Anda di halaman 1dari 14

Makalah Legal Drafting

Pengertian Dan Jenis Norma,


Statika dan Dinamika Sistem Norma
Dosen pengampu:

Ernawaty Lubis, SH., M.Kn


DISUSUN
OLEH:

SAPHIRA HUSNA NASUTION 0201192047

FITRI RUSMIDAH SIREGAR 0201193142

DIAJENG AYU LARASATI 0201192048

SILVIA MAWADAH 0201193147

FARAH WILDA SHOLIHAH 0201193158

M. FAISAL AFIF 0201193141

AKHWALUL SYAKSIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam kami sampaikan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Pemurah,
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah
makalah yang berjudul Pengertian Dan Jenis Norma, Statika dan Dinamika Sistem Norma
dengan baik. Shalawat dan salam saya persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
membawa risalah Islam sebagai pedoman hidup untuk meraih keselamatan hidup di dunia dan
juga di akhirat kelak.

Alhamdulillah, atas izin Allah SWT, kami dapat menyelesaikan tugas ini. Sebuah
makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Legal Drafting. Tugas ini disusun untuk
bertujuan sebagai alternatif dalam memahami dan mengetahui lebih dalam tentang salah satu
materi daripada mata kuliah.

Dalam penyusunan tugas ini, juga tidak luput dari adanya berbagai macam sumber seperti
mengenai sebagai referensi untuk memperkuat dan membuka cakrawala kami dalam
menganalisis tentang materi dalam karya tulis ini. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan mudah dan menyusunnya menjadi sebuah tugas seperti ini. Semoga dengan kehadiran
tugas ini dapat menambah ilmu tentang hal tersebut..

Dengan segala keterbatasan yang ada, kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik senantiasa kami harapkan. Semoga tugas
yang kami kerjakan dapat bermanfaat bagi kami dan pembacanya. Aamiin.

Medan, Mei 2022

Penyusun

Kelompok II

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................2

Daftar Isi ............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...........................................................................4


B. Rumusan Masalah....................................................................................4
C. Tujuan Penulisan......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Norma …………………………………………………..5

B. Berbagai Norma Dalam Masyarakat...……………………………6

C. Statika dan Dinamika Sistem Norma...………………...…………...8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................10
B. Saran...................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

 Indonesia adalah negara hukum. Gagasan negara hukum dibangun dengan


mengembangkan perangkat hukum itu sendiri sebagai suatu sistem yang fungsional
dan berkeadilan, dikembangkan dengan menata supra struktur dan infra strukturkelembagaan pol
itik, ekonomi dan sosial yang tertib dan teratur, serta dibina dengan membangun budaya dan
kesadaran hukum yang rasional dan impersonal dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu, sistem hukum perludibangun
(law making) dan ditegakkan (law enforcing) sebagaimana mestinya, dimulai dengan konstitusi
sebagai hukum yang paling tinggi kedudukannya.

Sejak lahirnya negara Republik Indonesia dengan Proklamasi kemerdekaannya,serta


ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi, terbentuklah pulasistem norma
hukum Negara Republik Indonesia. Apabila dibandingkan dengan
teori jenjang norma (Stufentheorie) dari Hans Kelsen dan teoi jenjang norma hukum (DieTreorie
vom Stufentordnung der Rechtsnormen) dari Hans Nawiasky, maka dapatdilihat adanya
cerminan dari kedua sistem norma tersebut dalam sistem norma hukum Negara Republik
Indonesia.

