Anda di halaman 1dari 19

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

DISUSUN OLEH :
Kelompok 6
1. Aris Gunawan Zai (NIM. 222301008)
2. Michael Laowo (NIM. 222301026)

Dosen Pengampu :
Berkat Persada Lase, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI (FST)
UNIVERSITAS NIAS
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

P u j i s yu k u r k it a p a n j a t k a n k e h a d i r a t T u ha n Y a n g M a ha E s a
k a r e n a be r k a t l i m p a h a n r a h m a t d a n k a r u n i a - N ya s e h i n g g a k a m i d a r i
k e lo m p o k 6 d a p a t me n yu s u n d a n m e n ye l e s a i k a n m a k a l a h i n i t e p a t
p a d a w a k t u n ya . M a k a l a h i n i m e m b a h a s t e nt a ng P a n c a s i l a S e ba g a i
Filsa fat .
T id a k l u p a k a m i m e ng u c a p k a n t e r i m a k a s i h k e p a d a B a p a k B e r k a t
P e r s a d a L a s e , S . P d . , M . P d . s e b a g a i d o s e n p e ng a m p u M a t a K u l i a h
P a nc a s i l a ya n g t e l a h m e m b a nt u m e m b e r i k a n a r a h a n d a n p e m a h a m a n
d a l a m p e n yu s u na n t u g a s i n i .
D a la m p e n yu s u n a n t u g a s i n i m a s i h ba n ya k k e k u r a ng a n k a r e n a
k e t e r b a t a s a n k a m i . M a k a d a r i it u k a m i s a ng a t me n g ha r a p k a n k r it i k
d a n s a r a n u nt u k m e n ye m p u r n a k a n t u g a s i n i . S e mo g a a p a ya n g d it u l i s
d a p a t b e r m a n f a a t ba g i s e m u a p i h a k ya ng m e m b u t u hk a n.

G u nu n g s i t o l i , 0 1 D e s e m b e r 2 0 2 2
P e nu l i s

K e lo m p o k 6

1. Aris Gunawan Zai NIM. 222301008

2. Michael Laowo NIM. 222301026

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 2

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

C. Tujuan Masalah ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3

1. Latar Belakang ................................................................................................ 3

2. Fungsi Filsafat Pancasila sebagai Bangsa Indonesia ......................................... 6

3. Sumber Historis Sosiologis ............................................................................. 10

4. Hakikat Sila-Sila Pancasila ............................................................................. 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 15

A. Kesimpulan .................................................................................................... 15

B. Saran .............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara yang
menyokong negara itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta agar tidak terombang
ambing oleh persoalan yang muncul pada masa kini. Pada hakikatnya ideologi merupakan
hasil refleksi manusia berkat kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia
kehidupannya. Maka terdapat sesuatu yang bersifat dialektis antara ideologi dengan
masyarat negara. Di suatu pihak membuat ideologi semakin realistis dan pihak yang lain
mendorong masyarakat mendekati bentuk yang ideal. Idologi mencerminkan cara berpikir
masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-
citanya. Indonesia pun tak terlepas dari hal itu, dimana Indonesia memiliki dasar negara
yang sering kita sebut Pancasila.

Pancasila sebagai ideologi menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi


negara dan karakteristik Pancasila sebagai ideologi negara. Sejarah Indonesia menunjukan
bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup
kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan yang layak dan
lebih baik, untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-
masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila
merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia. Bahwasanya Pancasila yang
telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang
telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan
manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang
memiliki jati diri dan harus diwijudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk
menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermatabat dan berbudaya tinggi. Melalui
makalah ini diharapkan dapat membantu kita dalam berpikir lebih kritis mengenai arti
Pancasila.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah Dalam Makalah Ini Ialah :
1. Apa pengertian dari Pancasila dan Filsafat?
2. Apa fungsi Filsafat Pancasila bagi Bangsa dan Negara?
3. Sumber historis dan Sosiologis Pancasila sebagai filsafat?
4. Apa Hakikat sila – sila Pancasila?

