Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REVIEW PENDIDIKAN PANCASILA

Di Susun Oleh :

NAMA :MUHAMMAD YOGA PRATAMA


NIM :3212411018
KELAS : PPKn Reguler C
DOSEN PENGAMPU : Sri Hadiningrum,S.H.,M.Hum

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
EXCECUTIVE SUMMARY

Dalam memahami suatu materi pembelajaran seringkali kita temukan buku


yang kurang lengkap isinya mengenai materi tersebut. Sehingga kita harus
membaca buku dari berbagai sumber untuk mendapatkan materi yang lengkap.
Untuk itulah penulis membuat Critical Book Review untuk mempermudah
pembaca dalam membandingkan dan atau memilih referensi terkhusus pada
pembahasan Pendidikan Pancasila. Critical Book Review ini merupakan Critical
Book Review buku Pendidikan Pancasila. Beberapa manfaat dari Critical Book
Review ini adalah untuk menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca
tentang pentingnya pembelajaran Pancasila, penulis maupun pembaca mengetahui
metode penerapan nilai-nilai Pancasila, serta penulis dan pembaca mengetahui
prinsip apa yang ditanamkan dalam implementasi Pancasila.

Pembahasan mengenai Pendidikan Pancasila diantara kedua buku yang


dibandingkan berbeda-beda. Akan tetapi, penulis dapat menyimpulkan bahwa
Kepemimpinan merupakan suatu proses kemampuan mempengaruhi orang lain
dalam sebuah organisasi ataupun instansi tetentu untuk melakukan atau mencapai
suatu tujuan yang telah ditentukan. Seorang pemimpin dikatakan pemimpin yang
efektif apabila telah atau mampu untuk membawa organisasi serta bawahannya
pada tujuan yang telah disepakati dengan baik. Dalam kehidupan sehari-hari, aspek
dari kepemimpinan terlihat dari cara kita memimpin diri kita sendiri, dalam
keluarga, lingkungan dan sebagainya. Dalam suatu organisasi mayarakat,
dibutuhkan kepemimpinan yang bisa menggerakkan anggotanya dalam bekerja
sama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. Demikian
juga dalam penulisan kritikal buku ini ditujukan untuk mengetahui dan mendalami
fungsi serta aspek-aspek kepemimpinan yang efektif untuk diterapkan dalam
peenuhan kebutuhan yang semakin kompleks tersebut.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala berkat dan
karunia-Nya penulisan Critical Book Review(CBR) ini dapat terselesaikan dengan
baik dan maksimal tepat pada waktunya. Adapun penyusunan Critical Book Review
ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila yang
diampu oleh Sri Hadiningrum,S.H.,M.Hum.
Penulis berharap makalah ini dapat digunakan seperlunya sebagaimana
bagi pembaca bila hendak menjadikan referensi untuk membandingkan isi dua buku
atau lebih tentang materi kepemimpinan.
Penulis selaku manusia biasa menyadari bahwa dalam penulisan Critical
Book Review ini masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para
pembaca supaya penulis dapat memperbaikinya.
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pembaca atas
perhatian dan partisipasinya.

Medan, 2 April 2023

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR

Dalam memahami suatu materi pembelajaran seringkali kita temukan buku


yang kurang lengkap isinya mengenai materi tersebut. Terkadang kita
membaca satu buku tetapi kurang memuaskan hati kita, baik dari segi
pembahasannya, bahasa yang digunakan maupun keterkaitan antarmateri di
dalamnya. Sehingga kita harus membaca buku dari berbagai sumber untuk
mendapatkan materi yang lengkap. Untuk itulah penulis membuat Critical
Book Review untuk mempermudah pembaca dalam membandingkan dan atau
memilih referensi terkhusus pada pembahasan Pendidikan Pancasila.

B. Tujuan Penulisan CBR

Pembuatan Critical Book Review ini adalah bertujuan untuk penyelesaian


tugas kuliah dan menambah wawasan tentang materi Pendidikan Pancasila,
meningkatkan pengetahuan dan menguatkan jiwaterhadap implementasi nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila.

