu bara yaitu kelompok 1 dan 3. Bakar yang digunakan yaitu bahan bakar batu-
 bara dan bahan bakar kayu bakar masing masing sebanyak 1 kg untuk bahan
 bakarnya, dengan bahan yang digunakan yaitu air sebanyak satu liter.
Pada kelompok kami Hasil yang diapatkan pada saat melakukan percobaan
dengan menggunakan bahan bakar kayu bakar yaitu waktu yang didapatkan yaitu
selama 20.04 menit dengan waktu keadaan T1 atau pada kondisi asap telah
digantikan dengan api, pada waktu 08.30 menit. Setelah dibandingkan dengan

hasil waktu pembakaran kayu bakar dengan batu bara, waktu yang didapat pada
 bahan bakar kayu bakar lebih cepat dibandingkan dengan bahan bakar dengan
mengunakan batu bara. 
Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan percobaan ini yaitu kondisi di
sekitar tempat kita dalam melakukan percobaan, angin di sekitar lingkungan yang
sedang dilakukan percobaan akan mempercepat waktu berlangsungnya
 pembakaran sehinga api yang terdapat pada tungku lebih cepat berpindah dari
 posisi T0 ke posisi T1. Karena angin merupakan salah satu faktor yang
 berpengaruh terhadap proses pembakaran atau pembentukan nilai kalor, karena
disitu terdapat udara dan oksigen, maka nilia kalor yang didapat juga akan lebih
kecil.
Moch. Byan Dilanov 240110130018

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu membahas mengenai efisiensi pada tungku, dimana
dalam praktikumnya menggunakan sebuah panci dan digunakan untuk
memanaskan air hingga mendidih dan sesuai dengan petunjuk yang ada pada
 prosedur. Bahan yang digunkan pun berbeda ada yang menggunakan kayu bakar
adapupula yang menggunakan briket batubara, dan praktikan kebetulan
menggunakan kayu bakar. 
Pada dasarnya tungku adalah alat atau tempat instalasi yang dirancang untuk
 pembakaran sehingga bahan bakar dapat memanaskan sesuatu. Pada
 praktikumnya kali menggunakan bahan kayu bakar dan batubara sebagai mendia
untuk pembakarannya. Bisa dilihat pada hasil pun bahwa nilai yang terkandung
 pada kayu bakar mempunyai nilai yang tidak sama dengan nilai batu bara, pada
 pembakarannya untuk kayu bakar sangat mudah di nyalakan dan secara tidak
langsung akan memudahkan untuk proses pengukuran dengan cepat. 
Pada bahan briket batu bara praktikan mendapatkan nilai dan ada pada hasil.
 pada percobaannya briket batu bara disediakan sebanyak 1 kg dan dimasukan
kedalam tungku, untuk memanaskan air. Hal yang membedakan dari bahan yang
digunakan yaitu jika dengan menggunakan kayu bakar akan cepat untuk
memulainya tidak butuh waktu yang lama untuk menyalakannya dengan bantuan
api yang kecil saja kayu bakar sudah bisa terbakar, sedangakan untuk briket batu
 bara praktikan membutuhkan waktu sekitar setengah jam hanya untuk menyalakan
 batu bara tersebut. Karena pada proses pembakaran batu bara api yang
membakarnya tidak bisa langsung menyerap kedalam bahan, sama dengan arang
tetapi batu bara mempunyai kepekatan yang tinggi sehingga untuk penyalannya
sangat lama.
Dalam pengukuranya praktikan mengukur panas alas tungku, selimut tungku,
atas tungku, tutup panci, selimut panci. Hasil yang didaptkan ada pada hasil yang
telah dikerjakan. Jika dilihat dari pemanasanya bahwa menggunkan batu bara bisa
digunakan dalam proyek skala besar untuk pemanfaatan energi, karena dapat
menghasilkan suhu yang besar bisa mencapai 500oc hal ini tentu bisa
dimanfaatkan lebih baik untuk aplikasi aplikasi yang menunjang suhu yang besar,
tetapi kelemahannya bahwa briket batu bara ini susah untuk dinyalakan. Sehingga

tidak efisien dalam penggunaanya. Jika melihat pada masyakarat yang


menggunakan energi tersebut. Bahwa masayarakat akan tetap memilih kayu bakar
sebagai bahannya, karena mempunyai daya ledak yang cepat dibandingkan
dengan briket batu bara. 
Anisah 240110130025

4.2 Pembahasan
Pada  praktikum teknologi konservasi energi kali ini mengenai pengukuran nilai
efisiensi tungku dan nilai kalor bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan adalah
kayu bakar dan briket batu bara. Akan tetapi pada kelompok kami hanya
mempraktekan yang berbahan kayu bakar. Permodelan aplikasinya dilakukan
dengan cara memasak air diatas sebuah tungku yang menggunakan bahan bakar
kayu. Pengukuran suhu dimulai dari suhu dinding tungku, suhu celah bawah, suhu
celah atas, suhu dinding panci dan suhu air. Pengukuran suhu tersebut dilakukan
setiap 3 menit sekali sampai selisih ari suhu awal mencapai 500c.
Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai kalor keluaran lebih sedikit
dibandingkan dengan kalor masuk yang dibuktikan dengan besarnya nilai efisiensi
sistem total yang dihasilkan sebesar 99,94 %. Hal ini berarti 0,06 % dari jumlah kalor
total terbuang. Hal ini sesuai dengan literatur (Hukum ke-2 Termodinamika) yang
menyatakan bahwa nilai input energi yang masuk tidak selalu sama dengan nilai
output, yang disebabkan karena adanya entalpi yang keluar, sehingga nilai kalor
output lebih kecil daripada input. Semakin kecil nilai kalor yang keluar dari sistem,
maka sistem tersebut semakin efisien. Perbedaan nilai antara kalor input dan output
dapat juga disebabkan karena kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu maupun
dimensi alat – alat yang digunakan.
Dari hasil data perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa kehilangan kalor yang

 paling besar adalah terdapat pada celah atas tungku. Hal ini disebabkan karena udara
 panas langsung keluar melalui celah-celah yang ada pada tungku. Sedangkan
kehilangan kalor pada dinding tungku disebabkan karena dinding tungku berinteraksi
langsung pada bahan bakar kayu yang ada dan tempat paling dekat untuk panas
(kalor) hilang dari tempat terdekat. Sehingga, pada celah atas tungku banyak sekali
kalor yang hilang dari hasil pembakaran kayu bakar tersebut.
Efisiensi tungku yang dihasilkan sebesar 99,98%, bedasarkan literatur efisiensi
tungku dengan menggunakan bahan bakar berupa kayu bakar adalah 30-40%,
sehingga disimpulkan bahwa efisiensi tungku yang diperoleh dari percobaan sama

dengan literatur yang ada. Jika kita bandingkan antara proses pemasakan air dengan

tungku menggunakan bahan bakar briket batu bara, dan kayu kering, maka dari hasil
 pengamatan pada praktikum kali ini dapat disimpulkan pula bahwa proses memasak

air menggunakan bahan bakar berupa kayu kering paling cepat jika dibandingkan
dengan memasak air menggunakan batu bara. Hal ini dikarenakan nilai kalor yang
terkandung dalam kayu kering lebih besar daripada nilai kalor batu bara.
 Nilai kalor menunjukkan besarnya entalpi/jumlah energi yang terkandung dalam
 bahan tersebut. Nilai kalor kayu kering adalah 15000 kJ/kg dan nilai kalor briket batu
 bara adalah 2900 kJ/kg. Semakin besar energi yang terkandung dalam bahan, maka
akan semakin cepat proses pemasakan atau pembakaran berlangsung, begitu juga
sebaliknya semakin kecil energi yang terkandung dalam bahan, maka akan semakin
lambat proses pemasakan atau pembakaran berlangsung.
Dari kedua hasil bahan bakar yang digunakan dapat disimpulkan bahwa panas
yang dihasilkan bahan bakar batu bara lebih stabil dan tahan lama dibandingkan
 panas yang dihasilkan bahan bakar kayu bakar karena kayu bakar lebih mudah
terbakar dan menjadi serbuk abu. Namun bila dilihat dari efisiensinya kayu bakar
memliki efisiensi yang sedikit lebih bagus dari batu bara.
Selain itu limbah (abu) yang dihasilkan kayu bakar lebih sedikit dibanding batu
 bara sehingga lebih ramah lingkungan. Jadi kayu bakar ini bisa digunakan sebagai
 penganti batu bara. Penggunaan kayu bakar memang lebih mudah dibandingkan
dengan batu bara, hanya saja pemberian bahan bakar harus dilakukan secara kontinyu
karena mudah habis.
Ramadhanty Rahmah 2401101300

4.2 Pembahasan
Pada praktikum teknologi konversi energi kali ini adalah melakukan
 pengukuran efisiensi tungku dan membandingkan nilai kalor bahanbakar. Adapun

 bahan bakar yang digunakan adalah batubara dan kayu bakar. Percobaan ini
dilakukan melalui uji pemanasan air dengan bahan bakar batu bara dan kayu bakar
di atas tungku berukuran 30 cm dengan diameter 30 cm dan diameter dalam 15
cm.
Adapun kedua bahan bakar tersebut di uji secara terpisah, hal ini untuk
membandingkan hasil yang didapat tentunya. Secara ringkas, prosedur yang
dipakai adalah sebagai berikut.Bahan bakar dimasukan ke dalam tungku,
kemudian dinyalakan dengan bantuan minyak tanah atau minyak bensin, atau bisa
 juga dengan spirtus. Bila nyala api sudah stabil maka panci yang sudah berisi air

dinaikan ke atas tungku. Maka api akan menyala dengan stabil ditandai dengan
tidak adanya asap yang dikeluarkan, dan hasil yang didapat dari praktikum kali ini
adalah panas efesiensi pemasakan sebesar 418,55 joule dan efesiensi total sebesar
99,94 %. efisiensi total didapat dari pembagian antara efisiensi memasak dengan
efisiensi tungku. Hal ini karena jumlah yang dapat digunakan atau yang dihasilkan
dari proses konversi energi akan lebih kecil jumlahnya dari inputnya, Oleh karena
itu efisiensi konversi energi yang bermanfaatnya akan kurang dari 100%.
Kebanyakan tungku yang digunakan di sebagian besar masyarakat indonesia
hanya memiliki efisiensi yang rendah yaitu sekitar 5-10% saja, Efisiensi yang

rendah ini berdampak pada tingkat konsumsi bahan bakar kayu yang tinggi, dan
hal ini akan berdampak pada laju pengrusakan hutan yang tinggi. Hutan yang
rusak tentu saja mengakibatkan tingkat erosi tinggi, pendangkalan sungai yang
cepat serta dampak-dampak lainnya. Dampak lain dari tingkat efisiensi yang
rendah ini adalah hasil sisa pembakaran yang banyak yaitu asap. Sisa hasil
 pembakaran berupa asap tersebut mengandung zat-zat berbahaya seperti partikel
debu, Carbon Monoksida (CO), Hidrokarbaon (HC), Nitrogen Oksida (NOx),
Ozone (O3) dan Lead/Plumbum (Pb). 
Penggunaan kayu bakar memang lebih mudah dibandingkan dengan batu bara,

hanya saja pemberian bahan bakar harus dilakukan secara kontinyu karena mudah
habis. Dan seperti kita tahu bahwa Briket Batu bara adalah bahan bakar padat

yang terbuat dari Batubara dengansedikit campuran seperti tanah liat dan tapioka.
Briket Batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan Minyak Tanah
sepeti untuk : Pengolahan Makanan, Pengeringan, Pembakaran dan Pemanasan.

Bahan baku utama Briket Batu bara adalah Batu bara yang sumbernya berlimpah
di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk selama lebih kurang 150 tahun.
Teknologi pembuatan Briket tidaklah terlalu rumit dan dapat dikembangkan oleh
masyarakat maupun pihak swasta dalam waktu singkat. Sebetulnya di Indonesia
telah mengembangkan Briket Batubara sejak tahun 1994 namun tidak dapat
 berkembang dengan baik mengingat Minyak Tanah masih disubsidi sehingga
harganya masih sangat murah, sehingga masyarakat lebih memilih Minyak Tanah
untuk bahan bakar sehari-hari.
Ira Itasari 240110130002

BAB V
PENUTUP

5.1   Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada praktikum kali ini adalah : 
1.   Proses pembakaran batu bara lebih lama dibandingkan dengan proses

 pembakaran kayu bakar, hal ini disebabkan karena densitas batu bara yang
lebih besar.
2.   Agar batubara mudah terbakar dilakukan cara pemantikan dengan bensin.

3.   Adanya panas pada dinding tungku, dinding panci dan bagian bawah tungku
yang ditandai dengan suhu yang meningkat pada setiap interval
menunjukkan
 pada sistem adanya kehilangan energi.
4.   Nilai efisiensi pembakaran dari kayu bakar dan batu bara yaitu 99,98% dan
93,2%.
5.   Nilai efisiensi pemasakan dari kayu bakar dan batu bara yaitu 99,96% dan
98,7%.
6.   Nilai efisiensi total kayu bakar dan batu bara yaitu 99,94% dan 92,1%.
7.   Dari segi penggunaan, pemanasan menggunakan kayu bakar lebih mudah
daripada pemanasan dengan menggunakan batu bara.
8.   Dari segi biaya, pemanasan dengan menggunakan kayu bakar lebih murah
dibandingkan dengan menggunakan batu bara.

5.2   Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini adalah : 
1.   Sebelum melakukan praktikum, sebaiknya praktikan membaca modul terlebih
dahulu agar lebih memahami materi yang akan dipraktikkan.
2.   Memeriksa kondisi alat sebelum melakukan praktikum.
3.  Teliti dalam menggunakan termocouple.
4.   Tepat dalam pengukuran menggunakan stopwatch.
5.   Teliti dalam menghitung dan konsisten dalam pembulatan angka.
Willi Munandar 24011013001

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun beberapa kesimpulan pada praktikum kali ini, diantaranya:


1.   Tidak semua energi dalam proses pembakaran dimanfaatkan dengan baik.

2.   Pada proses pemanasan masih banyak kehilangan energi ditunjukan dengan

 panas pada sekitar wilayah tungku.


3.   Besarnya energi yang terkandung pada briket sebesar 5800 kJ.

4.   Efisiensi tungku dan pemansan air masing-masing sebesar 99,33% dan


99,94%.
5.   Efisiensi total sebesar 99%.

5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini, diantaranya:
1.   Praktikan haruslah memeriksa alat sebelum melakukan praktikum.

2.   Diperlukan kesadaran untuk rajin memeriksa suhu pada saat interval waktu
yang ditentukan.
3.   Harus lebih teliti dalam pengamatannya agar hasil yang didapatkan sesuai
dengan harapan,
Dewi Meilani 240110130011

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu :


1.   Adanya panas pada dinding tungku, dinding panci dan bagian bawah tungku
yang ditandai dengan suhu yang meningkat pada setiap interval menunjukan
 pada system adanya kehilangan energi.
2.   Tidak semua energi yang terkandung dalam briket dapat dimanfaatkan dengan

 baik pada proses pemanasan.


3.   Efisiensi pembakaran kayu bakar sebesar
99,98% 4.  Efisiensi pemasakan sebesar 99,96%
5.  Efisensi total sebesar 99,94%

5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini yaitu :
1.   Dalam melakukan praktikum jangan terlalu banyak menambahkan bahan
 bakar minyak pada proses starter pembakaran karena akan mempengaruhi
kestabilan pemanasan.
2.   Pemanasan air dimulai ketika panas dari kayu bakar dan briket sudah stabil
yang ditandai dengan tdaik adanya atau berkurangnya asap hasil pembakaran.
3.   Harus mendengarkan intruksi asisten agar praktikum bisa berjalan dengan
 baik.

Hanifah Syakuroh
240110130012
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa :


1.   Efisiensi tungku dapat dilihat dari banyaknya kehilangan kalor yang terjadi

 pada saat proses pembakaran baik secara konduksi maupun konveksi.


2.   Abu hasil pembakaran batu bara lebih banyak jika dibandingkan dengan

 pembakaran kayu bakar


3.   Batu bara lebih sulit untuk dinyalakan daripada kayu bakar.

4.   Api yang dihasilkan oleh kayu bakar lebih besar jika dibandingkan dengan api

yang dihasilkan oleh batu bara. Namun api batu bara lebih konstan jika
dibandingkan dengan api kayu bakar.
5.   Jarak antara api dan panci akan mempengaruhi lamanya proses pendidihan air.
Semakin jaraknya dekat maka proses pendidihan akan semakin cepat dan
 berlaku sebaliknya.

5.2 Saran

Agar didapatkan hasil yang lebih baik pada praktikum selanjutnya, maka
disarankan beberapa hal yaitu : 
1.   Memahami cara pengukuran suhu yang dilakukan agar tidak terjadi kesalahan.

2.   Mengefisienkan waktu ketika melakukan praktikum karena pada pembakaran

 batu bara dibutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan
 pembakaran kayu bakar.

3.   Alat yang digunakan dalam praktikum sebaiknya diuji terlebih dahulu


kelayakannya.
4.   Sebelum praktikum dijalankan, sebaiknya praktikan mendapatkan modul
untuk dipelajari terlebih dahulu agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.

Rika Rostika 240110130015

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan: 


1.   Penggunaan bahan bakar akan mempengaruhi besar nilai kalor yang didapat

sehingga lama waktu yang ditempuh berbeda-beda.


2.   Pengukuran efisiensi tungku ini dapat dipengaruhi oleh lama waktu yang
didapat pada setiap proses pembakaran, semakin lama maka akan semakin
 besar nilai kalor yang didapat.
3.   Bahan bakar kayu bakar lebih memiliki niai kalor yang lebih kecil
dibandingkan dengan bahan bakar menggunakan batu bara.
4.   Angin merupakan faktor penentu pada saat melakukan percobaan, karena
adanya angin pada saat melakukan percobaan akan mempercepat proses
 pembakaran pada tungku sehingga nilai efisiensi yang didapatkan tungku akan
 besar.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan praktikan pada praktikum kali ini yaitu: 
1.   Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan pengamatan waktu dan
melakukan perhitungan pada saat melakukan praktikum ini, agar tidak terjadi
kesalahan.
2.   Sebaiknya alat yang akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu sehigga
tidak menghambat waktu praktikum.
3.   Penambahan alat sangat diperlukan untuk menefisiensikan waktu.

4.   Pada saat praktikum, praktikan diharapkan kondusif, sehingga tidak

mengganggu jalannnya praktikum.


5.   Praktikum sebaiknya dilakukan pada waktu yang lebih lama dan dalam
keadaan atau kondisi lingkungan yang mendukung.

Moch. Byan Dilanov

240110130018

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dalam praktikum kali ini yaitu:


1 Bahan briket batu bara mempunyai panas suhu yang lebih dibandngkan
dengan kayu bakar.

2.   Tidak semua energi yang terkandung dalam briket dapat dimanfaatkan dengan
 baik pada proses pemanasan.
3.   Adanya panas pada dinding tungku, dinding panci dan bagian bawah tungku
yang ditandai dengan suhu yang meningkat pada setiap interval menunjukan
 pada system adanya kehilangan energi.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum kali ini yaitu : 


1.   Perlu adanya pengamatan mengenai percepatan starter pembakaran briket

untuk menghemat waktu proses pembakaran.


2.   Dalam melakukan praktikum jangan terlalu banyak menambahkan bahan

 bakar minyak pada proses starter pembakaran karena akan mempengaruhi


kestabilan pemanasan.
3.   Pemanasan air dimulai ketika panas dari briket sudah stabil yang ditandai

dengan adanya atau berkurangnya asapa hasil pembakaran.

Anisah 240110130025

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Terdapat beberapa kesimpulan pada praktikum kali ini, antara lain :


1.   Didapatkan nilai kalor keluaran lebih sedikit dibandingkan dengan kalor
masuk yang dibuktikan dengan besarnya nilai efisiensi sistem total yang
dihasilkan sebesar 99,94 %.
2.   Semakin kecil nilai kalor yang keluar dari sistem, maka sistem tersebut

Anda mungkin juga menyukai