MAKALAH
DISUSUN OLEH:
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt penulis panjatkan atas segala limpahan rahmat
dan karunia_Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan terutama
bagi penulis, dan pembaca pada umumnya. Penulis menyadari betul bahwa penulisan
makalah ini jauh dari sempurna, terutama dari segi tata kalimat dan bahasanya. Untuk itu
kritik dan saran yang membangun (konstruktif) dari semua pihak sangat diharapkan untuk
kesempurnaan isi makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat dapat belajar bersama demi
kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan. Akhirnya penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..ii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………..1
1.3 TUJUAN…………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………3
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
Setelah memasuki zaman peradaban, manusia sudah mulai hidup dan menetap serta
dapat berfikir menggunakan akal pikiran, meniru, menganalisa binatang berkelahi
menggunakan serangan dan belaan. Memasuki zaman kerajaan perkembangan pencak silat
sudah mulai sempurna. Banyak berbagai kerajaan di nusantara yang berlatih ilmu
kanurugan guna mempertahankan keutuhan kerajaan dari berbagai bentuk serangan
kerajaan luar seperti kerajaan trauma negara, kaling, sriwijaya, mataran kuno, dan
majapahit. Setelah kerajaan hindu berakhir, agama islam mulai masuk di nusantara.
Kemudian mulai berdiri berbagai kerajaan islam dinusantara seperti kerjaan demak, banjar
masir, talo, gowa, ternate, tidore, dan mataram. Pada zaman kerajaan islam perkembangan
pencak silat tidak hanya pada ilmu karunagan semata, tetapi sudah mulai ditambah ilmu
kerohanian, dan tenaga kebatinan.
Pada zaman penjajahan belanda dan jepang, ilmu beladiri pencak silat dilarang
untuk diajarkan secara umum karena dinaggap membahayakan penjajah, sehingga pencak
silat pada zaman penjajahan kurang begitu berkembang. Setelah bangsa Indonesia merdeka
baru mulai pencak silat dapat berkembang di nusantara. Namun pada saat itu pencak silat
masih belum bersatu secara nasional dan masih bersifat kedaerahan. Sebetulnya beberapa
upaya untuk mempersatukan pencak silat sudah mulai dilakukan pada masa penjajahan
belanda.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tantangan dari manusia dan binatang buas, gerak beladiri tak beraturan ?
2. Bagaimana pakai akal piker, meniru dan menganalisa binatang berkelahi, bela serang ?
3. Bagaimana manusia hidup di zaman peradaban ?
1.3 Tujuan
makalah ini bertujuan untuk mengetahui sejarah pencak silat,mulai dari prasejarah pencak
silat sampai zaman penjajahan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada zaman pra sejarah belum ada istilah pencak silat, namun pada zaman ini
manusia purba sudah mengenal pembelaan diri dalam arti untuk mempertahankan hidup.
Hal ini sangat dibutuhkan mereka karena pada zaman itu manusia dapat bertahan hidup
bila mereka dapat mengatasi rintangan-rintangan alam yang ganas, hidup dihutan belantara
dan selalu berhadapan dengan berbagai binatang besar yang buas. Tantangan yang paling
berbahaya tersebut adalah serangan dari binatang buas yang hidup di hutan-hutan.
Ganasnya alam yang menantang pada saat itu, memaksa mereka harus membela diri
dengan tangan kosong dan perlengkapan yang sederhana. Perjuangan hidup tersebut
membuat mereka dapat bertahan untuk hidup. Lahirnya bela diri pada saat itubelum ada
nama, namun itu merupakan lanuri mereka untuk bertahan hidup.
Perkembangan zaman terus berputar, maka muncullah ilmu beladiri yang bertujuan
untuk mempertahankan kekuasaan maupun daerah pada zaman kerajaan-kerajaan baik di
jawa, sumatera, Kalimantan, Sulawesi, sampai dengan daerah semenanjung melayu.
Mereka menciptakan bela diri (jurus-jurus) dengan meniru gerakan binatang yang berada
dilingkungan alam sekitarnya.
Pada zaman kerajaan beladiri sudah dikenal untuk keamanan serta untuk
memperluas wilayah kerajaan dalam melawan kerajaan yang lainnya. Pada zaman ini
kerajaan yang mempunyai prajurit kuat dan tangguh, maka mereka mempunyai wilayah
jajahan yang luas. Prajurit yang mempunyai ilmu beladiri tinggi maka ia akan mendapat
jabatan yang tunggi pula (patih).
