Anda di halaman 1dari 17

ALAT UPV (ULTRASONIC PULSE VELOCITY) DAN

PENGGUNAANNYA DALAM KEGIATAN FORENSIK SUATU


BANGUNAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Forensik Struktur Bangunan”

Dosen Pembina: Ir. Edi Santoso, S.T., M.T.

OLEH KELOMPOK 5:

HAZA FITRA ANUGRAH 210522517607

ICHWAN NUR ABIDIN 210522517645

IQBAL SURYA ABDHI 210522517617

JOIVANKA PUTRI PRASTITA 210522517613

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI REKAYASA DAN


PEMELIHARAAN BANGUNAN SIPIL

FEBRUARI 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan
baik. Tak lupa pula ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ir. Edi Santoso,
S.T., M.T. atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan selama ini.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Forensik Struktur Bangunan, dan membahas tentang penggunaan alat UPV dalam
forensik suatu bangunan gedung. Melalui makalah ini, kami berharap dapat
memberikan gambaran yang jelas tentang proses penggunaan alat UPV, serta
membahas bagaimana penggunaan alat UPV dan contoh kasus dalam suatu
bangunan.

Makalah ini dibuat dengan penuh kebahagiaan dan keyakinan akan manfaat
yang dapat diambil oleh pembaca. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
masukan dan kritik yang membangun untuk pengembangan makalah ini.

Dengan makalah ini kami lebih mengetahui tentang Penggunaan Alat UPV
Dalam Kegiatan Forensik Suatu Bangunan Gedung dan dapat memberikan
manfaat bagi pembaca. Kami minta maaf yang sebesar- besarnya apabila dalam
susunan atau kata-kata dalam makalah yang kami gunakan kurang tepat. Terima
kasih atas perhatian Bapak.

Malang, 21 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Pengertian Alat UPV (Ultasonic Pulse Velocity)......................................3
2.1.1 Jenis-Jenis Gelombang Mekanik.......................................................4
2.2 Metode Penggunaan Alat UPV (Ultrasonic Pulse Velocity).....................6
2.3 Contoh Kasus Penggunaan Alat UPV (Ultasonic Pulse Velocity) Dalam
Kegiatan Forensik Suatu Gedung.........................................................................9
2.3.1 Deskripsi............................................................................................9
2.3.2 Hasil dan Pembahasan.......................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
3.1 Kesimpulan..............................................................................................13
3.2 Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bagian ini berisi tentang (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan, (4)
Manfaat.

I.1 Latar Belakang


Semakin berkembang dan majunya zaman tentu nya diiringi dengan
kemajuan teknologi disemua bidangnya, salah satunya dengan berbagai
penemuan alat-alat terbaru salah satunya dibiang konstruksi yang dimana
tentunya dapat mempermudah dalam proses pengerjaan nya di lapangan.
salah satu uji non-destruktif struktur bangunan gedung dengan
menggunakan gelombang ultrasonik yang mana metode uji ini mencakup
penentuan kecepatan rambat gelombang longitudinal melalui beton yaitu Uji
UPV (Ultrasonic Pulse Velocity).
Kekuatan tekan beton dapat diuji dalam dua cara, destruktif dan non
destruktif. Tes destruktif adalah cara yang paling akurat, sebab data
kekuatan tekan beton diperoleh dari uji penekanan sampel secara langsung,
sehingga hasilnya bersifat aktual. Dalam beberapa hal cara ini memang
kurang praktis, sebab harus dilakukan di laboratorium, sehingga cocok
untuk sampel beton yang dibuat bersamaan pada waktu pengecoran seperti
lazimnya mengontrol kualitas beton di lapangan saat pengecoran, untuk
mendapatkan beton dengan mutu yang dikehendaki. Pada pengecoran yang
sudah dilakukan maupun bangunan yang telah berdiri, baik yang umurnya
masih beberapa saat, maupun sudah beberapa tahun, pengambilan sampel
dilakukan lewat pemboran inti (coring), kemudian hasilnya dibawa ke
laboratorium untuk diuji tekan. Akan jauh lebih praktis jika pemeriksaan
beton dilakukan secara non destruktif
Cara non destruktif merupakan tes kekuatan tekan beton tanpa
merusak benda uji. Pelaksanaannya dilakukan di tempat kerja (insitu),
hasilnya berupa data kekuatan beton yang bersifat perkiraan. Metode yang
umum dipakai adalah: (1) hammer test, dan (2) tes UPV [Hannachi dan
Guetteche, 2012].
Hammer test sudah lazim dilakukan di Indonesia, namun hasil
pengujian bergantung kepada akurasi kalibrasi alat yang digunakan dan
baik-buruknya cara pengambilan sampel oleh operator; karena
pertimbangan itu kemudian digunakan tes Ultrasonic Pulse Velocity (UPV).
Tes ini masih jarang dilakukan di Indonesia, sebab biayanya mahal. Dengan
adanya tugas ini untuk mengetahui akurasi perkiraan kekuatan beton dari tes
UPV, sebab minimnya formula perkiraan kekuatan beton hasil penelitian tes
UPV di Indonesia.

