Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

DISUSUN OLEH :

1.
2. NURHALIZA
3. A Q I L A Z A Q I A H M . A S

HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga makalah dengan judul “Resensi” ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan
makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.  

Parepare, 29 Maret 2022

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 LATAR BELAKANG 1

1.2 RUMUSAN MASALAH 1

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN 1

BAB 2 PEMBAHASAN 2

2.1 PENGERTIAN SUMBER HUKUM 2

2.2 SUMBER-SUMBER HUKUM 3

A. SUMBER HUKUM FORMIL 4

B. SUMBER HUKUM MATERIL 5

2.3 FAKTOR YANG MEMENGARUHI SUMBER HUKUM 5

A. HUKUM FORMIL 5

B. HUKUM MATERIL 5

3
BAB 3 PENUTUP 6

3.1 KESIMPULAN 6

3.2 SARAN 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sebuah karya yang telah dihasilkan perlu adanya penilaian terkait
dengan karya tersebut. Resensi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk
menilai baik tidaknya buku. Dalam hal ini, yang menilai adalah yang menilai
adalah keunggulan dan kelemahan buku (baik fiksi maupun non fiksi) sehingga
orang merasa terpersuasif setelah membacanya.
Sebagaimana jenis karangan lainnya, menulis resensi juga memiliki tujuan.
Secara umum tujuan meresensi sebuah buku adalah menginformasikan isi buku
tentang yang ditulis dan dibahas, kepada masyarakat luas khususnya pembaca.
Sebagai seorang penulis, rasesnsi haruslah jujur dan paham terhadap isi
buku atau tulisan yang diresensinya. Dalam hal ini, ketelitian dan kecermatan
seorang peresensi tersebut terhadap isi buku perlu di perhatikan. Perlu di ingat
bahwa hasil resensi tersebut dapat memengaruhi pembaca apakah ia akan
membeli atau akan memiliki atau tidak,buku yang diresensikan tersebut,setelah
ia membaca hasil resensinya. Jadi, etika dalam meresensi pun perlu dijaga.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Resensi?
2. Apa saja yang menjadi Jenis-jenis Resensi?
3. Bagaimana kebijakan Pembangunan Hukum Nasional?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Resensi
2. Mengetahui Jenis-jenis Resensi
3. Mengetahui kebijakan Pembangunan Hukum Nasional.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Resensi

Secara etimilogis resensi berasal resensi berasal dari bahasa Latin,


yaitu kata kerja revidere dan recensere, yang artinya melihat
kembali,menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah di dalam bahasa
Belanda dikenal dengan recensie, sedangka dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah review. Dari istilah tersebut mengacu pada hal yang sama, yakni
mengulas buku. Di Indonesia, resensi serimg juga diistilahkan dengan
timbangan buku, tinjauan buku,bedah buku,dan sebagainya.
Menurut Keraf resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai
sebuah hasil karya buku. Sejalan dengan pendapat Keraf, menurut Isdriani
(2005:152) resensi adalah tulisan mengenai nilai sebuah karya atau buku.
Dalam Kamus Praktis Bahasa Indonesia (2001:370) dikatakan bahwa “resensi
adalah pertimbangan atau pembicaraan buku dan sebagainya.”

B. Jenis-jenis Resensi
Berdasarkan media atau forumnya, resensi buku dibagi menjadi dua yaitu: (1) resensi ilmiah, dan (2)
resensi ilmiah populer. Hal yang membedakan kedua resensi tersebut adalah bahasa dan tata cara
penulisan yang digunakan. Dalam resensi ilmiah digunakan tata cara keilmuan tertentu,menggunakan
rujukan atau acuan,dan bahasa resmi dari baku serta yang dipaparkan selengkap-lengkapnya.
Sementara itu,resensi ilmiah populer tidak menggunakan rujukan atau acuan tertentu. Selain itu,isi
resensi seringnya hanya memaparkan bagian-bagian yang menarik saja. Penyajianya pun tidak terlalu
tunduk pada bahasa resmi atau bahasa baku.

