Anda di halaman 1dari 164

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI

SMP INKLUSIF SE-KABUPATEN GUNUNGKIDUL


TAHUN AJARAN 2019/2020

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta


untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar SarjanaPendidikan

Oleh :
Hendri Septian Ari Kurnia
NIM 15601244038

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMUKEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI
SMP INKLUSIF SE-KABUPATEN GUNUNGKIDUL
TAHUN AJARAN 2019/2020

Oleh

Hendri Septian Ari Kurnia


NIM 15601244038

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif di SMP inklusif se-Kabupaten Gunungkidul tahun ajaran
2019/2020.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini
adalah guru PJOK di SMPN 4 Playen, SMPN 3 Patuk, SMP Persatuan Ponjong
dan SMP Ekakapti Karangmojo Gunungkidul. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara.
Hasil penelitian ini diperoleh untuk mengetahui strategi pembelajaran
pendidikan jasmani adaptif di smp inklusif se-kabupaten gunungkidul tahun
ajaran 2019/2020 meliputi teknik modifikasi pembelajaran, teknik modifikasi
lingkungan belajar dan teknik modifikasi aktivitas belajar. Strategi yang
digunakan guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di SMP Inklusif
se-Kabupaten Gunungkidul adalah problem solving, inquiry dan kooperatif.

Kata kunci: Mengembangkan, Strategi Pembelajaran, Pendidikan Jasmani


Adaptif

ii
LEARNING STRATEGY THROUGH ADAPTIVE PHYSICAL
EDUCATION AT INCLUSIVE SCHOOLS OF JUNIOR
HIGH SCHOOL AT GUNUNGKIDUL REGENCY
ACADEMIC YEAR 2019/2020

By

Hendri Septian Ari Kurnia


NIM 15601244038

ABSTRACT

This study aims to determine adaptive physical education learning


strategies in inclusive junior high schools in Gunungkidul Regency for the
2019/2020 academic year.
This research is a qualitative research. The approach used in this study is a
qualitative approach. The subjects in this study were PJOK teachers at SMPN 4
Playen, SMPN 3 Patuk, SMP Persatuan Ponjong and SMP Ekakapti Karangmojo
Gunungkidul. The instrument used in this study with data collection techniques
using interviews.
The results of this study were obtained to determine adaptive physical
education learning strategies in inclusive junior high schools throughout
Gunungkidul district for the 2019/2020 academic year including learning
modification techniques, learning environment modification techniques and
learning activity modification techniques. The strategies used by teachers in
adaptive physical education learning at Inclusive Junior High Schools throughout
Gunungkidul Regency are problem solving, inquiry and cooperative.

Keywords: Developing, Learning strategy, adaptive physical education

iii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hendri Septian Ari Kurnia

NIM : 15601244038

Program Studi : Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Judul TAS : STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN


JASMANI ADAPTIF DI SMP INKLUSIF SE-
KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN
2019/2020

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang

pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan

orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan

karya ilmiah yang lazim.

Yogyakarta, 3Agustus 2020

Yang menyatakan

Hendri Septian Ari Kurnia


NIM 15601244038

iv
MOTTO

1. Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah

(HR.Turmudzi).

2. Motivasi terbaik adalah diri kita sendiri

3. Jangan pernah menyerah sampai kamu tidak bisa berdiri lagi, berusahalah

selagi kamu mampu untuk mencapai sebuah keberhasilan karena tidak ada

usaha yang akan sia-sia. Penulis

vii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dalam setiap langkah aku berusaha mewujudkan harapan – harapan yang

kalian impikan didiriku, mesti belum sema itu kuraih inshaallah atas dukungan

dan doa restu semua mimpi itu akan terjawab di masa penuh kehangatan nanti.

Oleh karenanya secara khusus penulis persembahan untuk orang – orang yang

tersayang , diantaranya:

Kedua orangtua tercinta Bapak Suparja dan Ibu Tri Muryani yang telah

melahirkan , merawat , membimbing saya dengan penuh kesabaran dan

memenuhi segala keperluan dari kecil hingga dewasa, itu tidak lain hanya

untuk mencapai cita- cita yang indah. Terimakasih atas segala cinta dan kasih

sayang yang telah engkau berikan, serta doa – doa yang selalu mengiringi

langkahku.

viii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Strategi

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif di SMP Inklusif se-Kabupaten

Gunungkidul Tahun Ajaran 2019/2020 ”. Penyusunan skripsi ini pasti mengalami

kesulitan dan kendala. Dengan segala upaya, skripsi ini dapat terwujud dengan

baik berkat uluran tangan dari berbagai pihak, teristimewa pembimbing. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Yuyun Ari Wibowo M.Or selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dukungan dan motivasi selama penulisan

skripsi ini.

2. Bapak Dr. Jaka Sunardi, M.Kes,. AIFO selaku Ketua Jurusan, dan ketua

program studi Pendidikan Olahraga beserta staff yang telah memberikan

informasi, informasi dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal

sampai dengan selesainya TAS ini.

3. Bapak Prof.Dr.Sumaryanto M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan

persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

4. Dra. Mursina Kepala Sekolah SMP 4 Playen, Pratiwi Totogunanti,. S.Pd

Kepala Sekolah SMP ekakapti, Junnah Marwati, S.Pd Kepala Sekolah SMP

Persatuan Ponjong, dan Wiwik Sustiwi Riani,S.Pd, M.Pd Kepala Sekolah

ix
SMP 3 Patuk yang telah memberikan bantuan, memperlancar pengambilan

data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi.

5. Guru dan staff SMP Inklusi se Kabupaten Gunungkidul.

6. Seluruh peserta didik SMP Inklusi se Kabupaten Gunungkidul.

7. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuan dan perhatiannya selama

penyusunan Tugas Akhir Skripsi.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan

demi kelengkapan skripsi ini. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat

bermanfaat bagi yang membutuhkan khususnya dan bagi semua pihak pada

umumnya.

Yogyakarta, 21 Juli 2020


Penulis

Hendri Septian Ari Kurnia


NIM 15601244038

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ............................................................................. iv

MOTTO ........................................................................................................ v

PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi

ABSTRAK .................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 4
C. Batasan Masalah ............................................................................. 5
D. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Deskripsi Teori ............................................................................... 7
B. Kerangka Berfikir……... ................................................................. 37
C. Penelitian Relevan............................................................................ 38

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ........................................................................... 41
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................ 41
C. Polulasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 42
D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data .................... 43

xi
E. Teknik Analisis Data ............................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ............................................................................ 48
B. Hasil Analisis Data........................................................................ 49
C. Pembahasan ................................................................................... 67
D. Keterbatasan Peneliti…………………………………………………

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .................................................................................... 72
B. Saran 73

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 74

LAMPIRAN .................................................................................................. 76

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Penelitian Pengembangan Strategi Pembelajaran


Guru di Sekolah Inklusif .................................................................... 43

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) .................... 44

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Bimbingan TAS ............................................................... 77

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian.................................................................... 79

Lampiran 3. Surat Keterangan ....................................................................... 81

Lampiran 4. Instrumen Penelitian .................................................................. 85

Lampiran 5. Hasil Wawancara ....................................................................... 92

Lampiran 6. RPP ............................................................................................ 99

Lampiran 7. Dokumentasi .............................................................................. 105

xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Anak Berkebutuhan Khusus merupakan anak yang memiliki perhatian

khusus yang harus kita ajari dengan strategi pembelajaran yang khusus. Menurut

(Heward,2003: 12), Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak dengan

karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu

menunjukan pada ketidak mampuan mental, emosi atau fisik. Karakteristik yang

termasuk kedalam Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) antara lain: Tunanetra,

Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, Tunalaras, kesulitan belajar, gangguan

perilaku, anak berbakat dan anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi

anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Akibat

karakteristik dan hambatan yang dimiliki, ABK memerlukan bentuk pelayanan

pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pada bab IV terkait tentang

Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam memperoleh pendidikan,

menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) berhak memperoleh

kesempatan yang sama dengan anak lainnya yakni anak yang normal secara fisik

dan mental. Deklarasi Salamanca 1994 dan UU Sistem Pendidikan Nasional

mengisyaratkan bahwa anak berkelainan khusus harus mendapatkan Pendidikan

setara dengan anak lainya, Sumaryanti (2010: 2).

Beberapa waktu yang lalu, pemeritah hanya menyediakan sekolah khusus

bagi mereka yang berkebutuhan khusus, yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB).

Namun sekarang perhatian pemerintah lebih menempatkan mereka layaknya

1
orang umum dengan mengadakan pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif

dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan ABK

belajar bersama dengan anak sebayanya disekolah reguler. Dengan adanya

pendidikan inklusif sekolah dituntut melakukan berbagai perubahan, mulai cara

pandang, sikap, sampai pada proses pendidikan yang berorientasi pada

kebutuhan individual tanpa diskriminasi. Diketahui ada penolakan dengan

adanya keberadaan anak berkebutuhan khusus. Bentuk program penjasorkes

yang sesuai bagi sekolah yang terdapat peserta didik ABK, (anak yang

memerlukan layanan dan pendidikan yang spesifik), adalah penjasorkes yang

telah di adaptasikan dan di modifikasikan sesuai dengan kebutuhan khusus

masing-masing peserta didik atau disebut penjas adaptif (pendidikan jasmani

adaptif) Ima Kurrotun (2011: 2).

Konteks pendidikan inklusif, pelayanan pendidikan jasmani diberikan

kepada semua anak dengan karakteristik yang berbeda-beda termasuk ABK.

Disekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif terdapat peserta didik

yang mengalami beranekaragam hambatan, baik hambatan penglihatan,

pendengaran motorik, komunikasi, perhatian, emosi, perilaku, sosial, dan

sebagainya. Mereka berhak atas pendidikan jasmani yang dapat membantu

hambatan dan kebutuhan yang mereka miliki. Oleh karena itu, pembelajaran

pendidikan jasmani menjadi lebih kompleks bagi guru dalam mengembangkan

strategi pembelajaran agar semua kebutuhan anak akan gerak dapat terpenuhi

dan dapat meningkatkan potensi yang dimiliki secara optimal.

2
Kenyataannya tidak semua ABK mendapatkan layanan pendidikan

jasmani sesuai dengan kebutuhan atau hambatan yang dimilikinya, karena tidak

semua guru pendidikan jasmani memahami dan mengetahui layanan yang harus

diberikan kepada ABK. Bahkan hasil dari wawancara pendahuluan peneliti,

terhadap guru pendidikan jasmani di sekolah inklusif diketahui ada diantara guru

pendidikan jasmani yang tidak mengikutsertakan peserta didik ABK dalam

kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani. Seharusnya adanya penyelenggaraan

pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah melakukan penyesuaian baik dari

segi kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, maupun sistem pembelajaran

yang disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik. Menurut Ambadini

(2009: 3) Pendidikan jasmani memberi kesempatan siswa untuk aktif dan dalam

jangka panjang hal ini dapat menjadi strategi untuk mengurangi angka obesitas

di masa mendatang. Pernyataan Friskawati (2015: 2) Pendidikan jasmani tidak

hanya disajikan bagi siswa normal saja, tetapi juga disajikan bagi siswa

berkebutuhan khusus (ABK). Siswa luar biasa (cacat) dalam lingkungan

pendidikan dapat diartikan seorang yang memiliki ciri-ciri penyimpangan

mental, fisik, emosi, atau tingkah laku yang membutuhkan modifikasi dan

pelayanan khusus agar dapat berkembang secara maksimal semua potensi yang

dimilikinya. Pendidikan jasmani adaptif merupakan pembinaan pendidikan

jasmani bagi siswa yang memiliki kecacatan.

Namun disisi lain, guru pendidikan jasmani dari beberapa sekolah

menengah pertama (SMP) yang terdapat di kabupaten Gunungkidul, sudah

menciptakan kegiatan pembelajaran sesuai penyelenggaraan pendidikan inklusif.

3
Mengingat pentingnya peran dan tugas guru pendidikan jasmani dalam

menyelenggarakan sekolah inklusif, yang mencakup segala permasalahan ABK

di sekolah, maka dalam penyampaian materi dan praktiknya diperlukan sistem

mengembangkan kegiatan pembejaran yang efektif dan menarik.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan judul ” Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Adaptif di SMP Inklusif se-Kabupaten Gunungkidul Tahun Ajaran 2019/2020”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat di identifikasi

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Tidak semua ABK mendapatkan layanan pendidikan jasmani sesuai dengan

kebutuhan atau hambatan yang dimilikinya, karena tidak semua guru

pendidikan jasmani memahami dan mengetahui layanan yang harus diberikan

kepada ABK.

2. Kendala yang ada di sekolah inklusif adalah sarana prasarana.

3. Strategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah inklusif yang

masih sering kurang dengan kondisi nyata disekolahan.

4. Penolakan keberadaan ABK dan belajar bersama dengan ABK oleh peserta

didik.

5. Guru pendidikan jasmani disekolah inklusif diketahui ada diantara guru

pendidikan jasmani yang tidak mengikutsertakan peserta didik ABK dalam

kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani.

4
C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini,

yaitu mengembangkan strategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di

sekolah inklusif yang masih sering kurang dengan kondisi nyata disekolahan

mengingat pentingnya peran dan tugas guru penjas yang mencakup segala

permasalahan ABK di sekolah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Strategi

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif di SMP Inklusif se-Kabupaten

Gunungkidul Tahun Ajaran 2019/2020?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui “Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif di

SMP Inklusif se-Kabupaten Gunungkidul Tahun Ajaran 2019/2020”.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini harapannya dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dan dapat memberi masukan serta sumbangan pemikiran dalam

pengembangan strategi pembelajaran pendidikan jasmani dalam hal kompetensi

guru yang mengajar di sekolah inklusif.

5
2. Manfaat Praktis

Pada ranah praktis, harapannya hasil penelitian ini dapat memberi

manfaat bagi segenap pihak berikut :

a. Bagi Peneliti

Sebagai bahan informasi dan suatu pengalaman bagi peneliti sebagai

calon pendidik guna menambah dan memperluas pemahaman berpikir

terhadap pengembangan strategi pembelajaran pendidikan jasmani bagi

peserta didik ABK di sekolah inklusif.

b. Bagi Sekolah

Sebagai sumbangan pikiran, masukan dan koreksi diri agar sekolah

tersebut dapat lebih maju serta dapat mengembangkan sistem pendidikan

yang lebih bermutu yang salah satunya dengan meningkatkan kompetensi

para guru pendidikan jasmani.

c. Bagi Guru

Menjadi bahan referensi bagi guru pendidikan jasmani dalam

mengevaluasi proses belajar mengajar kedepan yang terkait dengan

pengembangan strategi pembelajaran pendidikan jasmani.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori

1. Strategi Pembelajaran

a. Pengertian

Strategi dalam dunia pendidikan digunakan sebagai suatu langkah atau

tindakan untuk memperoleh suatu keberhasilan atau mencapai suatu

keberhasilan sesuai tujuannya. Menurut Fatimah (2018: 3) Strategi adalah suatu

seni merancang operasi di dalam peperangan seperti cara-cara mengatur posisi

atau siasat dalam berperang, seperti dalam angkatan darat atau angkatan laut.

Secara umum, strategi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mencapai

suatu tujuan.

Beberapa Ahli mengemukakan mengenai penjelasan strategi yaitu :

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa Strategi adalah rencana


yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Kata
strategi adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani yakni Strategos.
Adapun Strategi dapat diterjemahkan sebagai “komandan militer” pada
zaman demokrasi Athena. Strategi juga merupakan pendekatan secara
keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan
eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.

Menurut Gerlach dan Ely dalam buku Hamdani (2013: 35), strategi adalah
cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan
pengajaran tertentu, yang meliputi sikap, lingkup, dan urutan kegiatan yang
dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik. Abdul Majid
mengatakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan secara
sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Mencakup tujuan
kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan,
dan sarana penunjang.

Selain itu, strategi juga mempunyai pengertian suatu garis-garis

besarhaluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran atau tujuan yang

sudah ditentukan. Apabila strategi dikaitkan dengan pembelajaran, maka bisa

7
diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan peserta didik dalam

mewujudkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Menurut Anitah (2012: 3) Strategi pembelajaran juga dapat diartikan

sebagai pola kegiatan pembelajaran yang dipilih dan digunakan guru secara

kontekstual, sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi sekolah, lingkungan

sekitar serta tujuan khusus pembelajaran yang dirumuskan.

Strategi guru dalam menyampaikan pelajaran sangat berperan penting

dan sangat diutamakan. Karena sesuatu yang telah direncanakan atau

dikonsepkan sebelumnya, oleh seorang guru atau pendidik khususnya mengenai

indikator atau pencapaian pembelajarannya, bisa dicapai dengan baik tanpa ada

satu halangan apapun. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

strategi merupakan suatu perencanaan yang dibuat oleh guru secara sengaja

untuk mengkonsepkan pembelajaran sebagaimana mestinya sehingga proses

pembelajaran tersebut menjadi nyaman, efektif dan efesien serta peserta didik

dapat mencapai indikator yang telah ditentukan.

Sedangkan terkait dengan pengertian pembelajaran, berikut pandangan

beberapa ahli, yakni:

a. Menurut Oemar Hamalik (2010: 18), pembelajaran adalah suatu


kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran.
b. Menurut Farida Jaya (2010: 23), pembelajaran adalah suatu proses atau
upaya untuk mengarahkan timbulnya perilaku belajar peserta didik, atau
upaya untuk membelajarkan seseorang.
c. Menurut Khadijah (2014: 14), proses pembelajaran merupakan
serangkaian aktivitas yang disepakati dan dilakukan guru dan murid
untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.

8
Beberapa pengertian terkait pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan kegiatan ataupun upaya yang dilakukan guru dan murid

yang didalamnya terjadi sebuah interaksi yang menggunakan suatu materi, cara,

media, dan lainnya untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran ataupun indikator

pencapaian yang harus dicapai oleh peserta didik. Strategi pembelajaran

merupakan suatu perencanaan yang didesain oleh guru sedemikian rupa untuk

dilakukan dalam proses pembelajaran, sehingga dengan adanya suatu rencana

yang terkonsep pembelajaran akan berhasil dan efektif hingga apa tujuan yang

ingin dicapai dapat diraih oleh peserta didik.

b. Jenis strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran sendiri terbagi ke dalam beberapa macam dan jenis.

Menurut Sanjaya (2007: 177 – 286), ada beberapa macam strategi pembelajaran

yang harus dilakukan oleh seorang guru, berikut ini jenis jenis strategi

pembelajaran :

1. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru

kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik dapat

menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran ekspositori

merupakan salah satu dari macam-macam pendekatan pembelajaran yang

berorientasi kepada guru. Hal ini dikarenakan guru memegang peranan yang

sangat penting atau dominan dalam strategi ini. Dalam sistem ini guru menyajikan

dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik dan lengkap

9
sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan

teratur.

2. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)

Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis

untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya dari suatu masalah yang

ditanyakan. Proses berpikir ini biasa dilakukan melalui tanya jawab antara guru

dan peserta didik. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari

pendekatan yang berorientasi pada peserta didik. SPI merupakan strategi yang

menekankan kepada pembangunan intelektual anak. Perkembangan mental

(intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation,

physical experience, social experience dan equilibration

3. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)

Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas

pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang

dihadapi secara ilmiah. Dilihat dari aspek psikologi belajar SPBM bersandarkan

kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses

perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Pada dasarnya, belajar bukan

hanya merupakan proses menghafal sejumlah ilmu dan fakta, tetapi suatu proses

interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui proses ini

sedikit demi sedikit peserta didik akan berkembang secara utuh. Dilihat dari aspek

filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan

10
anak didik agar dapat hidup di mayarakat, maka SPBM merupakan strategi yang

memungkinkan dan sangat penting untuk dikembangkan.

Hal ini disebabkan pada kenyataan setiap manusia agar selalu dihadapkan

kepada masalah, baik masalah yang sederhana sampai masalah yang kompleks.

Proses pembelajaran SPBM ini diharapkan dapat memberikan latihan dan

kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang

dihadapinya. Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka SPBM

merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk

memperbaiki sistem pembelajaran

4. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)

Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan

strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir peserta

didik. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada

peserta didik, akan tetapi peserta didik dibimbing untuk proses menemukan

sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus

dengan memanfaatkan pengalaman peserta didik.

Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah

model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir

peserta didik melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan

untuk memecahkan masalah yang diajarkan

5. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang

dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai

11
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Strategi pembelajaran kooperatif

merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim

kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang

kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).

Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan

memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi

yang dipersyaratkan.

6. Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Strategi pembelajaran kontekstual/Contextual teaching and learning

(CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

pembelajaran dengan situasi dunia nyata peserta didik, dan mendorong peserta

didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Strategi Pembelajaran Afektif (SPA)

Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi

pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value)

yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari

dalam diri peserta didik. Dalam batas tertentu, afeksi dapat muncul dalam

kejadian behavioral.

2. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif

Sekolah inklusi salah satu sekolah yang memberikan layanan pendidikan

bagi anak bekebutuhan khusus. Proses dalam kegiatan pembelajaran sama

seperti sekolah di umumnya. Menurut Beltasar Tarigan (2008: 63), terdapat

12
faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan jenis dan materi pembelajaran

Penjas bagi peserta didik, yaitu: mempelajari rekomendasi dan diagnosis dokter

yang menanganinya, temukan faktor dan kelemahan – kelemahan peserta didik

berdasarkan hasil tes pendidikan jasmani serta olahraga apa yang disenangi

peserta didik. Ketiga pertimbangan tersebut perlu di perhatikan agar proses

pembelajaran tidak hanya sebagai kewajiban penyampaian materi saja, tetapi

juga harus memperhatikan keadaan dan kebutuhan peserta didik yang

berkebuthan khusus.

Teknik atau strategi harus dikembangkan setiap guru melaksanakan

tugasnya dengan adanya strategi yang baik sesuai dengan tujuan pembelajaran

akan berdampak baik untuk guru dan peserta didiknya. Seorang guru akan

memperoleh hasil pencapaian peserta didik sesuai dengan kemampuan dan

kesesuaian kompetensi peajaran penjas dan peserta didik akan memperoleh hasil

dari pembelajaran yang diberikan guru dengan nyaman, senang, dan bangga.

Teknik dalam mengembangkan strategi pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif menurut Beltasar Trigan (2002 : 45), adalah sebagai berikut :

a. Teknik memodifikasi pembelajaran

Terdapat faktor yang perlu dipertimbangkan oleh guru penjas dalam

melakasakan pembeajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.

Modifikasi berupa penggunaan bahasa, membuat konsep yang sesuai

keadaan, membuat urutan tugas, ketersediaan waktu belajar, dan pendekatan

multisensori, untuk lebih jelasnya sebagai berikut :

13
1. Penggunaan Bahasa

Bahasa merupakan sarana penyampaian informasi melakui komuikasi

dengan lingkungan sosial. Pada semua mata pelajaran, bahsa menjadi alat

yang penting dalam penyampaian materi. Proses pembelajaran penjas harus

disesuaikan dengan kondisi anak seperti anak tunagrahita yang mengalami

gangguan pada kemampuan bahasa yang lemah, pada bagian ini anak

kesulitan untuk mengerti dan memahami informasi atau perintah yang

disampaikan oleh orang lain.

2. Membuat konsep yang konkret

Konsep berkaitan dengan Bahasa yang digunakan. Anak tunagrahita

mengalami kesulitan berfikir, konsep yang dibutuhkan dalam hal ini

misalnya, mengajarkan suatu gerakan yang dapat dilihat langsung dan

dipahami oleh peserta didik. Tidak hanya dalam bentuk ungkapan verbal,

selain penggunaan konsep yang konkret penggunaan kata atau istilah harus

konsisten.

3. Membuat urutan tugas

Anak berkebutuhan khusus mengalami kesulitan untuk memproses perintah

atau langkah suatu tugas yang diinstruksikan dalam satu kali. Langkah –

langkah dalam melakukan salah satu tugas harus diberikan secara tunggal.

Pada ABK dikenal dengan istilah Analysis atau analisis tugas. Pada

penyandang disabilitas tunagrahita memodifikasi dapat dilakukan guru

dengan menginstrukikan dan mengarahkan peserta didik pada tugas yang

sederhana.

14
4. Ketersediaan waktu belajar

Waktu berkaitan dengan lamanya proses pembelajaran. Penyampaia materi,

pemahaman materi, kemampuan melakukan tugas, melakukan aktivitas

gerak dan evaluasi seperti penyandang tunagrahita membutuhkan waktu

yang lebih dibangdingkan dengan anak pada umumnya. Dibutuhkan waktu

yang banyak untuk tujuan pembelajaran dapat terpenuhi. Modifikasi terkait

adalah penambahan alokasi waktu untuk setiap pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif.

5. Pendekatan multi sensori

Penggunaan seluruh indera seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan,

penciuman, kinestetik dan taktik secara bersamaan untuk menerima

informasi dari luar dan memberika keampuan belajaran yang maksimal.

Beltasar Tarigan (2008: 98) memaparkan salah satu contoh yang

merangsang lebih dari satu sensori yaitu :

(1) Uraian mengenai penampilan yang diharapkan kemudian demonstrasikan

secara verbal

(2) peserta didik diminta menguraikan kembali secara verbal tentang tugas

yang diberikan sambil melakukan gerakan yang diinginkan.

(3) Berikan koreksi dan tunjukan penampilan yang kurang tepat serta

rasakan hasil perbaikan – perbaikan tersebut dalam penampilan

berikutnya.

(4) Memberikan pelajaran, guru memberikan gerakan – gerakan tertentu,

mendemonstrasikan gerakan tersebut secara menyeluruh.