1
I.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian alat UPV (Ultrasonic Pulse Velocity)?
2. Bagaimana cara penggunaan alat UPV (Ultrasonic Pulse Velocity)?
3. Bagaimana contoh kasus penggunaan alat UPV (Ultrasonic Pulse
Velocity) dalam forensik suatu bangunan gedung?

I.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi alat UPV (Ultrasonic Pulse Velocity)
2. Mengetahui cara penggunaan alat UPV (Ultrasonic Pulse Velocity)
3. Mengetahui contoh kasus penggunaan alat UPV (Ultrasonic Pulse
Velocity)

I.4 Manfaat
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil dari makalah ini diharapkan mampu memberikan
manfaat yaitu:
a. Memberikan sumbangan pemikiran yang mampu merubah pola
pikir mengenai bagaimana proses penimbunan pada jalan tol yang
benar.
b. Mampu dan bisa menambah wawasan terkait bahayanya dampak
kecelakaan akibat rusaknya jalan.
c. Sebagai salah satu pijakan dan referensi terkait hal-hal yang
mengenai proses penimbunan pada jalan tol.
2. Manfaat praktis
Secara praktis isi dari makalah ini dapat bermanfaat sebagai berikut:
a. Bagi pemerintah
Dapat menambah wawasan dan bisa menjadi bahan
pertimbangan dalam melaksanaan proses penimbunan pada jalan
tol.
b. Bagi masyarakat
Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran
tentang cara untuk merawat jalan tol dan bagaimana proses
penimbunannya.
c. Bagi pembaca
Diharapkan dapat memeroleh pengetahuan dan menambah
wawasan mengenai proses penimbunan pada jalan tol.

2
BAB II
PEMBAHASAN
Bagian ini berisi tentang (1) Pengertian Alat UPV (Ultasonic Pulse Velocity), (2)
Metode Penggunaan Alat UPV (Ultrasonic Pulse Velocity), (3) Contoh Kasus
Penggunaan Alat UPV (Ultasonic Pulse Velocity).

II.1 Pengertian Alat UPV (Ultasonic Pulse Velocity)


Uji UPV (Ultrasonic Pulse Velocity) merupakan salah satu uji non-
destruktif struktur bangunan gedung dengan menggunakan gelombang
ultrasonik yang mana metode uji ini mencakup penentuan kecepatan rambat
gelombang longitudinal melalui beton. (SNI ASTM C597 : 2012). Tes UPV
dapat dilakukan dalam tiga cara yaitu langsung, semi langsung dan tidak
langsung.