mengembangkan perangkat hukum itu sendiri sebagai suatu sistem yang fungsional dan
berkeadilan, dikembangkan dengan menata supra struktur dan infra struktur
kelembagaan politik, ekonomi dan sosial yang tertib dan teratur, serta dibina dengan
membangun budaya dan kesadaran hukum yang rasional dan impersonal dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu, sistem hukum perlu
dibangun (law making) dan ditegakkan (law enforcing) sebagaimana mestinya, dimulai
dengan konstitusi sebagai hukum yang paling tinggi kedudukannya.
Sejak lahirnya negara Republik Indonesia dengan Proklamasi kemerdekaannya,
serta ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi, terbentuklah pula
sistem norma hukum Negara Republik Indonesia. Apabila dibandingkan dengan teori
jenjang norma (Stufentheorie) dari Hans Kelsen dan teoi jenjang norma hukum (Die
Treorie vom Stufentordnung der Rechtsnormen) dari Hans Nawiasky, maka dapat
dilihat adanya cerminan dari kedua sistem norma tersebut dalam sistem norma hukum
Negara Republik Indonesi
B.Rumusan Masalah

A. Apa yang dimaksud dengan Norma?


B. Apa saja Jenis Jenis Norma?

4
C. Apa yang dimaksud dengan Statika dan Dinamika Norma ?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar dapat memahami apa itu Norma


2. Agar Mengetahui Jenis Jenis Norma
3. Mampu mengetahui serta memahami tentang Statika dan Dinamika Norma

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Norma

Norma merupakan kata yang berasal dari bahasa Belanda yaitu norm yang memiliki arti
patokan, pedoman, atau pokok kaidah dan bahasa Latin yaitu mos yang memiliki arti tata
kelakuan, adat istiadat, atau kebiasaan. Berdasarkan KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia,
norma memiliki arti sebagai aturan maupun ketentuan yang sifatnya mengikat suatu kelompok
orang didalam masyarakat. Dimana norma diterapkan sebagai panduan, tatanan, dan juga
pengendali tingkah laku yang sesuai.

Menurut John J. Macionis yang merupakan profesor sosiologi menyatakan(1997), norma


merupakan segala aturan dan harapan yang ada di masyarakat yang memandu segala perilaku
yang dilakukan anggota masyarakat. Craig Calhoun merupakan sosiologis asal Amerika
menyatakan, norma baginya merupakan suatu pedoman maupun aturan yang menyatakan
bagaimana seorang individu seharusnya bertindak di dalam suatu situasi ditengah masyarakat.

Sedangkan, menurut E. Utrecht yang merupakan ilmuwan sekaligus pakar hukum yang
lahir di Surabaya, menggambarkan norma sebagai segala himpunan petunjuk hidup yang
digunakan untuk mengatur berbagai tata tertib di dalam masyarakat maupun bangsa dimana

5
peraturan tersebut harus ditaati oleh setiap masyarakat, dan jika melanggar akan ada suatu bentuk
konsekuensi dari pihak yang berwenang.

Bellebaum yang merupakan sosiologis asal Jerman, menyatakan bahwa norma sosial
merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengatur tiap individu yang ada dalam suatu
lingkungan masyarakat agar bertindak maupun berperilaku yang sesuai dengan sikap dan
keyakinan tertentu yang berlaku dalam lingkungan tersebut.

Norma adalah suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam hubungannya
dengan sesamanya ataupun dengan lingkungannya.Suatu norma baru ada apabila terdapat lebih
dari satu orang, oleh karena norma itu pada dasarnya mengatur tata cara bertingkah laku
seseorang terhadap prang lain, atau terhadap lingkungannya, atau dengan kata lain suatu norma
baru dijumpai dalam duatu pergaulan hidup manusia

Norma hukum itu dapat dibentuk secara tulis maupun tidak tertulis oleh lembaga-
lembaga yang berwenang membentuknya, sedangkan norma- norma moral, adat, agama dan
lainnya, terjadi secara tidak tertulis tetapi tumbuh dan berkembang dari kebiasaan-kebiasaan
yang ada dalam masyarakat

B. Berbagai Norma Dalam Masyarakat

Di negara Republik Indonesia, norma-norma yang masih sangat dirasakan adalah norma
adat, norma agama, norma moral dan norma hukum negara. Norma adat akan selalu berlaku
sesuai dengan masyarakat adat yang bersangkutan, contohnya dalam hal kewarisan bagi
masyarakat di daerah Tapanuli dianut sistem garis keturunan bapak (patrilineal), di daerah
Minangkabau dianut sistem garis keturunan ibu (matrilineal), dan di jawa dianut sistem garis
keturunan ibu dan bapak (parental)