15
Anak penyandang disabilitas memerlukan pendekatan khusus, memandu

mereka dengan baik, maka perlu pendekatan yang terpaadu dalam memberikan

ransangan yang terintegrasi pada seluruh sensor yang dimilikinya.

b.Teknik memodifikasi lingkungan belajar

Lingkungan belajar sangat penting untuk dimodifikasi dalam pembelajaran

anak tunagrahita, agar tujuan pembelajaran tetap tercapai tanpa hambatan.

Beltasar Tarigan (2008: 103) mengemukakan bahwa teknik memodifikasi

lingkungan belajar meliputi :

1. Memodifikasi peralatan dan fasilitas

Peralatan atau fasilitas sangat penting untuk menunjang

berlangsungnya pembelajran. Misalnya anak berkebutuhan khusus yang

tidak dapat menerima informasi dengan baik membutuhkan peralatan

yangberbeda dengan peserta didik yang lain. Seperti diperlukannya

pengecetan, pengapuran atau memperjelas garis – garis pinggir lapangan,

memeperlebar lintasan agar dilewati anak berkebutuhan khusus yang

menggunakan kursi roda. Mengeat atau memperjelas jalan untuk anak

tunanetra. Membuat sasaran bola basket yang dapat dipindah – pindahkan

serta menggunkan peralatan permainan yang telah ada dalam berbagai

fungsi.

2. Memanfaatkan ruang secara maksimal

Ruang yang dimaksudkan adalah lapangan olahraga pada umumnya

dengan anak berkebutuhn khusus tentu saja berbeda. Seperti penyandang

16
tunagrahita lapangan dibuat lebih kecil dari ukuran sebenarnya atau dengan

fasilitas yang mendukung seperti pembatas lapangan yang lebih jelas.

3. Menghindari gangguan dan pemusatan konsentrasi

Anak tunagrahita sangat mudah terpengaruh dengan keadaan

lingkungannya. Beltasar Tarigan (2008: 105) mengemukakan bahwa

konsentrasi dan perhatian peserta didik dapat dialihkan dengan berbagai

cara antara lain: pemberian instruksi yang lancar, pengelolaan kelas yang

baik dari disesuaikan manajemen perilaku anak

c. Teknik memodifikasi aktivitas belajar

Aktivitas belajar anak berkebutuhan khusus tidap lepas dari modifikasi.

Tujuan agar tercipta suasana belajar yang kondusif dan membangkitkan

semangat dan partisipasi aktif dari peserta didik dalam proses belajar

mengajar. Menurut Beltasar Tarigan (2008: 106), teknik modifikasi aktivitas

belajar terdiri dari pengaturan posisi dan waktu berpartisipasi serta

memodifikasi peralatan dan pengaturan dalam pembelajaran. Pengaturan

posisis dan waktu berpartisipasi bermaksud untuk memberikan kesempatan

kepada peserta didik secara adil untuk berpartisipasi seara aktif dalam

pembelajaran. Selain itu juga dilakukan pembatasan terhadap waktu

partisipasi dalam alokasi waktu yang terbatas. Supaya waktu yag singkat

dapat merata, guru penjas dapat dibantu oleh guru pendamping.

Memodifikasi peralatan dan pengaturan yang diterapkan harus mudah

dan dapat diterapkan. Misalnya, menggunakan peralatan yang berwarna cerah

untuk anak yang terganggu kesehatannya, menurunkan ketinggian,

17
menggunakan alat yang lebih pendek atau panjang sesuat kebutuhan anak,

menggunakan benda yang diberi pegas atau benda yang tidak bergerak atau

berpindah untuk latihan menendang memukul dan melempar. Menggunakan

isyarat bagi peserta didik berkebutuhan khusus misalnya bunyi – bunyian,

memanfaatkan dan menggunakan peralatan yang sifatnya membantu

kelancaran kegiatan pembelajaran penjas.

Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang guru yang

akan melakukan kegiatan pembelajaran penjas harus memperhatikan teknik

pengembangan untuk memodifikasi pembelajaran dalam meliputi penggunaan

Bahasa, konsep yang konkret, urutan penugasan, ketersediaan waktu belajar,

pendekatan multi sensori. Semua itu digunakan sesuai dengan kebutuhan peserta

didik agar dalam pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Teknik

memodifikasi lingkungan belajar juga penting dilakukan dalam pembelajaran

mislanya anak berkebutuhan khusus tungrahita tipe anak yang memerlukan

perhatian khusus dari guru. Guru dapat memodifikasi peralatan saat

pembelajaran, memanfaatkan waktu secara maksimal, menghindari gangguan

dan pemusatan konsentrasi. Selanjutnya guru dapat memodifikasi aktivitas

belajar, guru mengatur waktu partisipasi peserta didik saat di lapangan,

memodifikasi peralatan dan pengaturan saat pembelajaran berlangsung. Semua

itu dilakukan agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran penjas dengan

baik, nyaman, dan berjalan lancar.

18
3. Pendidikan Jasmani Adaptif

Dalam meningkatkan kebugaran jasmani peserta didik, mengembangkan

ketrampilan motorik, sikap sportif, dan kecerdasan emosi dilakukan melalui

proses pendidikan jasmani. Dalam konteks pendidikan inklusif, pendidikan

Jasmani untuk peserta didik berkebutuhan khusus disebut pendidikan jasmani

adaptif. Menurut Utomo (2018: 2) Pendidikan jasmani adaptif pada dasarnya

merupakan olahraga yang diperuntukkan bagi orang pada umumnya kemudian

disesuaikan dengan kondisi ABK karena mereka akan mengalami hambatan

beraktifitas olahraga jika olahraga tersebut tidak disesuaikan.

Menurut Winnick dalam Sri Widati dan Murtadlo (2007: 3), Pendidikan

jasmani adaptif adalah :

“Suatu program yang dibuat secara individual berupa kegiatan


perkembangan, latihan, permainan, ritme, dan olahraga yang dirancang
memenuhi kebutuhan pendidikan jasmani untuk individu-individu yang
unik”.
Pendapat di atas diperkuat oleh Syarifuddin dkk dalam Sri Widati dan

Murtadlo (2007: 4), menyatakan bahwa:

“Pendidikan jasmani adaptif adalah suatu proses mendidik melalui


aktivitas gerak untuk laju pertumbuhan dan perkembangan baik fisik
maupun psikis dalam rangka pengoptimalan seluruh potensi kemampuan,
ketrampilan jasmani yang disesuaikan dengan kemampuan dan
keterbatasan anak, kecerdasan, kesegaran jasmani, sosial, kultural,
emosional, dan rasa keindahan demi tercapainya tujuan pendidikan yaitu
terbentuknya manusia seutuhnya”.

Menurut Friskawati (2015: 2) Pendidikan jasmani adaptif adalah sebuah

program yang bersifat individual yang meliputi fisik/jasmani, kebugaran gerak,

pola dan keterampilan gerak dasar, keterampilan-keterampilan dalam aktivitas

19
air, menari, permainan olahraga baik individu maupun beregu yang didesain

bagi penyandang cacat.

a. Pendidikan Jasmani

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi semua orang. Semua orang

berhak mendapatkan pendidikan di manapun. Proses belajar mengajar

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa secara bersama- sama

untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Arifin, 2018:1). Pendidikan yang

diberikan oleh guru jasmani harus mempunyai nilai yang baik untuk anak didik

di sekolahan. Guru sebagai fasilitator yang membantu peserta didik untuk belajar

dan berkarya. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem

Pendidikan secara keseluruhan, oleh karena itu pelaksanaan Pendidikan jasmani

harus diarahkan pada pencapaian tujuan Pendidikan tersebut, (Sukoco, dkk,

2010: 2). Menurut Suryobroto, (2015:1) Tujuan pendidikan antara lain adalah

untuk mewujudkan manusia Indonesia yang cerdas terampil, bertakwa, sehat

jasmani dan rokhani, berbudi pekerti luhur (untuk membentuk manusia

Indonesia seutuhnya). Perwujudan masyarakat berkualitas tersebut menjadi

tanggung jawab pendidikan, termasuk pendidikan jasmani, terutama dalam

mempersiapkan peserta didik yang memiliki keunggulan dirinya yang tangguh,

kreatif, mandiri dan professional.

“Pendidikan jasmani menurut UU no.4 Th. 1950 “Penjas yang menuju ke


keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan
merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang sehat dan kuat lahir dan batin diberikan kepada seluruh jenjang
sekolah”.

20
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendididikan seseorang sebagai

individu/anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui

kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan

kemampuan dan keterampilan jasmani, petumbuhan, kecerdasan, dan

pembentukan watak. Penjas adalah bagian yang integral dari seluruh proses

pendidikan yang bertujuan mengembangkan fisik, mental, emosi, dan sosial

melalui aktivitas jasmani yang telah dipilih untuk mencapai hasilnya. Sehingga

pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai media atau wadah dalam proses

pendidikan seseorang yang dilakukan secara sadar untuk mengaktualisasikan

potensi-potensi manusia berupa sikap, tindak dan karya yang diberi bentuk, isi,

dan arah dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan

jasmani, petumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak. Untuk itu anak

manusia memerlukan bantuan, atau pertolongan dari orang yang lebih dewasa.

b. Adaptif

Kata adapatif Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Adaptif

memiliki mudah menyesuaikan (diri) dengan keadaan, dalam kelas adjektiva

atau kata sifat sehingga adaptif dapat mengubah kata benda atau kata ganti,

biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik.

Dapat diambil kesimpulan bahwa adaptif merupakan kata sifat yang

berarti menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada misalnya menyesuaikan diri

di sekolah dalam pembelajaran peserta didik dengan gruru atau peserta didik

dengan peserta didik.

21
4. Pendidikan Inklusif

a. Pengertian Pendidikan Inklusif

Perhatian pemerintah kepada anak berkebutuhan khusus (ABK) sekarang

lebih menempatkan mereka layaknya orang umum dengan mengadakan

pendidikan inklusif. Hal ini sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik

yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat

istimewa. O’Neil (dalam Takdir Ilahi, 2013: 27), menyatakan bahwa :

Pendidikan inklusif sebagai sistem layanan pendidikan mempersyaratkan


agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas
reguler bersama-sama teman seusianya.

Direktorat PSLB (2004), dalam buku Takdir Ilahi (2013: 26),

mengemukakan bahwa:

Pendidikan inklusif secara resmi didefinisikan sebagai sistem layanan


pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar
bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan
tempat tinggalnya. Penyelengaraan pendidikan inklusif menuntut pihak
sekolah melakukan penyesuaian, baik dari segi kurikulum, sarana dan
prasarana pendidikan, maupun sistem pembelajaran yang disesuiakan
dengan kebutuhan individu peserta didik.

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusif adalah

pendidikan yang melayani peserta didik yang berkebutuhan khusus (ABK)

maupun reguler dalam belajar di sekolah bersama anak sebayanya. Instrumen

sekolah harus menyediakan kurikulum, sarana dan prasarana sesuai kebutuhan

peserta didik khususnya untuk ABK. Pendidikan inklusif harus sesuai dengan

prinsip dasar sekolah inklusif. Prinsip dasar dari sekolah inklusif adalah semua

peserta didik belajar bersama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan

22
yang mungkin ada pada diri mereka. Sekolah inklusif harus mengenal dan

merespons terhadap kebutuhan yang berbeda-beda dari para peserta didiknya.

Seperti mengakomodasi berbagai macam gaya dan kecepatan belajarnya, serta

menjamin diberikannya pendidikan yang berkualitas kepada semua peserta

didik. Pendidikan yang berkualitas yaitu melalui penyusunan kurikulum yang

tepat, pengorganisasian yang baik, pemilihan strategi pengajaran yang tepat,

pemanfaatan sumber dengan sebaik-baiknya, dan penggalangan kemitraan

dengan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu perlu kerjasama yang baik antara

sekolah, orangtua peserta didik dan warga sekitar untuk mendukung pendidikan

inklusif.

Keuntungan pendidikan iklusif bagi anak kebutuhan khusus (ABK)

menurut Subini (2014: 41), antara lain:

a. Anak-anak inklusi terbebas dari sistem pendidikan yang terpisah sehingga


meminimalkan efek labeling dan sosialisasi yang terbatas.
b. Anak-anak dengan kebutuhan khusus memperoleh contoh ketrampilan adaptif
dan pengalaman yang lebih realistis dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Anak-anak normal belajar untuk lebih menghargai dan memandang positif
anak-anak dengan kebutuhan khusus. Seperti kita lihat pada umumnya, orang
memandang sebelah mata anak inklusi.
d. Keluarga dengan anak berkebutuhan khusus tidak akan merasa terkucil dari
anggota masyarakat lainnya.
e. Keluarga yang tidak memiliki anak dengan berkebutuhan khusus belajar
untuk membina hubungan dan menghargai keluarga dengan anak yang
berkebutuhan khusus (hal: 51-52).

Pendidikan inklusif dipandang perlu dilaksanakan karena hambatan

utama ABK untuk maju dan mencapai sukses, terutama dalam pendidikannya

bukan kecacatannya, melainkan sikap penerimaan masyarakat kepada mereka.

Pendidikan inklusif tidak boleh terfokus pada kekurangan dan keterbatasan

mereka, tetapi harus mengacu pada kelebihan dan potensinya agar lebih

23
berkembang. Mereka bisa lebih sukses dari orang normal jika masyarakat

memberi kesempatan pada mereka untuk menunjukkan potensinya dengan cara

menerima keberadaan mereka apa adanya. Selain itu, pendidikan inklusif

dimaksudkan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki ABK untuk dapat

berinteraksi dengan anak normal.

b. Tujuan Pendidikan Inklusif

Pendidikan inklusif ditujukan pada semua kelompok yang termarginalisasi,

tetapi kebijakan dan praktik inklusi anak penyandang catat telah menjadi

katalisator utama untuk mengembangkan pendidikan inklusif yang efektif,

fleksibel, dan tanggap terhadap keanekaragaman gaya dan kecepatan belajar.

Kepedulian terhadap kelompok minoritas yang termarginalkan adalah tanggung

jawab kita semua, bukan hanya dilimpahkan kepada pemerintah atau instansi

terkait. Akan tetapi, pendidikan inklusif bukan bermaksud untuk

mencampuradukkan anak berkebutuhan khusus dengan anak normal lainnya,

melainkan hanya berupaya memberikan kesempatan kepada mereka yang

mengalami keterbatasan agar bisa mengenyam pendidikan secara layak dan

memberikan jaminan masa depan yang lebih cerah.

Dalam buku Takdir Illahi (2013: 39), beberapa hal yang perlu dicermati

lebih lanjut tentang tujuan pendidikan inklusif, yaitu:

“Memberikan kesempatan yang seluas – luasnya kepada ABK untuk


memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya, mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang
menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta
didik”.

24
Konsep pendidikan inklusif yang tepat untuk individu berkebutuhan

khusus memang terus-menerus berkembang. Sebagaimana menurut Sue Stubbs

dalam Didi Tarsidi (2002), definisi pendidikan inklusif adalah sebagai berikut:

“Pendidikan inklusif harus terus berkembang jika ia ingin tetap menjadi


jawaban yang rill dan berharga untuk mengatasi tantangan pendidikan dan
hak asasi manusia. Inilah tantangan bagi kita untuk mengembalikan dan
mengedepankan makna pendidikan sebagai proses mendewasakan manusia,
baik dalam sistem ataupun tujuannya. Hak ini karena tujuan pendidikan
pada hakikatnya adalah untuk memanusiakan manusia sebagai bentuk
perlawanan terhadap sikap diskriminatif terhadap lembaga sekolah yang
menolak menampung anak berkebutuhan khusus”.

c. Permasalahan Pendidikan Inklusif

Kenyataannya pendidikan inklusif masih banyak hambatan sehingga

dalam layanannya sering kali anak berkebutuhan khusus (ABK) belum berhasil

dalam perkembangannya. Keberhasilan sebuah konsep pendidikan sangat

tergantung pada komitmen dalam memberikan kontribusi positif bagi

peningkatan pelayanan anak berkebutuhan khusus. Masalah-masalah yang

berkaitan dengan pendidikan inklusif merupakan isu yang sangat sensitif bagi

anak yang dianggap berkelainan, karena bagaimanapun isu tersebut akan

berdampak pada kepercayaan mereka ketika memasuki pendidikan formal dan

berkumpul dengan anak normal pada umumnya.

Pendidikan inklusif masih banyak hambatan dalam layanan pembelajaran

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sunardi (2009) terhadap dua

belas sekolah penyelengara inklusif di beberapa kabupaten di Jawa Barat yang

berjuang untuk menampung anak berkebutuhan khusus. Terdapat lima kelompok

isu dan permasalahan pendidikan inklusif di tingkat sekolah yang perlu

dicermati dan diantisipasi agar tidak menghambat. Implementasinya tidak bisa

25
atau bahkan menggagalkan pendidikan inklusif itu sendiri, yaitu pemahaman

dan implementasinya, kebijakan sekolah, proses pembelajaran, kondisi guru, dan

support system. Salah satu bagian penting dari support system adalah tentang

penyiapan anak. Selanjutnya, berdasarkan isu-isu tersebut Takdir Ilahi (2013:

62-67), menjelaskan permasalahan yang dihadapi sebagai berikut:

1) Pemahaman dan Implementasi

Pemahaman orang tentang anak berkebutuhan khusus harus diluruskan

karena mereka tidak bisa dianggap sebagai anak yang selalu termarginalkan

dari lingkungan mereka tinggal. Anak berkebutuhan khusus (ABK) juga

memiliki hak yang sama dengan anak normal lainnya untuk mendapatkan

pendidikan. Pendidikan inklusif harus dipahami sebagai pendekatan yang

paling efektif, untuk menopang layanan pendidikan mereka ketika memasuki

pendidikan formal. Pendidikan inklusif bagi anak berkelainan/penyandang

cacat belum dipahami sebagai upaya peningkatan kualitas layanan pendidikan.

Pendidikan inklusif dewasa ini masih dipahami sebagai upaya

memasukkandisabled children kesekolah reguler dalam rangka give education

right dan kemudahan access education, and againt discrimination. Sementara

dalam implementasinya, guru cenderung belum mampu bersikap proactive dan

ramah terhadap semua anak, menimbulkan komplain orang tua, dan

menjadikan anak cacat sebagai bahan olok-olokan.

2) Kebijakan Sekolah

Keberhasilan pendidikan inklusif tidak hanya didukung oleh perhatian

pemerintah melalui bantuan dana pendidikan dan fasilitas yang dibutuhkan

26
anak berkebutuhan khusus, tetapi juga menyangkut kebijakan sekolah.

Kebijakan sekolah membantu pemerintah dalam mengawasi guru-guru untuk

tetap berkomitmen dalam mendidik anak berkebutuhan khusus (ABK). Namun,

masih terdapat kebijakan yang kurang tapat, yaitu guru kelas tidak memiliki

tanggung jawab pada kemajuan belajar anak berkebutuhan khusus, serta

keharusan orang tua anak berkebutuhan khusus dalam penyediaan guru khusus.

3) Proses Pembelajaran

Masalah dari pendidikan inklusif dalam proses pembelajaran oleh anak

berkebutuhan khusus (ABK) yaitu sulitnya peserta didik dalam menerima

materi pelajaran. Sulitnya peserta didik menerima materi dalam proses

pembelajaran disebabkan kurangnya fasilitas dan media pembelajaran

Permasalahan sistem pengajaran juga belum memberikan jaminan akan

keberhasilan anak berkebutuhan khusus dalam menangkap materi.

4) Kondisi guru

Kondisi guru perlu di perhatikan selain kemampuan dalam mengajar

materi, yaitu komitmen untuk membina anak berkebutuhan khusus (ABK).

Komitmen seorang guru perlu diperhatikan karena bisa saja semangat guru

akan menurun dalam menangani anak berkebutuhan khusus. Kondisi guru

yang tidak bergairah dalam mengajar anak berkebuthan khusus (ABK) dapat

mempersulit pelaksanaan pendidikan inklusif di lembaga-lembaga sekolah

yang memang berpredikat sebagai sekolah inklusif.

27
5) Support System

Sistem pendukung dalam pelaksanaan pendidikan inklusif harus diakui

masih belum memadai. Sistem pendukung tersebut bisa dari orang tua yang

belum memiliki perhatian penuh kepada anak mereka yang menginginkan

sekolah di lembaga formal. Peran pemerintah dinilai asih kurang memberikan

perhatian dan kurang proaktif terhadap permasalahan nyata dilapangan.

Penting bagi pemerintah untuk segera menindak lanjutinya dengan strategi

yang bisa dilakukan untuk menyikapi permasalahan dalam pendidikan inklusif.

Diantaranya adalah peninjauan kembali kebijakan di tingkat sekolah,

perumusan model-model inklusi, penggiatan program pendampingan,

pemberdayaan LPTK PLB sebagai pusat sumber dan dalam pendampingan,

mengganti pola penataran pelatihan guru dari model ceramah kepada model

lesson study, pembuatan buku-buku pedoman, serta menggalakkan program

sosialisasi dan desiminasi.

6) Aspek yang perlu disiapkan

Kemampuan peserta didik inklusi dengan peserta didik reguler tentulah

berbeda untuk itu perencanaa yang matang perlu disiapkan oleh pihak sekolah.

Garinida(2015: 8) menegaskan bahwa perencanaan pembelajaran disesuaikan,

sebagai berikut :

“Kebutuhan peserta didik dan mengacu pada kurikulum yang berlaku


dan pedoman pembelajaran ABK. Selain mengacu pada hal tersebut
guru pendidikan jasmani di sekolah inklusif juga mengacu pada hasil
assessment yang dilakukan diawal peserta didik masuk sekolah.
Assessment merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
tingkat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik”.

28
Sedangkan Kustawan (2013: 100) menambahkan bahwa perencanaan

pembelajaran disesuaika sebagai berikut :

“Penyesuaian dan modifikasi tersebut meliputi penyesuaian dan


modifikasi cara, media, materi, dan penilaian. Modifikasi dilakukan
pada bagian proses pembelajaran meliputi proses perencanaan,
pelaksanaan dan penilaianAnak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki
karakteristik kebutuhan khususnya masing-masing”.

Secara umum aspek yang harus disiapkan oleh anak ABK dalam

mengikuti pendidikan inklusif menurut Nini Subini (2014: 53) adalah sebagai

berikut :

a. Komunikasi dan bahasa yang meliputi :

1) Kemampuan untuk menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, kebutuhan dan

kehendaknya pada orang lain

2) Kemampuan untuk memahami orang lain

3) Kemampuan untuk dimengerti oleh orang lain

b.Bantu diri, kemampuan untuk lebih mandiri dalam kegiatan sehari- hari seperti

membersihkan diri, makan, dan minum sendiri

c. Mobilitas dan aksesbilitas, kemampuan untuk bergerak dimana kemampuan

ini sangat tergantung pada kemampuan spesial (kemampuan untuk menjelajah

lingkungan)

d. Ketrampilan sosial, kemampuan untuk menjalin hubungan dengan lingkungan

sosialnya seperti orang tua, keluarga, guru, dan masyarakat

Hal yang tak kalah pentingnya dalam pendidikan inklusif adalah

konsekuensinya dari pendidikan inklusif antara lain :

29
a. Sangat diperlukan penerimaan dari seluruh pihak (sekolah, guru, anak-anak

dan orangtua) terhadap anak-anak berkebutuhan khusus

b. Sangat diperlukan kesiapan sumber daya manusia (sikap dan ketrampilan)

c. Sangat diperlukan kesiapan peralatan penunjang

d. Sangat diperlukan keterlibatan dan peran serta orang tua anak-anak dengan

kebutuhan khusus untuk bekerja sama dengan sekolah.

D. Karakteristik Pendidikan Inklusif

Karakteristik pendidikan inklusif adalah terbuka antara peserta didik

normal dengan peserta didik berkebutuhan khusus. Karakteristik sekolah inklusif

sangat berbeda dengan sekolah biasa. Adanya pembauran anatara peserta didik

normal dan berkebutuhan khusus terdapat karakteristik yang timbul. Karakter

utama pendidikan inklusif adalah keterbukaan dan memberikan kesempatan anak

yang membutuhkan layanan pendidikan anti karakteristik.

Menurut Direktorat PLB, 2004 dalam Mohammad Takdir Ilahi (2013: 44)

karakteristik sekolah inklusif yaitu:

1) Proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan cara-cara


merespon keragaman individu.
2) Memperdulikan cara-cara untuk meruntuhkan hambatan-hambatan
anak dalam belajar.
3) Anak kecil yang hadir (di sekolah), berpartisipasi dan mendapatkan hasil
belajar yang bermakna dalam hidupnya.
4) Diperuntukan utamanya bagi anak-anak yang tergolong marginal,
eksklusif dan membutuhkan layanan pendidikan khusus.

Peneliti berpendapat bahwa keterbukaan dan kesamaan adalah

karakteristik utama pendidikan inklusif. Dalam sekolah inklusi peserta didik tidak

boleh dibeda-bedakan dalam proses belajar mengajar karena hal ini bisa

30
berdampak buruk bagi peserta didik. Selama memungkinkan dan bisa, semua

anak seharusnya atau seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang

kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka.

d. Sekolah inklusif ”sekolah menengah pertama”

Sekolah inklusif berbeda dengan sekolah segregasi (SLB). Disini semua

peserta didik berbaur menjadi satu, untuk bersama- sama menuntut ilmu dan

bersosialisasi. Jika di sekolah luar biasa hanya dijumpai peserta didik yang

memiliki kelainan fisik maupun mental, di sekolah inklusif dapat dijumpai

bagaimana anak berkebutuhan khusus berada satu atap untuk belajar dengan

anak- anak yang normal, atau non-inklusif. Dari segi pengelolaan, memang

sekolah inklusif membutuhkan pengelolaan yang ekstra baik dan menuntut

kesabaran dari pengelolanya. Karena selain mendidik anak non- inklusi, sekolah

tersebut juga harus mendidik anak-anak inklusi dengan sama baiknya. Namun,

jika dilihat dari sudut pandang peserta didik, sekolah inklusif lebih

menguntungkan dibandingkan dengan sekolah segregatif.