Cara Langsung Cara semi langsung Cara tidak langsung


Gambar 2. 1 Cara Pengukuran pada Tes UPV
(Sumber: International Atomic Energy Agency, 2002: 101 – 102)

Pengukuran UPV melalui beton dimulai di Amerika Serikat pada


pertengahan 1940-an dan kemudian diadopsi di beberapa tempat sebagai
NDT (Non-Destruktif Tes) pada beton.
1. Metode UPV pada dasarnya terdiri dari transmisi pulse (rambat
gelombang) yang dihasilkan secara mekanis (dalam rentang
frekuensi 20-150/dtk) melalui beton dengan bantuan transduser
elektro-akustik dan mengukur kecepatan gelombang longitudinal
yang dihasilkan oleh pulse yang diterapkan.
2. UPV berkorelasi dengan banyak informasi yang diinginkan
berkenaan dengan beton, seperti:
a. Modulus elastis, kekuatan dan keseragaman beton
b. Ketebalan lapisan, retak, honeycombing, dan kerusakan beton
Teknik pengujian cepat rambatan pulsa ultrasonik dikenalkan oleh
Long, Kurtz, dan Sandenaw (1945) yang pertama kali dilakukan untuk
mengevaluasi pengujian non-destruktif kualitas tekan beton dengan cara
menghubungkan rambatan irasional untuk menempuh jarak yang ditentukan
dalam beton. Beberapa karya sebelumnya menggunakan kecepatan rambat
pulsa ultrasonik (UPV) pada beton yang digunakan memperkirakan
kekuatan tekan beton dan membentuk dasar untuk pekerjaan ini dalam

3
menyelidiki hubungan antara hasil UPV dan kekuatan tekan beton.
Kecepatan rambatan dipengaruhi oleh berbagai variabel, seperti rasio
campuran, bentuk agregat, umur beton, besarnya kadar air terhadap semen,
dll. Tes UPV dapat digunakan untuk:
a. Mengetahui keseragaman kualitas beton.
c. Mengetahui kualitas struktur beton setelah berumur beberapa
tahun.
d. Mengetahui kekuatan tekan beton.
e. Menghitung modulus elastisitas dan koefisien Poisson beton.
f. Mengukur kedalaman retak beton.

II.1.1 Jenis-Jenis Gelombang Mekanik


Gelombang mekanik merupakan gelombang merambat melalui
medium (Halliday, Resnick & Walker, 1996). Medium yang dilalui dapat
berupa benda padat, cair, maupun gas. Berdasarkan arah getarnya,
gelombang mekanik dibagi menjadi dua yaitu gelombang longitudinal dan
gelombang transversal. Gelombang longitudinal yaitu gelombang dengan
arah getar sejajar dengan arah rambatnya, sedangkan pada gelombang
transversal arah getarnya tegak lurus arah rambatnya. Menurut
frekuensinya, gelombang mekanik longitudinal dibedakan menjadi
gelombang infrasonik, gelombang audiosonik, dan gelombang ultrasonik
seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. 1 Jenis gelombang mekanik longitudinal berdasarkan frekuensi

Jenis Frekuensi Keterangan


Gelombang
Infrasonik < 20 Hz Didengar jangkrik dan anjing

Audiosonik 20 – 20.000 Hz Didengar manusia

Ultrasonik > 20.000 Hz Didengar kelelawar

Gelombang mekanik menyalurkan energi pada partikel dalam


medium rambatnya, sehingga dalam perambatannya terjadi pergerakan dan
interaksi antar partikel. Tiga jenis gelombang mekanis akan timbul ketika
suatu permukaan dari media padat elastis yang besar diberikan beban
dinamis maupun getaran, yaitu:
1. Gelombang kompresi atau longitudinal (compressional waves atau
P-waves)
P-waves juga disebut gelombang kompresi karena memberikan
tegangan tekan dan tarik (sejajar arah rambatnya) pada medium
rambatnya. Pada gelombang ini partikel berosilasi maju dan mundur

4
dari titik ekuilibriumnya. Gelombang ini mampu merambat melalui
segala jenis medium baik padat, cair, maupun gas. P-waves memiliki
kecepatan rambat yang paling cepat, tetapi amplitudonya paling kecil
di antara gelombang-gelombang lainnya.