Di dalam lingkungan masyarakat sendiri, norma dibagi menjadi 4 berdasarkan jenisnya yang
terdiri dari:

1. Norma Agama

Norma agama merupakan aturan-aturan yang dijalankan oleh masyarakat yang


sumbernya berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Norma ini biasanya berisi akan perintah yang
harus dijalankan oleh seseorang, ajaran yang merupakan segala ilmu ataupun pedoman bagi para
penganut agama tersebut, maupun larangan yang berarti tidak melakukan suatu perbuatan yang
seharusnya dihindari.

6
Berdasarkan pengertia norma agama, maka didalamnya memiliki sifat yaitu dogmatis
yang berarti bahwa aturan yang ada tidak boleh ditambah maupun juga dikurangi nilainya sesuai
dengan yang tertulis pada kitab suci masing-masing agama.Norma agama sendiri dipercaya jika
dilanggar memiliki sanksi yang nantinya akan diberikan setelah orang tersebut meninggal dunia
berupa dosa maupun hukuman yang harus dijalankan berdasarkan ajaran masing-masing agama
di akhirat.

Di Indonesia sendiri, norma agama berbeda-beda dikarenakan terdapat enam agama


berbeda yang hidup saling berdampingan, seperti Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik,
Hindu, Buddha, dan Konghucu yang memiliki baik perintah, ajaran, maupun larangan yang
berbeda antara satu sama lain. Di mana dalam Agama Islam dilarang memakan makanan yang
mengandung babi, sedangkan agama memiliki pantangan lain yang berbeda mengikuti ajaran
agama masing-masing. Hal ini termasuk sebagai pandangan hidup agama Islam yang menjadi
konsep seseorang maupun golongan masyarakat dalam hidup di dunia yang dapat kamu pelajari
lebih dalam pada buku Pandangan Hidup Muslim oleh Abdul Malik Karim Amrullah.

2. Norma Kesusilaan
Normal ini berdasarkan hati nurani atau akhlak manusia dan sifatnya umum. Arti umum
yaitu setiap orang memilikinya meski bentuknya bisa berbeda. Norma kesusilaan berkaitan
dengan nilai kemanusiaan. Jika melanggar akan terjerat hukum pidana dan sanksi di masyarakat.
Contoh kasus yang melanggar norma kesusilaan yaitu penghianatan, pelecehan seksual,
penyimpangan perilaku yang membuat masyarakat menolak seseorang.

3. Norma Kesopanan
Asal norma kesopanan dari tingkah laku masyarakat yang berlaku di daerah tertentu.
Norma ini bersifat relatif, artinya penerapannya bisa berbeda satu sama lain. Contoh norma
kesopanan yaitu:Siswa tidak memakai perhiasan dan riasan terlalu mencolok ketika
sekolah,mengucapkan terimakasih setelah mendapatkan bantuan.meminta maaf jika berbuat
salah kepada orang lain.tidak memakai pakaian dan riasan yang berlebihan ketika menghadiri
pemakaman.

4. Norma Kebiasaan
Merupakan perbuatan yang dilakukan dalam bentuk berulang-ulang, sehingga menjadi
kebiasaan. Dalam lingkungan tertentu, seseorang bisa dianggap aneh jika tidak melakukan norma
kebiasaan. Norma ini terjadi secara berulang sampai menjadi ciri khas tertentu.Contoh: Kegiatan
mudik menjelang hari raya,kumpul bersama keluarga ketika hari natal,kebiasaan mengadakan

7
acara selamatan atau doa untuk anak yang baru melahirkan,acara mendoakan arwah untuk orang
yang sudah meninggal dunia, pada masyarakat Manggarai, Flores.