Adanya sekolah inklusif, peserta didik berkebutuhan khusus

mendapatkan kesempatan lebih besar untuk bersosialisasi secara lebih luas, yaitu

dengan teman- temannya yang non-inklusi. Hal ini dapat membantu peserta

didik berkebutuhan khusus supaya lebih pandai dalam bergaul dengan

lingkungan sekitarnya. Karena pada dasarnya, setiap individu manusia-lah yang

harus menyesuaikan diri dengan lingkungan, bukan lingkungan yang harus

menyesuaikan diri dengan masing – masing individu.

1) Perencanaan Sistem Pendidikan Inklusif

31
Mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh mutu proses belajar mengajar,

sementara itu mutu proses belajar mengajar sangatlah ditentukan oleh berbagai

faktor (komponen) yang saling terkait satu sama lain misalnya kurikulum

(Bahan Ajar).

Kurikulum memiliki kedudukan yang sangat strategis, karena kurikulum

disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Melalui kurikulum, Sumber

Daya Manusia dapat diarahkan demi kemajuan suatu bangsa akan ditentukan.

Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan tahap

perkembangan peserta didik, kebutuhan pembangunan nasional, serta

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum pendidikan inklusif

menggunakan kurikulum sekolah regular (Kurikulum Nasional) yang

dimodifikasi (diimprovisasi) sesuai dengan tahap perkembangan anak

berkebutuhan khusus dengan mempertimbangkan karakteristik (ciri-ciri) dan

tingkat kecerdasannya. Kurikulum reguler sebagaimana dimaksud mencakup

elemen standar kompetensi lulusan (SKL), kompetensi inti (KI), matapelajaran,

kompetensi dasar (KD), indikator keberhasilan, silabus, RPP, buku teks, dan

buku pedoman guru. Diluar kurikulum reguler, PDBK mendapatkan program

tambahan berupa Program Kebutuhan Khusus sesuai dengan potensi,

hambatan, dan kebutuhan khusus PDBK, yang diselenggarakan diluar jam

sekolah dengan alokasi waktu yang setara dengan 4 jam untuk SD dan SMP

serta 2 jam untuk SMA.

Sekolah menengah pertama guru tidak membedakan peserta didik

berkebutuhan khusus dan normal. Guru mengunakan sistem Kelas Reguler

32
(Inklusi Penuh). Sharoon E. Samaldino dkk, dalam penelitiannya menemukan

bahwa peserta didik ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) memiliki kesempatan

yang cukup besar untuk balajar ketika dihadirkan situasi belajar yang

terstruktur dan terencana dengan baik. 46 Kelas reguler merupakan kelas

dimana peserta didik berkebutuhan khusus belajar bersama peserta didik non-

inklusi sepanjang hari di kelas yang sama dengan menggunakan kurikulum

yang sama. Prinsip, pendekatan, dan karakteristik penilaian bagi peserta didik

inklusi pada dasarnya sama dengan prinsip dan pendekatan penilaian pada

umumnya.

Penyesuaian perlu dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik

peserta didik inklusi antara lain :

a) Prinsip penilaian meliputi: sah, obyektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh

dan berkesinambungan, sistematis, beracuan kriteria, akuntabel, dan

edukatif.

b) Pendekatan penilaian dimaksud meliputi pendekatan acuan patokan


dan ketuntasan belajar.
c) Karakteristik penilaian meliuti belajar tuntas, otentik, berkesinambungan,

berdasarkan acuan kriteria, dan menggunakan teknik penilaian yang

bervariasi.

5. Lingkup penilaian meliputi penilaian sikap, pengetahuan, dan

keterampilan.

Penilaian sikap menggunakan alat evaluasi: observasi, penilaian diri,

penilaian antar teman, penilaian portofolio, dan jurnal. Penilaian pengetahuan

menggunakan: tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Penilaian keterampilan

33
menggunakan: performance, produk, proyek, dan portofolio. Beberapa kondisi,

pelaksanaan penilaian untuk peserta didik inklusi di kelas inklusif harus

mengalami modifikasi. Proses modifikasi diperlukan supaya pelaksanaan

penilaian dapat mengukur secara obyektif hasil belajar peserta didik inklusi dan

berlangsung secara adil sesuai dengan kondisi yang ada pada peserta didik

inklusi. Dari penjabaran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa semua anak

inklusi akan juga di-evaluasi seperti peserta didik non- inklusi lainnya.

Perbedaannya terletak pada tingkat kesulitan evaluasinya, yang berujung pada

perbedaan patokan atau batasan minimal prestasi belajar peserta didik inklusi.

Pendidikan regular di SMP memiliki pendidik dan sarana yang dapat

dimanfaatkan oleh anak berkebutuhan khusus, sedangkan kesulitan yang

muncul dapat ditangani oleh pendidik, pembimbing khusus/konsultan /

psikolog yang didatangkan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan daerah

Gunungkidul. Selain bagian-bagian diatas, ada juga kendala yang dihadapi

sekolah dalam menjalankan program pendidikan inklusif, diantaranya adalah

kurangnya interaksi antara peserta didik inklusi dengan peserta didik reguler,

yang diakibatkan oleh kurangnya rasa percaya diri peserta didik inklusi. peserta

didik inklusi akan lebih banyak berinteraksi dengan temannya sesama peserta

didik inklusi, baikdidalam kelas reguler, maupun saat istirahat. Jika dikaitkan

dengan kehidupan sehari-hari, kurangnya rasa percaya diri dapat

mengakibatkan terhambatnya proses pencapaian prestasi peserta didik inklusi.

Selain dari sisi peserta didik, kendala lain yang dialami oleh lembaga dalam

melaksanakan program pendidikan inklusif ini adalah dari faktor guru, dimana

34
masih banyak guru yang belum menguasai ilmu menangani dan mendidik

peserta didik inklusi. Sehingga ada beberapa guru yang kurang perhatian

dengan peserta didik inklusi di kelas. Dan cenderung membiarkan peserta didik

inklusi yang ada dikelas melakukan apapun yang mereka inginkan, diluar dari

kegiatan pembelajaran yang sedang dipandu oleh guru tersebut.

Sisi pendanaan, sebagai sekolah inklusi bergantung pada dana BOS /

BOPDA yang diberikan oleh pemerintah, sehingga dalam pemenuhan sarana

dan prasarana yang diperlukan masih terhambat, sehingga hanya bisa

memenuhi kebutuhan peserta didik inklusi dalam belajar dengan media

sederhana. Ketika belajar didalam kelas, peserta didik reguler dan peserta didik

inklusi menerima materi yang sama, dari guru yang sama, pada jam yang

sama. Meskipun terkadang guru masih harus menjelaskan lagi kepada peserta

didik inklusi dengan bahasa lebih sederhana.

Proses pembelajaran, ketika evaluasi dilaksanakan-pun, peserta didik

reguler duduk bersama dengan peserta didik inklusi, dengan pengawas yang

sama, namun mengerjakan soal dengan tingkat kesulitan yang berbeda, peserta

didik inklusi dapat mencapai nilai minimum yang sudah ditetapkan pihak

sekolah. Hal ini berarti guru dalam menyampaikan materi sudah dapat diahami

dan sesuai dengan kemampuan atau daya tangkap peserta didik inklusi,

sehingga ketika evaluasi dilakukan, peserta didik inklusi dapat mengerjakan

soal dengan baik sehingga mereka bisa mendapatkan nilai yang diatas batas

minimal.

35
6. Pembelajaran di Sekolah Inklusif “Sekolah Menengah Pertama”
Sekolah inklusif di SMA hampir sama dengan di SMP dengan

menggunakan kelas regular yaitu mencampur peserta didik berkebutuhan

khusus dan peserta didik normal. Kegiatan belajar mengajar dilakukan di luar

kelas dan dalam kelas. Penanganan guru juga sama halnya di sekolah lain yaitu

mengayomi, memperhatikan, dan bersikap adil untuk semua siwanya tanpa

membeda – bedakan. Disekolah tentunya ada guru yang benar- benar paham

mengenai ABK. Perlunya ahli sikologis di sekolah untuk membantu guru saat

mendapati anak berkebutuhan khusus yang sedang mengganggu atau terlalu

aktif. Penerapan kurikulum yang digunakan sekolah menengah atas juga

berbea- beda ada yang menggunakan KTSP dan K13. Kurikulum KTSP masih

digunakan di Yogyakarta. Pembelajaran yang dilakukan disana dibantu dengan

guru pembimbing khusus sebagai konsultan bagi guru anak berkebutuhan

khusus. Pentingnya menggunakan guru pembingbing khusus agar proses KBM

jika mengalami kendala dan guru pelajaran tidak dapat menangani dapat

meminta bantuan penyelesaian persoalan yang terjadi. Bakat dan prestasi

peserta didik di tojolkan dengan bantuan guru namun peserta didik di tuntut

lebih mandiri karena tingkat jejang sekolah sudah menengah atas.

Guru tetap bersikap ngemong dengan keadaan tertentu. Guru tidak

membedakan peserta didik berkebutuhan khusus dan peserta didik normal.

Proses sosialisasi peserta didik lebih baik karena di jenjang menengah atas

peserta didik sudah mulai berfikir dewasa dan bisa mengajak peserta didik

berkbutuhan khusus untuk lebih berbaur dan tidak membedakan satu sama lain

dalam kegiatan belajar mengajar maupun saat bermain.guru memaksimalkan

36
pelayanan di sekolah menengah atas agar peserta didik ABK dan normal bisa

lebih berprestasi. Pengadaan sarana dan prasarana penunjang di usahakan oleh

sekolahan dengan baik agar peserta didik bisa belajar dengan nyaman tidak

terhalan oleh keadaan.

B. Kerangka Berfikir

Pendidikan jasmani adaptif ini merupakan salah satu program pendidikan

yang dibutuhkan dan digunakan untuk membantu peserta didik dalam

meningkatkan kemampuan gerak anak autis dan pengembangan bakat dan diri

pada anak autis dalam bidang keolahragaan serta merupakan program untuk

membantu peserta didik dalam menjaga kebugaran dan kesehatan jasmani anak

autis. Pendidikan jasmani adaptif sendiri merupakan suatu program yang

ditujukan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,

keterampilan sosial, keterampilan berfikir kritis, tindakan moral, pola hidup

sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga

dan kesehatan yang direncanakan secara sistematis dan sistem penyampaian

yang bersifat komprehensif dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan

memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Dalam Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional pada bab IV terkait tentang Hak dan Kewajiban Warga

Negara dalam memperoleh pendidikan, menunjukkan bahwa anak berkebutuhan

khusus (ABK) berhak memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya

yakni anak yang normal secara fisik dan mental.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam pendidikan

memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda pada anak pada umumnya. Anak

37
berkebutuhan khusus mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangannya

Saat ini pemerintah mencanangkan pendidikan inklusif namun, peserta didik

dalam pembelajaran mengalami kesulitan, hambatan dalam kegiatan

pembelajaran. Kenyataannya tidak semua ABK mendapat layanan jasmani

sesuai dengan kebutuhan. Menurut wawancara sebelumnya, diketahui ada

diantaranya guru pendidikan jasmani yang tidak mengikut sertakan peserta didik

ABK di dalamnya. Namun sebagian besar SMP Inklusif di Kabupaten

Gunungkidul sudah mengikut sertakan anak berkebutuhan khusus dalam

kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu dalam penddikan inklusif menggunakan

strategi pembelajaran itu sangat penting.

Identifikasi masalah meliputi anak berkebutuhan khusus yang tidak

mendapatkan layanan yang sesuai dengan kebutuhan, kendala fasilitas sekolah,

minimnya pengetahuan guru mengenai inklusi, guru tidak menginkutsertakan

anak yang berkebutuhan khusus saat kegiatan belajar mengajar. Mengingat

pentignya peran dan tugas guru penjas dalam menyelenggarakan sekolah inklusif

yang mencakup segala permasalahan ABK di sekolah.

C. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang telah dilakukan oleh Sutejo Indro Cahyono (2018) yang

berjudul “Survei mengenai strategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif

sekolah dasar terhadap anak berkebutuhan khusus peserta didik sekolah dasar

negeri sekecamatan Piyungan kabupaten Bantul”. Penelitian yang dilakukan

oleh Sutejo Indro Cahyono penelitian yang dilakukan menggunakan teknik

analisis data dari miles and Huberman dengan reduksi data, penyajian data,

38
dan penarikan kesimpulan. Teknik pengumpulan data menggunakan

observasi, wawancara langsung, dokumentasi. Hasil dari penelitian tersebut

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif anak berkebutuhan khusus di SDN

2 Petir, SDN Jolosutri dan SDN Kaligatuk adalah untuk ABK dapat dikatakan

berhasil karena pelaksanaannya telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Materi yang diberikan sama seperti peserta didik regular dalam pembelajaran,

perlakuan guru penjas di samakan untuk semua peserta didik namun, ada

modifikasi tersendiri untuk ABK agar dapat mengikuti pembelajaran dengan

materi yang sama seperti peserta didik regular. Pembelajaran tidak selalu

sesuai dengan RPP yang dibuat guru, guru lebih fleksibel dengan melihat

keadaan dan kondisi peserta didik regular dan ABK. Strategi pembelajaran

adaptif meliputi teknik modifikasi pembelajaran, teknik modifikasi

lingkungan dan teknik modifikasi aktivitas belajar. Fokus penelitian berupa

strategi pembelajaran di sekolah inklusi. Hal ini dapat dijadikan acuan oleh

peneliti dalam penelitian ini.

2. Penelitian yang telah dilakukan oleh Husnayain Aufa Arini Fakultas Ilmu

Keolahragaan Tahun 2020 yang berjudul Peran Literasi Fisik ( PHYSICAL

LITERACY ) Dalam Partisipasi Aktivitas Di Usia Lanjut . Peneliatian yang

digunakan Husnayain Aufa Arini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data

mengunakan teknik wawancara, teknik keabsaan data menggunakan teknik

triagulasi. Hasil dalam penelitian ini mengetahui peran literasi fisik bagi

lansia untuk berpartisipasi dalam aktiitas fisik, mengetahui kompetensi fisik,

peran literasi berupa motivasi kepercayaan diri, kompetensi fisik, pemahaman

39
dan pengetahuan membawa mereka menjadi lansia yang memiliki

pengalaman dibidang olahraga yang luar biasa.

3. Penelitian oleh Widya Utami Putri (2013) yang berjudul “Strategi

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif Bagi Murid Berkebutuhan Khusus

Di Sekolah Luar Biasa”. Tenik pengumpulan data menggunakn teknik

observasi langsung ke lapangan saat proses pembelajaran pendidikan jasmani

adaptif, teknik wawancara, langsung, pada guru penjas. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah edoman wawancara. Data dikumpulkan

melalui observasi, wawancara, dan data dikumpulkan dalam dokumentasi

sehingga dapat menjadi gambaran atau kesimpulan mengenai strategi

pembelajaran penjas adaptif bagi ABK di SLB Dharma Asih Pontianak. Hasil

dari penelitian ini tidak semua dapat melakukan gerakan yang diberikan guru.

Penyampaian materi kepada anak tunagrahita di perlukan modifikasi, baik

peraturan, alat dan bahan yang digunakan. Pada pembelajran penjas ABK

tunagrahita perlu perhatian khusus dalam memberikan materi, karena

kemapuan yang berbeda – beda seperti gerakan memutar kepala atau

memutar lutut tidak dapat dilakukan oleh anak tunagrahita karena mereka

memiliki kelemahan pada sendi- sendinya. Guru memodifikasi pembelajaran

penjas permainan atau olahraga ke dalam bentu permainan yang

menyenangkan dan tidak membosankan. Fokus penelitian berupa strategi

pembelajaran penjas adaptif. Hal ini dapat dijadikan acuan oleh peneliti

dalam penelitian ini.

40
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Sugiyono (2010: 15), menjelaskan metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang dilakukan pada objek yang alamiah. Metode penelitian

kualitatif ini digunakan dengan maksud mendapatkan data yang mendalam dan

mengandung makna. Penelitian ini tidak menekankan pada generalisasi.

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, karena penelitian ini dilakukan pada

objek yang alamiah dan data yang dihasilkan adalah data deskriptif

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi oprasional variable penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

tunggal, yaitu mengenai strategi pembelajaran penjas pendidikan jasmani adaptif

se-Kabupaten Gunungkidul. Definisi oprasional variabel cara guru dalam

memberikan pembelajaran penjasorkes bagi peserta didik di SMP Inklusif di

Gunungkidul yang akan dilihat dengan wawancara terkait Teknik Modifikasi

Pembelajaran, Teknik Modifikasi Lingkungan Belajar, Teknik Modifikasi

Aktivitas Belajar.

C. Tempat dan WaktuPenelitian

Penelitian dilaksanakan di Smp inklusif di Gunungkidul, SMP 4 Playen,

SMP 3 Patuk, SMP Persatuan Ponjong dan SMP Ekakapti Karangmojo

Gunungkidul. Keempat SMP merupakan sekolahan yang di tunjuk sebagai

sekolah inklusif. Dari keempat sekolah inklusif se-Gunungkidul memiliki satu

41
guru pendidikan jasmani di setiap sekolah. Penelitian juga dilaksanakan di SMP

4 Playen Gunungkidul beramatkan di Banaran I Playen Gunungkidul.SMP 3

Patuk yang beralamatkan di Putat Wetan, Putat Patuk Gunungkidul. SMP

Persatuan Ponjong yang beralamatkan Simo I Genjahan Ponjong Gunungkidul.

SMP Ekakapti Karangmojo Gunungkidul yang beralamatkan di jalan

Karangmojo Gunungkidul.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah guru Pendidikan Jasmani Adaptif di

SMP Inklusif se-Kabupaten Gunungkidul Tahun Ajaran 2019/2020 yang

berjumlah sebanyak 4 orang. Seluruh populasi dalam penelitian ini dijadikan

sebagai sampel penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara.

Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh

setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam setting alamiah, di mana

arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan

mengedepankan trust sebagai landasan utama dalam proses memahami

(Herdiansyah, 2013: 31 ). Wawancara yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini

yaitu jenis wawancara mendalam (deep interview). Menurut pendapat Patton

(1980: 29), cara utama yang dilakukan oleh para ahli metodologi kualitatif untuk

memahami persepsi, perasaan dan pengetahuan orang-orang adalah dengan

wawancara mendalam dan intensif. Dalam pelaksanaan wawancara ini akan

42
direkam dengan alat bantu audio lalu hasil wawancara akan diterjemahkan

menjadi transkrip wawancara untuk dianalis. Untuk melakukan wawancara

peneliti menggunakan protokol wawancara yang sebelumnya sudah

djustifikasikan oleh ahli. Sebelum peroses pengambilan data peneliti melakukan

observasi kepada partisipan,selanjutnya peneliti mendatangi partisipan untuk

melakukan wawancara.

2. Instrumen Penelitian

Menuru Sugiyono (2010: 305), dalam penelitian kualitatif, yangmenjadi

instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Padapenelitian

kualitatif, segala sesuatu yang akan di cari dari obyek penelitianbelum jelas dan

pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum

jelas. Peneliti menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara, dan

dokumentasi untuk mengumpulkan data.

a. Pedoman Wawancara

Wawancara dalam penelitian bertujuan untuk memperoleh data

melaluitanya jawab dengan responden secara langsung.

b. Dokumentasi

Dalam penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk melengkapi

data. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan maupun gambar. Data yang diambil

melalui teknik dokumentasi adalah data terkait dokumen Guru di sekolah

tersebut.

43
Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Penelitian Pengembangan Strategi Pembelajaran
Guru di Sekolah Inklusif
Variabel Faktor Indikator

1. Penggunaan Bahasa
Teknik 2. Membuat konsep
Memodifikasi yang konkret
Pembelajaran 3. Membuat urutan tugas
Mengembangkan 4. Ketersediaan waktu belajar
Strategi 5. Pendekatan multi sensori
Pembelajaran 1. Memodifikasi peralatan dan
Pendidkan Teknik fasilitas
Jasmani Aptif di Memodifikasi 2. Memanfaatkan ruang secara
SMP Inklusif Se- Lingkungan Belajar maksimal
Kabupaten 3. Menghindari gangguan dan
Gunungkidul pemusatan konsentrasi

Teknik 1. Modifasi aktivitas belajar


Memodifikasi 2. memodifikasi pengaturan
Aktivitas Belajar dalam pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan
untuk berpartisipasi seara
aktif dalam pembelajaran.

F. Teknik Analisis Data


Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2007: 248) menyatakan bahwa

analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan mengorganisasikan

data, memilih-milih menjadi kesatuan, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menentukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Sugiyono (2009: 245),

menyatakan dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama

proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Miles & Huberman

(Sugiyono, 2009: 246-253), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data

44
reduction, data display, danconclusion drawing/verification. Langkah-langkah

analisis ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 2. Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)


Sumber: Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009: 338)

Analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh di lapangan dikumpulkan dan dicatat kemudian dari

data yang diperoleh dideskripsikan. Selanjutnya dibuat catatan refleksi yaitu

catatan yang berisi komentar, pendapat atau tafsiran peneliti atas data yang

diperoleh dari lapangan.

2. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan masih bersifat komplek, rumit dan

banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Data yang diperoleh harus

segera dianalisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

45
dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti.

3. Penyajian Data

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Miles dan

Huberman (dalam Sugiyono, 2009: 249), menyatakan bahwa yang paling sering

digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

4. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penaikan kesimpulan.

Data yang sudah disajikan dipilih yang penting kemudian dibuat kategori.

G.Uji Keabsahan Data


Memperoleh data yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah perlu

dilaksanakan pemeriksaan keabsahan data. Dalam penelitian kualitatif, temuan

atau dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan

dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Peneltian ini dalam

pemeriksaan keabsahan data yang menggunakan teknik trianggulasi data.

Sugiyono (2011:327), menjelaskan bahwa,”triangulasi diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai

waktu”.

Triangulasi merupakan teknik untuk menguji kredibilitas data dengan cara

mengecek data dengan sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu

observasi, wawancara, dan dokumentasi (Sugiyono, 2009:274). Apabila dengan

46
tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-

beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang

bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar.

Peneliti menggunakan triangulasi sumber dengan mengecek data yang telah

diperoleh melalui hasil wawancara dengan guru dan beberapa dokumentasi saat

pembelajaran.

47
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahuipengembangan strategi

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di SMP Inklusif Se-Kabupaten

Gunungkidul Tahun Ajaran 2019/2020, hasil penelitian diperoleh berdasarkan

wawancara kepada Guru PJOK di SMPN 4 Playen Gunungkidul, SMPN 3

PatukGunungkidul, SMP Persatuan PonjongGunungkidul, SMP Ekakapti

Karangmojo Gunungkidul, dalam penelitian ini responden yang digunakan

adalah guru PJOK. Hasil penelitian ini di dasarkan pada faktor yang

mempengaruhi pengembangan strategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif

yaitu teknik modifikasi pembelajaran, teknik modifikasi lingkungan belajar dan

teknik modifikasi aktivitas belajar. Hasil penelitian tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut.

1. Teknik Memodifikasi Pembelajaran

Teknik modifikasi pembelajaran ini berkaitan dengan modifikasi yang

dilakukan guru saat proses pembelajaran pendidikan jasmani adaptif. Teknik

memodifikasi pembelajaran ini dilakukan untuk bisa memberikan pemahaman

kepada peserta didik khususnya dalam menerima materi pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara kepada guru diketahui bahwa semua guru

melakukan modifikasi untuk proses pembelajaran bagi anak berkebutuhan

khusus, akan tetapi modifikasi yang dilakukan guru hanyalah saat proses

pembelajaran, yang artinya guru tidak merubah perencanaan pembelajaran

48
yang sudah disiapkan dari program tahunan, semester dan juga proses

pelaksanaan.

Akan tetapi dalam pelaksanaan di lapangan secara teknik guru

menyikapi keterbatasan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus,

sehingga guru memberikan sedikit modifikasi agar pelaksanaan proses

pembelajaran PJOK dapat berjalan dengan baik dan dapat diikuti oleh semua

siswa. Teknik modifikasi pada proses pembelajaran ini meliputi penggunaan

bahasa, membuat konsep yang konkret, membuat urutan tugas, ketersediaan

waktu belajar, dan pendekatan multi sensori.

Berdasarkan hasil wawancara dengan FS guru di SMP N 3 Patuk dalam

hal memodifikasi penggunaan Bahasa menyatakaan bahwa :

“saya berkomunikasi secara biasa, tapi kalau untuk anak berkebutuhan


khusus menyesuaikan dengan karakteristik siswa atau keterbatasan yang
siswa miliki, kadang dengan bahasa yang campur-campur”

Hasil wawancara dengan Sh guru di SMP Persatuan Pojong

menyatakaan bahwa :

“Yang kita biasanya pake bahasa isyarat, atau dengan saya terlebih
dahulu dekati dengan perlahan, saya suruh, kalau gak mau ya saya tidak maksa
cuma saya tunggu sampai dia mau dengan berbagai cara agar mau, ya mungkin
caranya seperti itu kalau untuk anak ABK”

Hasil wawancara dengan AS guru di SMP Ekakapti Karangmojo

menyatakaan bahwa :

“Yang saya lakukan biasanya pake biasa isyarat, saya berikan contoh
dengan pelan-pelan, saya beri arahan dan kemudian saya memberikan perintah,
tapu kalau gak mau ya saya tidak memaksa anak”

Sedangkan hasil wawancara dengan SI guru di SMP 4 Playen

menyatakaan bahwa :

49
“Ya dengan cara pendekatan, untuk anak ABK saya tanyai dulu, kalau
belum paham materi biasanya saya gunakan bahasa yang sederhana utnuk
menyampaikan”
Berdasarkan beberapa hasil dari wawancara tersebut dapat disimpulkan

guru dalam memodifikasi penggunaan bahasa menggunakan bahasa isyarat dan

lebih banyak memberikan contoh kepada siswa; hal tersebuut dikarenakana

anak berkebutuhan khusus kadang lambat dalam menerima instruksi, sehingga

guru mencoba dengan bahasa yang sederhana bahkan tidak menggunakan

bahasa resmi atau bisa menggunakan isyarat. Hal tersebut juga dilakukan oleh

guru di SMP N 4 payen, SMP Persatuan Ponjong dan SMP Ekakapti

Karangmojo. Hal yang dilakukan guru tersebut cukup bijaksana mengingat

anak berkebutuhan khusus memiliki keterbatasan dalam menangkap atau

menerima perintah dari orang lain. Sedangkan untuk perencanaan

pembelajaran, dalam hal ini guru tetap mempersiapkan perencanaan dengan

sebaik mungkin.