Gambar 2. 2 Pergerakan partikel pada gelombang P-waves (kiri)


dan S-waves (kanan).
2. Gelombang geser atau transversal (shear waves atau S-waves)
S-waves menimbulkan tegangan geser pada partikel dalam medium
rambatnya. Pada gelombang ini partikelnya berosilasi secara tegak
lurus dengan arah rambatan (transversal). Karena merambat melalui
medium ruang, gelombang ini juga dibagi menjadi gerak horizontal
(SH) dan gerak vertikal (SV).
3. Gelombang permukaan (surface waves)
Gelombang permukaan merupakan gelombang yang merambat
melalui permukaan dan semakin mengecil apabila semakin menjauhi
permukaan. Gelombang permukaan merambat lebih lambat dan
frekuensinya lebih rendah dari gelombang badan (P-waves dan S-
waves), tetapi memiliki amplitudo yang lebih besar. Gelombang
permukaan dibagi menjadi 2 yaitu Love waves dan Rayleigh waves.
Love waves merupakan gelombang yang arah gerak partikelnya
tegak lurus arah rambatnya (transversal), tetapi terjadi di permukaan.
Sedangkan Rayleigh waves memiliki gerakan partikel yang eliptik
retrogade, yaitu bergerak menggulung medium yang dilalui dan
terlihat seperti gerakan gelombang air di laut.

5
Gambar 2. 3 Pergerakan partikel pada gelombang permukaan: Love-
waves (kiri) dan Rayleigh-waves (kanan).

II.2 Metode Penggunaan Alat UPV (Ultrasonic Pulse Velocity)

Alat pengujian UPV terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:


1. Generator gelombang (pulse generator) yang berisi sirkuit untuk
menghasilkan gelombang listrik yang akan dikirimkan oleh
transmiter,
2. Sepasang transduser, yaitu transduser pengirim (transmitting
transducer) yang mengubah gelombang listrik menjadi gelombang
ultrasonik dan kemudian merambatkannya, serta transduser
penerima (receiving transducer) yang menerima gelombang dari
transmitter, dan
3. Pengukur waktu (time measuring circuit), yang berfungsi mencatat
waktu transmisi gelombang yang melalui beton.
4. Osiloskop, yaitu berupa layar tambahan untuk memantau perilaku
osilasi gelombang yang diterima oleh receiver.

6
Gambar 2. 4 Diagram skematik dari instrumen UPV Sumber: V.M
Malhotra & N.J Carino (2004)
Dalam pelaksanaan di lapangan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya adalah metode/konfigurasi pengukuran. Ada pun
metode-metode yang dapat dilakukan dengan mengunakan UPV sepeSSrti
pada gambar diatas antara lain:
1. Direct transmission,yaitu transmitter dan receiver diletakkan saling
berhadapan, sehingga lintasan gelombang tegak lurus dengan
permukaan transduser. Panjang lintasan didapat dengan mengukur
jarak antar transduser yakni jarak antara 2 sisi beton yang diuji.
Metode ini memberikan hasil paling memuaskan karena transmisi
energi gelombang yang diperoleh adalah yang paling besar
dibanding metode lainnya.
2. Semi-direct transmission (semi langsung), yaitu kedua transduser
dipasang pada dua sisi yang berbeda dan tidak saling berhadapan.
Panjang lintasan didapat dengan mengukur jarak miring dari kedua
transduser. Metode ini cukup memberikan hasil yang memuaskan
dengan ketentuan jarak antara transmitter dan receiver tidak terlalu
jauh.