C. Tujuan Masalah
Adapun Tujuan Masalah Dalam Makalah Ini Ialah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pancasila dan Filsafat
2. Untuk mengetahui fungsi Filsafat Pancasila bagi Bangsa Indonesia
3. Untuk mengetahui sumber historis dan sosiologis Pancasila sebagai Filsafat
4. Untuk mengetahui dan memahami Hakikat sila-sila Pancasila

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dari Pancasila dan Filsafat


1. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah Dasar Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proses lahirnya
Pancasila menjadi sejarah yang tidak akan pernah terlupakan oleh bangsa Indonesia. Kata
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta. Panca berarti lima dan Sila berarti prinsip atau
asas. Pancasila berarti lima asas atau Lima Dasar atau Lima Sila.
Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila” memiliki
tiga macam arti secara leksikal yaitu :
1) “panca” artinya “lima”

2) “syila” vokal i pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”

3) “syila” vokal i panjang artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting
atau senonoh”
Kata - kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa diartikan
“susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara etimologis kata
“pancasila” yang dimaksudkan adalah istilah “Panca Syiila” dengan vokal i pendek yang
memiliki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki
lima unsur”.
Pancasila merupakan salah satu filsafat yang merupakan hasil dari pencerminan nilai
nilai luhur dan budaya bangsa indonesia yang terkandung 5 isi di dalamnya, yaitu satu,
ketuhanan yang maha esa, dua, kemanusiaan yang adil dan beradab, tiga, persatuan
indonesia, keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebikjasanaan dan
permusayawaratan, perwakilan, kelima, keadilan bagi seluruh rakyat indonesia.
Secara historis pancasila muncul pada tanggal 01 Juni 1945 yang pada saat itu presiden Ir.
Soekarno berpidato tanpa teks mengenai rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.
Kemudian, Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaan,
keesokan harinya 18 Agustus 1945 disahkanlah UUD 1945 termasuk Pembukaannya
dimana didalamnya terdapat rumusan lima Prinsip sebagai Dasar Negara yang kemudian
dikenal dengan nama Pancasila.

3
2. Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya “philosophi”
adalah berasal dari bahsa Yunani “philosophia” yang secara lazim diterjemahkan sebagai
“cinta kearifan” kata philosophia tersebut berasal dari kata “philos” (pilia, cinta) dan
“sophia” (kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa tersebut filsafat berarti cinta kearifan.
Kata kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga
berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat
berarti merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa
menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia.
Ada dua pengertian filsafat, yaitu :
a) Filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk
b) Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai pandangan hidup
c) Filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis
Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangan
hidup, dan dalam arti praktis berarti filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan
sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan
sehari-hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia.
Nilai filsafat berwujud kebenaran sedalam-dalamnya, bersifat fundamental, universal
dan hakiki; karenanya dijadikan filsafat hidup oleh pemikir dan penganutnya. Pada
umunya terdapat dua pengertian filsafat, yaitu filsafat dalam arti proses, dan filsfat dalam
arti produk atau hasil. Pancasila dapat di golongkan sebagai filsafat dalam arti produk,
filsafat pancasila sebagai pandangan hidup maupun filsafat pancasila dalam arti praktis.
Oleh karena itu, berarti pancasila memiliki fungsi dan peranan sebagai pedoman dan
pegangan dalam bersikap, bertingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari hari
dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara di manapun mereka berada.

Berikut beberapa pengertian Filsafat menurut Para Ahli yang memiliki pengertian jauh
lebih luas dibandingkan dengan pengertian menurut bahasa.
a. Cicero (106 – 43 SM) Filsafat adalah seni kehidupan sebagai ibu dari semua seni.

b. Aristoteles (384 – 322 SM) Filsafat adalah memiliki kewajiban untuk menyelidiki
sebab dan asas segala benda.

4
c. Plato (427 – 347 SM) Filsafat itu adalah tidaklah lain dari pengetahuan tentang segala
yang ada.
d. Al Farabi (wafat 950 M) Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan tentang alam yang
maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.
e. Thomas Hobbes (1588 – 1679 M) Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menerangkan
perhubungan hasil dan sebab atau sebab dari hasilnya, dan oleh karena itu senantiasa
adalah suatu perubahan.
f. Johann Gotlich Fickte (1762-1814 M) Filsafat merupakan ilmu dari ilmu-ilmu, yakni
ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Filsafat membicarakan seluruh bidang dan
seluruh jenis ilmu untuk mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
g. Imanuel Kant ( 1724 – 1804 M) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi
pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan
yaitu metafisika, etika agama dan antropologi.

h. Paul Nartorp (1854 – 1924 M) Filsafat sebagai ilmu dasar hendak menentukan
kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang
memikul sekaliannya.
i. Harold H. Titus (1979) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap
kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.