Berdasarkan hasil wawancara dengan FS guru di SMP N 3 Patuk dalam

hal Membuat konsep yang konkret menyatakaan bahwa :“ya, membuat RPP”

Hasil wawancara dengan Sh guru di SMP Persatuan Pojong

menyatakaan bahwa :

“Ya jelas buat RPP, saya udah lama jadi guru PJOK jadi ya sudah biasa
membuat RPP, tinggal menyesuaikan dengan yang sebelumnya”

Hasil wawancara dengan AS guru di SMP Ekakapti Karangmojo

menyatakaan bahwa :

“Ada, saya selalu mengunakan RPP untuk pembelajaran, tetapi saat


pembelajaran ya kita situasional saja melihat keadaan”

50
Hasil wawancara dengan St guru di SMP 4 Playen menyatakaan bahwa

“Ya jelas buat RPP”

Berdasarkan hasil dari beberapa wawancara tersebut dapat disimpulkan

semua guru tetap membuat perencanaan pembelajaran dalam bentuk RPP,

membuata konsep yang jelas sangat dibutuhkan untuk membantu proses

pembelajaran agar berjalan dengan baik;

Berdasarkan hasil wawancara dengan Fs guru di SMP N 3 Patuk dalam

hal Membuat urutan tugas menyatakaan bahwa :

“RPP yang saya buat tidak saya modifikasi, karena anak ABK disini
cuma keterlambatan belajar, sehingga kita sesuaikan dengan
pembelajaran anak normal, bagi saya olahraga semua sama saja, hanya
kalau ada anak ABK yang mempunyai keterbatasan fisik ya kita berikan
perlakuan tersendiri”

lebih lanjut mengenai memberikan perintah/instruksi kepada peserta

didik bapak FS menyatakan :

“Ya saya memberikan perintah atau instruksi secara biasanya, tapi


kadang saya meminta bantuan teman sebaya, mungkin beberapa anak
ada yang kesulitan pada penjelasan, butuh tidak hanya cuma 1 kali
penjelasan, bisa beberapa kali penjelasan, jadi saya minta bantuan dari
teman sebaya untuk memberikan penjelasan”

Hasil wawancara dengan Sh guru di SMP Persatuan Ponjong dalam

hal Membuat urutan tugas menyatakaan bahwa :

“Ya kalau RPP saya buat sama tidak ada modifikasi, cuma dalam
pembelajaran saya sesuaikan dengan kemampuan anak, khsusunya pada
anak ABK”

lebih lanjut mengenai memberikan perintah/instruksi kepada peserta

didik bapak Sh menyatakan :

51
“Kalau untuk anak normal saya langsung memberikan instruksi secara
lisan, saya memberikan contoh dulu, nanti anak-anak tinggal
mengikuti”

Hasil wawancara dengan AS guru di SMP Ekakapti Karangmojo dalam

hal Membuat urutan tugas menyatakaan bahwa :

“Ya kau RPP saya buat sama seperti RPP biasanya, Cuma dalam
pembelajaran saya sesuaikan dengan kemampuan anak, khsusunya pada
anak ABK”

lebih lanjut mengenai memberikan perintah/instruksi kepada peserta

didik bapak AS menyatakan :

“Ya saya biasanya perintah atau instruksi saya sampaikan di awal


pembelajaran, tetap saya sampaikan secara lisan, cuma ketika untuk anak ABK
saya lakukan secara berulang-ulang”

Hasil wawancara dengan Si guru di SMP 4 Playen dalam hal Membuat

urutan tugas menyatakaan bahwa :

“Ya kalau RPP saya buat sama, Cuma dalam penerapan pembelajaran
anak ABK saya sesuaikan dengan kemampuan anak”

lebih lanjut mengenai memberikan perintah/instruksi kepada peserta

didik Ibu St menyatakan :

“Ya seperti biasa memberikan perintah secara lisan, dengan contoh


dengan peraga seperti itu”

Berdasarkan beberapa hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan RPP

yang dibuat oleh guru tidak di modifikasi atau tetap seperti RPP biasanya, hal

tersebut dikarenakan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan jam dan

kurikulum untuk anak normal. Modifikasi yang dilakukan guru adalah secara

situasional, dengan melihat keadaan yang terjadi di lapangan, yang artinya guru

tetap menuangkan proses pembelajaran dalam RPP, akan tetapi untuk

52
menyikapi anak berkebutuhan khusus guru melakukan perubahan perlakukan

kepada anak berkebutuhan khsusus.

Hasil penelitian mengenai modifikasi untuk ketersediaan waktu belajar

diketahui bahwa dalam proses pembelajaran yang selama ini dilakukan tidak

banyak melakukan penambahan waktu. Bahkan semua guru menggunakan

waktu yang sudah tersedia dan dialokasikan dalam proses pembelajaran. Hal

tersebut dibuktikan dengan hasil wawancara dengan FS guru di SMP N 3

Patuk mengenai Ketersediaan waktu belajar yang menyatakaan bahwa :

“Selama ini tidak ada, kita sesuaikan dengan jam belajar di RPP”

Hasil wawancara dengan Sh guru di SMP Persatuan Ponjong yang

menyatakaan bahwa :

“Ada, tapi ya melihat dari kondisi pembelajaran, kalau kurang ya saya


biasanya minta waktu setelahnya, kalau melihat materi yang cukup,
biasanya ya kita tidak perlu menambah jam tambahan, Ini berlaku buat
anak ABK atau anak normal biasanya, lebih sering tidak melakukan
penambahan alokasi waktu”

Hasil wawancara dengan bapak AS guru di SMP Ekakapti Karangmojo

yang menyatakaan bahwa :

“Sepertinya tidak ada, kita sesuaikan dengan waktu pembelajaran,


memaksimakan waktu yang ada”

Hasil wawancara dengan St guru di SMP 4 Playen yang menyatakaan

bahwa :

“Tidak ada, saya selalu berusaha untuk memaksimalkan jam pelajaran


yang ada”

Berdasarkan beberapa hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan

tidak ada penambahan waktu belajar pada siswa, selama ini guru tetap

53
menggunaan ketersediaan waktu belajar yang telah ditentukan, atau sesuai

dengan yang ada di RPP, hasil wawancara menunjukan guru sebagian besar

tidak menambah alokasi waktu pembelajaran dikarenakan keterbatasan waktu

yang tersedia, pembelajaran hanya dilakukan sesuai dengan alokasi yang di

berikan dari sekolah dan juga yang sesuai di RPP. Dalam hal ini dikarenkan

pembelajaran PJOK jadi satu antara ABK dengan anak normal lainya, sehingga

penambahan alokasi waktu tidak perlu dilakukan karena menyangkut dengan

pembelajaran bagi anak yang lainya dan juga kaitanya dengan pelajaran yang

lainya.

Hasil wawancara dengan FS guru di SMP N 3 Patuk mengenai

Pendekatan multi sensori menyatakaan bahwa Strategi pembelajaran yang

digunakan : “Saya menggunakan Inquiry”

Hasil wawancara dengan Sh guru di SMP Persatuan Pojong

menyatakaan bahwa : “saya kebanyakan menggunakan Problem solving”

Hasil wawancara dengan AS guru di SMP Ekakapti Karangmojo

menyatakaan bahwa :

“Ya beberapa macam strategi yang saya terapkan kooperatif, tapi tetap
saya awali dengan ceramah”

Hasil wawancara dengan Si guru di SMP 4 Playen yang menyatakaan

bahwa: “ menggunakan Problem solving”

Hasil wawancara pada strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru

diketahui bahwa, untuk strategi pembelajaran yang guru gunakan dalam hal ini

bermacam-macam, mereka melihat dari materi atau kondisi saat pembelajaran.

Guru PJOK di SMP 4 Playen Gunungkidul menerapkan Problem solving, SMP

54
3 Patuk menerapkan inquiry, SMP Persatuan Ponjong menerapkan Problem

solving, SMP Ekakapti Karangmojo Gunungkidul menerapkan kooperatif.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa guru PJOK

dalam menerapkan pembelajaran bagi anak adaptif tetap melakukan

modifikasi, modifikasi ini dilakukan kedalam seluruh proses pembelajaran baik

dalam penggunaan bahasa atau penyampaikan materi ke siswa, dalam

memberikan contoh dan juga saat memberi penilaian

Berdasarkan hasil wawancara dengan FS guru di SMP N 3 Patuk

mengenai memodifikasi penerapan strategi pembelajaran menyatakaan bahwa:

“Ya sedikit modifikasi, Cuma saat penyampaian kita sesuaikan, ya


mdifikasi tetap kita lakukan, melihat kebutuhan anak di lapangan”

Lebih lanjut mengenai memberikan tugas kepada peserta didik bapak

FS menyatakan :

“Iya, kadang ada tugas individu dan tugas kelompok, tapi tidak setiap
pertemuan saya memberikan tugas”

Hasil wawancara dengan Sh guru di SMP Persatuan Pojong mengenai

memodifikasi penerapan strategi pembelajaran menyatakaan bahwa:

“Ya ada, ya kalau tidak di modifikasi tidak berjalan, Misaalnya untuk


yang ABK dengan memberikan materi yang mudah, atau gerakan yang
mudah, sehingga penerapan berjalan dengan baik”

Lebih lanjut mengenai memberikan tugas kepada peserta didik bapak

Sh menyatakan :

“Ya kadang memberikan tugas, tapi untuk yang ABK ya sering


memberi tugas, karena ya biar anak bisa mengembangkan di rumah”

Hasil wawancara dengan AS guru di SMP Ekakapti Karangmojo

mengenai memodifikasi penerapan strategi pembelajaran menyatakaan bahwa

55
“Ya ada, paling kita sesuaikan dengan kemampuan anak, modifikasi
tetap kita lakukan, meihat ABK mempunyai keterbatasan sehingga
tidak bisa kalau di samakan dengan anak normal”

Lebih lanjut mengenai memberikan tugas kepada peserta didik bapak

AS menyatakan :

“Iya Tugas biasanya hanya kita berikan untuk anak yang kurang dalam
penilaian, meskipun ABK dia bisa ya saya tidak memberikan tugas
tambahan”

Sedangkan hasil wawancara dengan Si guru di SMP 4 Playen mengenai

memodifikasi penerapan strategi pembelajaran menyatakaan bahwa :

“Ya ada, ya kalau tidak di modifikasi tidak berjalan: Misaalnya yang


ABK dengan memberikan materi yang mudah, atau gerakan yang
mudah”

Lebih lanjut mengenai memberikan tugas kepada peserta didik Ibu

Simenyatakan :

“Ya kadang memberikan tugas, tapi untuk yang ABK saya sering
memberi tugas, karena anak biar belajar dirumah dan bisa melatih diri
di rumah”

Berdasarkan hasil beberapa wawancara tersebut dapat disimpulkan

bahwa guru melakukan modifikasi strategi pembelajaran yang diterapkan,

modifikasi tersebut dilakukan untuk mempermudah anak dalam memahami

materi yang diberikan oleh bapak atau ibu guru, dan untuk menambah

pemahaman anak, guru memberikan tugas tambahan setelah selesai

pembelajaran, meskipun tugas tidak diberikan setiap hari tetapi hal tersebut

akan bermanfaat untuk siswa;

Beberapa modifikasi yang dilakukan ini bertujuan untuk siswa lebih

memahami materi yang disampaikan sehingga anak-anak memahami bahasa

56
yang digunakan oleh guru rata-rata adalah dengan bahasa isyarat, dan guru

sering memberi contoh kepada mereka sehingga anak berkebutuhan khusus

diharapkan lebih cepat memahami materi yang disampaikan. Untuk strategi

pembelajaran yang digunakan oleh guru berbeda-beda tergantung dari keadaan

dan kondisi saat pembelajaran dan materi yang disampaikan. Melihat dari hasil

wawancara diatas menunjukan bahwa guru di SMP inklusif se-kabupaten

Gunungkidul cukup baik dalam melakukan mengembangkan strategi

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.

2. Teknik Memodifikasi Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar merupakan sebuah sarana dan tempat dimana anak

memperoleh proses pembelajaran. Bagi anak berkebutuhan khusus lingkungan

belajar yang ada harus bisa disesuaikan dengan karakteristik anak

berkebutuhan khusus. Mengingat bahwa anak berkebutuhan khusus memiliki

keterbatasan fisik dan psikologis pada dirinya. Modifikasi ini dengan cara guru

melakukan modifikasi untuk sarana prasarana dan fasilias yang digunakan

dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa

perlengkapan yang digunakan sekolah sebagian besar masih belum lengkap

dan memadai jika digunakan untuk anak berkebutuhan khusus, fasilitas yang

ada hanya secara umum untuk pembelajaran anak normal sepetti biasanya.

Hasil wawancara mengenai Memodifikasi peralatan dan fasilitas

dengan bapak FS guru di SMP N 3 Patuk menyatakaan bahwa

“Memadai ya belum, tapi melihat dari sekolah lain, ya bagi saya saran
yang kita punya sudah cukup lumayan bagus, yang penting kita sudah
bisa melaksanakan pembelajaran Pjok”

57
lebih anjut mengenai modifikasi Sarana prasarana bapak FS menyatakan:

“Ya kita melihat pelaksanaan, kita hanya menyesuaikan dari materi yang
kita ajarkan, modifikasi kita lakukan paling hanya pada permainan saja
atau alat yang kita gunakan dengan membuat alat baru, misalnya:
memakai bola plastik, modifikasi ukuran lapangan yang kita gunakan”

Hasil wawancara mengenai Memodifikasi peralatan dan fasilitas Sh

guru di SMP Persatuan Pojong menyatakaan bahwa :

“Ya sementara yang dipunyai saya rasa cukup memadai, meskipun belum
lengkap”

lebih lanjut mengenai modifikasi Sarana prasarana bapak Sh

menyatakan:

“Paling modifikasi yang saya lakukan di aturan permainan”

Hasil wawancara mengenai Memodifikasi peralatan dan fasilitas AS

guru di SMP Ekakapti Karangmojo menyatakaan bahwa :

“Ya sementara yang dipunya cukup memadai, mekipun belum lengkap”

lebih lanjut mengenai modifikasi Sarana prasarana bapak AS

menyatakan:

“Yang saya modifikasi di aturan permainan, jadi misalnya saya


menggunakan bola plastik, permainan sepak bola 4 lawan 4 dan yang
lainya”

Hasil wawancara mengenai Memodifikasi peralatan dan fasilitas bapak

Si guru di SMP 4 Playen menyatakaan bahwa

“Belum, kalau alat dan fasilitas ini sebenarnya untuk siswa yang normal,
tapi kalau untuk anak adaptif belum ada, belum ada sarana tersendiri
untuk anak ABK, yang kita gunakan untuk campuran dengan anak
normal lainya. kita jadi satu”

lebih lanjut mengenai modifikasi Sarana prasarana Ibu Si menyatakan:

58
“Ya, saya bedakan untuk anak normal dengan anak ABK jelas saya
modifikasi”

Berdasarkan beberapa hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan

bahwa sarana dan fasilitas yang dimiliki oleh sekolah masing-masing belum

cukup memadai digunakan untuk ABK, sehingga guru menggunakan sarana

yang ada, sehingga guru melakukan sedikit modifikasi dengan disesuaikan

kemamapuan dan perlengkapan yang ada, Sarana dan prasarana yang

digunakan hanyalah sarana dan prasarana secara umum, yang artinya sarana

yang digunakan untuk pembelajaran Pendidikan jasmani seperti pada

umumnya, sehingga sarana yang untuk anak berkebutuhan khusus sekolah

belum memadai.

Hasil wawancara mengenai memanfaatkan ruang secara maksimal

bapak FS guru di SMP N 3 Patuk menyatakaan bahwa:

“Sesuai kodisi cuaca, kalau tidak hujan, bisa dilapangan basket, di


depan sekolah, ya kadang di dalam kelas”

Hasil wawancara dengaan bapak Sh guru di SMP Persatuan Pojong

menyatakaan bahwa: “Diluar kelas”

lebih lanjut bapak Sh menyatakan:

“Anak yang ABK saya beri kesempatan untuk melihat dulu, nanti
bergantian mencoba”

Hasil wawancara dengan AS guru di SMP Ekakapti Karangmojo

menyatakaan bahwa:

“Ya, diluar mas”

Sedangkan Hasil wawancara dengan St guru di SMP 4 Playen

menyatakaan bahwa:

59
“lebih sering di luar kelas” dan “Anak yang ABK saya beri kesempatan
anak utuk melihat dulu, nanti bergantian mencoba”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa

kegiatan pembelajaran PJOK dilaksanakan di luar kelas atau dilapangan.

Semua guru menyatakan jika pembelajaran pendidikan jasmani dilakukan di

luar kelas, jika kondisi dan cuaca tidak hujan. Karena dengan pembelajaran di

luar kelas ini anak lebih bebas untuk bergerak dan juga lebih senang jika

melakukan permaianan yang di lakukan. Akan tetapi hal ini juga menjadi

tantangan bagi guru untuk melakukan modifikasi dalam penyamapain atau

memberikan pengarahan siswa di lapangan. Beberapa siswa kadang susah

untuk diatur bahan cenderung bermaian sendiri-sendiri dan mudah sekali

terpecahkan konsentrasinya, hal ini yang membuat guru hartus memodifikasi

dalam hal menghindari gangguan dan pemusatan konsentrasi.

Hasil wawancara dengan FS guru di SMP N 3 Patuk untuk gangguan di

lapangan yang dapat memecah perhatian siswa, dia menyatakan:

“Ya ada, bisanya kaitanya dengan konsentrasi anak, anak sering


teralihkan perhatianya, anak ya memang harus banyak perhatian, kita
terus ingatkan anak”

Hasil wawancara dengan Sh guru di SMP Persatuan Pojong untuk

gangguan di lapangan yang dapat memecah perhatian siswa, dia menyatakan:

“Biasanya ada anak dari kelas lain yang mengangu pehatian anak, jadi
anak tergangu perhatianya”

Lebih lanjut Bapak Sh menyatakan:

“Diberi motivasi atau reward kepada anak, ya kita beri hadiah jadi anak-
anak akan lebih semangat”

60
Hasil wawancara dengan AS guru di SMP Ekakapti Karangmojo untuk

gangguan di lapangan yang dapat memecah perhatian siswa, dia menyatakan:

“Kendala itu memang ada, kita mengajar di lingkup sekolah SMP, ya


ada anak yang usil atau mengganggu temanya, saling menggagu, ya kita
terus terang menegur anak yang mengganggu tersebut, kemudian kita
mencoba mengulang-ulang lagi”

Sedangkan Hasil wawancara dengan Si guru di SMP 4 Playen untuk

gangguan di lapangan yang dapat memecah perhatian siswa, dia menyatakan:

“Biasanya ada anak dari kelas lain yang mengangu pehatian anak, jadi
anak tergangu pehatianya”

Melihat dari kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah

sebagian besar sudah memadai, akan tetapi sarana itu digunakan secara umum

untuk pembelajaran jasmaani pada umumnya, sebagian besar di sekolah sarana

yang digunakan untuk anak berkebutuhan khusus belum sepenuhnya lengkap

dan memadai, akan tetapi selama ini guru mampu memanfaatkan sarana dan

prasarana dengan baik dan memodifikasinya sebagai sarana dan prasarana

pembelajaran. Kendala yang dialami oleh guru dalam pembelajaran adaptif

merupakan sebuah hal yang sudah dianggap biasa, hal tersebut menjadi

tantangan tersendiri untuk melaksanakan pembelajaran sebaik-baiknya.

3. Teknik Memodifikasi Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan siswa dan

guru dalam proses pembelajaran. Bagi seorang guru menangani anak

berkebutuhan khusus dia harus mengetahui karakteristik anak tersbeut sehingga

aktivitas belajar anak dapat tertangani dengan baik. Melakukan modifikasi

dalam aktivitas belajar juga merupakan hal yang cukup penting. Hasil

61
penelitian menunjukan modifikasi aktifitas belajar berkaitan dengan aktivitas

anak saat belajar, pengaturan dalam pembelajaran, dan memberikan

kesempatan untuk berpartisipasi seara aktif dalam pembelajaran.

Hasil wawancara menunjukan jika dalam hal ini guru secara perlahan

dan sabar memberikan arahan dan contoh kepada anak yang belum bisa dan

mengerti mengenai materi yang diajarkan. Guru juga memberikan kebebasan

kepada anak untuk melakukan gerakan yang dipelajarinya untuk dikembangkan

sendiri, anak bebas mencontoh dari sumber lain dan belajar dari sumber lainya,

yang terpenting adalah anak mau mengikuti pembelajran dengan baik sehingga

di setiap kompetensi yang diajarkan guru mampu membuat penilaian terhadap

anak, meskipun penilaian ini tetap dilakukan modifikasi yang disesuiakan

dengan kemamapuan anak.

Berdasarkan hasil wawancara bapak FS guru di SMP N 3 Patuk

mengenai Modifikasi aktivitas belajar, dia menyatakaan bahwa :

“Kalau anak normal kita berikan instruksi dan langsung mengerjakan


perintah dari guru, tapi untuk anak ABK kita lakukan dengan di ulang-
ulang, memberikan pengarahan secara perlahan”

hasil wawancara dengan Sh guru di SMP Persatuan Pojong mengenai

Modifikasi aktivitas belajar, dia menyatakaan bahwa :

“Ya melihat kondisi ya sesuai dengan porsinya, khusus anak ABK sesuai
kemampuan anak, jadi tidak memaksa anak”

Hasil wawancara dengan AS guru di SMP Ekakapti Karangmojo


mengenai Modifikasi aktivitas belajar, dia menyatakaan bahwa :
“Ya meihat kondisi ya sesuai dengan porsinya, khsusu anak ABK sesuai
kemampuan anak, jadi tidak memaksa anak”

62
Hal senada juga di sampaikan oleh guru yang lainya, Si guru SMP 4

Playen menyatakan:

“Ya melihat kondisi ya sesuai dengan porsinya, khsusnya anak


berkebutuhan sesuai kemampuan anak, jadi tidak memaksa anak”

Berdasarkan hasil beberapa wawancara tesebut disimpulkan modifikasi

untuk aktifitas belajar anak, disesuaikan dengan kemampuan anak, hal tersbeut

melihat kondisi ABK yang mempunyai keterbatasan fisik, Jadi dalam hal ini

anak tidak di paksa memenuhi target dari sebuah pembelajaran, yang penting

anak sudah mau melakukan. Hal tersebut berlaku untuk anak berkebutuhan

khusus, akan tetapi hal ni berbeda dengan anak normal lainya yang di tentukan

target untuk mencapai hasil belajar.

Hasil wawancara mengenai Memodifikasi pengaturan dalam

pembelajaran dengan FS guru SMP N 3 Patuk menyatakan :

“Iya, kita sesuaikan dengan kondisi lapangan saat proses pembelajaran


berlangsung”

lebih lanjut bapak FS menyatakan:

“Tidak, semua sama, tapi untuk ABK saya maklumki saja, karena ABK
asal mau mengikuti pembelajaran dengan baik bagi saya sudah saya
kasih nilai yang cukup baik”

Hasil wawancara mengenai Memodifikasi pengaturan dalam

pembelajaran bapak Sh guru SMP Persatuan Pojong menyatakan :

“Ya untuk ABK menyesuaikan di lapangan”

lebih lanjut bapak Sh menyatakan:

“Kalau kriteria tidak kami modifikasi, tapi biasanya untuk anak ABK
kriteria penilaiannya saya turunkan”

63
Hasil wawancara mengenai Memodifikasi pengaturan dalam

pembelajaran dengan AS guru SMP Ekakapti Karangmojo menyatakan :

“Ya untuk anak ABK menyesuaikan di lapangan, kalau anak ikut


bermaian ya biasanya hanya sekedar ikut saja, yang penting bisa ikut
dalam pembelajaran sudah baik”

lebih lanjut bapak AS menyatakan:

“Tidak, tapi kriteria penilaian saya turunkan, tidak sama dengan anak
normal biasanya”

Hasil wawancara mengenai Memodifikasi pengaturan dalam

pembelajaran dengan Si guru SMP 4 Playen menyatakan :

“Ya untuk anak ABK menyesuaikan di lapangan”

lebih lanjut mengenai bapak FS menyatakan:

“Ya saya ada, biasanya tuangkan dalam RPP, untuk hasil penialaian
saya bedakan jelas, yang penting anak ABK sudah mau melakukan jadi
tidaka ada target untuk hasil penilaian”

Berdasarkan hasil beberapa wawancara tersebut dapat disimpulkan

bahwa guru memodifikasi peraturan pembelajaran dan juga peraturan

permainan yang dilakukan dalam pembelajaran, guru menerapkan peraturan

pembelajaran sesuai kemampuan siswa, Anak berkebutuhan khusus diberi

kesempatan untuk melakukan gerakan sesuai materi yang diajarkan akan tetapi

guru tidak memaksa anak untuk sesuai dengan target yang di capai, dalam hal

ini anak berkebutuhan khusus yang penting dia mau melakukan saja sudah

cukup dan baik, dan guru juga memberi kebebasan anak untuk mencari sumber

atau bahan belajar yang lain sesuai dengan keingin anak atau bahan yang lebih

mudah dipahami oleh anak. Hal tersbeut juga berlaku untuk penilaian siswa.

