Jika kamu adalah anak dalam kelompok pertama dan kedua.. jangan sampai setelah anda
menikah dan memiliki anak.. mengulangi hal – hal yang pernah kamu alami dari
orangtua kamu.. berlakulah bijak…putuskanlah rantai yang membelenggu itu.. karena
sadar atau tidak.. qta sering melakukan hal – hal yang dulu pernah qta alami sebelumnya..
ciptakan kelompok keluarga ketiga.. keluarga yang harmonis n penuh kasih sayang…
Jika kamu adalah anak dari kelompok ketiga.. bersyukurlah… karena kamu bisa
mendapat yang terbaik… teruskan usaha orangtuamu dalam menciptakan keluarga yang
harmonis.. jangan sampai setelah menikah dan mempunyai anak malah menciptakan
keluarga kelompok pertama atau kedua…
Diluar ketiga kelompok ini… ada hal yang HARUS DIINGAT… bahwa anak – anak itu
SANGAT MEMBUTUHKAN PERHATIAN dan KASIH SAYANG orangtuanya..
materi (baca:harta) yang banyak tidak menjamin keluarga yang bahagia.. karena materi
hanya bisa memnuhi kebutuhan lahiriah… masih ada satu bagian yang tidak bisa di isi
dengan materi.. yaitu batiniah.. kebutuhan ini hanya bisa dipenuhi dari kasih sayang dan
perhatian orangtuanya..
8 Fungsi Keluarga
Jumat, 9 Maret 2007 @ 01:45 WIB - Diari
Fungsi reproduksi: dari keluarga dihasilkan anak keturunan secara sah
Fungsi ekonomi: kesatuan ekonomi mandiri, anggota keluarga mendapatkan dan
membelanjakan harta untuk memenuhi keperluan
Fungsi sosial: memberikan status, kadang prestise kepada anggota keluarga
Fungsi protektif: keluarga melindungi anggotanya dari ancaman fisik, ekonomis dan
psiko sosial
Fungsi rekreatif: keluarga merupakan pusat rekreasi bagi para anggotanya
Fungsi afektif: keluarga memberikan kasih sayang
Fungsi edukatif: memberikan pendidikan
Fungsi relijius: keluarga memberikan pengalaman keagamaan kepada para anggota
Dari 8 fungsi keluarga di atas, semua berlandaskan pada fungsi keagamaan yang
berikutnya akan mendorong 4 fungsi keluarga lain : reproduksi, edukasi, protektif,
afektif. Dan ke-4 fungsi keluarga ini selanjutnya akan mendorong berjalannya 3 fungsi
lain: ekonomi, sosial dan rekreatif. Inilah konsep adil dalam membina keluarga.
http://www.bloggaul.com/trainingcentre/readblog/64153/8-fungsi-keluarga
PERAN IBU DALAM MEMBENTUK KELUARGA SEJAHTERA
Laporan: Hnur
Dalam Agama Islam dikenal patokan bahwa sejauh menyangkut ibadah, semuanya
dilarang kecuali yang diperintahkan. Sejauh menyangkut muamalah semuanya boleh
kecuali yang dilarang. Salah satu pesan penting dari patokan itu ialah untuk membentuk
keluarga sejahtera, kepekaan susila dan ketangguhan moral saja belum cukup. Karena itu
perlu membangun kepekaan sosial dan intelektual. Tujuan dari pendekatan komprehensif
tersebut ialah selain etik dan moral anggota keluarga kita kokoh, mereka pun dapat
memilih dan menawarkan pilihan-pilihan cerdas untuk kemajuan bersama. Untuk itu
kaum IBU dituntut agar mereka semakin cerdas. Bagaimana Peran IBU dalam
pembentukan keluarga sejahtera di Indonesia?
Sejak tiga dasa warsa terakhir peran IBU dalam kehidupan keluarga mengalami
kemajuan pesat. Dorongan utamanya adalah tuntutan ekonomi. Keluarga tidak bisa lagi
mengandalkan para bapak untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara memadai. Untuk
itu, para IBU terpanggil untuk berperan, mengambil alih peran bapak yang tak mampu
mencukupi.
Sementara, posisi IBU dalam rumah tangga juga mengalami perubahan, bahkan dengan
cara drastis dan radikal. Wewenang dan wibawa para ibu menanjak dalam keluarga.
Mereka turut memutuskan apa saja yang selama ini dipegang kaum bapak. Disamping itu,
pergeseran dalam kemampuan intelektual, khususnya tingkat pendidikan kaum
perempuan merupakan salah satu kunci perkembangan sekaligus masalah baru dalam
keluarga. Emansipasi dalam kehidupan sosial juga turut menentukan hubungan
harmonisasi antara bapak dan ibu serta anak-anak di rumah.
Dengan demikian, keluarga harus “dimanage” dengan cara yang lebih demokratis, bukan
otoriter. Karena alasan atau reasoning tidak lagi dimonopoli oleh para bapak. Semua
anggota keluarga mempunyai referensi yang hampir sama secara intelektual. Pemecahan
masalah dalam rumah tangga, konkurensi wibawa, aset sosial ekonomi, seksual dan
intelektual semacamnya tidak lagi bisa dipecahkan dengan cara- cara di masa lalu.