3. Pengertian Pancasila Sebagai Filsafat


Filsafat pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasionl tentang
pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila
dikatakan sebagai filsafat karena pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers Indonesia, yang di tuangkan dalam
suatu system (Abdul Gani 1998).
Pengertian filsafat pancasila secara umum adalah hasil berfikir atau pemikiran yang
sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai
kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang benar, adil, bijaksana dan paling sesuai
dengan kehidupan dan kepribadian bangsa Indonesia. Filsafat pancasila kemudian
dikembangkan oleh Soekarno sejak 1955 sampai kekuasaannya berakhir pada 1965. Pada
saat itu Soekarno selalu menyatakan bahwa pancasila merupakan filsafat asli Indonesia

5
yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia, serta merupakan akulturasi budaya India
(hindu-buddha), Barat (Kristen), Arab (Islam).
Filsafat pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat praktis sehingga filsafat pancasila
tidak hanya mengandung pemikiran yang sedalam-dalamnya atau tidak hanya bertujuan
mencari, tetapi hasil pemikiran yang berwujud filsafat pancasila tersebut dipergunakan
sebagai pedoman hidup sehari-hari (way of life atau weltanschauung) agar hidup bangsa
Indonesia dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik dunia maupun di akhirat
(Salam, 1988:23-24).

B. Fungsi Filsafat Pancasila bagi Bangsa dan Negara

1. Filasafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah mana
tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafat hidup). Dengan
pandangan hidup inilah suatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang
dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan persoalan-persoalan
tadi. Tanpa memiliki pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa terombangambing
dalam menghadapi persoalan-persoalan besar yang pasti akan timbul, baik persoalan-
persoalan di dalam masyarakatnya sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat
manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan
hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia
memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam
gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula
suatu bangsa akan membangun dirinya. Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep
dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-
pikiran yang terdalam dan gagasan sesuatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang
dianggap baik. Pada akhirnya pandangan hidup sesuatu bangsa adalah pencerminan dari
nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan
menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya. Disamping itu maka bagi kita
Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia. Pancasila ialah suatu
kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia ini akan mencapai kebahagiaan jika
kita dapat baik dalam hidup manusia sebagai manusia dengan alam dalam hubungan
manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriyah dan kebahagiaan
rohaniah. Bangsa Indonesia lahir sesudah melalui perjuangan yang sangat panjang, dengan
6
memberikan segala pengorbanan dan menahan segala macam penderitaan akibat
penjajahan. Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang
merupakan hasil antara proses sejarah di masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita
hidup di masa datang yang secara keseluruhan membentuk kepribadian sendiri. Sebab itu
bangsa Indonesia lahir dengan kepribadiannya sendiri yang bersamaan lahirnya bangsa dan
negara itu, kepribadian itu ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar negara Pancasila.
Karena itulah, Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah
berjuang, dengan melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami dengan oleh
gagasan-gagasan besar dunia., dengan tetap berakar pada kepribadian bangsa kita dan
gagasan besar bangsa kita sendiri. Karena Pancasila sudah merupakan pandangan hidup
yang berakar dalam kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang
mengatur hidup ketatanegaraan. Pancasila yang selalu menjadi pegangan bersama saat-saat
terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa kita, merupakan bukti
sejarah sebagai dasar kerohanian negar, dikehendaki oleh bangsa Indonesia karena
sebenarnya ia telah tertanam dalam setiap rakyat indonesia. Oleh karena itu, ia juga
merupakan dasasr yang mampu mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.

2. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari PPKI pada tanggal 1 Juni 1945 adalah di
kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia merdeka. Adapun dasar itu
haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan
negara Indonesa yang merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan Negara Republik
Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan
ekonomi, sosial dan budaya. Sidang PPKI telah menerima secara bulat Pancasila itu
sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada
tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD RI,
Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus mengandung unsur-
unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan negara, agar
peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa. Karena Pancasila tercantum dalam UUD
1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai
dasar negara sebagaimana jelas tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945
tersebut, maka semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan
MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya)
7
yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia harus sejalan dengan
Pancasila (berpedoman pada Pancasila). Isi tujuan dari peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan dalam Ketetapan
MPRS No. XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala
sumber hukum (sumber hukum formal, undang-undang, kebiasaan, traktaat, jurisprudensi,
hakim, ilmu pengetahuan hukum). Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang
tidak hanya memuaskan bangsa Indonesia sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima
oleh bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya. Pancasila bersifat universal dan akan
mempengaruhi hidup dan kehidupan banga dan negara kesatuan Republik Indonesia secara
kekal dan abadi.

3. Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia


Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis
pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa. Garis pertumbuhan
dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh kehidupan budi bangsa
Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan suasana waktu sepanjang masa.
Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu bergaul dengan berbagai peradaban dan
kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok, Portugis, Spanyol, Belanda dan lain-lain)
namun kepribadian bangsa Indonesia tetap hidup dan berkembang. Mungkin di sana-sini,
misalnya di daerah-daerah tertentu atau masyarakat kota kepribadian itu dapat dipengaruhi
oleh unsur-unsur asing, namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam
kepribadiannya sendiri. Bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa
lain. Apabila kita memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak dengan jelas
bahwa tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa kita. Oleh karena itu, yang
penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam
segala segi kehidupan. Tanpa ini maka Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-
kata indah yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, yang merupakan perumusan yang
beku dan mati, serta tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita. Apabila Pancasila
tidak menyentuh kehidupan nyata, tidak kita rasakan wujudnya dalam kehidupan sehari-
hari, maka lambat laun kehidupannya akan kabur dan kesetiaan kita kepada Pancasila akan
luntur. Mungkin Pancasila akan hanya tertinggal dalam buku-buku sejarah Indonesia.

8
Apabila ini terjadi maka segala dosa dan noda akan melekat pada kita yang hidup di masa
kini, pada generasi yang telah begitu banyak berkorban untuk menegakkan dan membela
Pancasila.

4. Sistem Filsafat Pancasila Sebagai Sistem Ideologi Nasional


Nilai Filsafat Pancasila berkembang dalam budaya dan peradaban Indonesia terutama
sebagai jiwa dalam perjuangan kemerdekaan dari kolonialisme-imperialisme 1596-1945.
Nilai filsafat Pancasila baik sebagai pandangan hidup (filsafat hidup) bangsa, sekaligus
sebagai jiwa bangsa (jatidiri nasional) memberikan identitas dan integritas serta martabat
(kepribadian) bangsa dalam budaya dan peradaban dunia modern. Berdasarkan analisis
normatif filosofis-ideologis dan konstitusional, semua komponen bangsa wajib setia dan
bangga kepada sistem kenegaraan Pancasila sebagaimana terjabar dalam UUD Proklamasi
45 termasuk kewajiban bela negara. Sebagai bangsa dan negara modern, kita mewarisi
nilai-nilai fundamental filosofis-ideologis sebagai pandangan hidup bangsa (filsafat hidup)
yang telah menjiwai dan sebagai identitas bangsa (jatidiri nasional) Indonesia.
Nilai-nilai fundamental warisan sosio-budaya Indonesia ditegakkan dan dikembangkan
dalam sistem kenegaraan Pancasila, sebagai pembudayaan dan pewarisan bagi generasi
penerus. Kehidupan nasional sebagai bangsa merdeka dan berdaulat sejak Proklamasi 17
Agustus 1945 berwujud NKRI berdasarkan Pancasila-UUD 45. Sistem NKRI ditegakan
oleh kelembagaan negara bersama semua komponen bangsa dan warganegara
berkewajiban menegakkan asas Pancasila secara konstitusional, yakni UUD Proklamasi
1945 seutuhnya sebagai wujud kesetiaan dan kebanggaan nasional. Nilai - nilai
fundamental dimaksud terutama filsafat hidup bangsa yang oleh pendiri negara (PPKI)
dengan jiwa hikmat kebijaksanaan dan kenegarawanan, musyawarah mufakat menetapkan
dan mengesahkan sebagai dasar negara Indonesia merdeka.

5. Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara Indonesia


Filsafat Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapat kita temukan dalam
beberapa dokumen historis dan di dalam perundangundangan negara Indonesia diantaranya
yaitu: Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945. Dalam Naskah Politik yang
bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang kemudian dijadikan naskah rancangan
Pembukaan UUD 1945 (terkenal dengan sebutan Piagam Jakarta). Dalam naskah
Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV. Dalam Mukadimah Konstitusi Republik

9
Indonesia Serikat (RIS) tanggal 27 Desember 1945, alinea IV. Dalam Mukadimah UUD
Sementara Republik Indonesia (UUDS RI) tanggal 17 Agustus 1950. Dalam Pembukaan
UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5 Juli 1959.

C. Sumber historis dan Sosiologis Pancasila sebagai Filsafat

Dilihat secara historis dan sosiologis, Pancasila merupakan bentuk/wujud satu


kesatuan nilai yang melekat pada sejarah dan tatanan hidup yang diekspresikan dalam
Sikap, Tekad, Semangat, Disiplin, dan Tanggung Jawab yang bermuara pada perilaku
Jujur dalam pikiran, perasaan, kehendak, dan perbuatan Indonesia sejak dulukala,
yang secara prinsip dirumuskan dalam tata aturan kehidupan bersama, yang merupakan
5(lima) larangan yang tidak boleh dilakukan oleh siapapun. 5 (lima) larangan itu,
dinamakan MA-LIMA yang terdiri dari dilarang : Maen (berjudi), Mabuk (minum
minuman keras/Arak), Maling (mencuri), Madon (berjinah), dan Mateni (membunuh).
Pemahaman terhadap 5 (lima) larangan tersebut, dilandasi keyakinan dan pemikiran
bahwa manusia harus berbuat sebaik mungkin dengan sesama manusia, alam dan
lingkungan hidupnya. Karena hal itu merupakan fitrahnya manusia sebagai mahluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Kuasa Allah SWT. Keyakinan dan pemahaman tersebut, dihayati dan
diamalkan secara actual oleh para tokoh pemerintahan, secara turun temurun, sehingga
menjadi karakter dan budaya yang melekat dalam setiap perilaku dan pergaulan social
sehari–hari insane Indonesia. Karena nilai–nilai MA-LIMA bersifat larangan, maka diikuti
dengan adanya sanksi terhadap siapapun yang melakukan pelanggaran terhadapnya. Oleh
karena itu, MA-LIMA menjadi norma hukum yang sesuai dengan dinamika kehidupan
insane Indonesia berlaku sampai saat ini yang tersurat dan tersirat dalam berbagai
Peraturan Perundang–Undangan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis (konvensi)
yang popular dengan sebutan hukum adat.
Memperhatikan sumber historis dari Pancasila yang sesungguhnya merupakan norma
fundamental kehidupan insane Indonesia, jelas diketahui dan dipahami, bahwa Pancasila
yang rumusannya hanya tersurat dalam Pembukaan UUD NKRI Tahun 1945 Alinea ke 4
(empat) yang ditetapkan oleh PPKI, Hari Sabtu, Tanggal 18 Agustus 1945, adalah norma
dasar kehidupan yang sudah berakar dalam sanubari kehidupan setiap insane Indonesia.
Dengan demikian, bagi kalangan generasi muda yang akan menjadi penerus kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi kelangsung hidup NKRI, menjadi kewajiban

10
untuk benar–benar memahami, menghayati dan mengamalkan secara actual seirama
dengan dinamika kehidupan yang menyertainya, tanpa merubah prinsip dan makna dasar
dari nilai–nilai yang terkandung dalam Sila–Sila Pancasila.

D. Hakikat Sila – Sila Pancasila

1. Sila Pancasila: Ke-Tuhanan yang Maha Esa

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah pencipta segala yang ada dan semua
makhluk. Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal, tiada sekutu, Esa dalam zatNya, Esa
dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya, artinya bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-
zat yang banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat Tuhan adalah sempurna, bahwa perbuatan
Tuhan tidak dapat disamai oleh siapapun. Jadi ke-Tuhanan yang maha Esa, mengandung
pengertian dan keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa, pencipta alam semesta, beserta
isinya. Keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa itu bukanlah suatu dogma atau
kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan
suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar yang dapat diuji atau
dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika.