Kriteria penilaian untuk anak berkebutuhan khusus tidak disamakan dengan

64
nak normal, meskipun dalam satu pembelajaran, dalam hal ini guru tetap

memaklumi keadaan dan keterbatasan dari anak berkebutuhan khusus.

Hasil wawancara dengan bapak FS guru SMP N 3 Patuk mengenai

sumber belajar dia menyatakan :

“saya biasanya saat pembelajaran saya menggunakan buku yang ada di


sekolah, kita masih bergangtung dengan buku, tapi jika ada siswa yang
mencari bahan dari sumber lain saya tidak masalah”

lebih lanjut bapak FS dalam melibatkan peserta didik untuk membantu

mempersiapkan media dan sarana prasarana pembelajaran dia menyatakan :

“Iya mas, untuk mempersiapkan alat saya meminta anak untuk


mengambil, nnati kalau sudah selesai ya yang bertanggung jawab
silahkan untuk mengembalikan, semua sama saya berikan perintah
seperti itu baik anak normal maupun ABK”

Hasil wawancara dengan bapak Sh guru SMP Persatuan Pojong

mengenai sumber belajar dia menyatakan :

“Ya saya berikan kebebasan, asalkan benar, malah saya berikan


kesempatan untuk mengembangkan, kalau untuk ABK ya sama saya
memberikan kebebasan”

lebih lanjut bapak Sh dalam melibatkan peserta didik untuk membantu

mempersiapkan media dan sarana prasarana pembelajaran dia menyatakan :

“Ya, saya meminta anak untuk mengambil perlengkapan, seperti net,


bola, anak normal dan ABK sama saja. Nanti saat selesai ya saya minta
mengembaliknya lagi”

Hasil wawancara dengan bapak AS guru SMP Ekakapti Karangmojo

mengenai sumber belajar dia menyatakan :

“Ya saya berikan kebebasan, asalkan benar, ini berlaku buat anak normal
maupun ABK”

65
lebih lanjut AS dalam melibatkan peserta didik untuk membantu

mempersiapkan media dan sarana prasarana pembelajaran dia menyatakan :

“Ya, semua, jadi anak ABK maupun anak normal saya kadang mintai
bantuan untuk mempersiapkan, biar anak lebih aktif lagi”

Hasil wawancara dengan bapak Siguru SMP 4 Playen mengenai

sumber belajar dia menyatakan :

“Ya saya berikan kebebasan, asalkan benar, malah saya berikan”

lebih lanjut Ibu St dalam melibatkan peserta didik untuk membantu

mempersiapkan media dan sarana prasarana pembelajaran dia menyatakan :

“Ya, saya meminta anak untuk mengambil perlengkapan, anak normal


dan ABK sama saja”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukan jika untuk penilaian

atau evaluasi pada pembelajaran guru menerapkan penilaian yang sama hanya

saja untuk kriteria penilaian anak berkebutuhan khusus di turunkan, penilaian

yang dilakukan oleh guru tidak pada setiap pertemuan tetapi dilakukan pada

setiap kompetensi berakhir, selain itu guru juga memberi kebebasan anak untuk

mencari sumber belajar lainya, meskipun sekolah menyediakan buku sebagai

sumber belajar tetapi anak-anak diperbolehkan mencari di media-media lainya.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa modifikasi aktifitas

tersebut memberikan kebebebasan kepada siswa untuk bertanya, memberikan

materi sesuai dengan kemampuan siswa, selalau memberi motivasi kepada

siswa untuk bisa melakukan gerakan yang diajarkan, memodifikasi aturan-

aturan permainan yang disesuai dengan kemampuan siswa dan membuat

modifikasi penilaian yang disesuai dengan kemampuan siswa. Dengan

66
beberapa hal tersebut dapat diartikan bahwa selama ini guru cukup mampu

dalam melakukan pembelajaran bagi anak adaptif, sehingga anak-anak yang

berkebutuhan khusus mampu mengikuti pembelajaran dengan sebaik-baiknya

B. Pembahasan
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses mendidik melalui aktivitas

gerak untuk laju pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis

dalam rangka pengoptimalan seluruh potensi kemampuan, ketrampilan jasmani

yang disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan anak, kecerdasan,

kesegaran jasmani, sosial, kultural, emosional, dan rasa keindahan demi

tercapainya tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya.

Pendidikan jasmani adaptif diperuntukan bagi anak berkebutuhn khsusu yang

mana dalam hal ini dapat diterakan dalam sekolah Inklusi. Beberapa sekolah

yang menerapkan sekolah inklusi adalah SMPN 4 Playen, SMPN 3 Patuk, SMP

Persatuan Ponjong dan SMP Ekakapti Karangmojo Gunungkidul.

Penerapan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif tentunya tidak

sama dengan melakukan pembelajaran untuk anak normal seperti biasanya,

dikarenakan subjek pembelajaran adalah anak berkebutuhan khusus. Oleh karena

itu guru harus pandai dalam memodifikasi proses pemebelajaran, dalam

penelitian ini dimaksudkan utnuk mengetahui modifikasi strategi pembelajaran

yang dilakukan oleh SMPN 4 Playen, SMPN 3 Patuk, SMP Persatuan Ponjong

dan SMP Ekakapti Karangmojo se-Gunungkidul.

Berdasarkan penelitian disekolah inklusi siswa anak berkebutuhan

khusus di Kabupaten Gunungkidul dari hasil penelitian masing – masing

67
sekolahan terdapat siswa ABK tuna grahita ringan dimana pada umumnya siswa

tidak berbeda dengan anak normal yang lain, dan mempunyai tingkat IQ yang

berkisar 50-70. Meskipun mengalami hambatan pada kecerdasan dan adaptasi

sosisal namun masih mempunyai kemampuan dibidang akademik.

Strategi pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang didesain oleh

guru sedemikian rupa untuk dilakukan dalam proses pembelajaran, sehingga

dengan adanya suatu rencana yang terkonsep pembelajaran akan berhasil dan

efektif hingga apa tujuan yang ingin dicapai dapat diraih oleh peserta didik.

Pengembangkan strategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di SMP

Inklusif se-Kabupaten Gunungkidul Tahun Ajaran 2019/2020 meliputi teknik

modifikasi pembelajaran, teknik modifikasi lingkungan belajar dan teknik

modifikasi aktivitas belajar.

1. Teknik Memodifikasi Pembelajaran

Modifikasi berupa penggunaan bahasa, membuat konsep yang sesuai

keadaan, membuat urutan tugas, ketersediaan waktu belajar, dan pendekatan

multisensory. Modifikasi pembelajaran ini dilakukan untuk mempermudah

proses pembelajaran yang berlangsung, khususnya untuk ABK, jika proses

pembelajaran tidak dimodifikasi maka anak akan kesulitan untuk mengikuti

pembelajaran. Hal tersbeut dikarenakan ABK mempunyai keterbatasan khusus

yang berbeda dengan anak normal, sehingga guru juga harus memodifikasi

pembelajaran yang dilakukan.

Berdasarkan hasil penelitian diatas diketahui bahwa SMP Inklusif se-

Kabupaten Gunungkidul sudah cukup baik melakukan pengembangan strategi

68
pembeljaran yang berlangsung. Pengembangan strategi ini ditunjukan dengan

guru mampu menyesuaikan penggunaan bahasa kepada siswa agar mudah

dimengerti oleh siswa, salah satunya dengan bahasa isyarat. Diketahui Strategi

yang digunakan guru adalah problem solving, inquiry dan ada yang

menggunakan kooperatif.

Strategi inquiry merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang

menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawabannya dari suatu masalah yang ditanyakan. Dengan

strategi ini dianggap baik untuk pembelajaran adaptif dikarenakan guru

bermaksud agar anak dapat menemukan sendiri cara untuk bisa memahami

sebuah materi. Anak yang memepunyai keterbatasan tidak bisa dipaksa sesuai

dengan keinginan kita, tetapi biarkan anak menemukan masalah sendiri dan

menerpkan pada dirinya dengan cara mencari bahan ajar sendiri, melihat

contoh yang diajarkan atau memberikan pengarahan secara perlahan-lahan.

Strategi problem solving merupakan sebagai rangkaian aktivitas

pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang

dihadapi secara ilmiah. Artinya strategi ini dianggap sebagai salah satu strategi

yang baik jika di terapkan untuk pembelajaran adaptif. Hal tersebut

dikarenakan pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus harus disesuiakan

dengan kondisi di lapangan, artinya proses pembelajaran yng dilakukan kadang

tidak sesuai dengan RPP yang dibuat, guru kadang harus memodifikasi proses

pembelajaran yang disesuaikan saat pembelajaran di lapangan, dengan strategi

69
ini guru harus di tuntut kreatif dalam memanfaatkan sarana dan teman sebaya

untuk memebuat proses pembelajaran berjalan dengan baik.

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran

dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat

sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,

jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).kadang strategi ini di

gunakan untuk pembeljarana adaptif, hal ini dimaksudkan agar anak mampu

bekerjasama antar teman, baik untuk anak yang berkebutuahn khusus maupun

anak yang normal. Sehingga disini dapat saling membantu dan juga mamapu

membangun hubungan sosial antar teman.

2. Teknik Memodifikasi Lingkungan Belajar

Modifikasi lingkungan belajar ini dilakukan dengan memodifikasi

peralatan dan fasilitas, memanfaatkan ruang secara maksimal, menghindari

gangguan dan pemusatan konsentrasi. Modifikasi lingkungan belajar ini

dilakukan untuk membantu pembelajaran pendidikan jasmani adaptif. Hasil

penelitian menunjukan semua guru melakukan pembelajaran dengan sarana

dan fasilitas yang ada, meskipun sekolah belum mempunyai sarana dan

prasarana yang lengkap tapi guru tetap berusaha melaksanakan pembelajaran

sebaik mungkin. Anak berkebutuhan khsusus cenderung mempunyai

keterbatasan, baik daam fisik maupun psikologis seingga dalam hal ini fasilitas

perlu disesuiakan dengan kondisi siswa. Hasil penelitian diketahui bahwa guru

sudah menyesuaikan sarana dengan kemampuan siswa.

70
3. Teknik Memodifikasi Aktivitas Belajar

Teknik modifikasi aktivitas belajar terdiri dari pengaturan posisi dan

waktu berpartisipasi serta memodifikasi peralatan dan pengaturan dalam

pembelajaran. Pengaturan posisis dan waktu berpartisipasi bermaksud untuk

memberikan kesempatan kepada peserta didik secara adil untuk berpartisipasi

seara aktif dalam pembelajaran. Selain itu juga dilakukan pembatasan terhadap

waktu partisipasi dalam alokasi waktu yang terbatas. Supaya waktu yang

singkat dapat merata, guru penjas dapat dibantu oleh guru pendamping.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa guru mampu menerapkan proses

pembelajaran dengan baik, siswa diajak aktif ikut berpartisipasi dalam

pembelajaran, siswa mau melakukan gerakan yang diajarkan, siswa berani

melakukan tanya jawab kepada guru, dan siswa mau ikut serta mempersiapkan

pembelajaran dengan cukup baik. Hal ini menunjukan jika guru mampu

memodifikasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan tujuan pembelajaran

berjalan dengan baik dana penerapan sekolah inklusi juga berjalan dengan

baik.

C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan sebaik-baiknya, tetapi masih memiliki

keterbatasan dan kekurangan, diantaranya:

1. Keterbatasan waktu peneliti mengambil data dari wawancara, sehingga data

penelitian hanya berdasarkan dari pendapat wawancara.

2. Penelitia hanya mengambil sedikit sampel karena terbatasnya waktu

sehingga hanya di dapatkan dari pendapat yang di teliti.

71
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pengembangkan strategi

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di SMP Inklusif se-Kabupaten

Gunungkidul Tahun Ajaran 2019/2020 meliputi teknik modifikasi pembelajaran

terdiri dari penggunaan bahasa, membuat konsep yang konkret, membuat urutan

tugas, ketersediaan waktu belajar, pendekatan multi sensori. Teknik modifikasi

lingkungan belajar terdiri dari memodifikasi peralatan dan fasilitas,

memanfaatkan ruang secara maksimal, menghindari gangguan dan pemusatan

konsentrasi. Teknik modifikasi aktivitas belajar terdiri dari modifikasi aktivitas

belajar, memodifikasi pengaturan dalam belajar, memberikan kesempatan siswa

untuk berpartisipasi secara aktif. Strategi yang digunakan guru dalam

pengembangkan strategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di SMP

Inklusif se-Kabupaten Gunungkidul yaitu problem solving, guru dalam

pemelajaran ini saat pembelajaran menekankan kepada siswa dalam proses

penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah, inquiry guru dalam kegiatan

pembelajaran menekankan siswa untuk berfikir secara kritis dan analitis untuk

mencari dan menemukan sendiri jawabannya dari suatu masalah yang

ditanyakan dan kooperatif, guru dalam pembelajaran menggunakan sistem

pengelompokan/tim kecil.

72
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, saran yang dapat disampaikan

yaitu:

1. Bagi guru untuk selalu kreatif dalam mengembangkan strategi pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif, agar proses pembelajaran bagi anak berkebutuhan

khusus dapat berjalan dengan baik.

2. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya digunakan dengan sampel yang berbeda

dan populasi yang lebih luas, sehingga diharapkan hasil mengenai strategi

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif dapat teridentifikasi secara luas.

73
DAFTAR PUSTAKA

Abdoellah, Arma. (1996). Pendidikan Jasmani Adaptif. Jakarta: Depdiknas.

Ali, Muhammad. (1993. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Stategi. Bandung:


Angkas.

Ambardini, Rachmah Laksmi (2009) Pendidikan Jasmani Dan Prestasi Akademik:


Tinjauan Neurosains. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. UNY

Anitah, Sri (2012) Strategi pembelajaran. PEFI4201/MODUL

Arifin, Zaenal. (2018). Meningkatkan Hasil Belajar dengan Strategi Pembelajaran


Peningkatan Kemampuan Berpikir. Jurnal. Universitas Majalengka

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin (1995)Metode Penelitian. Jakarta: Pustaka Pelajar

Fatimah dan Ratna Dewi Kartika Sari. (2018). Strategi Belajar & Pembelajaran
Dalam Meningkatkan Keterampilan Bahasa. Jurnal. Universitas
Muhammadiyah Jakarta

Friskawati, Gita Febriani (2015) Implementasi Pembelajaran Penjas Berbasis


Masalah Gerak Pada Siswa Tunarungu. Jurnal. UNSIKA

Hamdani. (2013). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Hamdani. (2013). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Hamalik, Oemar. (2003). Proses belajar mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara

Ima Kurrotun Ainin (2011) Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif


(Penelitian pada Guru Pendidikan Jasmani Adaptif). Jurnal. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya

Latri Nur Wulandari (2015) Strategi pembelajaran IPS pada Sekolah Inklusi
(Studi Kasus di SMP Budi Mulia 2) skripsi. Yogyakarya: FIP UNY

Nurul Aini, Siti. (2015). Pengaruh Strategi Pembelajaran, Gaya Belajar, Sarana
Praktik, Dan Media Terhadap Hasil Belajar Patiseri Smk Se-Gerbang
Kertasusila. Jurnal Pendidikan. UNY

Patton, Michael Quinn. (1991). Metode Evaluasi Kualitatif. Terjemah: Budi


Puspo Priyadi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

74
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 70 Tahun 2009.
(2009). Pendidikan InklusifBagi Peserta Didik Yang MemilikiKelainan dan
Memiliki PotensiKecerdasan dan/atau Bakat Istimewa. Jawatimur:
Kelompok Kerja Inklusi Jawa Timur.

Sanjaya, Wina. (2012). Penelitian Tindakan Kelas Cetakan II. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.

Sugiyono. (2019). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Subini (2012) Psikologi Pembelajaran Yogyakarta: Mentari Pustaka

Sumaryanti (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Adaptif Untuk


Optimalisasi Otak Anak Tuna grahita. Jurnal Kependidikan. FIK UNY

Sukoco, dkk (2010) Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. FIK UNY

Sutrisno Hadi, (1991). Analisis untuk Instrumen Angket, Tes dan Skala Nilai
dengan Basic. Yogyakarta : Andi Offsed

Suryobroto, Agus S. 2010. Peningkatan Kemampuan Manajemen Guru


Pendidikan Jasmani. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. FIK UNY

Sutejo Indro Cahyono (2018).Survei Mengenai StrategiPembelajaran Pendidikan


Jasmani Adaptif Sekolah Dasar Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
peserta didik Sekolah Dasar Negeri Sekecamatan Piyungan Kabupaten
Bantul. Skripsi. Yogyakarta: FIP UNY

Sriwidati dan Murtadlo. (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif.


Jakarta: Depdiknas Dikti Direktorat Ketenagaan.

Taringan, Beltasar. (2002). Penjas Adaptif. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan.
___________ . (2008). Pendidikan Jasmani Adaptif. Bandung: FPOK UPI.

Utomo. 2018. Pendidikan Jasmani Adaptif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus


Berwawasan Kebangsaan. Jurnal. FKIP Universitas Lambung Mangkurat.

Widya Utami Putri (2013) Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif


Bagi Murid Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Luar Biasa.Skripsi. Pontianak

75
LAMPIRAN

76
Lampiran 1. Kartu Bimbingan TAS

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Keterangan

Lampiran 4. Instrumen Penelitian

Lampiran 5. Hasil Wawancara

Lampiran 6. RPP

Lampiran 7. Dokumentasi

77
Lampiran 1.

KARTU
Bimbingan
TAS
Lampiran 2.

SURAT IZIN
PENELITIAN
SURAT IZIN
PENELITIAN
SMP PONJONG
2019/2020
SURAT IZIN
PENELITIAN
SMP 3 PATUK
2019/2020
SURAT IZIN
PENELITIAN
SMP 4 PLAYEN
2019/2020
SURAT IZIN
PENELITIAN
SMP EKAKAPTI
2019/2020
Lampiran 3.

SURAT
KETERANGAN
SMP N 3 PATUK
SMP EKAKAPTI
SMP 4 PLAYEN
SMP PERSATUAN PONJONG
Lampiran 4.

INSTRUMEN
PENELITIAN
Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Penelitian Pengembangan Strategi Pembelajaran
Guru di Sekolah Inklusif

Variabel Faktor Indikator

1. Penggunaan Bahasa
Teknik 2. Membuat konsep
Memodifikasi yang konkret
Pembelajaran 3. Membuat urutan tugas
Mengembangkan 4. Ketersediaan waktu belajar
Strategi 5. Pendekatan multi sensori
Pembelajaran 1. Memodifikasi peralatan dan fasilitas
Pendidkan Teknik 2. Memanfaatkan ruang secara maksimal
Jasmani Aptif di Memodifikasi 3. Menghindari gangguan dan
SMP Inklusif Se- Lingkungan Belajar pemusatan konsentrasi
Kabupaten
Gunungkidul

Teknik
Memodifikasi 1. Modifikasi aktivitas belajar
Aktivitas Belajar 2. memodifikasi pengaturan dalam
pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan untuk
berpartisipasi seara aktif dalam
pembelajaran.
INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA

Faktor Indikator Pedoman Pertanyaan


Teknik Penggunaan 1. Bagaimana cara Bapak/ Ibu berkomunikasi
Memodifikasi Bahasa dengan peserta didik?
Pembelajaran 2. Menurut Bapak/Ibu adakah hambatan dalam
menyampaikan pembelajaran kepada peserta
didik?
Membuat konsep 3. Apakah Bapak/Ibu menyusun program
yang konkret semester, materi pembelajaran PJOK?
4. Apakah Bapak/Ibu membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran penjas
adaptif?

Membuat urutan 5. Apakah Bapak/Ibu memodifikasi rencana


tugas Pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) yang sudah
dibuat
6. Bagaiman cara Bapak/Ibu memberikan
perintah/instruksi kepada peserta didik?
7. Adakah perbedaan pemberian perintah/
intruksi antara ABK dengan peserta didik
biasa?
Ketersediaan 8. Adakah penambahan alokasi waktu dalam
waktu belajar pembelajaran yang diberikan terhadap peserta
didik?
Pendekatan multi 9. Strategi pembelajaran apakah yang Bapak/Ibu
sensori gunakan?
10. Apakah bapak/ibu memodifikasi penerapan
strategi pembelajaran, dengan menyesuaikan
dengan kondisi peserta didik?
11. Apakah bapak/ibu memberikan tugas kepada
peserta didik setelah selesai pembelajaran
untuk mengetahui kemampuan peserta didik?

Teknik Memodifikasi 12. Apakah sarana yang bapak/ibu gunakan sudah


Memodifikasi peralatan dan memadai untuk pembelajaran adaptif ?
Lingkungan fasilitas 13. Sarana prasarana apakah yang sudah
Belajar dimodifikasi untuk pembelajaran adaptif?
Memanfaatkan 14. Dimana Bapak/Ibu melaksanakan kegiatan
ruang secara pembelajaran adaptif?
maksimal 15. Bagaimana Bapak/Ibu mengkondisikan ruang
bagi peserta didik dalam pembelajaran agar
berjalan dengan maksimal?
Menghindari 16. Adakah kendala Bapak/Ibu dalam menarik
gangguan dan perhatian peserta didik agar fokus mengikuti
pemusatan proses pembelajaran?
konsentrasi 17. Bagamana cara Bapak/Ibu menarik perhatian
peserta didik agar fokus mengikuti proses
pembelajaran?
Teknik Modifikasi 18. Bagaimana penerapan modifikasi kegiatan
Memodifikasi aktivitas belajar pembelajaran adaptif agar materi yang
Aktivitas disampaikan diterima peserta didik dengan
Belajar porsi yang sesuai dengan kondisi?
19. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi
penerapan modifikasi pembelajaran adaptif?
Memodifikasi 20. Apakah Bapak/Ibu memodifikasi aturan dalam
pengaturan permainan saat pembelajaran adaptif?
dalam 21. Apakah Bapak/Ibu memiliki aturan tersendiri
pembelajaran untuk melakukan penilaian terhadap proses
belajar peserta didik?
Memberikan 22. Apakah Bapak/Ibu memberikan sesi tanya
kesempatan untuk jawab pada peserta didik?
berpartisipasi 23. Apakah bapak/ibu memberikan kebebasan
seara aktif dalam kepada peserta didik untuk mencari /
pembelajaran. menggunakan sumber belajar lainya?
24. Apakah bapak ibu melakukan penilaian
disetiap akhir pembelajaran?
25. Apakah bapak/ibu melibatkan peserta didik
untuk membantu mempersiapkan media dan
sarana prasarana pembelajaran?
INSTRUMEN PEDOMAN DOKUMENTASI

No Dokumen Ada Tidak Keterangan


1. Dokumentasi Program
semester
2. Foto kegiatan pembelajaran
3. Dokumentasi RPP
4. Buku pegangan berupa modul/
LKS
5. Foto/dokumen media
pembelajaran
6. Foto saat pengambilan data
Lampiran 5.

HASIL
WAWANCARA
Sekolah : SMP N 3 Patuk

Guru : Fajar Setiawan

Faktor Indiktor Pertanyaan Jawaban


Teknik Penggunaan 1. Bagaimana cara Bapak/ Ibu  Ya saya berkomunikasi secara
Memodifikasi Bahasa berkomunikasi dengan Biasa, tapi kalau untuk ana
Pembelajaran peserta didik? ABK menyesuaikan dengan
karekateristik siswa atau
keterbatasan yang siswa miliki,
kadang dengan bahasa yang
campur-campur
2. Menurut Bapak/Ibu adakah  Bagi saya gak terlalu ada, kalau
hambatan dalam anak ABK itu bahasa nya
menyampaikan pembelajaran kadang kurang tertata, tapi ya
kepada peserta didik? itu kita maklumi aja

Membuat konsep 3. Apakah Bapak/Ibu menyusun  Ya saya buat


yang konkret program semester, materi
pembelajaran PJOK?

4. Apakah Bapak/Ibu membuat  Membuat RPP


rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) sebelum
melaksanakan kegiatan
pembelajaran penjas adaptif ?

Membuat urutan 5. Apakah Bapak/Ibu  RPP yang saya buat tidak saya
tugas memodifikasi rencana modifakasi, karena anak ABK
Pelaksanaan pembelajaran disini cuma keterlambatan
(RPP) yang sudah dibuat belajar, sehingga kita sesuaikan
dengan pembelajaran anak
normal, bagai saya olaharaga
semua sama saja, hanya kalau
ada anak ABK yang mempunyai
keterbatasan fisik ya kita
berikan perakukan tersendiri

6. Bagaiman cara Bapak/Ibu  Ya saya memberikan perintah


memberikan perintah/instruksi atau instruksi secara bisanya,
kepada peserta didik? tapi kadang saya meminta
bantuan teman sebaya, mungkin
beberapa anak ada yang
kesulitan pada penjelasan, butuh
tidak hanya Cuma 1 kali
penjelasan, bisa beberapa kali
penjelasan, jadi saya minta
bantuan dari teman sebaya
untuk memberikan penjelasan
7. Adakah perbedaan pemberian  Ada, biasa kalau anak normal
perintah/ intruksi antara ABK cuma satu kali instruksi bisa
dengan peserta didik biasa? berjalan, tapi bagi anak ABK
kadang harus berkali-kali dan
kadang penjelasan yang saya
berikan secara perlahan
Ketersediaan 8. Adakah penambahan alokasi Seama ini tidak ada, kita
waktu belajar waktu dalam pembelajaran sesuaikan dengan jam belajar di
yang diberikan terhadap RPP
peserta didik?
Pendekatan multi 9. Strategi pembelajaran apakah  Saya menggunakan Inquiry
sensori yang Bapak/Ibu gunakan?
10. Apakah bapak/ibu  Ya sedikit mdifikasi, Cuma saat
memodifikasi penerapan penyampaian kita sesuaikan, ya
strategi pembelajaran, dengan mdifikasi tetap kita akukan,
menyesuaikan dengan kondisi meihat kebutuhan anak di
peserta didik? apangan

11. Apakah bapak/ibu  Iya, kadang ada tugas individu


memberikan tugas kepada dan tugas kelompok, tapi tidak
peserta didik setelah selesai setiap pertemuan saya
pembelajaran untuk memberikan tugas
mengetahui kemampuan
peserta didik?