6
7
C. Kebijakan Pembangunan Hukum Nasional

Menurut John Austin, yang dikutip oleh Lili Rashidi, hukum adalah ketetapan
pembuat undang-undang (law is the rule's order), dalam arti tatanan mereka yang
memegang kekuasaan atau kedaulatan tertinggi. Perdebatan tentang hubungan antara
hukum dan politik memiliki akar sejarah yang panjang dalam yurisprudensi. Bagi
positivis hukum seperti John Austin, hukum tidak lebih dari produk politik dan
kekuasaan.
Dengan demikian, jika negara dapat dikatakan sebagai ekspresi atau forum
kekuatan politik yang hadir dalam masyarakat, hukum sebagian merupakan hasil
keputusan yang dibuat secara tidak langsung oleh penguasa. Seorang penguasa ditugaskan
untuk menentukan cara umum untuk memecahkan berbagai masalah sosial yang
kompleks. Peraturan ini tunduk pada proses pengambilan keputusan politik yang
tercermin dalam peraturan yang diundangkan secara resmi. Sehingga hukum dapat
dikatakan sebagai hasil resmi dari pembentukan keputusan politik para penguasa.
Dalam kebijakan pembangunan hukum nasional, sebelum membahas strategi
pembangunan hukum nasional, terlebih dahulu kita harus memperoleh pemahaman yang
komprehensif tentang kebijakan pembangunan hukum nasional. Dilihat tidak hanya
sebagai fenomena konstitusional dan model politik yang diadopsi, tetapi juga sebagai
model politik, pola pemilihan konsep pembangunan lainnya juga harus diperhitungkan.
Diantaranya adalah dua strategi legislatif:
1. Strategi Pembangunan Hukum yang ortodoks
Strategi pembangunan hukum ortodoks Yaitu, segala upaya kelompok sosial
dalam masyarakat untuk memahami bagaimana hukum dibentuk, dipahami,
diterapkan, dan dilembagakan dalam proses politik.
Strategi pembangunan hukum ortodoks Ini mencirikan peran lembaga negara
(government and parliament) yang sangat dominan dalam menentukan arah
pembangunan hukum negara. Oleh karena itu, tradisi hukum di kedua benua (Civil
Rights), seperti dalam tradisi hukum sosialis (socialist law) Mereka dapat dikatakan
sebagai pendukung strategi pembangunan sayap kanan yang ortodoks. Hal ini karena

8
dalam tradisi hukum ini peran lembaga negara sangat dominan dan monopolistik
dalam menentukan arah perkembangan hukum.
2. Strategi Pembangunan Hukum Yang Responsive
Strategi pembangunan hukum yang Responsif Ini mencakup upaya pembangunan
hukum, di mana peradilan memainkan peran utama, dan partisipasi yang lebih luas
dari kelompok sosial dan individu dalam masyarakat. berarti Pembangunan
direlatifkan oleh tekanan, didorong oleh partisipasi masyarakat luas dan relatif bebas,
memungkinkan peradilan menjadi lebih kreatif. Situasi seperti itu memungkinkan
produksi lebih banyak produk politik. Responsif Memenuhi tuntutan berbagai
kelompok sosial dalam masyarakat. itu tradisi hukum umum (Common law) Dapat
dikatakan mengikuti strategi pengembangan hukum Responsif.
M. Solly Lubis, sosialisasi model strategi hukum nasional menekankan bahwa
landasan sosial dan konstitusional dari strategi hukum nasional adalah Pancasila dan
UUD 1945 sebagaimana telah diubah oleh MPR. Pertanyaan sejauh mana kebijakan
hukum dipengaruhi oleh karenanya menjadi fokus dalam merancang landmark
strategis untuk mengelola perkembangan hukum dalam negeri. (Legal Policy)
Konsisten dengan apa yang sedang dikembangkan sistem nilai Pancasila dan
pencantumannya dalam UUD 1945, dan sejauh mana tujuan nasional dalam
Pembukaan UUD 1945 dapat diwujudkan dengan menerapkan peraturan perundang-
undangan yang akan datang sebagai model strategi pembangunan hukum yang dipilih.
Setelah amandemen UUD 1945 menetapkan konstruksi baru sistem
ketatanegaraan Indonesia, yang sebelumnya dikenal sebagai GBHN (Garis Besar
Haluan Nasional) oleh MPR. Sebagai pernyataan kehendak rakyat yang menyeluruh
dan terpadu, GBHN secara luas didefinisikan sebagai kontrol negara atas urusan
negara. GBHN ditentukan oleh MPR-nya selama 5 tahun. GBHN tidak berlaku lagi
karena amandemen UUD
1945 yang mengubah peran MPR dan Presiden. Sebaliknya Undang-Undang Nomor
25/25/2004, dalam bentuk RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang),
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, mengatur
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang memuat penjabaran dari tujuan
pembentukan Republik Indonesia. sedang mengerjakan. RPJP memiliki jangka waktu
20 tahun dan dituangkan dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah).
9
RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) adalah rencana skala waktu lima
tahun yang mencakup visi, misi, dan program pembangunan presiden terpilih untuk
RPJP. Di tingkat daerah, pemerintah daerah harus membuat RPJP-nya sendiri dan
RPJM daerah dengan mengacu pada RPJP nasionalnya.
Di bawah peraturan baru berdasarkan perubahan UUD 1945, MPR tetap memiliki
kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan UUD 1945, tetapi tidak memiliki
kekuasaan untuk menetapkan GBHN, memilih dan memutuskan Presiden dan Wakil
Presiden. Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat.
Di bawah amandemen UUD 1945, dampaknya terhadap pembangunan negara
diabadikan dalam undang-undang. Pada tanggal 25 Februari 2004, Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Propenas) disusun oleh DPR bersama
Pemerintah untuk penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Nasional, antara
lain:
a. Rencana untuk jangka waktu 20 tahun, atau jangka waktu panjang.
b. Rencana pembangunan 5 tahun, atau jangka menengah.
c. Rencana pembangunan tahunan.