Atas keyakinan yang demikianlah maka Negara Indonesia berdasarkan ketuhanan


yang Maha Esa, dan Negara memberi jaminan kebebasan kepada setiap penduduk untuk
memeluk agama sesuai dengan keyakinannya dan beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya. Bagi dan didalam Negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam
hal ketuhanan yang Maha Esa, tidak boleh ada sikap dan perbuatan yang anti ketuhanan
yang Maha Esa, dan anti keagamaan serta tidak boleh ada paksaan agama dengan kata lain

11
dinegara Indonesia tidak ada paham yang meniadakan Tuhan yang Maha Esa (atheisme).
Sebagai sila pertama Pancasila ketuhanan yang Maha Esa menjadi sumber pokok
kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai mendasari serta membimbing perwujudan
kemanusiaan yang adil dan beradab, penggalangan persatuan Indonesia yang telah
membentuk Negara republic Indonesia yang berdailat penuh, bersipat kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan guna
mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Hakekat pengertian itu sesuai
dengan:

a. Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi antara lain ”atas berkat rahmat Allah

yang maha kuasa….”

b. Pasal 29 UUD 1945:

1. Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha Esa

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-


masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya.

2. Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab

Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu mahluk berbudi yang mempunyai
potensi , rasa, karsa, dan cipta karena potensi inilah manusia menduduki martabat yang
tinggi dengan akal budinya manusia menjadi berkebudayaan, dengan budi nuraninya
manusia meyadari nilai-nilai dan norma-norma. Adil mengandung arti bahwa suatu
keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma yang obyektif tidak subyektif
apalagi sewenang-wenang.

Beradab berasal dari kata adab, yang berarti budaya. Mengandung arti bahwa sikap
hidup, keputusan dan tindakan selalu berdasarkan nilai budaya, terutama norma sosial dan
kesusilaan. Adab mengandung pengertian tata kesopanan kesusilaan atau moral.
Jadi: kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia
yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-
norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri pribadi, sesama manusia maupun
terhadap alam dan hewan. Di dalam sila kedua kemanusiaan yang adil yang beradab telah
tersimpul cita-cita kemanusiaan yang lengkap yang adil dan beradab memenuhi seluruh

12
hakekat mahluk manusia. Sila dua ini diliputi dan dijiwai sila satu hal ini berarti bahwa
kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Indonesia bersumber dari ajaran Tuhan
Yang Maha Esa sesuai dengan kodrat manusia sebagai ciptaa-Nya. Hakekat pengertian
diatas sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alenia yang pertama dan pasal-pasal
27,28,29,30 UUD 1945.

3. Sila ketiga: Persatuan Indonesia

Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh tidak terpecah belah persatuan
berarti bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan.
Indonesia mengandung dua makna yaitu makna geograpis dan makna bangsa dalam arti
politis. Jadi persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia bersatu karena didorong untuk
mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah Negara yang merdeka dan berdaulat,
persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia
bertujuan memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta
mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.

Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang


dijiwai oleh sila I dan II. Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan, suku
bangsa, sebaliknya membina tumbuhnya persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa
yang padu tidak terpecah belah oleh sebab apapun. Hakekat pengertian itu sesuai dengan
pembukaan UUD1945 alenia ke empat dan pasal-pasal 1,32,35,dan 36 UUD 1945

4. Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan

Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok manusia dalam suatu
wilayah tertentu kerakyatan dalam hubungan dengan sila IV bahwa “kekuasaan yang
tertinggi berada ditangan rakyat. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau
rasio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa
kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab.
Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan
dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat hingga mencapai keputusan
yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mupakat. Perwakilan adalah suatu sistem dalam

13
arti tata cara (prosedura) mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam
kehidupan bernegara melalui badan-badan perwakilan.

Jadi sila ke IV adalah bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui sistem
perwakilan dan keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musawarah dengan pikiran
yang sehat serta penuh tanggung jawab baik kepada Tuhan yang maha Esa maupun
kepada rakyat yang diwakilinya. Hakekat pengertian itu sesuai dengan pembukaan UUD
alenia empat dan pasal-pasal 1,2,3,28 dan 37 UUD 1945.