C. Manfaat CBR

Manfaat Critical Book Review adalah sebagai berikut:

1. Untuk menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca tentang ruang


lingkup Pancasila
2. Penulis maupun pembaca mengetahui metode dan implementasi nilai-nilai
Pancasila yang baik.
3. Penulis dan pembaca mengetahui prinsip apa yang ditanamkan dalam
berbangsa dan bernegara

D. Identitas Buku yang Direview

Buku Utama

Judul : Pendidikan Pancasila


Pengarang : Prof. Dr. Kaelan, M.S.
Penerbit : Paradigma
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2014

4
ISBN : 978-979-8658-00-0

Buku Pembanding
Judul : Pendidikan pancasila untuk perguruan tinggi
Pengarang : Ristekdikti
Penerbit : Ristekdikti
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2016
ISBN : 978-602-6470-01-0

5
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

A. Ringkasan Buku Utama


1.1. Latar Belakang

Pancasila adalah dasar Negara dan pandangan hidup bangsa. Namun gejala yang
terjadi pada berbagai kelompo masyarakat, kalangan generasi muda, bahkan polsi
dan apratur Negara saat ini, cenderung abai, lupa, bahkan melecehkan nilai-nilai
Pancasila.
Penyebabnya dapat ditelusuri pada simpul-simpul analisi berikut (Munir, dkk.,
2014:1).
1) Pancasila pernah dijadikan sebagai legitimasi kekuasaan Orde Baru, maka
ketika Orde Baru tumbang, banyak orang mempertanyakan apakah Pancasila masih
perlu dipertahankan atau tidak.
2) Revitalisasi nilai-nilai Pancasila terlambat mengikuti perubahan yang
berlangsung sangat cepat sehingga nilai-nilai tersebut kurang actual dan konsektual.
3) Tidak ada lagi lembaga yang secara khusus melestarikan, mengembangkan,
dan mensosialisasikan Pancasila.
4) Terjadinya inkonsistensi pada tataran nilai praksis, hal ini ditengarai dengan
perilaku penyelenggar Negara, pemimpin pemerintahan , dan tokoh-tokoh
masyarakat yang tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
5) Pembelajaran Pancasila tidak eksplisit dalam penyelenggaraan pendidikan
nasional pengkajian Pancasila secara akademik (Munir, dkk., 2014: 1).

1.2. Landasan dan Dasar-Dasar Pendidikan Pancasila


Berikut ini dasar-dasar diadakannya mata kuliah Pendidikan Pancasila di Perguruan
Tinggi, sebagaiman dikemukakan oleh santoso (2013iv-vii), yang terdiri dari
landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis.

1.3. Kerangka konseptual Pendidikan Pancasila


Mata kuliah Pendidikan Pancasila tidak hanya secara kognitif mengajarkan materi-
materi ke-paancasila-an saja, tetapi juga membangun karakter sebagai intelektual
terdidik sebagaimana dalam asa pendidikan tinggi. Pendidikan Pancasila adalah
bagian dari kelompok Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) yang juga merupakan
kurikulim Nasional dengan tujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
manusia yang beriman dan bertakwa kepada TYME, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Dalam pelaksanaannya, pendidikan Pancasila adalah mata
kuliah yang dikembangkanberdasar konsep kurikulum2013 dan
mempertimbangkan Kerangka Kualifikasi nasional Indonesia (KKNI) sebagai

6
kriteria kualitas lulusan.
1.4. Visi dan Misi Pendidikan Pancasila
Visi: Terwujudnya kepribadian sivitas akademika yang bersumber pada nilai-nilai
Pancasila.
Misi:
1) Mengembangkan potensi akademik peserta didik (misi psikopedagosis)
2) Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat,
bangsa, dan Negara (misi psikososial)
3) Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan
(misi sosiokultural)
4) Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Pancasila sebagai sistem
pengetahuan terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik (synthetic dicipline) (misi
akademik)