Baru tahun 1019-1041 pada jaman kerajaan kahuripan yang dipimpin oleh prabu
erlangga dari sidoarjo, sudah mengaenal ilmu bela diri pencak silat dengan nama “EH
HOK HIK”, yang artinya “Maju Selangkah Memikul” (Notosoejitno, 1999: 15). Prabu
erlangga ini merupakan pendekar ulung yang mempunyai ilmu beladiri yang tinggi, oleh
karenanya raja, bangsawan, kesatria, prajurit pada waktu itu wajib yang memiliki ilmu
beladiri tinggi, maka semakin tinggi pula kedudukannya.
2.3 Zaman Kerajaan Islam
Beberapa deretan pendekar dan pahlawan yang mahir pencak silat adalah; patih
gajah mada, para wali songo (maulana malik Ibrahim, sunan ngampel, sunan bonang,
sunan drajad, sunan giri, sunan kalijaga, sunan kudus, sunan muria, dan sunan gunung jati).
Adapun para raja yang tangguh adalah : panembahan senopati, sultan agung, pangeran
diponegoro, cik ditiro,teuku umar, dan imam bonjol. Sedang pendekar wanitanya adalah:
sabai nan putih, dan cut nyak din.
Pada jaman penjajahan pencaka silat dipelajari oleh punggawa kerajaan, kesultanan,
dan para pejuang, dan menghadapi penjajah. Perkembangan sejarah pencak silat pada
zaman penjajahan dibagi menjadi dua, yaitu:
Pada jaman penjajahan belanda pencak silat diajarkan secara secara rahasia dan
sembunyi-sembunyi, karena takut diketahui oleh penjajah. Kaum penjajah khawatir bila
kemahiran pencak silat tersebut akhirnya digunakan untuk melawan mereka. Kekhawatiran
itu memeang beralasan, karena hampir semua pahlawan bangsa seperti: cik ditiro, imam
bonjol, fatahillah, pangeran diponegoro, adalah pendekar silat. Oleh karena itu banyak
perguruan-perguruan pencak silat yang tumbuh tanpa diketahui oleh penjajah, bahkan
sebagian menjadi perkumpulan rahasia.
Notosoejitno (2001: 1) menyatakan bahwa dilihat dari sosok, profil atau tampilan
pencak silat diindonesia ada tiga, yaitu:
1. Pencak silat asli (original), ialah pencak silat yang berasal dari local dan masyarakat
etnis diindonesia.
2. Pencak silat bukan asli yang sebagian besar berasal dari kung fu, karate dan jujitsu.
3. Pencak silat campuran, ialah campuran antara pencak silat asli dan bukan asli
(beladiri asing). Pencak silat bukan asli adalah beladiri dari asing yang ingin
begabung dengan nama pencak silat termasuk peraturan AD dan ART disesuaikan
dengan IPSI.
Pencak silat juga dipelajari oleh banyak kaum pergerakan politik termasuk
beberapa organisasi kepanduan nasional. Dengan diam-diam perguruan pencak silat
berhasil memumpuk kekuatan yang siap untuk melawan sewaktu-waktu. Bagi kaun
pergerakan yang ditangkap oleh penjajah dan buang secara diam-diam, mereka
menyebarkan beladiri pencak silat di tempat pembuangan. Namun penjajah belanda
mempunyai politik yang ampuh dalam memecah bela antara suku bangsa atau aliran
pencak silat (devide et impera).
Lain halnya pada penjajahan jepang pencak silat dibebaskan untuk berkembang,
namun dibalik itu dimanfaatkan demi kepentingan jepang untuk menghadapi sekutu.
Bahkan ajuran shimitzu diadakan pemusatan tenaga aliran pencak silat diseluruh jawa
secara serentak yang diatur oleh pemerintah dijakarta. Namun pada waktu itu tidak
disetujui diciptakannya pencak silat olahraga yang diusulkan oleh para pembina pencak
silat untuk senam pagi di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan akan menyayangi senam
taisho jepang yang dipakai senam setiap pagi hari.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Pada zaman pra sejarah belum ada istilah pencak silat, namun pada zaman ini
manusia purba sudah mengenal pembelaan diri dalam arti untuk mempertahankan hidup.
Hal ini sangat dibutuhkan mereka karena pada zaman itu manusia dapat bertahan hidup
bila mereka dapat mengatasi rintangan-rintangan alam yang ganas, hidup dihutan belantara
dan selalu berhadapan dengan berbagai binatang besar yang buas. Tantangan yang paling
berbahaya tersebut adalah serangan dari binatang buas yang hidup di hutan-hutan.
DAFTAR PUSTAKA
http://kuliahpendor.blogspot.com/2017/03/sejarah-silat-di-indonesia.html?m=1
https://disparbudpora.bengkaliskab.go.id