Anda di halaman 1dari 8

Berjalan di tengah badai

Saudara-saudaraku yang di kasihi Tuhan!

Sebuah cerita sederhana tetapi menarik untuk simak


lebih jauh,seiring kedudukan yang di alami keluarga di
sini.”seorang ayah bersama anaknya sedang berkendara
menuju suatu tempat dan sang anak yang mengemudi
kendaraan tersebut.setelah perjalanan beberapa
kilometer,tiba-tiba awan hitam dating beserta angin
kencang,dan langit pun menjadi gelap.mereka melihat
beberapa kendaraan mulai menepi dan
berhenti.”bagaimana ayah?kita berhenti?”,kata sang anak
bertanya pada ayahnya.”teruslah mengemudi”ujar
ayahnya.sang anak tetap menjalankan mobilnya.langit
semakin gelap,ngin jga bertiup semakin kencang,dan
seketika hujan deras turun.beberapa pohon
tumbang,bahkan ada yang di terbangkan angin.suasana
sangat menakutkan.mereka melihat lagi kendaraan-
kendaraan besar satu persatu mulai menepi dan tidak
melanjutkan perjalanan.”ayah…?”teruslah
mengemudi!,kata sang ayah sambil focus ke depan.sang
anak tetap mengemudi mobilnya dengan bersusah
payah.hujan lebat menghalangi pandangan hanya
berjarak beberapa meter saja.angin menguncan-
guncangkan mobil kecil mereka.sang anak mulai takut,tapi
ia tetap mengemudi kendaraannya walau pun sangat
perlahan.
Setelah melewati beberapa kilometer ke
depan,mereka melihat angin mulai mereda.dan,sampailah
mereka pada daerah yang kering dan mereka bisa melihat
matahari bersinar muncul dari balik awan.”silahkan kalau
mau berhenti dan keluarlah”,kata sang ayah kepada
anaknya.”kenapa sekarang ?”Tanya sang anak
heran.”agar engkau bias melihat dirimu seandainya
engkau berhenti di tengah badai.”sang anak berhenti dan
keluar dari mobilnya.ia melihat jauh di belakang sana
badai masih berlangsung.ia membayangkan mereka yang
masih di sana pasti terjebak karena badai.ia pun mengerti
mengapa ayahnya menyuruh tetap mengemudi dan
berjalan di tengah badai,ketimbang berhenti dan terjebak
ketidakpastian dan ketakutan,kapan badai akan berakhir
serta apa yang akan terjadi sealanjutnya.”
Kisah inspiratif di atas memberikan isyarat kepada
kita,jika kita sedang menghadapi badai kehidupan
ini,teruslah berjalan.jangan pernah berhenti dan putus
asa,sebab bukan tidak mungkin,kita bisa terbelenggu
dalam situsi yang tidak menentu dan penuh
kegalauan.lakukanlah apa yang terbaik dengan terus
mengarahkan pandangan ke depan yang sedang di
rancangkan tuhan kepada kita.
Seperti yang dikatakan oleh albert Einstein,yaitu
hidup ibarat orang sedang mendayung sepeda agar terjadi
keseimbangan ia harus tetap berjalan.itu sebabnya,ketika
badai kehidupan menerpa,apa yang kita lakukan?apakah
kita mesti pasrah pada keadaan?tentu saja tidak.ingat!
sekeras apapun badai menerjang atau seberat badai
berita duka apapun menghadang kehidupan ini,hidup
mesti tetap berjalan pada jalur kehendaknya,pantang
menyerah,layaknya kesatria di medan perang.
Teks dari mazmur ini melukiskan gambaran
yang sangat menakutkan, bagaimana Tuhan melepaskan
mereka yang berada dalam “kesesakan” di tengah
samudera laut. Orang-orang yang disebut dalam bacaan
ini adalah sekelompok orang yang terdiri atas ‘mereka’
