KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Evaluasi
1. Pengertian evaluasi
evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai
dari pada sesuatu. Sesuai dari pendapat tersebut dapat diartikan sebagai
suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu
dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
dunia pendidikan.1
1
Wayan Nurkancana Dan Sunartana, Evaluasi Pendidikan ( Surabaya, Usaha Offset Printing,
1982), 1.
8
9
bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas dari pada pengukuran
dan testing.2
2. Tujuan evaluasi
bergantung dengan jenis evaluasi yang digunakan. Bila tidak, maka guru
2
Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran. ( Bandung, Alfabeta, 2013), 204-205.
10
program atau suatu kegiatan tertentu dapat mencapai tujuan yang telah
dilakukan,yaitu3:
e. Memotivasi siswa
3
Ibid. 209-210.
11
d. Penentuan kelulusan.4
maka pendidikan dapat segera kita lakukan. Kalau belum siap maka
yang dicapai sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Kalau
mengatasinya.
4
Hamdani, dasar-dasar kependidikan. (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2011) ,hal 114.
12
c. Untuk mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita ajarkan dapat
kita lanjutkan dengan bahan yang baru ataukah kita harus mengulangi
telah cukup menguasai bahan pelajaran yang telah lampau atau belum.
cukup baik dalam evaluasi yang kita lakukan, maka itu berarti anak-
anak telah menguasai pelajaran yang telah lampau secara matang dan
siap menerima pelajaran baru. Sebaliknya apa bila hasil evaluasi yang
tentang jenis pendidikan atau jenis jenjang yang cocok untuk anak
tersebut. Dengan evaluasi yang kita lakukan dapat kita ketahui segala
cocok untuk anak tersebut di kemudian hari. Dengan jalan ini dapatlah
seorang anak dapat dinaikkan kedalam kelas yang lebih tinggi ataukah
13
dari sejumlah bahan pelajaran yang kita berikan seorang anak telah
lebih tinggi maka anak tersebut dapat kita naikkan. Tetapi apabila
anak dalam suatu kecakapan mencapai prestasi yang lebih rendah dari
yang baik maka dapat kita anggap bahwa anak tersebut cukup matang
cocok untuk suatu jabatan atau suatu jenis pendidikan tertentu, maka
untuk mencapai hasil yang baik. Untuk mencapai hasil yang baik maka
untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa
5
Wayan Nurkancana Dan Sunartana, Evaluasi Pendidikan ( Surabaya, Usaha Offset Printing,
1982),hal 3-6.
15
4). Membantu peserta didik dalam memilih metode belajar yang baik
dan benar.
pembelajaran.
6
Sulistyorini, Evaluasi Pendidikan ( Yogyakarta: Teras. 2009), 89-92.
16
pembelajaran.
kemampuan anaknya.
6. Teknik evaluasi
7
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran(Bandung: Pt Remaja Rosdakarya,2016), 288-289.
17
a. Teknik tes
Istilah tes dari kata testum suatu pengertian dalam prancis kuno
Menurut Anas dalam melaksanakan tes tulis ini ada beberapa hal yang
harus diperhatikan
tes
b. ruang tes yang digunakan harus cukup luas agar tidak berdesak-
desakan
baik
8
Novan Ardy Wiyani. Desain Pembelajaran Pendidikan ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2013),
183.
18
d. dalam ruangan tes hendaknya terdapat alas tes sehingga peserta tes
curang
berapa peserta tes yang hadir dan yang tidak hadir dengan
menuliskan identitasya.9
Sama dengan tes tertulis, tes lisan ini juga hanya mencakup domain
kognitif.
9
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan ( Jakarta: PT Grafindo persada, 2005), 151-153.
19
didik.
menjadi diskusi
pertanyaan-pertanyaan
secara individu.10
10
Moh. Sahlan, Evaluasi Pembelajaran (Jember: Stain Jember.2013), 97-99.
21
b. Teknik nontes
pengukuran sikap.
11
Novan Ardy Wiyani. Desain Pembelajaran Pendidikan ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2013),
194.
22
perorangan.12
persyaratan13:
1. Validitas
Alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur yang itu dapat
dengan tepat mengukur apa yang hendak di ukur. Dengan kata lain
satu alat ukur hasil belajar dapat dikatakan valid apabila tes itu dapat
2. Reliabilitas
reliability dalam bahasa inggris, berasal dari kata reliable yang artinya
yang tetap apabila di teskan berkali kali. Jika kepada siswa diberikan
tes yang sama pada waktu berlainan, maka setiap siswa akan tetap
12
Ibid. 183-198.
13
Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,2013),
98-102
23
3. Objektivitas
4. Praktikabilitas
5. Ekonomis
tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu
yang lama.
B. Kitab Kuning
karya tulis dibidang keagamaan yang ditulis dengan huruf arab. Ada pun
14
Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam
Di Indonesia,(Jakarta: PT Grasindo,2001), 170.
24
melalui cara weton atau sorongan. Kitab kuning adalah kitab-kitab klasik
berbahasa Arab yang selama ini dipandang sebagai kitab standar atau
kitab-kitab klasik yang berkaitan dengan agama Islam atau bahasa Arab,
pesantren
15
Fathur Rahman Ashari, “ Dinamika Pembelajaran Kitab Kuning Di Madrasah Muallimin Univa
Medan”, Analytica Islamica, 1( januari –juni 2018), 41.
25
kitab komentar (syarh) atau komentar atas komentar (hasyiyah) atas teks
yang lebh tua (matn, matan). Edisi cetakan dari karya-karya klasik ini
untuk teks fikih yang ringkas dan sederhana. Fath Qarib, kitab syarah
yang lebih mendalam atas teks tersebut. Kitab Al-Mahalli, karya fikih
tingkat lanjut yang umum dikenal, dia akan diberi berjilid-jilid kitab
sederhana di tepi halamannya, hal yang sama juga terjadi pada kitab
lainnya.16
16
Ibid., 40
26
b. Metode Sorogan
17
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulallah
Sampai Indonesi ( Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2007), 287.
18
Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam
Di Indonesia,(Jakarta: PT Grasindo,2001), 176.
27
oleh kyai atau ustadz. Dalam belajar kelompok ini, mereka tidak
hanya membahas topik atau sub topik, tetapi lebih dari itu dengan
lafadz demi lafadz dan kalimat demi kalimat yang ditinjau dari
pendapatnya.20
19
Fathur Rahman Ashari, Dinamika Pembelajaran Kitab Kuning Di Madrasah Muallimin Univa
Medan, Analytica Islamica, 1( januari –juni 2018), 41.
20
Ibid., 42
28
C. Madrasah
1. Pengertian Madrasah
berasal dari kata bahasa Arab yang artinya adalah tempat belajar, padanan
salah satu lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar sekolah yang
Islam kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur sekolah yang
agama Islam tingkat dasar selama selama 4 (empat) tahun dan jumlah jam
Madrasah Diniyah Wustho, masa belajar 2 (dua) tahun dengan jumlah jam
yang muncul pada awal abad ke-20 dan merupakan lembaga pendidikan
21
Subar Junanto, “
Evaluasi Pembelajaran Di Madrasah Diniyah Miftachul Hikmah Denanyar
Tangen Sragen”, At-Tanbawi, 2 (Juli-Desember 2016), 183.
22
Abdul Rahman Saleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa: Visi, Misi, dan Aksi (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2004), 11-12.
30
23
Maksum, Madrasah; Sejarah dan Perkembangannya (Cet. I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999), 114.