Teknik Memodifikasi 12. Apakah sarana yang bapak/ibu  Memadai ya belum, tapi melihat
Memodifikasi peralatan dan gunakan sudah memadai dari sekolah lain, ya bagi saya
Lingkungan fasilitas untuk pembelajaran adaptif ? saran yang kita punya sudah
Belajar cukup lumayan bagus, yang
penting kita sudah bisa
melaksanakan pembelajaran
Pjok
13. Sarana prasarana apakah yang  Ya kita melihat pelaksanaan,
sudah dimodifikasi untuk kita hanya menyesuaikan dari
pembelajaran adaptif? materi yang kita ajarkan,
modifikasi kita lakukan paling
hanya pada permainan saja atau
alat yang kita gunakan dengan
membuat alat baru, misalnya:
memakai bola plastik,
modifikasi ukuran lapangan
yang kita gunakan
Memanfaatkan 14. Dimana Bapak/Ibu  Sesuai kodisi cuaca, kalau tidak
ruang secara melaksanakan kegiatan hujan, bisa dilapangan basket, di
maksimal pembelajaran adaptif? depan sekolah, ya kadang di
dalam kelas
15. Bagaimana Bapak/Ibu  Bisanya secara gantian
mengkondisikan ruang bagi
peserta didik dalam
pembelajaran agar berjalan
dengan maksimal?
Menghindari 16. Adakah kendala Bapak/Ibu  Ya ada, bisanya kaitanya dengan
gangguan dan dalam menarik perhatian konsentrasi anak, anak sering
pemusatan peserta didik agar fokus teralihkan perhatianya, anak ya
konsentrasi mengikuti proses memang harus banyak
pembelajaran? perhatian, kita terus ingatkan
anak
17. Bagamana cara Bapak/Ibu  Ya kita ingatkan terus dan lebih
menarik perhatian peserta banyak langsung ke praktek
didik agar fokus mengikuti
proses pembelajaran?
Teknik Modifikasi 18. Bagaimana penerapan  Kalau anak normal kita berikan
Memodifikasi aktivitas belajar modifikasi kegiatan instruksi dan langsung
Aktivitas pembelajaran adaptif agar mengerjakan perintah dari guru,
Belajar materi yang disampaikan tapi untuk anak ABK kita
diterima peserta didik dengan lakukan dengan di ulang-ulang,
porsi yang sesuai dengan memberikan pengarahan secara
kondisi? perlahan
19. Faktor-faktor apa saja yang  Ya lingkungan, kondisi siswa
memengaruhi penerapan yang kadang mempunyai
modifikasi pembelajaran keterlambatan belajar
adaptif?
Memodifikasi 20. Apakah Bapak/Ibu  Iya, kita sesuaikan dengan
pengaturan memodifikasi aturan dalam kondisi lapangan saat proses
dalam permainan saat pembelajaran pembelajaran berlangsung
pembelajaran adaptif?
21. Apakah Bapak/Ibu memiliki  Tidak, semua sama, tapi untuk
aturan tersendiri untuk anak ABK saya maklumki saja,
melakukan penilaian terhadap karena anak ABK asal mau
proses belajar peserta didik? mengikuti pembelajaran dengan
baik bagi saya sudah saya kasih
nilai yang cukup baik
Memberikan 22. Apakah Bapak/Ibu  Iya,
kesempatan untuk memberikan sesi tanya jawab
berpartisipasi pada peserta didik?
seara aktif dalam 23. Apakah bapak/ibu  Tentu, saya biasanya saat
pembelajaran. memberikan kebebasan pembelajaran saya
kepada peserta didik untuk menggunakan buku yang ada di
mencari/menggunakann sekolah, kita masih bergangtung
sumber belajar lainya? dengan buku, tapi jika ada siswa
yang mencari bahan dari sumber
lain saya tidak masalah
24. Apakah bapak ibu melakukan  Tidak, di waktu tertentu saja
penilaian disetiap akhir
pembelajaran?
25. Apakah bapak/ibu melibatkan  Iya mas, untuk mempersiapkan
peserta didik untuk membantu alat saya meminta anak untuk
mempersiapkan media dan mengambai, nnati kalau sudah
sarana prasarana pembelajaran selesai ya yang bertanggung
? jawab silahkan untuk
mengembalikan, semua sama
saya berikan perintah seperti itu
baik anak normal maupun ABK

INSTRUMEN PEDOMAN DOKUMENTASI

No Dokumen Ada Tidak Keterangan


1. Dokumentasi Program v
semester
2. Foto kegiatan pembelajaran v
3. Dokumentasi RPP v
4. Buku pegangan berupa modul/ v
LKS
5. Foto/dokumen media v
pembelajaran
6. Foto saat pengambilan data v
Sekolah : SMP Persatuan Pojong

Guru : Drs Suharno

Faktor Indikator Pedoman Pertanyaan Jawaban


Teknik Penggunaan 1. Bagaimana cara Bapak/  Yang kita biasanya pake bahasa
Memodifikasi Bahasa Ibu berkomunikasi isyarat, atau dengan saya terlebih
Pembelajaran dengan peserta didik? dahulu dekati dengan perlahan,
saya suruh, kalau gak mau ya saya
tidak maksa cuma saya tunggu
sampai dia mau dengan berbagai
cara agar mau, ya mungking
caranya seperti itu kalau untuk
anak ABK
2. Menurut Bapak/Ibu  Ya ada, kaang kalau saya suruh gak
adakah hambatan dalam mau ya kadang nangis, kadang
menyampaikan diganggu temanya dia jadi
pembelajaran kepada ngambek kadang pulang, tapi ini
peserta didik? tantangan buat guru
Membuat konsep 3. Apakah Bapak/Ibu  Iya, pasti ada
yang konkret menyusun program
semester, materi
pembelajaran PJOK?

4. Apakah Bapak/Ibu  Ya jelas buat RPP, saya udah lama


membuat rencana jadi guru PJOK jadi ya sudah biasa
pelaksanaan membuat RPP, tinggal
pembelajaran (RPP) menyesuaikan dengan yang
sebelum melaksanakan sebelumnya
kegiatan pembelajaran
penjas adaptif ?

Membuat urutan 5. Apakah Bapak/Ibu  Ya kalau RPP saya buat sama tidak
tugas memodifikasi rencana ada modifikasi, Cuma dalam
Pelaksanaan pembelajaran saya sesuaikan
pembelajaran (RPP) dengan kemampuan anak,
yang sudah dibuat khsusunya pada anak ABK
6. Bagaiman cara  Kalau untuk anak normal saya
Bapak/Ibu memberikan langsung memberikan instruksi
perintah/instruksi secara lisan, saya memberikan
kepada peserta didik? contoh dulu, nanti anak-anak
tinggal mengikuti

7. Adakah perbedaan  Ya ada, tapi kadang yang ABK itu


pemberian perintah/ di ganggu teman laine, ya saya
intruksi antara ABK kadang menberikan peringatan
dengan peserta didik kepada mereka, saya berusaha agar
biasa? proses pembelajaran tetap berjalan
dengan baik
Ketersediaan 8. Adakah penambahan  Ada, tapi ya melihat dari kondisi
waktu belajar alokasi waktu dalam pembelajaran, kalau kurang ya saya
pembelajaran yang biasanya minta waktu setelahnya,
diberikan terhadap kalau melihat materi yang cukup,
peserta didik? biasanya ya kita tidak perlu
menambah jam tambahan, Ini
berlaku buat anak ABK atau anak
normal biasanya, Lebih seringh
tidak melakukan penambahan
alokasi waktu
Pendekatan multi 9. Strategi pembelajaran  Problem solving
sensori apakah yang Bapak/Ibu
gunakan?

10. Apakah bapak/ibu  Ya ada, ya kalau tidak di


memodifikasi penerapan modifikasi tidak berjalan,
strategi pembelajaran, Misaalnya untuk yang ABK
dengan menyesuaikan dengan memberikan materi yang
dengan kondisi peserta mudah, atau gerakan yang mudah,
didik? sehingga penerapan berjalan
dengan baik
11. Apakah bapak/ibu
memberikan tugas  Ya kadang memberikan tugas, tapi
kepada peserta didik untuk yang ABK ya sering
setelah selesai memberi tugas, karena ya biar anak
pembelajaran untuk bisa mengmbangkan di rumah
mengetahui kemampuan
peserta didik?
Teknik Memodifikasi 12. Apakah sarana yang  Ya sementara yang dipunyai saya
Memodifikasi peralatan dan bapak/ibu gunakan rasa cukup memadai, meskipun
Lingkungan fasilitas sudah memadai untuk belum lengkap
Belajar pembelajaran adaptif ?
13. Sarana prasarana apakah  Paling modifikasi yang saya
yang sudah dimodifikasi lakukan di aturan permainan
untuk pembelajaran
adaptif?
Memanfaatkan 14. Dimana Bapak/Ibu  Diluar kelas
ruang secara melaksanakan kegiatan
maksimal pembelajaran adaptif?

15. Bagaimana Bapak/Ibu  Anak yang ABK saya beri


mengkondisikan ruang kesempatan untuk melihat dulu,
bagi peserta didik dalam nanti bergantian mencoba
pembelajaran agar
berjalan dengan
maksimal?
Menghindari 16. Adakah kendala  Biasanya ada anak dari kelas lain
gangguan dan Bapak/Ibu dalam yang mengangu pehatian anak, jadi
pemusatan menarik perhatian anak tergangu perhatianya
konsentrasi peserta didik agar fokus
mengikuti proses
pembelajaran?
17. Bagamana cara  Diberi motivasi atau reward
Bapak/Ibu menarik kepada anak, ya kita beri hadiah
perhatian peserta didik jadi anak-anak akan lebih semangat
agar fokus mengikuti
proses pembelajaran?
Teknik Modifikasi 18. Bagaimana penerapan  Ya melihat kondisi ya sesuai
Memodifikasi aktivitas belajar modifikasi kegiatan dengan porsinya, khusus anak
Aktivitas pembelajaran adaptif ABK sesuai kemampuan anak, jadi
Belajar agar materi yang tidak memaksa anak
disampaikan diterima
peserta didik dengan
porsi yang sesuai
dengan kondisi?

19. Faktor-faktor apa saja  Faktor dari lingkungan, ya


yang memengaruhi biasanya bawaan dari pengaruh
penerapan modifikasi dari keluarga dan teman
pembelajaran adaptif?
Memodifikasi 20. Apakah Bapak/Ibu  Ya untuk ABK menyesuaikan di
pengaturan memodifikasi aturan lapangan
dalam dalam permainan saat
pembelajaran pembelajaran adaptif?
21. Apakah Bapak/Ibu  Kalau kriteria tidak kami
memiliki aturan modifikasi, tapi Biasanya untuk
tersendiri untuk anak ABK kriteria penilaiannya
melakukan penilaian saya turunkan,
terhadap proses belajar
peserta didik?
Memberikan 22. Apakah Bapak/Ibu  Ya, kepada semua anak saya beri
kesempatan untuk memberikan sesi tanya kesempatan untuk bertanya
berpartisipasi jawab pada peserta
seara aktif dalam didik?
pembelajaran.
23. Apakah bapak/ibu  Ya saya berikan kebebasan,
memberikan kebebasan asalkan benar, malah saya berikan
kepada peserta didik kesempatan untuk
untuk mengembangkan, kalau untuk
mencari/menggunakan ABK ya sama saya memberikan
sumber belajar lainya? kebebasan

24. Apakah bapak ibu  Tidak harus memberikan penilaian


melakukan penilaian
disetiap akhir
pembelajaran?

25. Apakah bapak/ibu  Ya, saya meminta anak untuk


melibatkan peserta didik mengambi perlengkapan, seperti
untuk membantu net, bola, anak normal dan ABK
mempersiapkan media sama saja. Nanti saat selesai ya
dan sarana prasarana saya minta mengembaliknya lagi
pembelajaran ?

INSTRUMEN PEDOMAN DOKUMENTASI

No Dokumen Ada Tidak Keterangan


1. Dokumentasi Program v
semester
2. Foto kegiatan pembelajaran v
3. Dokumentasi RPP v
4. Buku pegangan berupa modul/ v
LKS
5. Foto/dokumen media v
pembelajaran
6. Foto saat pengambilan data v
Sekolah : SMP Ekakapti Karangmojo Gunungkidul

Guru : Agustinus supriono

Faktor Indikator Pedoman Pertanyaan Jawaban


Teknik Penggunaan 1. Bagaimana cara Bapak/ Ibu  Yang lakukan biasanya pake
Memodifikasi Bahasa berkomunikasi dengan biasa isyarat, saya berikan
Pembelajaran peserta didik? contoh dengan pelan-pelan,
saya beri arahan dan kemudian
saya memberikan perintah,
tapu kalau gak mau ya saya
tidak memaksa anak
2. Menurut Bapak/Ibu adakah
hambatan dalam  Ya ada, kadang anak
menyampaikan pembelajaran bertingkah semaunya sendiri,
kepada peserta didik? anak disuruh tidak mau, Kalau
anak yang biasa kadang terlalu
asik bermaian sendiri
Membuat 3. Apakah Bapak/Ibu menyusun  Iya ada membuat
konsep yang program semester, materi
konkret pembelajaran PJOK?

4. Apakah Bapak/Ibu membuat  Ada, saya selalu mengunakan


rencana pelaksanaan RPP untuk pembelajaran,
pembelajaran (RPP) sebelum tetapi saat pembelajaran ya
melaksanakan kegiatan kita situasiolnal saja melihat
pembelajaran penjas adaptif? keadaan

Membuat urutan 5. Apakah Bapak/Ibu  Ya kau RPP saya buat sama


tugas memodifikasi rencana seperti RPP biasanya, Cuma
Pelaksanaan pembelajaran dalam pembeajaran saya
(RPP) yang sudah dibuat sesuaikan dengan kemampuan
anak, khsusunya pada anak
ABK
6. Bagaiman cara Bapak/Ibu  Ya saya biasanya perintah atau
memberikan perintah/instruksi instruksi saya sampaikan di
kepada peserta didik? awal pembelajaran, tetap saya
sampaikan secara lisan, Cuma
ketika untuk anak ABK saya
lakukan secara berulang-ulang

7. Adakah perbedaan pemberian  Bisanya anak ABK saya


perintah/ intruksi antara ABK sendirikan, terus saya meminta
dengan peserta didik biasa? anak lain yang bisa untuk
memberikan contoh dan di
ulang-ulang kembali
Ketersediaan 8. Adakah penambahan alokasi Sepertinya tidak ada, kita
waktu belajar waktu dalam pembelajaran sesuaikan dengan waktu
yang diberikan terhadap pembelajaran, memaksimakan
peserta didik? waktu yang ada

Pendekatan 9. Strategi pembelajaran apakah  Ya beberapa macam strategi


multi sensori yang Bapak/Ibu gunakan? yang saya terapkan kooperatif,
tapi tetap saya awali dengan
ceramah
10. Apakah bapak/ibu  Ya ada,
memodifikasi penerapan
strategi pembelajaran, dengan
menyesuaikan dengan kondisi
peserta didik?
11. Apakah bapak/ibu  Tugas biasanya hanya kita
memberikan tugas kepada berikan untuk anak yang
peserta didik setelah selesai kurang dalam penilaian,
pembelajaran untuk meskipun ABK dia bisa ya
mengetahui kemampuan saya tidak memberikan tugas
peserta didik? tambahan

Teknik Memodifikasi 12. Apakah sarana yang bapak/ibu  Ya sementara yang dipunya
Memodifikasi peralatan dan gunakan sudah memadai cukup memadai, mekipun
Lingkungan fasilitas untuk pembelajaran adaptif ? belum lengkap
Belajar 13. Sarana prasarana apakah yang  Yang saya modifikasi di aturan
sudah dimodifikasi untuk permainan, jadi misalnya saya
pembelajaran adaptif? menggunakan bola plastik,
permainan sepak bola 4 lawan
4 dan yang lainya
Memanfaatkan 14. Dimana Bapak/Ibu  Diluar mas
ruang secara melaksanakan kegiatan
maksimal pembelajaran adaptif?
15. Bagaimana Bapak/Ibu  Anak yang ABK saya beri
mengkondisikan ruang bagi kesempatan anak untuk
peserta didik dalam melihat dulu, baru setelah ada
pembelajaran agar berjalan keingin bagi mereka, nanti
dengan maksimal? bergantian mencoba
Menghindari 16. Adakah kendala Bapak/Ibu  Kendala itu memang ada, kita
gangguan dan dalam menarik perhatian mengajar di lingkup sekolah
pemusatan peserta didik agar fokus SMP, ya ada anak yang usil
konsentrasi mengikuti proses atau mengganggu temanya,
pembelajaran? saling menggagu, ya kita terus
terang menegur anak yang
mengganggu tersebut,
kemudian kita mencoba
mengulang-ulang lagi
17. Bagamana cara Bapak/Ibu  Diberi motivasi atau reward
menarik perhatian peserta kepada anak, kita beri hadiah
didik agar fokus mengikuti jadi anak-anak akan lebih
proses pembelajaran? semangat
Teknik Modifikasi 18. Bagaimana penerapan  Ya meihat kondisi ya sesuai
Memodifikasi aktivitas belajar modifikasi kegiatan dengan porsinya, khsusu anak
Aktivitas pembelajaran adaptif agar ABK sesuai kemampuan anak,
Belajar materi yang disampaikan jadi tidak memaksa anak
diterima peserta didik dengan
porsi yang sesuai dengan
kondisi?
19. Faktor-faktor apa saja yang  Faktor dari lingkungan
memengaruhi penerapan
modifikasi pembelajaran
adaptif?
Memodifikasi 20. Apakah Bapak/Ibu  Ya untuk anak ABK
pengaturan memodifikasi aturan dalam menyesuaikan di lapangan,
dalam permainan saat pembelajaran kalau anak ikut bermaian ya
pembelajaran adaptif? biasanya Cuma sekedar ikut
saja, yang penting bisa ikut
dalam pembelajaran sudah
baik
21. Apakah Bapak/Ibu memiliki  Tidak, tapi kriteria penilaian
aturan tersendiri untuk saya turunkan, tidak sama
melakukan penilaian terhadap dengan anak normal biasanya
proses belajar peserta didik?
Memberikan 22. Apakah Bapak/Ibu  Hampir disetiap selesai
kesempatan memberikan sesi tanya jawab pembelajaran, saya
untuk pada peserta didik? memberikan tanya, jawab
berpartisipasi untuk mengukur keberhasian
seara aktif pembelajaran tersebut
dalam 23. Apakah bapak/ibu  Ya saya berikan kebebasan,
pembelajaran. memberikan kebebasan asalkan benar, ini berlaku buat
kepada peserta didik untuk anak normal maupun ABK
mencari/menggunakan sumber
belajar lainya?
24. Apakah bapak ibu melakukan  Tidak harus, penilain kita
penilaian disetiap akhir lakukan setelah beberapa kali
pembelajaran? pertemuan
25. Apakah bapak/ibu melibatkan  Ya, semua, jadi anak ABK
peserta didik untuk membantu maupun anak normal saya
mempersiapkan media dan kadang mintai bantuan untuk
sarana prasarana pembelajaran mempersiapkan, biar anak
? lebih aktif lagi
INSTRUMEN PEDOMAN DOKUMENTASI

No Dokumen Ada Tidak Keterangan


1. Dokumentasi Program v
semester
2. Foto kegiatan pembelajaran v
3. Dokumentasi RPP v
4. Buku pegangan berupa modul/ v
LKS
5. Foto/dokumen media v
pembelajaran
6. Foto saat pengambilan data v
Sekolah : SMP 4 Playen

Guru : Ibu siti

Faktor Indikator Pedoman Pertanyaan Jawaban


Teknik Penggunaan Bahasa 1. Bagaimana cara Bapak/  Ya dengan cara pendekatan,
Memodifikasi Ibu berkomunikasi untuk anak ABK saya tanyai
Pembelajaran dengan peserta didik? dulu, kalau belum paham
materi biasanya saya gunakan
bahasa yang sederhana utnuk
menyampaikan
2. Menurut Bapak/Ibu  Secara umum gak terlalu
adakah hambatan dalam banyak, tapi ya hambatan buat
menyampaikan saya wajar
pembelajaran kepada
peserta didik?
Membuat konsep 3. Apakah Bapak/Ibu  Iya, pasti ada
yang konkret menyusun program
semester, materi
pembelajaran PJOK?
4. Apakah Bapak/Ibu  Ya jelas buat RPP
membuat rencana
pelaksanaan
pembelajaran (RPP )
sebelum melaksanakan
kegiatan pembelajaran
penjas adaptif?

Membuat urutan 5. Apakah Bapak/Ibu  Ya kalau RPP saya buat sama,


tugas memodifikasi rencana Cuma dalam penerapan
Pelaksanaan pembelajaran anak ABK saya
pembelajaran ( RPP ) sesuaikan dengan kemampuan
yang sudah dibuat anak
6. Bagaiman cara  Ya seperti biasa memberikan
Bapak/Ibu memberikan perintah secara lisan, dengan
perintah/instruksi contoh dengan peraga seperti
kepada peserta didik? itu
7. Adakah perbedaan  Ya ada, tapi kadang yang ABK
pemberian perintah/ itu di ganggu teman lainya,
intruksi antara ABK kadang ada yang mengejek
dengan peserta didik sedikit jadi gak mau ikut, atau
biasa? ada teman dari kelas lain yang
menggangu jadi membuat
konsentrasi anak jadi kurang
fokus
Ketersediaan waktu 8. Adakah penambahan Tidak ada, saya selalu berusaha
belajar alokasi waktu dalam untuk memaksimalkan jam
pembelajaran yang pelajaran yang ada
diberikan terhadap
peserta didik?
Pendekatan multi 9. Strategi pembelajaran  Problem solving
sensori apakah yang Bapak/Ibu
gunakan?
10. Apakah bapak/ibu  Ya ada, ya kalau tidak di
memodifikasi penerapan modifikasi tidak berjalan
strategi pembelajaran, Misaalnya yang ABK dengan
dengan menyesuaikan memberikan materi yang
dengan kondisi peserta mudah, atau gerakan yang
didik? mudah
11. Apakah bapak/ibu  Ya kadanga memberikan
memberikan tugas tugas, tapi untuk yang ABK
kepada peserta didik saya sering memberi tugas,
setelah selesai karena anak biar belajar
pembelajaran untuk dirumah dan bisa melatih diri
mengetahui kemampuan di rumah
peserta didik?

Teknik Memodifikasi 12. Apakah sarana yang  Belum, kalau alat dan fasilitas
Memodifikasi peralatan dan fasilitas bapak/ibu gunakan ini sebenarnya untuk siswa
Lingkungan sudah memadai untuk yang normal, tapi kalau untuk
Belajar pembelajaran adaptif ? anka adaptif belum ada, belum
ada sarana tersendiri untuk
anak ABK, yang kita gunakan
untuk campuran dengan anak
normal lainya. kita jadi satu
13. Sarana prasarana apakah  Ya, saya bedakan untuk anak
yang sudah dimodifikasi normal dengan anak ABK
untuk pembelajaran jelas saya modifikasi
adaptif?
Memanfaatkan ruang 14. Dimana Bapak/Ibu  lebih sering di uar keas
secara maksimal melaksanakan kegiatan
pembelajaran adaptif?
15. Bagaimana Bapak/Ibu  Anak yang ABK saya beri
mengkondisikan ruang kesempatan anak utuk melihat
bagi peserta didik dalam dulu, nanti bergantian
pembelajaran agar mencoba
berjalan dengan
maksimal?
Menghindari 16. Adakah kendala  Biasanya ada anak dari kelas
gangguan dan Bapak/Ibu dalam lain yang mengangu pehatian
pemusatan menarik perhatian anak, jadi anak tergangu
konsentrasi peserta didik agar fokus pehatianya
mengikuti proses
pembelajaran?

17. Bagamana cara  Ahamdulillah anak-anak


Bapak/Ibu menarik antusias terhadap adengan
perhatian peserta didik pelajaran PJOK jadi ya saya
agar fokus mengikuti tidak perlu memberikan
proses pembelajaran? banyak perintah
Teknik Modifikasi aktivitas 18. Bagaimana penerapan  Ya melihat kondisi ya sesuai
Memodifikasi belajar modifikasi kegiatan dengan porsinya, khsusus anak
Aktivitas pembelajaran adaptif ABK sesuai kemampuan anak,
Belajar agar materi yang jadi tidak memaksa anak
disampaikan diterima
peserta didik dengan
porsi yang sesuai
dengan kondisi?
19. Faktor-faktor apa saja  Faktor dari lingkkungan
yang memengaruhi
penerapan modifikasi
pembelajaran adaptif?
Memodifikasi 20. Apakah Bapak/Ibu  Ya untuk anak ABK
pengaturan dalam memodifikasi aturan menyesuaikan di lapangan
pembelajaran dalam permainan saat
pembelajaran adaptif?  Ya saya ada, biasanya
21. Apakah Bapak/Ibu tuangkan dalam RPP, untuk
memiliki aturan hasil penialaian saya bedakan
tersendiri untuk jelas, yang penting anak ABK
melakukan penilaian sudah mau melakukan jadi
terhadap proses belajar tidaka ada target untuk hasil
peserta didik? penilaian

Memberikan 22. Apakah Bapak/Ibu Iya


kesempatan untuk memberikan sesi tanya
berpartisipasi seara jawab pada peserta
aktif dalam didik?
pembelajaran. 23. Apakah bapak/ibu  Ya saya berikan kebebasan,
memberikan kebebasan asalkan benar, malah saya
kepada peserta didik berikan
untuk
mencari/menggunakan
sumber belajar lainya?
24. Apakah bapak ibu  Tidak harus memberikan
melakukan penilaian penilaian
disetiap akhir
pembelajaran?
25. Apakah bapak/ibu  Ya, saya meminta anak untuk
melibatkan peserta didik mengambil perlengkapan, anak
untuk membantu normal dan ABK sama saja
mempersiapkan media
dan sarana prasarana
pembelajaran ?