Menyikapi rencana pembangunan nasional, khususnya di bidang hukum, setidaknya


ada tiga hal yang perlu dirumuskan sebagai hasil kajian Komisi Hukum Nasional
(KHN) “Dampak Perubahan Konstitusi Terhadap Rencana Legislatif”, yaitu:

1. Partai atau lembaga politik mana yang telah berkontribusi pada program hukum
negara sejak amandemen konstitusi 1945 (baik presiden terpilih dan afiliasi
politiknya, atau birokrasi pemerintah yang sebelumnya mendominasi program
hukum).
2. Jika banyak pihak yang berkontribusi, akankah berjalan antara program legislatif,
rencana paradigma? Atau great design. Apa kaitan antara rencana tersebut untuk
membuat rencana pembangunan hukum yang koheren?
3. Apakah paradigma memenuhi tuntutan reformasi yang berkembang, atau
paradigma lama masih digunakan?
Tidak relevan dengan pembahasan yang menghadirkan tiga persoalan hasil
penelitian KHN tentang dampak Perubahan UUD 1945 terhadap rencana

10
pembangunan perundang-undangan dan terhadap aspek sosial, politik, ekonomi, dan
pembangunan

11
pada umumnya. Di sini yang perlu diungkapkan sebagai kebijakan politik hukum
domestik dalam pembangunan hukum domestik adalah penjelasan tentang ruang
lingkup pembangunan hukum domestik yang termasuk dalam rencana pembangunan
jangka menengah (RPJM) yang termasuk dalam ketentuan undang-undang. RPJM
dapat dikelompokkan ke dalam program umum tindakan kebijakan hukum seperti :
a. Perencanaan dan pembentukan hukum,
b. Penelitian dan pengembangan hukum nasional,
c. Pembinaaan peradilan,
d. Penerapan dan penegakan hukum,
e. Pelayanan dan bantuan hukum,
f. Penyuluhan hukum,
g. Pendidikan dan pelatihan hukum,
h. Pengawasan hukum,
i. Pembinaan dan pemenuhan sarana dan prasarana hukum.

Kesembilan poin dari program ini merupakan bagian integral satu sama lain.
Artinya pelaksanaan kebijakan hukum masing-masing tidak dapat dilihat secara parsial
dan sektoral, tetapi harus dipertimbangkan secara komprehensif. Karena semuanya
dikodifikasikan sebagai paket pembangunan nasional, khususnya di bidang hukum.

Dan mengacu pada struktur lembaga nasional yang melaksanakan dan merumuskan
kebijakan hukum dalam sistem ketatanegaraan Indonesia melalui rekonstruksi lembaga
nasional yang menjalankan kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif, bersifat
demokratis, kuat, dan bersifat mekanisme. lembaga negara yang merdeka dan
demokratis, pemisahan kekuasaan.

Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 sebagaimana telah diubah oleh lembaga
eksekutif, UUD 1945 memperkuat karakter presidensial pemerintah dengan ketentuan
bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat. . Berkenaan dengan
perkembangan hukum dalam negeri, Presiden telah mengacu pada Pasal 5 ayat (1)
UUD
1945, Pasal 20 tentang Kewenangan Mempertimbangkan RUU, Pasal 20 tentang
Kewenangan Mempertimbangkan RUU, dan 22 Tentang Kewenangan
Mempertimbangkan RUU. menerbitkan PERPU.
12
Penguatan kelembagaan status kekuasaan legislatif ditandai dengan pengukuhan
dan relokasi DPR sebagai pemegang kekuasaan legislatif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 (1). Penguatan peran DPR dalam pembangunan legislatif disoroti
dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Peraturan Perundang-undangan
(UU PPP). Jika undang-undang ini memberikan peran dominan bagi DPR, yaitu
mengkoordinasikan penyusunan Program Legalisasi Nasional (Prolegnas).