5. Norma Hukum
Norma hukum berfungsi mengatur tata tertib di suatu negara. Masyarakat akan mendapat
sanksi jika melanggar aturan yang sudah ditetapkan dalam negara. Sanksi ini dilakukan oleh
lembaga pemerintah resmi.Ciri-ciri norma hukum yaitu diakui oleh masyarakat, adanya penegak
hukum, dan pihak berwenang yang memberi sanksi. Tujuan dari norma hukum ini untuk
menciptakan lingkungan yang tertib dan aman.

Dalam sistem norma hukum


Negara Republik Indonesia
maka norma-norma
hukum yang berlaku berada
dalam suatu sistem yang
berlapis-lapis dan berjenjang-
jenjang, sekaligus
berkelompok-kelompok, di
mana suatu norma itu selalu
berlaku,

8
bersumber dan berdasar pada
norma yang lebih tinggi, dan
norma yang lebih tinggi
berlaku, bersumber dan
berdasar pada norma yang lebih
tiggi lagi, demikian seterusnya
sampai pada suatu norma dasar
negara
(Staatsfundamentalnorm)
Republik Indonesia
adalah Pancasila
Dalam sistem norma hukum
Negara Republik Indonesia
maka norma-norma

9
hukum yang berlaku berada
dalam suatu sistem yang
berlapis-lapis dan berjenjang-
jenjang, sekaligus
berkelompok-kelompok, di
mana suatu norma itu selalu
berlaku,
bersumber dan berdasar pada
norma yang lebih tinggi, dan
norma yang lebih tinggi
berlaku, bersumber dan
berdasar pada norma yang lebih
tiggi lagi, demikian seterusnya
sampai pada suatu norma dasar
negara
10
(Staatsfundamentalnorm)
Republik Indonesia
adalah Pancasila
Hukum yang berlaku berada dalam suatu sistem yang berlapis-lapis dan berjenjang
jenjang, sekaligus berkelompok-kelompok, di mana suatu norma itu selalu berlaku, bersumber
dan berdasar pada norma yang lebih tinggi, dan norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan
berdasar pada norma yang lebih tiggi lagi, demikian seterusnya sampai pada suatu norma dasar
negara (Staatsfundamentalnorm) Republik Indonesia adalah Pancasila.

Di dalam sistem norma Hukum Negara Republik Indonesia, Pancasila merupakan Norma
Fundamental Negara yang merupakan norma hukum yang tinggi, dan kemudian secara berturut-
turut diikuti oleh Batang Tubuh UUD 1945. Ketetapan MPR serta Hukum Dasar tidak tertulis
atau disebut juga Konvensi Ketatamegaraaan sebagai Aturan Dasar Negara / Aturan Pokok
Negara (Staatsgrundgesetz). Undang undang (Formell Gesetz) serta Peraturan Pelaksanaan dan
Peraturan Otonom (Verordnung & Autonome Satzung) yang dimulai dari Peraturan Pemerintah.
Keputusan Presiden, Keputusan Mentri, dan peraturan pelaksanaan serta peraturan otomom
lainya (atau istilah yang dipakai oleh Undang-Undang No. 10 Th. 2004 tentang pembentukan
Peraturan Perundang-undang adalah, Peraturan Presiden sampai Peraturan Daerah. dan
sebagainya)

Norma hukum tertulis dari bentuk isinya dapat debedakan mejadi dua yaitu;

Norma hukum tunggal adalah norma hukum yang berdiri sendiri( satu aturan ) dan dia
tidak bergantung dengan norma hukum lain sedangkan, Norma hukum berpasangan adalah
norma hukum yang yang lebih dari satu aturan. Norma hukum berpasangan terbagi atas norma
hukum primer dan norma hukum sekunder. Norma hukum primer adalah norma hukum yang
berisi tentang peraturan bagaiman kita bertingkah laku dalam lingkungan sekitar sedangkan
norma hukum sekunder adalah norma hukum yang berisi tentang penanggulangan yang harus
dilakukan ketika norma hukum primer tidak dilakukan.biasanya norma hukum sekunder berisi
tentang sanksi yang harus dilaksanakan.

C. Statika dan Dinamika Sistem Norma

11
Sistem norma yang static (nomostatic) adalah system yang melihat pada ‘isi’ norma.
Contoh dari system norma yang static (nomostatic) adalah sebagai berikut:
Dari suatu umum yang menyatakan ‘hendaknya engkau menghormati orang tua’ dapat
ditarik/dirinci menjadi norma-norma khusus seperti kewajiban membantu orang tua kalau ia
dalam kesusahan, atau kewajiban merawatnya kalau orang tua itu sedang sakit dan
sebagainya.Dari suatu norma umum yang menyatakan ‘hendaknya engkau menjalankan perintah
agama’ dapat ditarik/dirinci menjadi norma-norma khusus seperti kewajiban menjalankan sholat
lima waktu, menjalankan puasa pada waktunya, membayar zakat-fitrah, dan lain sebagainya
Hans Kelsen mengemukakan adanya dua system norma, yaitu system norma statis
(nomostatics) dan system norma dinamik (nomodynamics). Norma statis adalah system yang
melihat pada isi suatu norma, dimana suatu norma umum dapat ditarik menjadi norma khusus,
atau norma khusus itu dapat ditarik dari suatu norma yang umum.

Sistem norma yang dinamik (nomodynamics) adalah system norma yang melihatnya pada
berlakunua suatu norma atau dari cara ‘pembentukannya’ atau ‘penghapusnya'. Sistem norma
yang dinamik adalah suatu system norma yang melihat pada berlakunya suatu norma dari cara
pembentukannya dan penghapusannya. Menurut hans kelsen, norma itu berjenjang jenjang dan
berlapis-lapis dalam susunan yang hierarkis, dimana norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber,
dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya pada akhirnya ‘regressus’
ini berhenti pada norma yang paling tinggi yang disebut norma dasar (grundnorm) yang tidak
dapat lagi ditelusuri siapa pembentuknya atau dari mana asalnya. Norma dasar atau biasa yang
disebut grundnorm, basicnorm, atau fundamentalnorm ini merupakan norma yang tertinggi yang
berlakunya tidak berdasar dan tidak bersumber pada norma yang lebih tinggi lagi, tetapi berlaku
secara presupposed, yaitu lebih dahulu ditetapkan oleh masyarakat.

12
BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan

Di dalam sistem norma Hukum Negara Republik Indonesia, Pancasila merupakan Norma
Fundamental Negara yang merupakan norma hukum yang tinggi, dan kemudian secara berturut-
turut diikuti oleh Batang Tubuh UUD 1945, Ketetapan MPR serta Hukum Dasar tidak tertulis
atau disebut juga Konvensi Ketatamegaraaan sebagai Aturan Dasar Negara / Aturan Pokok
Negara (Staatsgrundgesetz), Undang-undang (Formell Gesetz) serta Peraturan Pelaksanaan dan
Peraturan Otonom (Verordnung & Autonome Satzung) yang dimulai dari Peraturan Pemerintah,
Keputusan Presiden, Keputusan Mentri, dan peraturan pelaksanaan serta peraturan otomom
lainya

Undang-Undang dapat melaksanakan atau mengatur lebih lanjut hal-hal yang ditentukan
secara tegas-tegas oleh Undang-Undang Dasar 1945 maupun hal-hal yang secara yang tidak
tegas-tegas menyebutkannya. Selain itu, Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan
yang tertinggi di Negara Republik Indonesia, sehingga Undang-Undang juga merupakan sumber
dan dasar bagi peraturan perundang-undangan lain di bawahnya, yang merupakan peraturan
pelaksanaan atau peraturan otonom.

B.   Saran

13
Demikianlah pembahasan mengenai Pengertian Dan Jenis Norma, Statika dan Dinamika
Sistem Norma.semoga dapat menjadi bahan rujukan rekan pembaca dalam menambah wawsan
mengenai sistem peradilan. Kritik dan saran sangat pemaklah  harapkan demi untuk perbaikan
makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Soeprapto, Maria Farida Indrati. 2007. Ilmu Perundang-Undangan. Yogyakarta:

14

Anda mungkin juga menyukai