BAB 2 SUBSTANSI MATERI KAJIAN MATA KULIAH PENDIDIKAN


PANCASILA

2.1. Pengertian dan Pentingnya Pendidikan Pancasila


A. Pengertian Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Mata kuliah Pendidikan Pancasila merupakan usahaa sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa secaraa aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk pengetahuan, kepribadian, dan keahlian,
sesuai dengan program studinya masing-masing. Pendidikan tentang pancasila
merupakan salah satu cara untuk menanamkan pribadi yang bermoral dan
berwawasan luas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
B. Pentingnya Mata Kuliah Pancasila
Bangsa ini khususnya generasi muda telah dihadapkan pada dinamika
perkembangan lingkungan strategis yang penuh dilema, tantangan hidup yang
semakin kompleks dan diwarnai dengan fenomena terjadinya degradasi nilai-nilai
luhur bangsa. Bahkan pendidikan di Indonesia saat ini cenderung mengedepankan
pengusaan aspek keilmuan dan kecerdasan, namun mengabaikan pendidikan
karakter.
Dalam menghadapi situasi kompleks seperti di atas dibutuhkan pendidikan karakter
yang dibangun melalui pendidikan, yang melibatkan berbagai elemen bangsa
terlebih sebagai pemangku kepentingan seperti pendidikan pancasila. Pendidikan
pancasila diharapkan mampu menghadirkan karakter generasi muda yang tidak
hanya cerdas namun juga berkarakter. Maksudnya adalah generasi muda yang tidak
hanya berkompeten namun juga peduli terhadap kemajuan Indonesia.
C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politik Pendidikan Pancasila
a) Sumber Historis Pendidikan Pancasila
Implikasi pengayaan materi perkuliahan pancasila melalui pendekatan historis
amatlah penting dimana melalui pendekatan ini mahasiswa diharapkan dapat

7
mengambil pelajaran atau hikmah dari peristiwa sejarah, baik sejarah nasional
maupun sejarah bangsa-bangsa lain.
b) Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila
Melalui pendekatan sosiologis ini diharapkan dapat mengkaji struktur sosial, proses
sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, dan masalah-masalah sosial yang
patut disikapi secara arif dengan menggunakan standar nilai yang mengacu kepada
nilai pancasila.
c) Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila
Pendekatan yuridis merupakan salah satu pendekatan utama dalam pengembangan
atau pengayaan materi mata kuliah pendidikan pancasila dalam rangka menegakkan
undang-undang yang merupakan salah satu kewajiban Negara yang penting.
d) Sumber Politik Pendidikan Pancasila
Tujuannya agara mampu mendiagnosa dan mampu memformulasikan saran-saran
tentang upaya usaha mewujudkan kehidupan politik yang ideal sesuai dengan nilai-
nilai pancasila.
2.2. Pengertian dan Pentingnya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pengertian pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukkan hal-hal sebagai
berikut:
a. Pancasila merupakan produk otentik pendiri Negara Indonesia (The
Founding Fathers).
b. Nilai-nilai pancasila bersumber dan digali dari nilai agama, kaebudayaan
dan adat-istiadat.
c. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan dasar filsafat
kenegaraan.
Pentingnya pancasila dalam sejarah bangasa Indonesia menunjukkan hal-hal
berikut:
a. Betapapun lemahnya pemerintahan suatu rezim, tetapi pancasila tetap
bertahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
b. Betapapun ada upaya untuk mengganti pancasila sebagai ideology bangsa,
tetapi terbukti pancasila merupakan pilihan yang terbaik bagi bangsa Inodonesia
c. Pancasila merupakan pilihan terbaik bagi bangsa Indonesia karena
bersumber dan digali dari nilai-nilai agama, kebudayaan dan adat-istiadat yang
hidup dan berkebang di bumi Indonesia
2.3. Pengertian dan Pentignya Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai dasar Negara berarti setiap sendi-densi ketatanegaraan pada
Negara Republik Indonesia harus berlandaskan dan/atau harus sesuai dengan nilai-
nilai pancasila.
Urgensi pancasila sebagai dasar Negara, yaitu: 1) agar para pejabat publik dalam
menyelenggarakan Negara tidak kehilangan arah, dan 2) agar partisipasi aktif
seluruh warga Negara dalam proses pembangunan dalam berbagai bidang
kehidupan bangsa dijiwai, oleh nilai-nilai pancasila.
Arti penting pancasila sebagai dasar Negara Indonesia lebih kepada