Meskipun UUD 1945 tetap memegang kekuasaan kehakiman, namun UUD 1945
mengatur dua badan yang mempertahankan kekuasaan kehakiman, yaitu Mahkamah
Agung dan Mahkamah Konstitusi, dan badan yang relevan dengan pelaksanaan
kekuasaan kehakiman adalah Komisi Yudisial. Penguatan badan peradilan yang bebas
dan mandiri diatur lebih rinci dalam undang-undang badan-badan negara tersebut.UU
nomor. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi,
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
15 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2004 tentang Komisi Yudisial.

13
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan hukum nasional adalah kebijakan dasar penyelenggaraan negara di
bidang hukum saat ini, berdasarkan nilai-nilai umum masyarakat dalam rangka mencapai
tujuan nasional yang diinginkan. Kata bangsa sendiri diartikan sebagai wilayah di mana
kebijakan hukum diterapkan. Yang dimaksud dalam hal ini adalah wilayah kekuasaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Politik hukum nasional dimaknai bahwa kebijakan
dasar penyelenggara (Negara Republik Indonesia) di bidang hukum dalam masyarakat
dikembangkan, diterapkan, dan diterapkan untuk mencapai tujuan negara (Republik
Indonesia) yang diinginkan.
Gabungan yang tepat menjadi kebijakan yang membentuk suatu sistem hukum,
tersusun dari komponen-komponen yang bekerja sama membentuk suatu pola dengan ciri
khasnya sendiri. Unsur hukum itu adalah :
a. Ide kedaulatan rakyat
b. Negara berdasarkan atas hokum
c. Berbentuk Republik
d. Pemerintah berdasarkan konstitusi
e. Pemerintahan yang bertanggung jawab
f. Sistem Perwakilan
g. Sistem Pemerintahan Presidensial

Dalam menentukan kebijakan pembangunan hukum, diantaranya terdapat dua strategi


pembangunan hukum yaitu :

1. Strategi pembangunan hukum ortodoks Yaitu, segala upaya kelompok sosial dalam
masyarakat untuk memahami bagaimana hukum dibentuk, dipahami, diterapkan, dan
dilembagakan dalam proses politik. Dalam hal ini, peran lembaga negara dalam
menentukan arah pembangunan hukum negara sangat dominan.

14
2. Strategi pengembangan hukum Tindakan hukum yang responsif, di mana lembaga
peradilan memainkan peran utama, dan partisipasi yang lebih luas dari kelompok
sosial dan individu dalam masyarakat.

M. Solly Lubis, sosialisasi model strategi hukum nasional menekankan bahwa


landasan sosial dan konstitusional dari strategi hukum nasional adalah Pancasila dan
UUD 1945 sebagaimana telah diubah oleh MPR. Pertanyaan sejauh mana kebijakan
hukum dipengaruhi oleh karenanya menjadi fokus dalam merancang landmark strategis
untuk mengelola perkembangan hukum dalam negeri. (Legal Policy) Konsisten dengan
apa yang sedang dikembangkan sistem nilai Pancasila dan pencantumannya dalam UUD
1945, dan sejauh mana tujuan nasional dalam Pembukaan UUD 1945 dapat diwujudkan
dengan menerapkan peraturan perundang-undangan yang akan datang sebagai model
strategi pembangunan hukum yang dipilih.

15
DAFTAR PUSTAKA

Oktaviati http://2009editor.wordpress.com

Dr. H. Dalman, M.Pd, Keterampilam Menulis, (Jakarta:Rajawali Pers,2015)

16
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, (Jakarta:Gunung
Agung, 2002)

Dr. Moh. Mahfud MD, Pergulatan Politik dan Hukum Di Indonesia, (Yogyakarta:Gama Media,
1999)

Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, Dasar-Dasar Politik Hukum, (Jakarta:Rajagrafindo


Persada, 2015)

Laboratorium Pancasila IKIP Malang, Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, (Malang:


Laboratorium Pancasila IKIP Malang, 1989)

Mokhammad Najih, Pengantar Hukum Indonesia Cetakan Ke-3, (Malang: Setara Press, 2013)

Padmo Wahjono, Indonesia Berdasarkan Atas Hukum, (Jakarta: Gahlia Indonesia,1986)

Prof Dr. H. Faried Ali S.H., Hukum Tata pemerintahan, (Yogyakarta: Academika,2003)

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum Cetakan Ke-7, (Bandung, PT. Citra Aditya Bakti,2012)

Kumpulan Jurnal, http://kumpulan-jurn.blogspot.com/2017/01/makalah-politik-hukum-


nasional.html
Academia Edu, https://www.academia.edu/32282908/PolitikHukum

17
15

Anda mungkin juga menyukai