5. Sila ke V: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Keadilan social berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala


kehidupan, baik materi maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti setiap orang
yang menjadi rakyat Indonesia, baik yang berdiam di wilayah kekuasaan Republik
Indonesia maupun warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri. Jadi sila ke V
berarti bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidang hukum,
politik, social, ekonomi dan kebudayaan.

Sila Keadilan sosial adalah tujuan dari empat sila yang mendahuluinya,
merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang perwujudannya ialah tata
masyarakat adil-makmur berdasarkan Pancasila. Hakekat pengertian itu sesuai dengan
pembukaan UUD 1945 alinea kedua dan pasal-pasal 23, 27, 28, 29, 31 dan 34 UUD 1945.

Dalam lingkup nasional realisasi keadilan diwujudkan dalam tiga segi (keadilan
segitiga) yaitu:

1. Keadilan distributive, yaitu hubungan keadilan antara Negara dengan warganya. Negara
wajib memenuhi keadilan terhadap warganya yaitu wajib membagi-bagikan terhadap
warganya apa yang telah menjadi haknya.

2. Keadilan bertaat (legal), yaitu hubungan keadilan antara warga Negara terhadap Negara.
Jadi dalam pengertian keadilan legal ini negaralah yang wajib memenuhi keadilan terhadap
negaranya.

3. Keadilan komulatif, yaitu keadilan antara warga Negara yang satu dengan yang lainnya,
atau dengan perkataan lain hubungan keadilan antara warga Negara.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari apa yang telah dijelaskan di atas, Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah.
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara
Indonesia. Dan filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode
dan sistem. Pancasila dikatakan sebagai filsafat dikarenakan pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian
dituangkan dalam suatu sistem yang tepat, dimana pancasila memiliki hakekatnya
tersendiri yang terbagi menjadi lima sesuai dengan kelima sila-silanya tersebut.
Filsafat Pancasila merupakan hasil pemikiran mendalam dari bangsa Indonesia, yang
dianggap, diyakini sebagai kenyataan nilai dan norma yang paling benar, dan adil untuk
melakukan kegiatan hidup berbangsa dan bernegara di manapun mereka berada. Selain itu,
filsafat Pancasila memiliki beragam fungsi, diantaranya yaitu; sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia, Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, pancasila sebagai kepribadian
bangsa Indonesia, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, dan Pancasila
sebagai sistem ideologi nasional.

B. Saran
Saran kami yang dapat dipetik dari materi ini adalah agar seluruh Mahasiswa
mengetahui seberapa penting Pancasila dan dapat mengamalkan nilai-nilai sila dari
pancasila dengan baik dan benar, serta tidak melecehkan arti penting pancasila.
Dan juga kami mengharapkan kepada semua masyarakat dapat menerapkan
nilai-nilai yang bermoral dan terkandung dalam Pancasila, tidak hanya sekedar
mengetahui saja namun dilaksanakan dalam kehidupan. Penerapan pendidikan
karakter juga harus ditanamkan sejak dini agar kelak nilai Pancasila tersebut akan
melekat dalam karakter maupun kepribadian tiap individu dalam bermasyarakat agar
senantiasa terciptanya bangsa Indonesia yang damai dan tentram.

15
DAFTAR PUSTAKA

Paulus, Wahana, Drs.Pustaka Filsafat Pancasila. Kanius, yokyakarta, 1993


http://hardika.blog.fisip.uns.ac.id/2012/03/13/filsafat-pancasila.html
http://andicvantastic.blogspot.com/2013/10/pancasila-sebagai-filsafat.html
Chandrawinata, Andhyn. ______. Pengertian Pancasila Secara Etimologis, Historis, &
Terminologis. http://pancasila.weebly.com/pengertian-pancasila.html. Diakses pada
tanggal 3 Maret 2017.
Maulidi, Achmad. 2016. Pengertian Filsafat (Filosofi).
http://www.kanalinfo.web.id/2016/08/pengertian-filsafat-filosofi.html. Diakses pada
tanggal 3 Maret 2017.
Dwi Tama, Rizco.2012. Pengertian Filsafat Pancasila, Objek, Cabang Filsafat dan
Kedudukan Dalam Ilmu-ilmu Lain. http://icounipa.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-
filsafat-pancasila-objek.html. Diakses pada tanggal 3 Maret 2017.

16

Anda mungkin juga menyukai