8
penyelenggaraan Negara. Pancasila merupakan cita-cita yang hidup dalam diri
manusia Indonesia yang senantiasa menjadi sebuah sistem nilai yang tumbuh dalam
kerangka mewujudkan cita-cita masyarakat nusantara menjadi bangsa Indonesia
yang pada akhirnya berhasil mendirikan Negara Indonesia.
2.4. Pengertian dan Pentingnya Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Unsur ideology ada tiga yaitu: a) keyakinan, dalam arti bhwa setiap ideology
menunjuk adanya gagasan-gagasan vital yang telah diyakini kebenarannya untuk
dijadikan dasar strategi bagi tercapainya tujuan yang telah ditentukan, b) Mitos,
dalam arti bahwa setiap konsep ideology selalu memitoskan suatu ajaran yang
optimik, dan setermistik pasti akan tecapainya tujuan melalui cara-cara yang
ditentukan pula. c) Loyalitas, dalam arti bahwa setiap ideology selalu menuntu
keterlibatan optimal atas dasar loyalitas dari para subjek pendukungnya (Tukiran
Taniredja, 2016:130).
Ada tiga jenjang atau tahapan kesadaran masyarakat dan bangsa Indonesia terhadap
pancasila sebagai ideologi:
1) Pancasila sebagai ideology persatuan, berfungsi mempersatukan rakyat
yang majemuk menjadi bangsa yang berkepribadian dan percaya pada diri sendiri.
2) Pancasila sebagai ideology pembangunan, mampu memberikan orientasi
dalam pembangunan, wawasan kedepan dengan konsep-konsep yang secara
substansial dieksplisitkan dari nilai-nilai dasar dari lima sila.
3) Pancasila sebagai ideology terbuka, pancasila perlu menjabarkan nilai-nilai
dasarnya melalui interpretasi dan reinterpretasi yang kritis sehingga menjadikannya
semakin operassional. Pancasila menjadi ideology yang dinamis (Winarno, 2016:
99-101).
2.5 Pengertian dan Pentingnya Pancasila Sistem Filsafat
Ada dua pendekatan yang berkembang dalam pengertian filsafat pancasila, yaitu
pancasila sebagai genetivus objectivus dan pancasila sebagai genetivus subjectivus.
Kedua pendekatan tersebut saling melengkapi karena yang pertama meletakkan
pancasila sebagai aliran atau objek yang dikaji oleh aliran-aliran filsafat lainnya,
ssedangkan yang kedua meletakkan pancasila sebagai subjek yang mengkaji aliran
filsafat lainnya (Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016: 171).
Pentingnya pancasila sebagai sistem filsafat ialah agara dapat diberikan
pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam pancasila
sebagai prinsip-prisnsip politik; agar dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi
operasional dalam penyelenggaraan Negara; agar dapat membuka dialog dengan
berbagai perspektif baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; dan agar dapat
menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut paut dengan
kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat (Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016: 172).

2.6. Pengertian dan Pentingnya Pancasila Sebagai Etika

9
Pancasila sebagai sitem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di Indonesia. Pentingnya pancasila sebagai sistem etika bagi bangsa
Indonesia ialah menjadi rambu normative untuk mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia. Pancasila sebagai suatu
sistem etika pada hakikatnya merupakan suatu nilai yang menjadi sumber dari
segala penjabaran norma baik norma hokum, norma moral maupun norma
kenegaraan lainnya.
Etika pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-
nilai pancasila yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan.
2.7. Pengertian dan Pentingnya Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu, artinya kelima sila pancasila
merupakan pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pentingnya pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu bagi mahasiswa
adalah untuk memperlihatkan peran pancasila sebagai rambu-rambu normative bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Selain itu, pengembangan ilmu dan
teknologi di Indonesia harus berakar pada budaya bangsa Indonesia itu sendiri dan
melibatkan partisipasi masyarakat luas (Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan, 2016: 218).

BAB III PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK DALAM MATA


KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

3.1. Mengamati
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah: membaca,
mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang
dikembangkan adalah: melatih keunggulan, ketelitian, mencari informasi. Kegiatan
mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaning full
learning). Keunggulannya antara lain: menyanjikan media objek secara nyata,
peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaanya, serta dapat
memenuhi rasa keingin-tahuan peserta didik dan mereka akan dapet menemukan
fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran
yang disajikan oleh guru.
3.2. Menanya
Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. Kompetensi yang
dikembangkan adalah mengembangkan kreatifitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritid yang perlu untuk hidup
cerdas dan belajar sepanjang hayat.

10
3.3. Mengumpulkan Informasi/Mencoba
Mengumpulkan informasi/eksperimen, kegiatan pembelajarannya antara lain:
a. Melakukan eksperimen
b. Membaca sumber lain selain buku teks
c. Mengamati objek/kejadian/aktivitas
d. Wawancara dengan narasumber.
Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengumpulkan
informasi/eksperimen adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan,
menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan
kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
3.4. Mengasosiasikan/Mengolah Informasi
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengasosiasi informasi adalah:
a. Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil
pengumpulan informasi, eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati.
b. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah
keluasan sampai pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai
sumber yang memiliki pendapat yang berbeda atau yang bertentangan.
Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi informasi adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur dan kemampuan berfikir induktif serta deduktif dalam
menyimpulkan.
3.5 Mengkomunikasikan
Kegiatan belajar mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan,
kesimpulan berrdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Kompetensi yang dikembangkan dalam tahapan mengkomunikasikan adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berfikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, serta mengembangkkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