7
(1
)

(2
)

(3
)
Gambar 2. 5 Konfigurasi pengujian UPV. (1) Direct method, (2)
semi-direct method, dan (3) indirect method.
Sumber: V.M Malhotra & N.J Carino, (2004)
3. Indirect atau surface transmission (tidak langsung), yaitu
pemasangan transmitter dan receiver pada sisi beton yang sama.
Pada metode ini jarak antara kedua transduser perlu ditentukan
terlebih dahulu seperti yang dikehendaki. Umumnya metode ini
dipakai ketika hanya salah satu sisi beton yang dapat diakses.
Namun menurut Yaman (2001), hasil yang diperoleh metode ini
secara statistik mirip dengan hasil pengujian dengan metode direct
Cara kerja alat UPV adalah dengan memberi getaran gelombang
longitudinal lewat tranduser elektro – akustik, melalui cairan perantara
(couplant) yang berwujud gel atau sejenis pasta, yang dioleskan pada
permukaan beton sebelum tes dimulai. Cairan tersebut berfungsi agar antara
permukaan beton dengan transduser tidak terdapat rongga, sehingga
gelombang dapat merambat dengan sempurna. Saat gelombang merambat
melalui media yang berbeda, yaitu couplant dan beton, pada batas couplant
dan beton akan terjadi pantulan gelombang yang merambat dalam bentuk
gelombang longitudinal dan geser. Gelombang geser merambat tegak lurus
lintasan, dan gelombang longitudinal merambat sejajar lintasan.
Yang pertama kali mencapai tranduser penerima adalah gelombang
longitudinal, kemudian gelombang ini diubah menjadi sinyal gelombang
elektronik yang dapat dideteksi oleh tranduser penerima, sehingga waktu
tempuh gelombang dapat diukur. Waktu tempuh (T) yang dibutuhkan
gelombang untuk merambat pada beton sepanjang lintasan (L) dapat diukur,
sehingga cepat rambat gelombang dapat dicari dengan rumus:

8
L
V
T
Di mana:
V = Kecepatan gelombang longitudinal (m/detik)
L = Panjang lintasan beton yang dilewati (m)
T = Waktu tempuh gelombang ultrasonic sepanjang lintasan L (detik)
Alat uji yang tersedia saat ini membatasi panjang lintasan sekitar
minimum 100 mm, tergantung pada frekuensi dan intensitas dari sinyal yang
dihasilkan. Dari hasil perhitungan kecepatan rambat, secara praktis dapat
ditentukan kualitas dari beton tersebut seperti pada tabel 2.2. Hasil
perhitungan kecepatan gelombang longitudinal tersebut juga dapat
digunakan untuk menginterpretasikan kualitas dari beton, antara lain:
1. Homogenitas beton
2. Mendeteksi keretakan
3. Menentukan modulus elastis dinamis dan rasio poisson dinamis
4. Mendeteksi rongga
5. Memperkirakan modulus elastisitas beton
6. Memperkirakan kuat tekan beton.

II.3 Contoh Kasus Penggunaan Alat UPV (Ultasonic Pulse Velocity) Dalam
Kegiatan Forensik Suatu Gedung

II.3.1 Deskripsi
Kegiatan pengujian lapangan berupa pengujian UPV (Ultasonic
Pulse Velocity) pada struktur bangunan Gedung Pasar Kosambi yang
terletak di Bandung. Untuk penelitian ini, kegiatan pemeriksaan dan
pengujian memiliki tujuan untuk memastikan Bangunan Pasar Kosambi
dalam kondisi yang baik setelah mengalami kebakaran hampir 40 jam di
lantai semi basement pada tanggal 18 Mei 2019. Pada kasus Bangunan
Pasar Kosambi, untuk pemeriksaan kelayakan struktur yang mendekati
keadaan sebenarnya, diperlukan standar acuan, pemodelan struktur yang
tepat serta pendefinisian pola pembebanan yang sesuai.

