Anda di halaman 1dari 7

Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi

Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta

KOMUNIKASI POLITIK DAN KETERWAKILAN PEREMPUAN


DALAM ARENA POLITIK
Susri Adeni & Machyudin Agung Harahap

Universitas Bengkulu, Indonesia

susriadeni@yahoo.com; machyudinagung@gmail.com

Abstrak

Perempuan juga menjadi bagian dari kegiatan politik. Namun sayangnya keterwakilan perempuan belum
didengar sepenuhnya dalam ruang publik. Banyak suara perempuan yang belum tersampaikan. Artikel ini
mendeskripsikan gambaran umum perempuan dan komunikasi dalam arena politik di Indonesia. Berbagai kasus
dari berbagai penelitian yang ada memperlihatkan bahwa komunikasi dan peran perempuan belum signifikan
dalam kancah politik atau legislatif. Dominasi laki-laki menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan karena
budaya partiarki yang melekat kuat di Indonesia. Namun perempuan tidak berhenti memperjuangkan suaranya.
Dedikasi perempuan yang terlihat dibeberapa daerah dengan menjadikan perempuan sebagai pemimpin
memperlihatkan kiprah dan keinginan perempuan untuk maju dan dapat menyuarakan aspirasi perempuan
lainnya.

Kata kunci: gender, komunikasi politik, perempuan, poltik

POLITICAL COMMUNICATION AND WOMEN REPRESENTATION


IN POLITICAL ARENA

Abstract

Women also become part of political activities. Unfortunately the representation of women has not been heard
fully in the public space. Many women's voices have not been conveyed. This article describes the general
picture of women and communication in the political arena in Indonesia. Various cases from various studies
show that communication and the role of women have not been significant in the political or legislative scene.
Male dominance becomes an inseparable part because of the strongly embedded culture of patriarchy in
Indonesia. But women do not stop fighting for her voice. Dedication of women seen in some areas by making
women as leaders. It shows women's progress and her desire to move forward and can be a representation of
other women aspirations.

Keywords: gender, political communication, women, politic

PENDAHULUAN dicermati bahwa perjuangan perempuan untuk


menyuarakan aspirasinya telah berlangsung
Perempuan dan komunikasi arena politik cukup lama baik di Indonesia maupun secara
menjadi kajian yang menarik untuk dibahas. global. Di awal abad ke ke-21, lebih dari 95
Hal ini dikarenakan stigma umum bahwa persen negara di dunia menjamin dua hak
perempuan tidak mampu berpolitik dan hadir demokratik perempuan yang paling mendasar
seutuhnya dalam kancah politik. Menarik untuk yaitu, hak memilih (right to vote) dan hak untuk

Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi UMJ Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2017


Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta

mencalonkan diri dalam pemilihan (right to perempuan duduk di parlemen dapat meningkat
stand for election). Meskipun kedua hak hingga 30% sehingga partisipasi perempuan
tersebut sudah diakui oleh banyak negara dalam pembangunan juga akan meningkat.
sebagai hak dasar manusia tanpa adaya bias Perempuan dalam kancah politik
gender, bagi perempuan hak tersebut didapat memang tidak gampang karena budaya partiarki
melalui proses perjuangan yang panjang yang masih mendominasi sehingga komunikasi
(Sugiharto 2014). Di Indonesia, perjuangan hak pun terkadang menjadi kendala. Keterwakilan
pilih bagi perempuan dimulai pada tahun 1930- perempuan di parlemen yang sangat timpang
an. Gerakan perempuan Indonesia pada waktu sebenarnya bukan disebabkan oleh perbedaan
itu mulai menyuarakan hak pilih bagi seks (kodrat atau takdir), tetapi lebih pada
perempuan. Adapun dalam Kongres Perempuan perbedaan gender (konstruksi sosial). Hal ini
Indonesia III yang diselenggarakan pada tahun karena adanya persepsi dan konstruksi sosial
1938 di Bandung, wacana mengenai hak pilih yang menutup akses kaum perempuan untuk
bagi perempuan masuk sebagai agenda lebih banyak berkiprah dalam bidang politik
pembahasan (Sugiharto 2014). (Agustina 2009).
Terlihat bahwa perempuan sejak dahulu Sehingga yang terjadi karena
telah memperjuangkan suara mereka agar banyaknya dominasi kaum lelaki di parlemen
didengar dan dapat direalisasikan dalam adalah ketika perempuan duduk dalam lembaga
kehidupan. Demikian pula di parlemen (DPR), legislatif dimana, maka perempuan harus
perempuan berusaha untuk memperoleh “kursi” berkomunikasi secara gentle ala laki-laki. Hal
agar dapat duduk di parlemen dengan tujuan ini lakukan agar “suara” perempuan “didengar”
dapat menyampaikan aspirasi perempuan. dan direalisasikan. Untuk itu diperlukan strategi
Keterwakilan perempuan dalam arena politik dalam berkomunikasi dan strategi perempuan
(parlemen, DPR) mengalami pasang surut sejak itu sendiri agar mendapatkan perhatian dari
tahun 1950. Keterwakilan perempuan yang kaum laki-laki.
terendah adalah pada DPR 1050-1995 (3,7%)
(Agustina 2009) dan tertinggi pada DPR 2009- METODE
2014 yang berjumlah 100 orang atau 17,86%
dan menurun di periode 2014-2019 menjadi
Metode penulisan artikel ini adalah dengan
17,32% atau sebanyak 97 orang (Databoks
literature study atau studi pustaka dengan
2017).
menganalisis secara teoritis mengenai
Data tersebut memperlihatkan bahwa
perempuan dalam politik, komunikasi politik
kuota 30% perempuan di parlemen belum
dan komunikasi gender. Literature study ini
dapat direalisasikan. Laporan perkembangan
dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan
PBB pada tahun 1995 yang menganalisis
bacaan yang berhubungan dengan topik dan
gender dan pembangunan di 174 negara
kasus yang akan dibahas yang berupa buku-
menyatakan bahwa: “Meskipun benar bahwa
buku, jurnal dan bacaaan lainnya yang
tidak ada hubungan nyata yang terbentuk antar
berhubungan dengan tema artikel.
tingkat partisipasi perempuan dalam lemabaga-
lembaga politik dan kontribusi mereka terhadap
kemajuan perempuan, [tetapi] 30% PEMBAHASAN
keanggotaan dalam lembaga-lembaga politik
dianggap sebagai jumlah kritis yang dapat Bagian ini mendeskripsikan tentang
membantu perempuan untuk memberi pengaruh perempuan dan politik, komunikasi politik dan
yang berarti dalam politik” (Suryani 2010). keterwakilan perempuan dalam arena politik
Berdasarkan fakta tersebut harapan agar

Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi UMJ Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2017


Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta

serta menguraikan bebrebapa hasil penelitian telah mulai mendorong kader perempuannya
yang berhubungan dengan tema artikel. untuk dapat berkiprah di legislatif dan mulai
adanya peningkatan minat perempuan untuk
Perempuan dan Politik terjun di dunia politik. Hal ini sejalan dengan
Dari sejak dahulu perempuan telah tulisan Sugiharto (2014) dimana pada pemilu
memperjuangkan hak-haknya. Sejarah 2014, perempuan terutama di kalangan asisten
mengenai representasi perempuan di parlemen rumah tangga mulai berbicara politik dalam
Indonesia diawali dalam Kongres Wanita menentukan pilihan mereka. Menarik untuk
Indonesia pertama tahun 1928. Sejak saat itu, digarisbawahi bahwa adanya perubahan pola
dimulailah kesadaran perempuan Indonesia pikir perempuan dalam pembelajaran politik.
untuk berpartisipasi dalam pembangunan yang Perempuan pada dasarnya sudah mulai melek
juga termasuk dalam bidang politik. Sejarah politik dan sudah banyak pembelajaran kegiatan
mencatat, 6,5 persen anggota parlemen pada sadar berpolitik sehat. Namun tidak sedikit juga
pemilu pertama 1965 adalah perempuan. partisipasi yang rendah dari perempuan dalam
Sampai akhirnya pada tahun 1987 representasi berpolitik. Adapun faktor-faktor yang
perempuan dalam parlemen mencapai angka mempengaruhi rendahnya partisipasi
tertinggi 13 persen, setelah mengalami pasang perempuan (faktor internal, dari dalam diri
surut sebelumnya (Sugiharto 2014). Sehingga perempuan itu sendiri) dalam bidang politik
wacana keterwakilan 30% perempuan di adalah (Nantri dalam Wahyuni dan Esti 2009):
parlemen pun menjadi sorotan; karena 1. Adanya anggapan di kalangan
diharapkan dapat menjadi merealisasikan perempuan bahwa politik itu penuh
aspirasi perempuan. kekerasan sehingga di pandang sebagai
Indonesia yang masih menganut sistem dunianya laki-laki, sehingga perempuan
patriarkal, menjadi salah satu alasan terbatasnya enggan berkecimpung di dalamnya;
kesempatan perempuan untuk berpartisipasi 2. Banyak perempuan tidak senang
dalam proses berpolitik. Hal itu dikarenakan berorganisasi;
persepsi masyarakat yang masih mengotak- 3. Perempuan kurang memanfaatkan
ngotakkan pembagian peran antara laki-laki potensi yang ada dalam dirinya bahkan
dalam ruang publik dan perempuan dalam ranah perempuan sendiri kadang-kadang
domestik (Sugiharto 2014). Perempuan menenggelamkan dirinya dalam dunia
tampaknya mempunyai permasalahan dalam domestik sibuk dalam tugas-tugas
arena politik. rumah tangga;
Masalah perempuan dan politik di 4. Perempuan kurang sering percaya diri,
Indonesia terhimpun sedikitnya dalam empat sehingga tidak siap mental dan
isu: keterwakilan perempuan yang sangat psikologis untuk memasuki dan
rendah di ruang publik; komitmen partai politik melaksanakan fungsi-fungsi jabatan
yang belum sensitif gender sehingga kurang sebagai perumus kebijakan maupun
memberikan akses memadai bagi kepentingan pengambil keputusan.
perempuan; dan kendala nilai-nilai budaya dan
interpretasi ajaran agama yang bias gender dan Pada dasarnya perempuan dan laki-laki
bias nilai-nilai patriarki. Dan memiliki hak yang sama dalam berbagai
minat/hasrat/animo para perempuan untuk bidang, termasuk juga bidang politik. Namun,
terjun dalam kancah politik rendah; tapi untuk hak yang sama itu tidak dibarengi dengan
yang terakhir ini perlu dilakukan pengkajian kesempatan yang sama, sehingga keterwakilan
lebih mendalam (Suryani 2010). Seiring perempuan dalam bidang politik menjadi
berjalannya waktu, partai politik pada dasarnya

Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi UMJ Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2017


Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta

timpang (Agustina 2009). Hal tersebut Komunikasi Politik


disebabkan beberapa faktor antara lain: Komunikasi adalah pengalihan informasi untuk
1. Nilai sosial budaya yang lebih memperoleh tanggapan; pengordinasian makna
mengutamakan laki-laki antara seseorang dan khalayak; saling berbagi
2. Pembagian kerja berdasarkan gender informasi, gagasan , atau sikap; saling berbagi
dalam masyarakat agraris-tradisional unsur-unsur perilaku, atau modus kehidupan,
3. Citra perempuan sebgai kaum yang melalui perangkat-perangkat aturan;
lemah lembut “penyesuaian pikiran, penciptaan perangkat
4. Ajaran agama yang ditafsirkan secara simbol bersama di dalam pikiran peserta-
sempit dan parsial singkatnya, suatu pengertian”, “suatu peristiwa
5. Kurangnya political will pemerintah yang dialami secara internal, yang murni
6. Kekurangan kualitas individu personal” yang dibagi dengan orang lain; atau
perempuan dan kaderisasi politik. “pengalihan informasi dari satu orang atau
kelompok kepada yang lain, terutama dengan
Dalam menjalankan partisipasinya menggunakan simbol”. Bahkan ada definisi
perempuan mendapatkan banyak kendala. yang menyatakan apa komunikasi itu dengan
Menurut Lycette (dalam Mukarom 2008) mengatakan apa yang bukan: “komunikasi
terdapat paling sedikit empat kendala bagi bukan sekedar penerusan informasi dari suatu
perempuan dalam berpartisipasi di bidang sumber kepada publik; ia lebih mudah dipahami
politik, yaitu disebabkan karena: sebagai penciptaan kembali gagasan-gagasan
1. Perempuan menjalankan dua peran informasi oleh publik jika diberikan petunjuk
sekaligus, yaitu peran reproduktif dan dengan simbol, slogan atau tema pokok
peran produktif, di dalam maupun di (Nimmo 1989).
luar rumah; Politik adalah siapa memperoleh apa,
2. Perempuan relatif memiliki pendidikan kapan, dan bagaimana; pembagian nilai-nilai
yang rendah dibanding dengan laki-laki oleh yang berwenang; kekuasaan dan pemegang
karena perbeddaan kesempatan yang kekuasaan; pengaruh; tindakan yang diarahkan
diperoleh; untuk mempertahankan dan atau memperluas
3. Adanya hambatan budaya yang terkait tindakan lainnya. Politik mencakup sesuatu
dengan pembagian kerja secara seksual yang dilakukan orang; politik adalah kegiatan
dan pola interaksi perempuan dengan (Nimmo 1989). Dalam buku ini, politik
laki-laki yang membatasi gerak merupakan kegiatan orang secara kolektif yang
perempuan. mengatur perbuatan mereka di dalam kondisi
4. Adanya hambatan legal bagi jasmani, bakat, emosi, kebutuhan, cita-cita,
perempuan, seperti larangan inisiatif, perilaku, dan sebagainya (Nimmo
kepemilikan tanah, larangan 1989). Komunikasi adalah politik yang selalu
berpartisipasi dalam pendidikan atau terjadi dalam keseharian kita.
program Keluarga Berencana tanpa Dari kedua konsep: komunikasi dan
persetujuan dari suami atau ayahnya. politik; maka komunikasi politik adalah suatu
proses dan kegiatan-kegiatan yang membentuk
Dari beberapa pendapat para ahli dan sikap dan perilaku politik yang terintegrasi ke
hasil penelitian, terlihat bahwa perempuan dalam suatu sistem politik dengan
dalam arena politik masih didominasi oleh menggunakan seperangkat simbol-simbol
kaum laki-laki. Perempuan hanya menduduki berarti. Pengertian tersebut menunjukkan pada
porsi kecil dari berbagai jabatan yang ada baik sikap dan perilaku seluruh individu yang berada
di ranah legislatif maupun bidang lainnya. dalam lingkup sistem politik, sistem

Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi UMJ Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2017


Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta

pemerintahan atau sistem nilai baik sebagai anggota DPR perempuan yang aktif menghadiri
pemegang kekuasaan maupun sebagai rapat maupun menyampaikan argumentasi pada
masyarakat untuk terwujudnya suatu jalinan rapat-rapat di DPR. Pertama, Nurul Arifin dari
komunikasi antara pemegang kekuasaan Fraksi Partai Golkar dengan nilai 10.
(pemerintah) dengan masyarakat yang Kemudian, disusul oleh Mestariany Habie
mengarah kepada sikap-sikap integratif (AP, (Fraksi Gerindra) dengan nilai 6; Ribka
2010 :1.17). Tjiptaning, Ina Ammania, dan Eddy Mihati,
Dari pengertian komunikasi politik seluruhnya dari F-PDI Perjuangan, masing-
tersebut, maka dapat dipahami bahwa terdapat masing dengan nilai 4; Rieke Diah Pitaloka (F-
strategi yang seharusnya ada ketika PDI Perjuangan); Eva Kusuma Sundari (F-PDI
berkomunikasi secara politik. Bila dikaitkan Perjuangan); Agustina Basikbaik (FPG); dan
dengan keterwakilan perempuan dalam bidang Miriam Haryani (F-Hanura) masing-masing
politi, maka hendaknya dari pihak partai politik dengan nilai 3. Dari hasil temuan WRI,
memiliki strategi komunikasi politik bagi kader perempuan yang berlatar belakang aktivis
perempuannya. memiliki sensitivitas yang tinggi untuk
Seperti yang diungkapkan Rush dan mengangkat isu gender di parlemen (Amalia
Althoff (dalam Suryani 2010) bahwa 2012 ).
komunikasi politik memainkan peranan yang Hal ini memperlihatkan juga pentingnya
amat penting di dalam suatu sistem politik. Ia pendidikan komunikasi politik bagi perempuan
memerankan elemen dinamis, dan menjadi agar mempunyai keterampilan dan keberanian
bagian yang menentukan dari proses-proses dalam menyuarakan pendapat dan isu gender di
sosialisai politik, partisipasi politik, dan parlemen.
rekruitmen politik. Keterbukaan terhadap
komunikasi politik dapat mempengaruhi orang Potret Keterwakilan Perempuan dalam
untuk secara aktif terlibat dalam politik disatu Politik
pihak, dan di pihak lain, komunikasi politik Seperti yang telah disinggung dari awal bahwa
juga bisa menekan partisipasi politik. perempuan belum sepenuhnya memenuhi kuota
Strategi komunikasi dalam kaitan 30% dari anggota legislatif seperti yang
dengan partisipasi perempuan dan keterwakilan diharapkan dan tertuang di UU Nomor 2 tahun
mereka di lembaga legislatif bisa 2007 tentang Partai Politik menetapkan bahwa
dikelompokkan menjadi dua, yaitu strategi pendirian dan pembentukan partai politik
komunikasi politik perempuan dan strategi menyertakan 30 persen keterwakilan
komunikasi politik partai politik (Mukarom perempuan. Namun realitasnya banyak yang
2008). Strategi komunikasi perempuan belum memenuhi kuota tersebut.
dilakukan melalui counter komunikasi politik. Tampaknya harapan aktivis perempuan
Counter komunikasi politik tentu saja bukan untuk mewujudkan persamaan di bidang politik
hanya dilakukan oleh politisi perempuan tapi masih jauh dari kenyataan. Hal ini setidaknya
juga harus melibatkan politisi laki-laki dapat dilihat dari kuantitas maupun kualitas
(Mukarom 2008). Penelitian yang pernah ada perempuan di parlemen nasional dan daerah
memperlihatkan bahwa perempuan cenderung belum signifikan. Artinya, jumlah perempuan
berkomunikasi secara tidak langsung dibanding yang duduk di lembaga legislatif masih jauh
dengan laki-laki. dari yang dicita-citakan (di bawah kuota 30
Akibatnya, dalam menyampaikan persen). Di samping itu, perempuan yang
aspirasi, perempuan belum sepenuhnya aktif menduduki posisi strategis dalam kepengurusan
dan berani dalam menyuarakan pendapatnya. parpol juga sangat sedikit. Hal ini berdampak
Menurut hasil survei WRI, terdapat sembilan pada proses pencalegan dan keterwakilan

Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi UMJ Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2017


Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta

perempuan di parlemen. Dengan demikian, hanya menyentuh angka 7,14 persen saja.
paling tidak ada dua persoalan perempuan Dominasi laki-laki sangat kental di DPRP,
dalam politik yaitu masalah partisipasi dimana 92,86 persen anggotanya bukan
perempuan yang masih rendah di ruang politik perempuan.
dan masalah belum adanya platform partai yang Banyaknya perempuan yang berkiprah
secara konkret membela kepentingan di dunia politik ternyata belum mampu
perempuan (Amalia 2012). menawarkan kultur politik yang berbeda.
Beberapa penelitian menyebutkan Perempuan belum mampu menunjukkan diri
bahwa kurangnya keterwakilan perempuan sebagai agen perubahan. Lemahnya peran
dalam legislatif, antara lain dari perolehan kursi perempuan di parlemen terjadi karena
parlemen di Aceh pada Pemilu 2009 dapat kapabilitas perempuan yang lolos ke parlemen
dikatakan bahwa jumlah perempuan yang kurang teruji. Kebanyakan perempuan yang
menduduki kursi Dewan belum signifikan terpilih dan berkiprah di dunia politik formal
sebab hanya ada empat orang perempuan (5,7 saat ini berasal dari dinasti politik atau figur
persen dari 69 anggota Dewan) yang populer seperti artis. Pasalnya, mekanisme
menduduki kursi di DPR Aceh (DPRA) perekrutan diwarnai aroma nepotisme,
provinsi. Hasil Pemilu 2009 untuk DPRD Kota ditambah proses kaderisasi tidak berjalan
Ternate memperlihatkan meningkatnya (Amalia 2012).
keterwakilan perempuan dibandingkan pemilu Data-data dan fakta di atas
sebelumnya (2004), yakni empat kursi (16 menunjukkan bahwa kontribusi perempuan di
persen) dari 25 kursi DPRD Ternate parlemen belum signifikan. Peningkatan jumlah
dimenangkan oleh caleg perempuan. Jika hasil perempuan di DPR tidak berbanding lurus
Pemilu 1999, tidak ada satupun perempuan dengan kualitas. Peran perempuan dalam fungsi
yang terpilih menjadi anggota DPRD NTB, legislasi, pengawasan, dan anggaran belum
tidak demikian pada hasil Pemilu 2004 maksimal. Akibatnya, produk parlemen belum
setidaknya tiga perempuan berhasil lolos mengakomodasi aspirasi serta kepentingan
menjadi anggota DPRD NTB. Tetapi tetap saja kaum perempuan (Amalia 2912).
memperlihatkan kurangnya keterwakilan
perempuan dalam bidang politik. Sementara itu,
keterwakilan perempuan di DPR Papua (DPRP) .