B. Ringkasan Buku Pembanding

A. Pengertiaan Sistem Filsafat

1. Definisi Sistem

Secara umum, pengertian sistem adalah suatu kesatuan, baik objek nyata
atau abstrak yang terdiri dari berbagai komponen atau unsur yang saling berkaitan,
saling tergantung, saling mendukung, dan secara keseluruhan bersatu dalam satu
kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Ada juga yang
berpendapat bahwa sistem adalah suatu paduan yang terdiri dari berbagai unsur atau
elemen yang dihubungkan menjadi satu kesatuan sehingga memudahkan aliran

11
informasi dan materi atau energi untuk meuwujudkan suatu tujuan tertentu. Secara
etimologis, istilah “sistem” berasal dari bahsa Latin (systēma) dan bahasa
Yunani (sustēma) yang sering dipakai untuk memudahkan dalam menggambarkan
interaksi di dalam suatu entitas. Istilah “sistem” sering digunakan dalam berbagai
bidang, sehingga maknanya akan berbeda-beda sesuai dengan bidang yang dibahas.
Namun, secara umum kata “sistem” mengacu pada sekumpulan benda yang saling
keterkaitan satu sama lainnya.
Berikut penjelasan sistem menurut beberapa para ahli:

a. Harijono Djojodihardjo
Sistem menururt Harijono Djojodihardjo adalah gabungan obyek yang memiliki
hubungan secara fungsi dan hubungan antara setiap ciri obyek, secara
keseluruhan menjadi suautu kesatuan yang berfungsi.

b. Indrajit
Menurut indrajit, pengertian sistem adalah kumpulan dari berbgaia komponen
yang saling memiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya.

c. Colin Cherry
Menurut Colin Cherry, definisi sistem adalah suatu keseluruhan yang telah
dibentuk dari berbagai macam bagian atau suatu assambel dari berbagai macam
sifat dan bagian-bagian tersebut.

2. Unsur-Unsur Sistem

Sistem memiliki unsur yang pasti terdapat di dalamnya, berikut adalah keempat
unsur- unsur sistem, yakni:
a. Obyek : dalam sistem terdapat sekumpulan obyek (baik fisik/abstrak) dalam
bentuk elemen, bagian, atau variabel
b. Atribut : sesuatu yang menentukan mutu atau sifat kepemilikan suatu sistem dan
obyeknya.
c. Hubungan internal : setiap elemen dalam sistem saling terikat menjadi satu
kesatuan yang utuh.
d. Lingkungan : tempat atau wilayah dimana sistem berada.

3. Sistem Filsafat Pancasila


Sistem filsafat dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau kesatuan pemikiran atau
ajaran yang saling berhubungan dan mampu menjangkau seluruh realitas yang ada,
mencakup pemikiran teoritis tentang adanya Tuhan, alam, dan manusia, untuk
mencapai tujuan tertentu. Pancasila mengandung pandangan nilai dan, pemikiran
yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi pancasila. Pancasila
merupakan hasil dari perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh The
Founding Father, lalu dituangkan dalam suatu sistem yang terbentuk dalam sila-sila
Pancasila. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia
mengandung makna bahwa setiap aspek kebangsaan, kemasyarakatan , serta
kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan Secara filosofis, Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem

12
filsafat memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis, dan dasar aksiologis yang
memiliki sistem filsafat yang berbeda dengan paham-paham filsafat di dunia.

Berikut adalah dasar dari sistem filsafat


pancasila:

a. Dasar ontologis
Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat
mutlak, oleh karena itu hakikat dasar ini juga termasuk sebagai dasar antropologi.
Karena manusia menjadi subjek pokok pendukung sila-sila Pancasila.

b. Dasar epistemologis
Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem
pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu belief system, sistem cita-
cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus memiliki unsur
rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan. Dasar
epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Maka, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan
konsep dasarnya tentang hakikat manusia..

c. Dasar aksiologis
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu
kesatuan. Pancasila secara aksiologi memiliki 3 dimensi nilai. Ketiga nilai tersebut
adalah nilai dasar yaitu nilai-nilai dasar dari Pancasila yang tidak dapat dibantahkan
lagi yang meliputi nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan.

B. Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Kesatuan yang Sistematis, Hierarkis,


dan
Logis

1. Kesatuan Yang Sistematis


Pancasila terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem. Pancasila
yang tediri atas bagian-bagian, yaitu sila-sila Pancasila, setiap sila pada hakikatnya
merupakan suatu asas dan fungsi tersendiri. Namun, secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan yang sistematis.

2. Kesatuan Yang Hierarkis


Menurut Notonagoro, susunan Pancasila adalah suatu hierarkis dan mempunyai
bentuk piramidal. Jika dikemukakan isi dari inti Pancasila, urutan dari kelima sila
akan menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya sila-sila Pancsila. Bentuk
susunan hierarkis sila Pancasila, demikian sila pertama Sila Ketuhanan Yang Maha
Esa (manusia dengan Tuhannya) menjadi basis utama dari Kemanusiaan yang
Beradab (perikemanusiaan), Sila Persatuan Indonesia (kebangsaan), Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
(demokrasi), dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

13
3. Kesatuan Yang Logis
Pancasila dengan kelima silanya pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang
bulat dan utuh, hal ini sesuai dengan Pancasila sebagai dasar filsafat negara. Untuk
menjadi dasar filsafat suatu negara harus merupakan suatu keutuhan sistematis.
Walaupun terdiri dari bagian-bagian yang berbeda dalam penyusunannya, namun
bagian-bagian tersebut tidak saling bertentangan dan tetap dalam suatu keutuhan
yang saling mengisi dan mengkualifikasi

14
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kelebihan Buku
• Buku Utama
- Adanya dialog pembicaraan para tokoh tokoh terdahulu dala meurumuskan
pancasila baik golongan muda ataupun golongan tua
- Setiap subbab materi lengkap adanya pengertian pengertian atau pendapat
dari beberapa tokoh ahli baik dari tahun lampau sampai tahun sekarang
- Bahasa yang digunakan dalam buku ini cukup mudah dipahami oleh
mahasiswa
• Buku Pembanding
- Materi yang dipaparkan oleh penulis cukup lengkap dan lebih banyak jika
dibandingkan dengan buku utama
- Pada bab V yaitu kedudukan pancasila sebagai dasar Negara, buku ini
menjelaskan secara singkat, pada tdan jelas dalam pemaparannya, mulai dari
pancasila sebagai “ Budaya Bangsa Indonesia” sampai dengan Pancasila sebagai
“Jati Diri Bangsa Indonesia”
- Buku ini memiliki banyak referensi dari berbagai sumber yang bisa dilihat
di daftar pustaka

B. Kelemahan Buku
• Buku Utama

- Tidak memberikan rangkuman materi pada setiap bab sehingga pembaca


sulit mengetahui garis garis besar materi yang disampaikan
- Tulisan yang terdapat didalam buku sedikit pudar sehingga mengurangi
minat pembaca untuk membaca buku ini
- Isi buku kurang menarik untuk dibaca karena tidak disertai dengan gambar
ataupun warna
• Buku Pembanding
- Kertas yang digunakan oleh buku ini menurut kami sedikit gelap dan tulisan
nya juga sedikit buram sehingga mengurangi minat pembaca untuk membaca buku
ini
- Tidak seperti buku utama yang memiliki scenario dalam perumusan
pancasila, buku ini hanya memuat sejarah sejarah yang memuat dalam konteks
tulisan
- Dibuku ini tidak terdapat contoh soal berupa pilihan ganda maupun essay
untuk melatih wawasan oembaca
-

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan perbandingan buku Utama dengan buku pembanding dapat
disimpulkan bahwa :
- Dilihat dari segi penampilan dan isi bukunya, buku utama lebih baik
daripada buku pembanding karena jenis kertas yang digunakan oleh buku utama
lebih bagus sehingga pembaca tidak mengalami kesulitan dalam membaca
meskipun tulisan yg terdapat didalam buku sedikit buram.
- Menurut saya, dilihat dari keluasan materi buku Pembanding lebih baik
daripada buku utama karena buku pembanding menjelaskan materi yang jauh lebih
jelas dan lengkap .
B. Saran
Dengan membaca kedua buku ini,diharapkan agar mahasiswa tidak bingung dan
semakin menambah wawasan mengenai Pendidikan Pancasila dan mahasiswa juga
dapat menginterpretasikannya dalam kehidupan sehari hari sehingga mampu
menjadi warga negara yang berintegritas dan nasionalisme. .

16
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma

Rindjin, K. (2013). Pendidikan Pancasila untuk perguruan tinggi. Gramedia


Pustaka Utama.

17

Anda mungkin juga menyukai