II.3.2 Hasil dan Pembahasan


Pengujian UPV untuk mengetahui kepadatan beton diambil pada
bangunan Pasar Kosambi Bandung dengan total lokasi uji sebanyak 25
titik. Pengujian kepadatan beton dilakukan pada kolom, balok dan pelat
lantai dengan metode Direct dan Semi-Direct. Berikut hasil pengujian
UPV pada bangunan Pasar Kosambi Bandung, yang terlihat pada tabel 2.2.

9
Tabel 2. 2 Hasil pengujian kepadatan beton pada Pasar Kosambi Bandung
Elemen Nilai Rata- Estimasi 2
Lokasi Keterangan Mpa (Kg/cm)
Struktur Rata (km/sec)
Basement Kolom 1B 4.6 Sangat 45,2 533.7
Baik
Basement Kolom 5C 4.2 Baik 39,8 469.9
Basement Kolom 7E 3.9 Baik 35,2 415.6
Basement Kolom 8G 3.5 Cukup 31,2 368.4
Baik
Basement Kolom 7H 4.3 Baik 40,3 475.8
Basement PELAT 6I 4.5 Baik 44,6 526.6
Basement Kolom 6H 4.4 Baik 34,4 512.4
Basement Balok 6I 4.3 Baik 40,8 481.7
S. Basement Kolom 8A 3.0 Buruk 25,7 303.4
S. Basement Kolom 6D 2.5 Buruk 21,4 252.7
S. Basement Kolom 7E 3.3 Cukup 28,1 331.8
Baik
S. Basement Kolom 5G 3.8 Baik 34,3 405.0

S. Basement Balok 6L 4.0 Baik 36,0 425.1


S. Basement Kolom 4I 2.4 Buruk 20,4 240.9
S. Basement Kolom 5J 3.6 Baik 32,1 379.0
S. Basement Kolom 5K 4.1 Baik 37,5 442.8
S. Basement Kolom 6C 3.2 Cukup 27,8 328.2
Baik
S. Basement Pelat I6 4.2 Baik 39,8 469.9
S. Basement Kolom 4E 3.1 Cukup 26,4 311.7
Baik
S. Basement Kolom 6E 2.8 Buruk 23,6 278.7
S. Basement Kolom 5H 2.7 Buruk 22,3 263.3
Lantai 1 Kolom 6D 3.6 Baik 32,3 381.4
Lantai 1 Kolom 6F 3.8 Baik 34,40 406.2
Lantai 1 Kolom 5H 4.3 Baik 40,20 474.7

Berdasarkan pengujian Ultrasonic Pulse Velocity pada elemen sstruktur


lantai Basement hasil pengujian menunjukkan sebagian besar tingkat kepadatan
beton masuk kedalam kategori cukup baik hingga sangat baik, pada elemen
struktur lantai Semi Basement hasil pengujian menunjukkan sebagian besar
tingkat kepadatan beton masuk kedalam kategori Burk hingga cukup baik. Pada
elemen struktur lantai 1 hasil pengujian menunjukkan sebagian besar tingkat
kepadatan beton masuk kedalam kategori baik. Adapun hasil kondisi lapangan
dari uji kepadatan beton pada Pasar Kosambi Bandung dapat terlihat pada gambar.

10
11
Gambar 2. 6 hasil kondisi lapangan dari uji kepadatan beton pada Pasar Kosambi
Bandung

12
BAB III
PENUTUP
Bagian ini berisi tentang (1) Kesimpulan (2) Saran

III.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian, pegolahan data dan analisis data pada
contoh kasus, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut; Berdasarkan
integritas kepadatan beton yang masuk dalam kategori buruk dengan nilai
rambatan 2,4 km/sec (20,4 Mpa atau 240,9 kg/cm²) hingga kategori sangat
baik dengan nilai rambatan 4,6 km/sec (45,2 Mpa atau 533,7 kg/cm²).
setelah dilakukan survey, terdapat beberapa kolom yang plesterannya
terlepas akibat kebakaran di pasar kosambi lantai semi basement, serta
isinya yang juga kosong dan terdapat kolom yang mengangkat dari plat
lantai yang menurun terdapat pada lantai basement.