Tingkat pendidikan.
Tingkat pendidikan kaum IBU relatif bertambah tinggi. Hal tersebut merupakan faktor
yang mempengaruhi terbukanya peluang dan kesempatan untuk tampil ke depan,
melepaskan diri dari kasus-kasus perlakuan diskriminasi seperti pelecehan hak, isu
gender dan sebagainya. Kondisi umum tersebut dimungkinkan oleh beberapa faktor
dominan. Kesemuanya langsung atau tidak langsung memberi dampak kuantitatif bagi
peran ibu dalam meningkatkan tahapan Keluarga Sejahtera. Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah:
Pertama, semakin menyebarnya kegiatan pendidikan, serta relatif telah bertambah
tingginya pendidikan rata-rata penduduk. Memang tidak selalu semakin tinggi pendidikan
seseorang akan semakin berhasil pula dalam membangun Keluarga Sejahtera. Artinya
Keluarga Sejahtera berkualitas tidak identik atau ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat
pendidikan. Tetapi dapat dikatakan IBU yang terdidik pastilah memiliki kelebihan adaptif
tertentu.
Kesempatan dan pendidikan masyarakat sudah semakin luas. Persepsi masyarakat tentang
potensi kaum IBU-pun relatif telah terbuka. Apalagi sejak munculnya berbagai sekolah
kejuruan maupun pelatihan khusus yang sengaja dirancang sebagai wahana aktualisasi
potensi intelektual dan potensi kreatif kaum IBU. Selain itu pendidikan dan pelatihan-
pelatihan khusus juga mempercepat proses keterbukaan dan dinamisasi nilai-nilai kultural
masyarakat. Termasuk yang secara historis telah melekat dalam persepsi kaum IBU
sendiri.
Sebagai suatu proses budaya, pendidikan dan pelatihan khusus tersebut justru amat
diperlukan dalam kerangka pembangunan nasional dan peningkatan SDM Indonesia.
Pemerintah kita berkepentingan mempercepat lahirnya tatanan masyarakat yang lebih
egalitarian, demokratis, emansipatif dan partisipatif.
Kedua, perubahan persepsi dikotomis masyarakat kita tentang pekerjaan. Polarisasi atas
dasar jenis kelamin (gender) di lingkungan pekerjaan dan profesi umumnya tidak
populer. Tuntutan dan logika kemajuan zaman menyebabkan proses rekrutmen, promosi
dan pengangkatan dalam profesi, sekarang ini lebih berorientasi pada kualitatif. Dalam
pengertian bahwa pertimbangan terpenting ialah kapasitas, kesempatan dan kemam[uan
riil seseorang. Pekerjaan-pelerjaan di lingkungan pegawai negeri, di perusahaan, sektor
swasta, umumnya dikelola dalam sistem jaringan kerja profesional, sehingga pendekatan
obyektif dan rasional semakin mengemuka.
Ketiga, kemajuan teknologi termasuk faktor dominan bagi meluasnya peluang dan
kesempatan kaum IBU. Tidak bisa dipungkiri kemajuan teknologi ke rumah tanggaan,
teknologi perkantoran, telkom dan transformasi semakin memperlancar proses kehidupan
sosial.
Sampai pada dekade 70-an, usia produktif wanita di Indonesia, terutama di daerah
pedesaan, umumnya habis dimanfaatkan untuk melahirkan dan mengasuh anak. Kini
teknologi kontrasepsi, adanya Gerakan KB Nasional, ditambah kesadaran untuk lebih
mementingkan kualitas hidup, pasangan usia subur (PUS) bisa mengatur jarak kehamilan.
Kehamilan dapat dideteksi, jabang bayi dalam kandungan dapat dijaga serta proses
melahirkan lebih nyaman dan aman.
Kemajuan dan inovasi teknologi, kini berlangsung dalam tempo yang semakin tinggi. Hal
ini mengilhami perubahan dan inovasi sosial. Masalahnya kemajuan dan inovasi tersebut
kadang tidak mendukung terbentuknya keluarga sejahtera. Dan keluarga diharapkan
mampu mengelola konsekuensi dari perubahan dan inovasi teknologi itu.
Ke-empat sebagai resultansi dari faktor di atas, ialah meluas dan melebarnya
perbandingan masyarakat, khususnya kaum IBU. Termasuk ukuran-ukuran keberhasilan,
kemajuan dan penghargaan. Ukuran masyarakat tentang status sosial, kini tidak lagi
sekedar mengacu pada latar belakang asal usul. Siapapun yang mampu melahirkan kerja-
kerja prestatif untuk kemaslahatan lingkungan masyarakatnya, dia-lah yang cenderung
paling dihargai.
Khusus untuk kaum IBU kiranya perlu perlakuan khusus dari kaum bapak, agar kaun
IBU atau isteri selalu tampil energik, sehat, cerdas dan bergirah. Salah satunya adalah
menerapkan konsep Keluarga (kecil) Bahagia Sejahtera, agar isteri banyak memiliki
kesempatan untuk mengurus dan mengatur diri, keluarga, serta berperan aktif dalam
masyarakat. (Penulis adalah Ajun PKB pada BKKBN Kabupaten Bogor/H.Nur).
http://www.gemari.or.id/artikel/2446.shtml