yang berlayar jauh melakukan perdagangan di lautan luas,
denganmenggunakan kapal-kapal, dan sedang
menghadapi akan tenggelam. Terbukti sekali, gelombang-
gelombang laut yang dasyat itu telah mengombang-
ambingkan, dan bahkan melemparkan kapal-kapal
mereka adalah pekejaan Tuhan sendiri.
Kapal-kapal mereka naik sampai ke langit dn turun ke
samudera raya, sehingga jiwa mereka hancur karena
celaka, mereka pusing dan terhuyung-huyung seperti
orang mabuk , dan kehilangan akal. Namun, di saat
mereka berseru-seru kepada Tuhan, Tuhan mengeluarkan
mereka dari kecemasan. Betapa tidak , mereka melihat
pekerjaan-pekerjaan Tuhan yang ajaib. Dan, dibuatNya
badai itu diam dan gelombang-gelombang menjadi
tenang, serta dituntunNya mereka ke pelabuhan kesukaan
mereka.
Saudara-saudaraku
Kita bersekutu bersama keluraga duka di sini utuk
menganminkan sabda penghiburan hari ini. Benar,
kegamangan dan kegalauan hidup ini, seperti badai yang
memporak-porandakan pikiran dan hati, mapmu membuat
kita labil bahkan goyah, terpuruk terlalu lama. Kita tentu
tidak ingin badai yang pahit menerpa hidup kita, tapi
seandainnya itu harus terjadi maka kita punharus
menghadapinya. Tanyakan kepada teman anda apakah
dia tidak punya masalah ? pasti jawabannya “saya punya
masalah, biasalah hidup ini seperti itu.” Jadi, ketika anda
sedang tertimpa badai, segera sadari bahwa itu tidaklah
istimewa karena setiap orang juga menghadapi hal yang
sama. Hal yang membuatnnya istimewa adalah cara anda
meresponnya dengan tindakan nyata.
Hidup adalah rangkaian kisah yang dinamis. Hari
kemarin, hari ini dan hari esok tidak akan menghadirkan
cerita yang sama. Ketika kita gamang dan galau dini hari
kemarin tidak berarti di hari ini dan hari esok kita
mengalami hal yang sama. Hari ini akan berlalu, dan hari
esok akan datang menjelang, dengan hadirnya satu
pengalaman ke pengalaman berikutnya. Yakinlah bawha
hari ini akan terus berganti, maka badai sepahit apa pun
hari ini tentu juga akan berlalu. Esok hari masih ada waktu
dan kesempatan untuk berbuat menjadi lebih baik.
Berefleksi dari Firman Tuhan ini, ada beberapa pesan
moral untuk kita renungkan bersama. Pertama, badai
akan selalu ada sewaktu kita memutuskan untuk
melakukan perjalan di tengah luasnya samudera atau
panjangnya perjalanan kehidupan ini. Meskipun badai
menerjang dan laut menggelora, pastikanlah dalam
hidupmu, bahwa janji Tuhan bagaikan pijakan yang kuat
dan tak tergoyahkan. Tuhan adalah tempat perlindungan
yang aman di tengah terjangan badai kehidupan. Kedua,
Saat kita berjalan di tengah badai, adalah saat terbaik
bagi kita untuk merasakan kuasa penyertaan Tuhan
dalam hidup ini. Kadang, kehidupan menuntut kita untuk
tetap bertahan ditengah badai, namun dipihak lain, kita
juga diuji oleh Tuhan saat kita berada dalam
ketidakpastian dan keputusasaan menghadapi badai
kehidupan. Mempercayakan hidup ini kepada Tuhan,
pada akhirnya Ia aka menuntut kita menuju pelabuhan
kesukaan yang penuh ceria. Ada orang yang mengatakan,
‘’Lebih bik berlayar mengarungi badai bersama Tuhan
daripada berlayar tenang tanpa Dia’’.
Ketiga, Tidak ada badai yang tak berlalu.
Maksudnya, Tuhan selalu memberikan jalan keluar dari
setiap badai yang kita hadapi dalam hidup ini. Anda
pernah membaca kisah burung Rajawali? Burung rajawali
tahu kapan datangnya badai itu. Ia akan terbang sampai
ketinggian tertentu, dan saat badai dating menerpanya, ia
akan mengembangkan sayapnya sehingga badai itu
mengangkatnya melayang tinggi terbang jauh diatas
melampaui badai itu dan melewatinya. Seperti dikatakan
oleh Nabi Yesaya, ‘’…., tetapi orang orang yang menanti
nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka
seumpama rajawali yang naik terbang denga kekuatan
sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka
berjalan dan tidak menjadi lelah’’ (Yes. 40:31)
Ingat ! kekuatan sauh iman kita akan selalu diuji
ketika biduk kehidupan kita diterjangi badai. Binalah
keintiman dengan Tuhan sebagai satu satunya narkhoda
dalam hidup ini, sehingga seberat apapun ujian kehidupan
kita diterjang badai. Binalah keintiman dengan Tuhan
sebagai satu satunya nakhoda dalam hidup ini, sehingga
seberat apapun ujian kehidupan kita, badai pasti berlalu.
Bukankah malam selalu pekat sebelum fajar tiba?
Bukankah setelah badai, pagi cerah akan dimulai? Dan,
karena itu, Tuhan tidak pernah menjanjikan langit akan
selalu cerah, matahari selalu bersinar, tetapi Ia akan
memberikan pelangi stelah badai, senyum setelah air
mata, lagu indah disetiap helaan nafas, berkat disetiap
cobaan, dan jawaban indah disetiap doa.
Saudaraku !!
Saya teringat seorang ibu sudah tua renta, tapi
masih kuat da setia mengikuti ibadah minggu. Suatu
ketika ia melayat sebuah keluarga duka di wilayahnya,
dan setibanya dirumah duka, dengan senyum ia
mengatakan kepada anak satu satunya yang ditinggalkan
ibunya, Kketika Tuhan mengambil sesuatu dari tanganmu,
Dia tidak menghukummu, namun Dia hanya membuka
tanganmu untuk menerima sesuatu yang lebih indah dari
sebelumnya. Menarik lagi, si ibu yang biasanya disapa
oma Rachel, tiap hari dirumahnya membuka buku
nyanyian PKJ. Satu hari satu lagu ia bernyanyi sebelum
tidur. Sekembalinya dari rumah duka, malam itu dengan
suara serak ia bernyanyi PKJ 285 ‘’Bila Badai Hidup
Menerpamu’’ mari kita bernyanyi bersama oma Rachel,
mengakhiri renungan ini:
Bila badai hidup menerpamu
Dan cobaan pun dating mengganggu
Hanya satu janji harapanmu
Ya, janji Tuhanmu pegang teguh
Biar gunung gunung pun beranjak
Serta bukit-bukit pun bergoncang
Kasih dan setia dari Tuhan
‘kan melindungimu tetap teguh
Pegang selalu janji Tuhan
Jangan lepaskanlah
Walau siang atau malam
Enyalah takut atau bimbang
Tuha pemilik hidupmu, hidupmu
Biar gunung-gunung pun beronjak
Serta bukit-bukit pun bergoncang
Kasih dan setia dari Tuhan
‘kan melindungimu tetap tedu (2x)

Doa: Tuhanku yang pengasih dan penyayang, aku


tak sanggup berjalan ditngah badai hidup saat ini. Aku
memerlukan pertolonganMU. Aku memutuskan untuk
tetap berdamai dengan kondisi badai yang menerjang
hidupku ini tanpa meninggalkanMu, karena aku percaya
hal itu memang sesuai dengan rencanaMu. Demi Kristus,
Tuhanku yang hidup dan tetap memperhatikanku dalam
segala hal. Amin.

Anda mungkin juga menyukai