III.2 Saran
Berdasarkan pembahasan diatas, terdapat beberapa saran yang digunakan
untuk penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Perlunya kontrol yang lebih baik terhadap komposisi material dan
proses pencampuran beton untuk mencegah pengaruh dari faktor-
faktor lain yang tidak diinginkan.
2. Perlunya penambahan jumlah sampel agar regresi serta korelasi
yang didapatkan dapat digunakan untuk penelitian serta
penggunaan secara umum.
3. Perlu diperhatikan kestabilan transduser serta jumlah cairan
couplant saat melakukan pengujian UPV.
4. Dalam pengambilan data amplitudo, dapat memanfaatkan fitur
Amplitude marker
5. dari alat PUNDIT PL-200 pada menu Amplitude Analysis, yang
berfungsi merekam data amplitudo awal secara otomatis untuk
digunakan dalam analisis amplitudo.

13
DAFTAR PUSTAKA

R. Ghosh, S. P. Sagar, A. Kumar, S. K. Gupta, and S. Kumar, “Estimation of


geopolymer concrete strength from ultrasonic pulse velocity (UPV) using
high power pulser,” J. Build. Eng., vol. 16, pp. 39–44, 2018. doi:
A. Ashrafian, M. J. T. Amiri, M. Rezaie-Balf, T. Ozbakkaloglu, and O. Lotfi-
Omran, “Prediction of compressive strength and ultrasonic pulse velocity
of fiber reinforced concrete incorporating nano silica using heuristic
regression methods,” Constr. Build. Mater., vol. 190, pp. 479–494, 2018.
doi:
H. Aldeeky and O. Al Hattamleh, “Prediction of engineering properties of basalt
rock in Jordan using ultrasonic pulse velocity test,” Geotech. Geol. Eng.,
vol. 36, no. 6, pp. 3511–3525, 2018. doi: 10.1007/s10706-018-0551-6
N. N. Kencanawati, B. Anshari, A. G. Paedullah, and M. Shigeishi, “The study of
ultrasonic pulse velocity on plain and reinforced damaged concrete,” in
MATEC Web of Conferences, 2018, vol. 195, p. 2026. doi:
10.1051/matecconf/201819502026
M. Gomez-Heras, D. Benavente, C. Pla, J. Martinez-Martinez, R. Fort, and V.
Brotons, “Ultrasonic pulse velocity as a way of improving uniaxial
compressive strength estimations from Leeb hardness measurements,”
Constr. Build.
D. Kusmana, “Study detail engineering design (ded) bangunan gedung hotel sheo
di Bandung,” Ensains J., vol. 2, no. 2, pp. 120–127, 2019. doi:
10.31848/ensains.v2i2.244
L. A. Dwisyahputra, I. Wijatmiko, and C. R. Nainggolan, “Pengaruh Variasi Mutu
Beton Bertulang terhadap Cepat Rambat Gelombang dengan
Menggunakan Metode Non Destructive Test,” Rekayasa Sipil, vol. 14, no.
1, pp. 60– 69, 2020. doi: 10.21776/ub.rekayasasipil.2020.014.01.8
A. Prasetyo, “Analisis Perencanaan Gedung Tahan Gempa Dengan Menggunakan
Struktur Beton Bertulang Berdasarkan Peraturan SNI 2847: 2013, SNI
1727: 2013 dan SNI 1726: 2012,” Log. J. Ilm. Lemlit Unswagati Cirebon,
vol. 22, no. 3, pp. 34–50, 2018. Available at: Google Scholar.

14

Anda mungkin juga menyukai