INSTRUMEN PEDOMAN DOKUMENTASI

No Dokumen Ada Tidak Keterangan


1. Dokumentasi Program v
semester
2. Foto kegiatan pembelajaran v
3. Dokumentasi RPP v
4. Buku pegangan berupa modul/ v
LKS
5. Foto/dokumen media v
pembelajaran
6. Foto saat pengambilan data v
Lampiran 6.

RPP
PROMES
SMP 4 PLAYEN
PROGRAM SEMESTER

Sekolah : SMP N 4 Playen


Mata pelajaran : PJOK
Kelas/ Semester : VIII/ Genap
Tahun Pelajaran : 2019/ 2020

Nama Bulan
Alokasi
No Materi Pelajaran Januari Februari Maret April Mei Juni Ket
Waktu
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2
1 Permainan bola besar 12
BolaBasket v v v v
2 Permainan Bola kecil 9
Bulutangkis v v v
3 Atletik 9

Lompat tinggi gaya gunting v

Lempar Lembing gaya


v v
langkah jingkat

USBN
UNBK
4 Beladiri 6
Pencak Silat v v
Libur Awal Puasa

5 Senam Irama 9

Penilaian Tengah Semester 2


Variasi rangkaian aktivitas
Libur Idul Fitri dan Libur semester 2

Penilaian Akhir tahun dan Porsenitas

gerak ritmik yang lebih v v v


kompleks
6 Kesehatan 6
Keselamatan di jalan raya v v

Jumlah JP Semester 2 51

Guru Mata pelajaran

Siti Imroatul Khasanah,S.Pd.


NIP. 197701012003122012
SMP 4 PLAYEN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 8.2.1.3 )

Sekolah : SMP N 4 Playen


Mata Pelajaran : PJOK
Kelas/ Semester : VIII/ dua
Materi Pokok : Permainan Bola Besar ( Bola basket )
Alokasi Waktu : 2 x 3 JP ( 2 x Pertemuan )

A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung
jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada
tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1 Memahami konsep variasi 3.1.1 Menjelaskan cara menembak bola dengan satu tangan
gerak spesifik dalam 3.1.2 Menjelaskan cara menembak dengan dua tangan sambil
berbagai permainan bola melompat
basket sederhana dan atau 3.1.3 Menjelaskan cara menembak dengan lay- up- shoot
tradisional 3.1.4 Menjelaskan cara variasi prinsip dasar permainan bola
basket
3.1.5 Menjelaskan cara bermain bola basket secara sederhana
dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi
4.1 Mempraktikkan variasi gerak 4.1.1 Mempraktikkan cara menembak bola dengan satu tangan
spesifik dalam berbagai 4.1.2 Mempraktikkan cara menembak bola dengan dua tangan
permainan bola basket sambil melompat
sederhana dan atau 4.1.3 Mempraktikkan cara menembak bola dengan lay- up –shoot
tradisional 4.1.4 Mempraktikkan cara variasi prinsip dasar permainan bola
basket
4.1.5 Mempraktikkan cara bermain bola basket secara sederhana
dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi.
Nilai Karakter : Religius, kejujuran, kerja keras dan kerjasama

C. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, siswa diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut
:
Pertemuan Pertama
1. Memahami menggunakan variasi prinsip dasar melempar, menangkap, lay-up shoot, dan menembak
pada permainan bola basket
2. Melakukan cara melempar melalui atas kepala
3. Melakukan cara menembak bola dengan teknik satu tangan.
4. Melakukan cara melakukan variasi prinsip dasar permainan bola basket
5. Bermain bolabasket dengan peraturan yang dimodifikasi, menggunakan variasi prinsip dasar melempar,
menangkap, lay-up shoot, dan menembak ke ring basket dengan baik untuk memupuk nilai toleransi,
menghargai perbedaan, tanggungjawab, sportifitas, kerjasama, disiplin
Pertemuan Kedua
1. Memahami menggunakan variasi prinsip dasar melempar, menangkap, lay-up shoot, dan menembak
pada permainan bola basket
2. Melakukan cara menembak bola dengan dua tangan sambil melompat.
3. Melakukan cara melakukan lay-up shoot
4. Melakukan cara melakukan variasi prinsip dasar permainan bola basket
5. Bermain bolabasket dengan peraturan yang dimodifikasi, menggunakan variasi prinsip dasar melempar,
menangkap, lay-up shoot, dan menembak ke ring basket dengan baik untuk memupuk nilai toleransi,
menghargai perbedaan, tanggungjawab, sportifitas, kerjasama, disiplin

D. Materi Pembelajaran :
1. Materi pembelajaran reguler
Pertemuan Pertama
 Melempar bola melalui atas kepala
 Menembak bola dengan satu tangan
 Variasi prinsip dasar gerak permainan bolabasket
 Bermain bolabasket secara sederhana dengan menerapkan variasi prinsip dasar melempar,
menangkap, lay-up shoot, dan menembak ke ring basket.
Pertemuan Kedua
 Menembak bola dengan dua tangan sambil melompat
 Lay-up shoot
 Variasi prinsip dasar gerak permainan bolabasket
 Bermain bolabasket secara sederhana dengan menerapkan variasi prinsip dasar melempar,
menangkap, lay-up shoot, dan menembak ke ring basket.
2. Materi pembelajaran remidial
Pada dasarnya materi pembelajaran remedial adalah materi pembelajaran reguler yang disederhanakan
sehingga mudah dipahami dan dilakukan. Misalnya jarak latihan di perpendek.
3. Materi pembelajaran pengayaan
Materi pengayaan dikembangkan dari materi pembelajaran regular dengan meningkatkan faktor kesulitan.
Misalnya jarak latihan diperjauh.

E. Metode Pembelajaran :
1. Pendekatan : Saintifik (scientific)
2. Metode : Penemuan/ Discovery learning

F. Media dan Bahan Pembelajaran :


1. Gambar: Prinsip gerakan operan melalui atas kepala/passing atas, menembak (shooting)
menggunakan satu tangan, dan lay-up shoot
2. Model: Peragaan oleh guru atau peserta didik yang sudah memiliki kemampuan melakukan operan
melalui atas kepala/passing atas, menembak (shooting) menggunakan satu tangan, dan lay-up shoot
bola besar dengan bola basket
3. Ruang terbuka yang datar dan aman/lapangan basket b.Bola ± 18 buah
4. Tiang dan ring basket satu set
5. Tiang bendera /cone ± 12 buah
6. Lembar Kerja Siswa
7. hulahoop
8. Stopwacth
9. Cone
10. Peluit

G. Sumber Belajar
- Roji dan Eva Yulianti. Cetakan ke-2,2017 ( Edisi Revisi ). PJOK (Buku siswa). Jakarta: Kemdikbud
(hal. 47- 59)
- Roji dan Eva Yulianti. Cetakan ke-2,2017 ( Edisi Revisi ). PJOK (Buku Guru). Jakarta: Kemdikbud
(hal. 57- 76 )

H. Langkah- langkah Pembelajaran :


Pertemuan Pertama : 3 JP
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN Kegiatan pendahuluan yang harus dilakukan oleh guru sebagai 15 menit
1. Menyiapkan psikis berikut.
dan fisik 1) Siswa duduk dengan tertib dan tenang, ucapkan salam atau
2. Memberi motivasi selamat pagi kepada guru.
belajar 2) Sebelum melakukan pembelajaran sebaiknya seluruh siswa dan
guru berdoa dan bersalaman.
3. Mengajukan
3) Guru memastikan bahwa semua siswa dalam keadaan sehat,
pertanyaan dan penyakit kronis lainnya harus diperlakukan secara khusus.
menantang 4) Tanyakan kondisi kesehatan siswa secara umum.
4. Tujuan 5) Ice Breaking dengan tepuk PPK untuk memusatkan
pembelajaran konsentrasi.
5. Menjelaskan 6) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh
uraian kegiatan siswa tentang berbagai variasi prinsip dasar melempar,
menangkap dan menembak ke ring basket pada permainan
dan penilaian
bola basket.
7) Guru menyampaikan tehnik penilaian untuk kompetensi yang
harus dikuasai, baik kompetensi sikap spiritual dengan
observasi dalam bentuk jurnal, kompetensi pengetahuan dan
kompetensi ketrampilan.
( Nasionalis, RelegiusdanSemangathidup)

KEGIATAN INTI Kegiatan inti yang dilakukan oleh guru antara lain. 90 menit
1. Merumuskan Merumuskan pertanyaan, masalah, atau topik yang akan
pertayaan diselidiki.

1) Peserta didik mengamati video dan mengamati pada buku


pegangan siswa tentang berbagai variasi prinsip dasar
melempar, menangkap dan menembak ke ring basket pada
permainan bola basket pada permainan bola basket. Roji dan
Eva Yulianti. Cetakan ke-2,2017 ( Edisi Revisi ). PJOK (Buku
siswa). Jakarta: Kemdikbud (hal. 47- 59 )(penguatan literasi)
2) Guru memotivasi siswa untuk bertanya, dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan atau mengajukan
permasalahan, misalnya :
 Bagaimana cara melakukan variasi prinsip dasar
melempar, menangkap dan menembak ke ring basket
pada permainan bola basket agar lebih efektif dan
efesien?Apakah posisi badan mempengaruhi pergerakan
bola saat melakukan variasi prinsip dasar melempar,
menangkapdan menembak ke ring basket pada permainan
bola basket ? Apakah kekuatan lecutan kedua lengan
akan mempengaruhi ketepatan operan bola basket? Jenis
pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan
variasi prinsip dasar melempar, menangkap menembak
ke ring basket pada permainan bola basket ?
 Manfaat permainan bola basket terhadap kesehatan dan
otot-otot yang dominan yang dipergunakan dalam
permainan bola basket.
( Menumbuhkan rasa ingin tahu )

2. Merencanakan Merencanakan prosedur atau langkah-langkah pengumpulan


data dan analisis data.

Guru bersama siswa merencanakan prosedur pengumpulan data dan


analisis data yang akan digunakan dalam penyelidikan yaitu:
1) Peserta didik merencanakan langkah langkah yang harus
diambil untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut melalui kegiatan ekplorasi gerak secara individual,
berpasangan, atau berkelompok dengan menggunakan metode
resiprokal yaitu siswa dibagi menjadi 2 kelompok yang
mempunyai peran masing-masing. Kelompok 1 berperan
sebagai pelaku dan kelompok 2 berperan sebagai pengamat,
begitu sebaliknya dengan menunjukkan sikap kerja sama dan
kerja keras.
2) Melakukan pemanasan (diurutkan sesuai dengan kondisi) yang
mengarah pada teknik dasar permainan bola basket , seperti:
Permainan Hinggap dan Terbangatau permainan yang lainnya.
Aturan dan peraturan permainan:
(a) Pisahkan antara laki-laki dan perempuan supaya mudah
dalam melakukan tugas belajar gerak.
(b) Ketika kelas telah terbagi, posisikan pada tugas belajar
gerak yang telah dipetakan oleh guru.
(c) Siswa harus berada di dalam lingkaran (hulahoop)
kemudian ada teman siswa yang berada di luar lingkaran
yang akan berusaha masuk ke dalam lingkaran.
(d) Ketika guru memberikan aba-aba atau perintah, siswa
yang berada di dalam lingkaran harus berusaha lari dan
berpindah dari lingkaran satu ke lingkaran yang lainnya.
(e) Siswa yang berada di luar lingkaran harus berusaha masuk
ke dalam lingkaran menggantikan posisinya.
(f) Tidak boleh ada lingkaran yang terisi oleh dua orang.
(g) Jika ada lingkaran yang terisi oleh dua orang maka satu
orang keluar dan berusaha masuk lagi ke dalam lingkaran
setelah ada aba-aba atau perintah dari guru.

Gambar 1.Permainan hinggap dan terbang

3. Mengumpulkan Kegiatan mengumpulkan informasi, fakta, maupun data,


dan menganalisa dilanjutkan dengan kegiatan menganalisisnya.
data
1) Guru menjelaskan pembelajaran tentang berbagai variasi
prinsip dasar melempar, menangkap dan menembak ke ring
basket pada permainan bola basket.
2) Peserta didik menyimak informasi dan peragaan materi tentang
berbagai aktivitas bermain bola melalui prinsip dasar
melempar dan menembak ke ring basket (sikap awalan, sikap
pelaksanan dan sikap akhir/lanjutan )

 menggunakan Penggunaan metode resiprokal


a) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok. Tiap-tiap kelompok
menempati pos masing-masing.
b) Pada tiap-tiap pos siswa dibagi lagi menjadi 2 kelompok.
Kelompok 1 berperan sebagai pelaku dan kelompok satunya
menjadi pengamat.

 Di pos 1 siswa melakukan melempar bola melalui atas


kepala.
 Aktivitas bermain melempar bola melalui atas kepala
Tahapan Pembelajaran
(a) Persiapan: peserta didik dibagi dalam kelompok dan
berhadapan berjarak± 4 – 6 meter, satu kelompok
memegang satu buah bola.
(b) Pelaksanaan: lakukan gerak melempar bola melalui
atas kepala ke arah teman di depannya. Tahap
pertama dilakukan di tempat, tahap kedua bergerak
maju, mundur, dan menyamping, tahap ketiga
dilakukan dalam formasi berbanjar. Pada tahap ini
pemain yang telah melakukan gerakan berpindah
tempat. Fokuskan perhatian pada berat badan
dibawa ke depan, pelepasan bola dari kedua tangan
setelah kedua lengan lurus, arah bola lurus dan
datar.

Gambar 2. Melempar bola melalui atas kepala

 Di pos 2 siswa melakukan melempar bola pantul melalui


atas kepala.
 Aktivitas bermain melempar bola pantul melalui atas
kepala
Tahapan Pembelajaran
(a) Persiapan: peserta didik dibagi dalam kelompok dan
berhadapan berjarak± 4 – 6 meter, satu kelompok
memegang satu buah bola.
(b) Pelaksanaan: lakukan gerak melempar bola melalui
atas kepala ke arah teman di depannya. Tahap
pertama dilakukan di tempat. Tahap kedua bergerak
maju, mundur, dan menyamping. Tahap ketiga
dilakukan dalam formasi berbanjar. Pada tahap ini
pemain yang telah melakukan gerakan berpindah
tempat, fokuskan perhatian pada berat badan
dibawa ke depan, pelepasan bola dari kedua tangan
setelah kedua lengan lurus, arah bola lurus dan
datar.

Gambar 3. Melempar bola pantul melalui atas kepala

 Di pos 3 siswa melakukan menembak bola dengan satu


tangan ke arah ring.
 Aktivitas bermain menembak (shooting) bola dengan
satu tangan ke arah ring/lingkaran.
Tahapan Pembelajaran
(a) Persiapan: peserta didik dibagi dalam kelompok dan
menghadap ring/lingkaran berjarak ± 3 – 4 meter,
satu kelompok memegang satu buah bola.
(b) Pelaksanaan: lakukan gerak menembak (shooting)
dengan satu tangan. Bola diarahkan ke ring/
lingkaran, dilakukan dalam formasi berbanjar.
Pemain yang telah melakukan gerakan menangkap
bola dan mengumpan pada teman, lalu berpindah
tempat ke belakang formasi. Fokuskan perhatian
pada gerakan lengan mendorong bola ke depan atas,
pelepasan bola dari kedua tangan setelah kedua
lengan lurus, arah bola berbentuk parabola, gerakan
pinggul, lutut, dan tumit naik.

Gambar 4. Menembak (shooting) bola dengan satu tangan ke arah


ring/lingkaran
 Di pos 4 siswa melakukan menembak dengan satu tangan.
 Aktivitas bermain menembak (shooting) bola dengan
satu tangan
Tahapan Pembelajaran
(a) Persiapan: peserta didik dibagi dalam kelompok dan
berhadapan berjarak± 4 – 6 meter, satu kelompok
memegang satu buah bola.
(b) Pelaksanaan: lakukan gerak menembak (shooting)
dengan satu tangan arah teman di depannya. Tahap
pertama dilakukan di tempat. Tahap kedua bergerak
maju, mundur, dan menyamping. Tahap ketiga
dilakukan dalam formasi berbanjar. Pada tahap ini
pemain yang telah melakukan gerakan berpindah
tempat, fokuskan perhatian pada gerakan lengan
mendorong bola ke depan atas, pelepasan bola dari
kedua tangan setelah kedua lengan lurus, arah bola
berbentuk parabol, gerakan pinggul, lutut, dan tumit
naik.

Gambar 5. Menembak (shooting) bola dengan satu tangan

 Setelah kelompok 1 selesai kemudian bergantian kelompok


pengamat menjadi kelompok pelaku dan sebaliknya.
 Siswa melakukan aktivitas bermain melempar bola melalui
atas kepala dan menembak bola dengan satu tangan. Setelah
melakukan latihan di pos 1 dilanjutkan melakukan latihan
di pos 2, dilanjutkan melakukan latihan di pos 3,
dilanjutkan melakukan di pos 4. Masing-masing latihan di
pos dibatasi 5 menit.

3) Aktivitas pembelajaran gerak berbagai variasi dalam


pembelajaran bola basket adalah melakukan satu bentuk gerak
spesifik dengan berbagai cara, seperti : melakukan gerak
spesifik mengumpan/ menembak (shooting) bola di tempat,
sambil bergerak maju-mundur, dan bergerak menyamping, baik
secara perorangan, berpasangan maupun kelompok.
4) Akhir dari pembelajaran variasi gerak spesifik ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan penanaman nilai
disiplin, menghargai perbedaan, tanggung jawab, dan kerja
sama. Berikut variasi dalam pembelajarannya.
 Aktivitas bermain lemparan melalui atas kepala dan
menembak (shooting)
Tahapan Pembelajaran
(a) Persiapan: peserta didik dibagi dalam kelompok dan
menghadap arah gerakan atau ring basket, kelompok
pelempar menghadap ring basket dan kelompok yang
menembak (shooting) membelakangi ring basket
(b) Pelaksanaan: kelompok pelempar melakukan lemparan
ke kelompok penembak (shooting) dan menangkap
bola lalu putar badan hingga menghadap ring basket
dan lakukan tembakan. Sebelum bola jatuh ke lantai,
cepat tangkap dan melempar bola ke kelompok
pelempar, dilakukan secara kelompok dalam formasi
berbanjar. Pemain yang telah melakukan gerakan
berpindah tempat ke belakang formasi. Fokuskan
perhatian pada gerakan lemparan melalui atas kepala,
dan gerakan menembak (shooting), gunakan
menembak tangan kanan dan kiri.

Gambar 6. Lemparan melalui atas kepala dan menembak


(shooting)

 Aktivitas bermain lemparan melalui atas


kepala,memantul- mantulkan bola dan menembak
(shooting)
Tahapan Pembelajaran
(a) Persiapan: peserta didik dibagi dalam kelompok dan
menghadap arah gerakan atau ring basket. Kelompok
pelempar menghadap ring basket dan kelompok
memantul-mantulkan bola, menembak (shooting)
membelakangi ring basket.
(b) Pelaksanaan: kelompok pelempar melakukan lemparan
kepada kelompok memantul-mantulkan bola,
penembak (shooting), dan menangkap bola lalu putar
badan hingga menghadap ring basket. Lakukan
memantul- mantulkan bola 2-3 langkah, lalu berhenti
dan lakukan tembakan ke arah ring basket. Sebelum
bola jatuh ke lantai, cepat tangkap dan melempar bola
ke kelompok pelempar. Dilakukan secara kelompok
dalam formasi berbanjar. Pemain yang telah melakukan
gerakan berpindah tempat ke belakang formasi.
Fokuskan perhatian pada gerakan lemparan melalui atas
kepala, dan gerakan menembak (shooting), gunakan
menembaktangan kanan dan kiri.
Gambar 7. Lemparan melalui atas kepala, memantul-mantulkan
bola dan menembak (shooting)

( kerjasama, disiplin, sportivitas,tanggung jawab dan tolerensi )

4. Menarik Menarik simpulan-simpulan (jawaban atau penjelasan ringkas)


kesimpulan
1) Peserta didik dibantu guru berdiskusi membuat kesimpulan
tentang berbagai variasi prinsip dasar melempar, menangkap
dan menembak ke ring basket permainan bola basket yang
benar yang dapat memenangkan pertandingan bola basket dan
menyebutkan kesalahan yang terjadi.
2) Siswa menuliskan hasil yang diperoleh dari pengamatan dan
latihan mengenai pengertian, otot-otot yang berperan dominan
atau otot-otot yang berfungsi serta prosedur untuk melempar
bola melalui atas kepala dan menembak bola dengan satu
tangandengan format yang telah disiapkan.
3) Peserta didik mendapatkan umpan balik dari diri sendiri, teman
dalam kelompok, dan guru.
(kreatif, kerja keras, menghargai, kerjasama,kejujuran,
tanggung jawab).

5. Aplikasi dan Menerapkan hasil dan mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan


tindak lanjut atau permasalahan lanjutan untuk dicari jawabnya.

1) Peserta didik memprentasikan di depan kelas dan


memperagakan hasil belajar berbagai variasi prinsip dasar
melempar, menangkap dan menembak ke ring basket pada
permainan bola basket. dengan peraturan yang dimodifikasi
dengan dilandasi nilai-nilai disiplin, sportif, kerja sama, dan
percaya diridan guru mengamati seluruh aktivitas peserta didik
dalam melakukan bermain sepak bola secara seksama.
2) Aktivitas pembelajaran bermain bola basket menggunakan
peraturan yang dimodifikasi :
Bermain Bola Basket Menggunakan Setengah Lapangan
(1) Jumlah pemain adalah 2 lawan 3 dilanjutkan dengan 4
lawan 3 atau 5 lawan 4, yakni: (a) 2 pemain penyerang
dan 3 pemain bertahan, (b) 4 pemain penyerang dan 3
pemain bertahan, (c) 5 pemain penyerang dan 4
pemain bertahan.
(2) Lama permainan untuk setiap regu 3-5 menit.
(3) Pemain penyerang berusaha memasukkan bola ke ring
basket sebanyak- banyaknya, dan pemain bertahan
berusaha untuk mencegah penyerang memasukkan
bola ke ring basket.
(4) Waktu permainan selesai, berganti posisi, pemain
bertahan menjadi penyerang.
(5) Prinsip yang digunakan adalah passing, menggiring,
menembak, dan lay-up shoot.
(6) Untuk menanamkan nilai-nilai kerja sama, keberanian,
tanggung jawab,dan sportifitas.

Gambar 6. Bermain bola basket menggunakan setengah lapangan.

PENUTUP Kegiatan penutup pembelajaran yang harus dilakukan oleh 15 menit


1. Refleksi aktivitas guru antara lain.
pembelajaran 1) Melakukan refleksi dan tanya jawab materi pembelajaran yang
2. Umpan balik telah dipelajari, memberikan tugas pengayaan bagi yang tuntas
3. Kegiatan tindak dan remidi yang belum tuntas.
lanjut 2) Guru menugaskan kepada peserta didik untuk merangkum,
4. Rencana kegiatan bagaimana cara melakukan berbagai variasi prinsip dasar
berikutnya melempar, menangkap dan menembak ke ring basket pada
permainan bola basket.
3) Guru bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman
materi yang telah diberikan.
4) Guru memberikan informasi rencana kegiatan selanjutnya.
5) Guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa.
(relegius dan nasionalis)

Pertemuan Kdua : 3 JP
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN Kegiatan pendahuluan yang harus dilakukan oleh guru sebagai 15 menit
1. Menyiapkan berikut.
psikis dan fisik 1) Siswa duduk dengan tertib dan tenang, ucapkan salam atau
2. Memberi selamat pagi kepada guru.
motivasi belajar 2) Sebelum melakukan pembelajaran sebaiknya seluruh siswa dan
guru berdoa dan bersalaman.
3. Mengajukan
3) Guru memastikan bahwa semua siswa dalam keadaan sehat, dan
pertanyaan penyakit kronis lainnya harus diperlakukan secara khusus.
menantang 4) Tanyakan kondisi kesehatan siswa secara umum.
4. Tujuan 5) Ice Breaking dengan tepuk PPK untuk memusatkan konsentrasi.
pembelajaran 6) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh
5. Menjelaskan siswa tentang berbagai variasi prinsip dasar melempar,
uraian kegiatan menangkap, lay-up shoot dan menembak ke ring basket pada
permainan bola basket.
dan penilaian
7) Guru menyampaikan tehnik penilaian untuk kompetensi yang
harus dikuasai, baik kompetensi sikap spiritual dengan observasi
dalam bentuk jurnal, kompetensi pengetahuan dan kompetensi
ketrampilan.
( Nasionalis, RelegiusdanSemangathidup)
KEGIATAN INTI Kegiatan inti yang dilakukan oleh guru antara lain. 90 menit
1. Merumuskan Merumuskan pertanyaan, masalah, atau topik yang akan
pertayaan diselidiki.

1) Peserta didik mengamati video dan mengamati pada buku


pegangan siswa tentang berbagai variasi prinsip dasar
melempar, menangkap, lay-up shoot dan menembak ke ring
basket pada permainan bola basket pada permainan bola
basket. Roji dan Eva Yulianti. Cetakan ke-2,2017 ( Edisi Revisi
). PJOK (Buku siswa). Jakarta: Kemdikbud (hal. 47- 59 )
(penguatan literasi)
2) Guru memotivasi siswa untuk bertanya, dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan atau mengajukan
permasalahan, misalnya :
 Bagaimana cara melakukan variasi prinsip dasar
melempar, menangkap, lay-up shoot dan menembak ke
ring basket pada permainan bola basket agar lebih efektif
dan efesien?Apakah posisi badan mempengaruhi
pergerakan bola saat melakukan variasi prinsip dasar
melempar, menangkap, lay-up shoot dan menembak ke
ring basket pada permainan bola basket ? Apakah kekuatan
lecutan kedua lengan akan mempengaruhi ketepatan
operan bola basket? Jenis pembelajaran yang dapat
meningkatkan keterampilan variasi prinsip dasar melempar,
menangkap, lay-up shoot dan menembak ke ring basket
pada permainan bola basket ?
 Manfaat permainan bola basket terhadap kesehatan dan
otot-otot yang dominan yang dipergunakan dalam
permainan bola basket.
( Menumbuhkan rasa ingin tahu )

2. Merencanakan Merencanakan prosedur atau langkah-langkah pengumpulan


data dan analisis data.

Guru bersama siswa merencanakan prosedur pengumpulan data dan


analisis data yang akan digunakan dalam penyelidikan yaitu:
1) Peserta didik merencanakan langkah langkah yang harus
diambil untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut melalui kegiatan ekplorasi gerak secara individual,
berpasangan, atau berkelompok dengan menggunakan metode
resiprokal yaitu siswa dibagi menjadi 2 kelompok yang
mempunyai peran masing-masing. Kelompok 1 berperan
sebagai pelaku dan kelompok 2 berperan sebagai pengamat,
begitu sebaliknya dengan menunjukkan sikap kerja sama dan
kerja keras.
2) Melakukan pemanasan (diurutkan sesuai dengan kondisi) yang
mengarah pada teknik dasar permainan bola basket , seperti:
Permainan Pemangsa dan Penyelamatatau permainan yang
lainnya.
Deskripsi pengajaran: Siswa harus berusaha untuk menghindar
dari kejaran pemangsa. Selain menghindar siswa juga harus
merahasiakan penyelamat supaya teman siswa yang termangsa
bisa selamat.
Aturan dan peraturan permainan:
(1) Pertama siswa harus menentukan dulu siapa yang menjadi
pemangsa.
(2) Ketika siswa memilih pemangsa lakukan dengan
demokrasi, cara melakukannya bisa menggunakan dua
dadu yang dilempar, kemudian siapa yang mendapatkan
hasil yang paling sedikit dialah yang menjadi pemangsa.
(3) Untuk menentukan penyelamat, harus dilakukan dengan
rahasia supaya tidak diketui oleh si pemangsa.
(4) Setelah pemangsa dan penyelamat terbentuk maka tugas
selanjutnya adalah pemangsa harus mengejar orang yang
berada di dalam pembatas lapangan.
(5) Jika siswa atau teman terkena atau tersentuh oleh si
pemangsa maka siswa harus jongkok.
(6) Tugas si penyelamat adalah menyelamatkan orang yang
sudah tersentuh oleh si pemangsa, ketika si penyelamat
menyelamatkan yang jongkok jangan sampai ketahuan
sama si pemangsa.
(7) Jika si penyelamat tersentuh oleh si pemangsa, semuanya
kalah.

Gambar 1.Pemangsa dan penyelamat

3. Mengumpulkan Kegiatan mengumpulkan informasi, fakta, maupun data,


dan menganalisa dilanjutkan dengan kegiatan menganalisisnya.
data
1) Guru menjelaskan pembelajaran tentang berbagai variasi prinsip
dasar melempar, menangkap, lay-up shoot dan menembak ke
ring basket pada permainan bola basket.
2) Peserta didik menyimak informasi dan peragaan materi tentang
berbagai variasi prinsip dasar melempar, menangkap, lay-up
shoot dan menembak ke ring basket (sikap awalan, sikap
pelaksanan dan sikap akhir/lanjutan )
3) Aktivitas pembelajaran gerak berbagai variasi prinsip dasar
melempar, menangkap, lay-up shoot dan menembak ke ring
basket permainan bola basket :
 menggunakan Penggunaan metode resiprokal
c) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok. Tiap-tiap kelompok
menempati pos masing-masing.
d) Pada tiap-tiap pos siswa dibagi lagi menjadi 2 kelompok.
Kelompok 1 berperan sebagai pelaku dan kelompok satunya
menjadi pengamat.

 Di pos 1 siswa melakukan menembak bola dengan kedua


tangan dari depan atas dahi ke arah ring basket
 Aktivitaspembelajaran mendorong bola menggunakan
kedua tangan dari depan atas dahi ke arah ring basket
Tahapan Pembelajaran
(a) Persiapan: berdiri kedua kaki dibuka selebar bahu
atau posisi melangkah, kedua tangan memegang bola
di depan badan, kedua lutut dan pinggul
direndahkan.
(b) Pelaksanaan: dorong bola ke arah ring basket dengan
kedua tangan ke depan atas bersamaan kedua tumit,
lutut dan pinggul naik. Setelah bola masuk atau tidak
masuk ke ring basket, segera tangkap bola kembali
sebelum jatuh ke lantai. Lakukan kembali seperti
semula.Fokuskan perhatian peserta didik pada
prinsip gerakan tumit, lutut, dan pinggul naik,
dorongan kedua lengan ke depan atas, dapat
dilakukan secara individu, berpasangan atau
kelompok/beregu.

Gambar 2. Dorong bola menggunakan kedua tangan dari depan


atas dahi ke arah ring basket

 Di pos 2 siswa melakukan menembak dengan dua tangan


sambil melompat
 Aktivitas bermain menembak (shooting) bola dengan
dua tangan ke arah ring/lingkaran.
Menembak bola dengan dua tangan sambil melompat
dengan berbagai cara dalam posisi diam dan bergerak
secara individual, berpasangan, atau berkelompok
dengan menunjukkan nilai kerjasama, disiplin dan
toleransi.
Tahap Pelaksanaan
(a) Persiapan : Berdiri kedua kaki dibuka selebar bahu,
Kedua lengan memegang bola di depan badan,
pandangan kearah tembakan,merendahkan kedua lutut
dengan membawa bola ke depan atas dahi.
(b) Pelaksanaan :Tolakkan kedua kaki keatas tegak lurus
bersamaan kedua lengan diluruskan ke atas,Melepaskan
tembakan ke sasaran saat lompatan berada pada titik
tertinggi,Gerakan akhir mendarat menggunakan kedua
ujung telapak kaki bersamaan kedua lutut mengeper,
kedua lengan didepan samping badan, kedua siku
ditekuk,Pandangan ke arah bola.

Gambar 3 dan 4. menembak dengan dua tangan sambil melompat

 Di pos 3 siswa melakukan menembak dengan lay- up- shoot


tanpa ring basket.
 Aktivitas bermain gerakan lay-up shoot tanpa ring
basket
Tahapan Pembelajaran
(a) Persiapan: peserta didik dibagi dalam kelompok
dan menghadaparah gerakan, posisi melangkah.
(b) Pelaksanaan: langkahkan kakikanan ke depan dan
lanjutkan dengan gerak menolak ke depan atas
hingga paha dan lutut kaki kiri terangkat dan
tergantung di depan badan (urutan menolak kaki
kanan mulai dari tumit, tengah telapak kaki
dilanjutkan ke ujung telapak kaki). Dilakukan
secara individu dan kelompok. Angkat paha yang
tinggidalam formasi berbanjar. Pemain yang telah
melakukan gerakan ”hop”, berpindah tempat ke
belakang formasi. fokuskan perhatian pada gerakan
langkah kaki, gerak kaki menolak, pengangkatan
paha , dan posisi badan saat melayang di udara
tegak; lakukan gerakan lay-up shootmenggunakan
kaki kanan dan kiri.

Gambar 5. Gerakan lay-up shoot tanpa ring basket


 Di pos 4 siswa melakukan menembak dengan lay- up- shoot
ke arah ring basket.
 Aktivitas bermain gerakan lay-up shoot ke arah ring
basket
Tahapan Pembelajaran
(a) Persiapan: peserta didik dibagi dalam kelompok dan
menghadap arah ring basket, posisi melangkah.
(b) Pelaksanaan: langkahkan kaki kanan ke depan dan
lanjutkan dengan gerak menolak ke depan atas
hingga paha dan lutut kaki kiri terangkat dan
tergantung di depan badan (urutan menolak
kaki kanan mulai dari tumit,tengah telapak kaki
dilanjutkan ke ujung telapak kaki). Dilakukan secara
individu, dan kelompok dalam formasi berbanjar.
Pemain yang telah melakukan gerakan lay-up shoot
berpindah tempat ke belakang formasi. Fokuskan
perhatian pada gerakan langkah kaki, gerak kaki
menolak, pengangkatan paha, dan posisi badan saat
melayang di udara tegak. lakukan gerakan lay-up
shoot menggunakan kaki kanan dan kiri.

Gambar 6. Gerakan lay-up shoot ke arah ring basket

 Setelah kelompok 1 selesai kemudian bergantian kelompok


pengamat menjadi kelompok pelaku dan sebaliknya.
 Siswa melakukan variasi melempar bola melalui atas
kepaladan menembak bola dengan lay- up- shoot. Setelah
melakukan latihan di pos 1 dilanjutkan melakukan latihan
di pos 2, dilanjutkan melakukan latihan di pos 3 .
dilanjutkan melakukan latihan di pos 4. Masing-masing
latihan di pos dibatasi 5 menit.
3) Aktivitas pembelajaran gerak berbagai variasi dalam
pembelajaran bola basket adalah melakukan satu bentuk gerak
spesifik dengan berbagai cara, seperti : melakukan gerak
spesifik mengumpan/ menembak (shooting) bola di tempat,
sambil bergerak maju-mundur, dan bergerak menyamping, baik
secara perorangan, berpasangan maupun kelompok.
4) Akhir dari pembelajaran variasi gerak spesifik ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan penanaman nilai
disiplin, menghargai perbedaan, tanggung jawab, dan kerja
sama. Berikut variasi dalam pembelajarannya.
 Aktivitas bermain lemparan melalui atas kepala, lay-up
shoot
Tahapan Pembelajaran
(a) Persiapan: peserta didik dibagi dalam kelompok dan
menghadap arah gerakan atau ring basket. Kelompok
pelempar menghadap ring basket dan kelompok lay-up
shoot, membelakangi ring basket.
(b) Pelaksanaan: kelompok pelempar melakukan lemparan
pada kelompok lay-up shoot dan menangkap bola lalu
putar badan hingga menghadap ring basket, lalu
lakukan lay-up shoot ke arah ring basket. Sebelum
bola jatuh ke lantai, cepat tangkap dan melempar bola
ke kelompok pelempar, Dilakukan secara kelompok
dalam formasi berbanjar. Pemain yang telah
melakukan gerakan berpindah tempat ke belakang
formasi. fokuskan perhatian pada gerakan lemparan
melalui atas kepala, dan gerakan menembak lay-up
shoot, gunakan lay-up tangan kanan dan kiri (lay-up
kaki kiri memasukkan bola dengan tangan kiri dan
sebaliknya).

Gambar 6. Lemparan melalui atas kepala, lay-up shoot

( kerjasama, disiplin, sportivitas dan tolerensi )

4. Menarik Menarik simpulan-simpulan (jawaban atau penjelasan ringkas)


kesimpulan
4) Peserta didik dibantu guru berdiskusi membuat kesimpulan
tentang berbagai variasi prinsip dasar melempar, menangkap,
lay-up shoot dan menembak ke ring basket permainan bola
basket yang benar yang dapat memenangkan pertandingan bola
basket dan menyebutkan kesalahan yang terjadi.
5) Siswa menuliskan hasil yang diperoleh dari pengamatan dan
latihan mengenai pengertian, otot-otot yang berperan dominan
atau otot-otot yang berfungsi serta prosedur untuk melempar
bola melalui atas kepala,menembak bola dengan satu tangan,dan
menembak bola dengan lay- up- shoot dengan format yang telah
disiapkan.
6) Peserta didik mendapatkan umpan balik dari diri sendiri, teman
dalam kelompok, dan guru.
(kreatif, kerja keras, menghargai, kerjasama,kejujuran, tanggung
jawab).

5. Aplikasi dan Menerapkan hasil dan mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan


tindak lanjut atau permasalahan lanjutan untuk dicari jawabnya.

3) Peserta didik memprentasikan di depan kelas dan


memperagakan hasil belajar berbagai variasi prinsip dasar
melempar, menangkap, lay-up shoot dan menembak ke ring
basket pada permainan bola basket. dengan peraturan yang
dimodifikasi dengan dilandasi nilai-nilai disiplin, sportif,
kerja sama, dan percaya diridan guru mengamati seluruh
aktivitas peserta didik dalam melakukan bermain sepak bola
secara seksama.
4) Aktivitas pembelajaran bermain bola basket menggunakan
peraturan yang dimodifikasi :
Bermain basket menggunakan satu lapangan dan
dibagi dua bidang.bidang A lapangan untuk tim A dan
bidang B lapangan untuk tim B. untuk menanamkan
nilai sportivitas, kejujuran, tanggung jawab, dan kerja
sama
(1) Tim A menempatkan pemainnya di lapangan B
sebanyak 2 orang pemain, begitu juga tim B
menempatkan 2 pemainnya di lapangan A.
(2) Para pemain boleh menggiring, melempar,
menembak (shooting), danlay-up shoot.
(3) Saat menggiring bola pemain yang berada pada
lapangan A dan B tidak boleh melewati garis tengah.
(4) Jadi yang berhak melakukan serangan pada lapangan
lawan hanya 2 orang pemain.
(5) Tim pemenang adalah tim yang mendapatkan,
mengumpulkan skor lebih banyak dari lawan main,
kriteria penilaian sama dengan permainan pertama.
(6) Lama permainan 5 – 10 menit

Gambar 7. Bermain bola basket menggunakan satu lapangan.

PENUTUP Kegiatan penutup pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru 15 menit
1. Refleksi aktivitas antara lain.
pembelajaran 1) Melakukan refleksi dan tanya jawab materi pembelajaran yang
2. Umpan balik telah dipelajari, memberikan tugas pengayaan bagi yang tuntas
3. Kegiatan tindak dan remidi yang belum tuntas.
lanjut 2) Guru menugaskan kepada peserta didik untuk merangkum,
4. Rencana kegiatan bagaimana cara melakukan berbagai variasi prinsip dasar
berikutnya melempar, menangkap, lay-up shoot dan menembak ke ring
basket pada permainan bola basket.
3) Guru bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman
materi yang telah diberikan.
4) Guru memberikan informasi rencana kegiatan selanjutnya.
5) Guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa.
(relegius dan nasionalis)

I. Penilaian Hasil Belajar


1. Jenis/teknikpenilaian
a. Sikap (spiritual dan sosial)
Sikap spiritual
No. Teknik Bentuk Butir instrumen Waktu Keterangan
Instrumen pelaksanaan

Observasi Jurnal Lihat Lampiran 1 Saat Penilaian


pembelajaran untuk dan
berlangsung pencapaian
pembelajaran
(assessment
for and of
learning)

Sikap Sosial
No. Teknik Bentuk Butir instrumen Waktu Keterangan
Instrumen pelaksanaan

Observasi Jurnal Lihat Lampiran 1 Saat Penilaian


pembelajaran untuk dan
berlangsung pencapaian
pembelajaran
(assessment
for and of
learning)

b. Pengetahuan
No. Teknik Bentuk Butir instrumen Waktu Keterangan
instrumen pelaksanaan

1. Tertulis Pertanyaan dan/ Sebutkan macam- Sebelum/Setelah Penilaian


atau tertulis macam teknik pembelajaran pencapaian
Lisan berbentuk uraian, dasar bola basket! usai pembelajaran
tanyajawab (assessment of
learning)

2. Penugasan Pertanyaan Jelaskan prosedur Saat Penilaian


dan/atau tugas menembak bola pembelajaran untuk
tertulis berbentuk dengan satu berlangsung pembelajaran
essay tangan,menembak assessment for
bola dengan dua learning)
tangan sambil
melompat,dan
menembak bola
dengan lay- up-
shoot dimulai dari
sikap awalan, sikap
pelaksanaan,dan
sikap akhir

c. Keterampilan
Waktu
No. Teknik Bentuk Instrumen Butir Instrumen Keterangan
pelaksanaan
1. Praktik Tugas Lakukan Pada akhir Penilaian
(keterampilan) menembak bola pembelajaran untuk
dengan satu pembelajaran
tangan,menembak (assessment of
bola dengan dua learning)
tangan sambil
melompat, dan
menembak bola
dengan lay- up-
shoot

2. Pembelajaran remedial
Dengan pemanfaatan tutor sebaya melalui belejar kelompok untuk menjawab pertanyaan yang
diberikan guru tentang hal-hal yang berkaitan dengan permainan bola basket.
3. Pembelajaran pengayaan
Mencari artikel dari majalah atau internet tentang teknik dasar permainan bola basket.
LAMPIRAN

TeknikdanBentukPenilaian
1. Penilaian Sikap

Penilaian perkembangan sikap spiritual dan sosial dengan obeservasi dalam bentuk jurnal.

JURNAL PERKEMBANGAN SIKAP SPIRITUAL

Nama Sekolah :………………………


Kelas/Semester : VIII /Semester 2
Tahun Pelajaran : 2018/2019

N0 WAKTU NAMA CATATAN NILAI TANDA TINDAK


SISWA PERILAKU KARAKTER TANGAN LANJUT
1
2
Dst.

JURNAL PERKEMBANGAN SIKAP SOSIAL

Nama Sekolah :………………………


Kelas/Semester : VIII /Semester 2
Tahun Pelajaran : 2018/2019

N0 WAKTU NAMA CATATAN NILAI TANDA TINDAK


SISWA PERILAKU KARAKTER TANGAN LANJUT
1
2
Dst.

Penilaian aspek sikap dilakukan dengan pengamatan selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Pengamatan
dalam proses penilaian dilakukan saat peserta didik melakukan berbagai variasi prinsip dasar melempar,
menangkap, lay-up shoot dan menembak ke ring basket pada permainan bola basket. Penilaian sikap dapat
dilakukan terhadap diri sendiri dan dapat juga menilai antarteman. Aspek-aspek yang dinilai meliputi:
percaya diri, sportivitas, kerjasama dan disiplin.
Berikan tanda cek (√) pada kolom yang sudah disediakan, setiap peserta didik menunjukkan atau
menampilkan perilaku yang diharapkan, dengan kriteria sebagai berikut.
Sangat Baik ( SB ) = Apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.
Baik ( B ) = Apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang- kadang tidak
Melakukan
Cukup ( C ) = Apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan.
Kurang ( K ) = Apabila tidak pernah melakukan.

Skor Keterangan
No Aspek Pengamatan
SB B C K
1. Percaya diri
2. Sportivitas
3. Kerjasama
4. Disiplin
Modus

2. Penilaian Pengetahuan
a. Petunjuk penilaian
Setelah mempelajari materberbagai variasi prinsip dasar melempar, menangkap, lay-up shoot dan
menembak ke ring basket pada permainan bola basket , tugaskan kepada peserta didik untuk
mengerjakan tugas kelompok di bawah ini dengan penuh rasa tanggung jawab. Tugas kelompok ini
dapat dikerjakan di rumah dan dikumpulkan dalam bentuk portofolio.
b. Butir Soal Pengetahuan

Kriteria Penskoran
No Butir Pertanyaan Nilai Akhir
1 2 3 4 
1. Sebutkan 3 macam gerak dasar permainan
bola basket.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan
lemparan setinggi dada( Chest pass ) pada
permainan bola basket
3. Jelaskan cara melakukan lay-up shoot ke
arah ring pada permainan bola basket.
Skor Maksimal (12)

c. Kriteria Penilaian (Pengetahuan / Pemahaman)


 Skor 4 : jika peserta didik mampu menjelaskan tentang fakta, konsep, dan prosedur berbagai variasi
prinsip dasar melempar, menangkap, lay-up shoot dan menembak ke ring basket pada permainan
bola basket.
 Skor 3 : jika peserta didik mampu menyebutkan dua pertanyaan di atas.
 Skor 2 : jika peserta didik mampu menyebutkan salah satu pertanyaan di atas.
 Skor 1 : jika tidak satupun pertanyaan di atas mampu dijelaskan.

d. Kunci Jawaban Soal Pengetahuan


1. Macam-macam gerakan dasar permainan bola basket adalah : lempar- tangkap bola, menggiring
bola dan memasukan bola ke ring basket.
2. Lemparan setinggi dada( Chest pass ) pada permainan bola basket adalah : salah satu teknik dasar
mengumpan /melempar bola pada permainan bola basket dilakukan dengan cara meletakkan bola di
depan dada dengan posisi kedua kaki sedikit ditekuk ke depan lalu mengoper bola ke arah dada
teman sehingga umpan yang dihasilkan akan terlihat sejajar atau rata- rata air, umpan ini biasanya
digunakan untuk jarak dekat.
3. Cara melakukan lay-up shoot ke arah ring pada permainan bola basket,sebagai berikut ;

(1) Persiapan: peserta didik dibagi dalam kelompok dan menghadap arah ring basket, posisi
melangkah.
(2) Pelaksanaan: langkahkan kaki kanan ke depan dan lanjutkan dengan gerak menolak ke depan
atas hingga paha dan lutut kaki kiri terangkat dan tergantung di depan badan (urutan
menolak kaki kanan mulai dari tumit,tengah telapak kaki dilanjutkan ke ujung telapak kaki).
Dilakukan secara individu, dan kelompok dalam formasi berbanjar. Pemain yang telah
melakukan gerakan lay-up shoot berpindah tempat ke belakang formasi. Fokuskan perhatian
pada gerakan langkah kaki, gerak kaki menolak, pengangkatan paha, dan posisi badan saat
melayang di udara tegak. lakukan gerakan lay-up shoot menggunakan kaki kanan dan kiri.
Gambar gerakan lay-up shoot ke arah ring basket

3. Penilaian keterampilan
a. Lembar pengamatan proses berbagai variasi prinsip dasar melempar, menangkap, lay-up shoot dan
menembak ke ring basket pada permainan bola basket .

1) Butir Soal Keterampilan (Unjuk Kerja)


Lakukan teknik dasar melempar dan menangkap bola basket! Unsur-unsur yang dinilai adalah
kesempurnaan melakukan suatu proses gerakan (penilaian proses) dan ketepatan melakukan
gerakkan (penilaian produk).
Penilaian Keterampilan Gerak
Penilaian Proses Penilaian
Sikap tangan Gerakan Produk Nilai Akhir Ket
Teknik menembak
dan kaki lanjutan (Skor (Menembak
bola (Skor 4)
(Skor 3) 3) bola)

2) Kriteria Penilaian Keterampilan (Unjuk Kerja)


a) Kriteria Penilaian Proses
Kriteria skor : Pelaksanaan menembak bola basket (Proses)
 Sikap awal
Skor 3, jika :
(1) pandangan mata ke awah datangnya bola
(2) badan sedikit dicondongkan ke belakang dan berat badan terletak di antara kedua kaki
(3) lutut ditekuk, badan condong ke belakang dan jaga keseimbangan
Skor 2 : jika hanya dua kriteria yang dilakukan secara benar.
Skor 1 : jika hanya satu kriteria yang dilakukan secara benar.
Skor 0 : jika tidak satupun kriteria dilakukan secara benar.
 Pelaksanaan gerak
Skor 4, jika :
(1) bola didorong ke depan atas
(2) kedua lengan lurus ke depan
(3) ada pergerakan lecutan pergelangan tangan
(4) pandangan mata tertuju pada lepasnya bola
Skor 3 : jika tiga kriteria dilakukan dengan benar
Skor 2 : jika dua kriteria dilakukan dengan benar
Skor 1 : jika satu kriteria dilakukan dengan benar
Skor 0 : jika tidak satupun kriteria dilakukan dengan benar
 Pelaksanaan akhir (kembali ke sikap semula)
Skor 3, jika :
(1) badan condong ke depan
(2) pandangan mata tertuju pada lepasnya bola
(3) kaki kiri ke depan dan kaki kanan di belakang
Skor 2 : jika hanya dua kriteria dilakukan secara benar
Skor 1 : jika hanya satu kriteria dilakukan secara benar
Skor 0 : jika tidak satupun kriteria dilakukan secara benar

3) Kriteria Penilaian Produk


Contoh penilaian produk gerak dasar (menembak bola ke ring basket) bola didorong ke arah
sasaran ring basket selama 10 kali.
Perolehan Nilai Kriteria
Klasifikasi Nilai
Putera Putri Penskoran
Dapat memasukkan bola 8-10X 100 Sangat Baik
6-7 X 90 Baik
4-5 X 80 Cukup
3-2 X 70 Kurang
1-0 X 60 Kurang Sekali

Mengetahui, Guru Mata Pelajaran


Kepala Sekolah Penjasorkes

Dra. Mursinah Siti Imroatul Khasanah, S.Pd


NIP. 19640902 198603 2 010 NIP. 197701012003122012
Lampiran 7.

DOKUMENTASI
Dokumentasi

Gambar 1.1 Wawancara Guru SMP 4 PLAYEN

Gambar 1.2 Wawancara Guru SMP EKAKAPTI


Dokumentasi

Gambar 1.3 Wawancara Guru SMPN 3 PATUK

Gambar 1.4 Wawancara Guru SMP PERSATUAN PONJONG

Anda mungkin juga menyukai