SIMPULAN Komunikasi politik dan perempuan


memiliki strategi yang seharusnya dapat
Perempuan dalam bidang politik selaykanya mendorong perempuan untuk berpolitik sehat.
mendapatkan perhatian dari segala pihak. Perempuan mendapatkan kesempatan dalam
Dengan demikian perempuan dapat berbicara dan menyuarakan pendapat.
menyuarakan aspirasinya dan berpartisipasi Perempuan tidak seharusnya berkomunikasi ala
aktif dalam pembangunan. Dalam ranah politik, laki-laki sehingga partisipasi perempuan
partisipasi perempuan yang masih sedikit semakin tinggi dalam arena politik. Dengan
hendaknya dapat didorong menjadi lebih demikian kiprah perempuan di legislatif dapat
banyak. Perempuan mendapatkan kesempatan terlihat signifikan dalam menyuarakan isu
yang sama dengan laki-laki dalam segala gender.
bidang termasuk politik.

Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi UMJ Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2017


Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA Gender and Politics. Yogyakarta: Tiara


Wacana
Agustina, H. (2009). Keterwakilan Perempuan
di Parlemen dalam Perspektif Keadilan
dan Kesetaraan Gender. Dalam Siti
Hariti Sastriyani (ed): Gender and
Politics. Yogyakarta: Tiara Wacana
Amalia, L.S. (2012). Perempuan, Partai
Politik dan Parlemen di Indonesia:
Suatu Analisis. Dalam Sarah
Nuraini Siregar (ed): Perempuan,
Partai Politik dan Parlemen: Studi
Kinerrja Anggota Legislatif
Perempuan di Tingkat Lokal.
Jakarta: PT. Gading Inti Prima
AP, S. 2010. Komunikasi Politik. Jakarta:
Universitas Terbuka
Databoks. (2017). Berapa Jumlah Anggota
DPR RI Perempuan?.
https://databoks.katadata.co.id/datapub
lish/2017/04/21/berapa-jumlah-
anggota-dpr-ri-perempuan. Diakses
pada 18 November 2017.
Mukarom, Z. (2008). Perempuan dan Politik:
Studi Komunikasi Politik tentang
keterwakilan Perempuan di Legislatif.
MediaTor. Vol. 9. No. 2, Desember:
257-269.
Nimmo, Dan. 1989. Komunikasi Politik.
Komunikator, Pesan, dan Media.
Bandung: Remadja Karya
Sugiharto, I. (2014). Perempuan Muda dan
Partisipasi Politik.
https://www.jurnalperempuan.org/blog
-muda1/perempuan-muda-dan-
partisipasi-politik. Diakses pada 18
November 2017.
Suryani, I. (2010). Partisipasi Perempuan
dalam Komunikasi Politik. Skripsi:
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tidak Dipublikasikan.
Wahyuni, S & Esti, H. (2009). Pandangan
Publik tentang Keputusan Perempuan
dalam Kancah Politik di Indonesia.
Dalam Siti Hariti Sastriyani (ed):

Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi UMJ Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai