Anda di halaman 1dari 4

Kopra Putih dari Flores Timur di Ekspor ke Luar Negeri

LARANTUKA- PT Surya Pertiwi Agrojaya (SAG) yang terletak di Kelurahan Weri, Kecamatan
Larantuka, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan expor
perdana kopra putih, Selasa (7/12).
Acara launching perdana kopra putih itu dilakukan Bupati Flotim, Antonius Gege Hadjon.
Hadir juga Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Siprianus Ritan, Kepala Dinas
Penanaman Modal Satu Pintu, Baharudin dan Kepala Bagian Ekonomi, Julian Mitak.
Bupati Flores Timur, Antonius Gege Hadjon mengatakan, masalah yang selama ini dihadapi
para petani Flotim adalah harga kopra dan pengikatan nilai dari produksi pertanian.
Hadirnya PT SAG yang memproduksi kopra putih, akan berdampak pada peningkatan nilai
yang cukup baik.
"Saya pikir petani di Flotim sudah harus beralih dari kopra hitam ke kopra putih," ujarnya.
Menurut dia, pemerintah daerah Flotim mendukung penuh produksi kopra putih oleh PT. SAG.
Karena, menurut dia, peningkatan nilai sebuah produk pertanian, akan berdampak ekonomi ke
petani dan adanya lapangan kerja baru.
"Saya sudah sampaikan ke Direktur PT. SAG, apa bisa membantu melakukan pendampingan
petani di Flotim? Dan disetujui, karena nereka ada konsultan khusus kopra putih," katanya.
Direktur PT. SAG, Rikardus Umbu mengatakan, sebanyak 15 ton kopra putih yang dikirim
dalam ekspor perdana itu. Kopra putih itu, akan dikirim ke luar negeri seperti, India, Turki dan
Dubai.
Ada tiga jenis produksi kopra putih yang diekspor diantaranya, tipe edibel, reguler dan sisa
limbah produksi yang masuk kategori kopra asalan.
"Hal paling terpenting dalam produksi kopra putih adalah produk turunannya seperti, karbon
arang (aktif dan abu putih) juga sabut kelapa," jelasnya.
Ia menambahkan, kualitas kopra putih di Flores Timur menjadi incaran pengusaha-pengusaha
luar negeri.
"Sangat tebal dan manis dan akan menjadi bahan baku produk makanan, kosmetik dan farmasi.
Kehadiran kami membawa solusi dari nilai produk kelapa. Kita punya potensi dan punya nilai
kualitas tinggi," tutupnya.

https://kumparan.com/florespedia/kopra-putih-dari-flores-timur-di-ekspor-ke-luar-negeri-
1x4UGy1fSZL/full
Mengintip Produksi Kopra Putih Selayar, Komoditas Ekspor Unggulan
Sulawesi

Merdeka.com - Hamparan puing buah kelapa tua yang telah terbelah menjadi
pemandangan yang unik di sudut Desa Lailoyo Baru, Kecamatan Bontosikuyu
Kabupaten Kepulauan Selayar. Hamparan pohon kelapa memang mendominasi daerah
Selayar. Tak heran komoditas buah kelapa melimpah ruah saat panen tiba. Selain
sebagai bahan baku santan, masyarakat setempat terbiasa mengolah kelapa tua
menjadi kopra.
Kopra merupakan produk turunan berbahan utama buah kelapa yang dikeringkan.
Siapa sangka, kelapa kering ini menjadi incaran berbagai negara di luar negeri. Ekspor
kopra tak terelakkan jumlahnya, puluhan ton kopra Sulawesi mendarat di belahan
negara Asia seperti India, Thailand, Pakistan, hingga Vietnam.

Pelan dan hati-hati, tangan cekatan mereka berusaha memegang kelapa. Setelah buah
kelapa tua terbelah, lantas segera dicukil, dipisahkan dari tempurung kelapanya.
Semakimalnya mencungkil daging buah kelapa dengan hati-hati, jangan sampai
menjadi potongan yang lebih kecil. Tempurung kelapa biasanya diolah menjadi arang
yang memiliki nilai jual tersendiri.

Ada dua jenis kopra yang ada di sulawesi yakni kopra putih, dan kopra cokelat. Tentu
dari segi penampilan lebih menarik kopra putih. Harganya juga lebih mahal kopra putih,
mengingat cara memproduksinya tak bisa sembarangan. Secara tradisional, kopra
cokelat dikeringkan menggunakan proses pengasapan. Sedangkan kopra putih harus
melalui tahap pengeringan dengan sinar matahari.

Meski kini kopra cokelat dan putih telah berkembang teknik pengeringan kopra dengan
mesin modern. Merekalah Bau Lawang dan Tina, salah satu produsen kopra putih
masih mempertahankan cara tradisional menggunakan sinar matahari sebagai sumber
panas utamanya.
Pengolahan kopra yang paling utama ialah penguapan air dari daging buah kelapa.
Kadar air mula-mula ±50% diturunkan menjadi 5-7% dengan cara pengeringan.
Kecepatan penguapan air dipengaruhi oleh temperatur, luas bidang permukaan, dan
tekstur daging buah kelapa.

Bila cuaca sedang teriknya, proses pengeringan kopra menggunakan matahari dapat
diselesaikan dalam kurun waktu 2 hari. Untuk hasil yang maksimal, akan dikeringkan
kembali selama 3 hingga 5 hari sehingga kopra siap untuk dipasarkan.
Cara pengeringan dengan batuan matahari memang tak memerlukan biaya besar.
Selain itu, tanpa ada perawatan alat, hingga tidak memerlukan bahan bakar.

Namun berbeda nasib jika cuaca tak mendukung, mendung, bahkan hujan menjadi kendala
pengolahan kopra secara tradisional. Kondisi lembab dapat menjadikan daging kelapa terkena
jamur dan mikrobia lainnya.

Jika sudah terjadi demikian, para petani kopra harus membuat sumber panas
cadangan. Daging kopra akan melalui tahap pengasapan. Bahan bakar utamanya ialah
kayu tempurung kelapa dan sabut kelapa dari sisa pencongkelan daging buahnya.

Kelemahan teknik pengasapan ialah kemungkinan besar menghasilkan kopra cokelat


karena jelaga saat pengasapan. Tentu hara jualnya yang berbeda dari keunggulan
kopra putih. Per kilogramnya, kopra putih dijual Rp 15 ribu, sedangkan kopra cokelat
atau biasa dijual hanya Rp 9 ribu saja.

Umumnya, para petani kecil seperti Bau Lawang dan Tina, menyetorkan hasil produksi
kopra kepada pengepul. Di Kepulauan Selayar sendiri, kopra putih yang dihasilkan ialah
sedikitnya 24.189,54 ton. Jumlah itu selalu meningkat tiap tahunnya untuk memenuhi
kebutuhan kopra putih di mancanegara.
https://www.merdeka.com/sumut/mengintip-produksi-kopra-putih-selayar-komoditas-
ekspor-unggulan-sulawesi.html

Anda mungkin juga menyukai