Anda di halaman 1dari 14

FAKTOR FISIK DOMINAN PENENTU

KEMAMPUAN APNEA PADA SELAM


(Study Korelasi Panjang Tungkai, Lingkar Dada, Kekuatan Otot Tungkai,
Kapasitas Paru, Volume Oksigen Maksimal dan Fleksibilitas Togok
Pada Atlet Selam Di Provinsi Jogjakarta)

Vera Septi Sistiasih., Prof. Dr. Kiyatno, dr., PFK., M.Or., AIFO, Dr. Sapta Kunta Purnama., M.Pd.
Magister Ilmu Keolahragaan Program PASCASARJANA UNS
v3rasepti@gmail.com

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: diantara variabel panjang tungkai, lingkar
dada, kekuatan otot tungkai, kapasitas paru, volume oksigen maksimal dan fleksibilitas togok,
yang manakah dominan mempengaruhi kemampuan apnea pada selam. Penelitian ini termasuk
“korelasi” yang terdiri dari variabel bebas yaitu panjang tungkai, lingkar dada, kekuatan otot
tungkai, kapasitas paru, volume oksigen maksimal dan fleksibilitas togok, dan variabel terikat
yaitu kemampuan apnea pada selam. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah atlet
selam putra Propinsi Jogjakarta sejumlah 25 orang. Data diperoleh dari tes setiap variabel bebas
dan termasuk variabel terikat, kemudian dinalisis menggunakan instrument komputer program
dengan SPSS dan Amos.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,
menggunakan rancangan Analisis Faktor Konfirmatori (Emzir, 2008: 48). Analisis faktor adalah
salah satu metode statistik multivariat yang mencoba menerangkan hubungan antara sejumlah
perubahan-perubahan yang saling independen antara satu dengan yang lain sehingga bisa dibuat
satu atau lebih kumpulan perubahan yang lebih sedikit dari jumlah perubahan awal. Analisis
faktor digunakan untuk mengetahui faktor-faktor dominan dalam menjelaskan suatu masalah
(http://www.slideshare.net/ganuraga/analisis-faktor).

Metode satistik multivariat banyak digunakan. Salah satu multivariat digunakan dalam
bidang olahraga untuk mengukur variabel dominan anthropometri dan fisik dalam kemampuan
apnea selam dimana variabelnya yaitu (enam variabel bebas dan satu variabel terikat) yang telah
dikumpulkan akan diolah dan dianalisa menggunakan Program Statistik Komputerisasi dengan
sistem SPSS (Statistical Product and Service Solutions) Versi 22 dan menggunakan AMOS 18.
Statistik multivariat membutuhkan banyak perhitungan matematis yang tidak memungkinkan
dilakukan secara manual. Dengan banyak metode multivariat lain seperti analisis faktor
konfirmatori yang tingkat kompleksnya dapat melebihi metode regresi berganda maka dilakukan
penghitungan menggunakan SPSS dan AMOS (Santoso, 2012: 58).

Kata Kunci: Kemampuan fisik, apnea selam, analisis faktor, anthropometri.


PENDAHULUAN penyelaman dan kedalaman yang lebih lama
Latar Belakang Masalah dan jauh diperlukan alat yang disebut Self
Bumi jika dilihat dari luar angkasa Contained Underwater Breathing Apparatus
akan terlihat permukaan rupa bumi terdiri (SCUBA). Penggunaan alat ini dibutuhkan
dari permukaan air lebih dari 70%. Struktur penyesuaian dan membiasakan diri
bumi secara umum dilapisi oleh atmosfir menggunakan alat selam dan dilengkapi
yang mengisi seluruh permukaan bumi. dengan pengetahuan teori penyelaman.
Kemudian ruang kehidupan yang berada di Salah satu dari nomor selam bebas
bawah permukaan air berada di bawah dan yaitu apnea. Kemampuan menahan nafas di
terpisah dari lapisan atmosfir. dalam air dengan jarak tertentu pada olahraga
Indonesia adalah negara kepulauan selam atau yang sering disebut dengan apnea
terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 merupakan salah satu nomor dari perlombaan
pulau. Indonesia terbentang antara 60 LU-110 olahraga selam. Apnea terbagi menjadi 2
LS, dan dari 970 BT-1410 BT serta terletak kategori, dinamik apnea dan static apnea.
antara dua benua yaitu benua Asia dan Semakin baik kondisi fisik maka semakin
Australia/Oceania. Posisi strategis ini baik pula kemampuan menahan nafas di
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam air sehingga prestasi pada nomor
terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan apnea dapat diraih. Kondisi fisik merupakan
ekonomi. Wilayah Indonesia terbentang salah satu unsur penting dalam pencapaian
sepanjang 3.977 mil antara Samudra Hindia prestasi, termasuk pada olahraga selam. Oleh
dan Samudra Pasifik. Apabila perairan antara karena itu, setiap atlet selam harus memiliki
pulau-pulau itu digabungkan, maka luas kondisi fisik yang prima dalam menghadapi
Indonesia menjadi 1.9 juta mil2. suatu perlombaan atau kejuaraan. Dalam
Dengan luas lautan lebih besar daripada olahraga prestasi, seseorang atau atlet
luas daratan menjadikan Negara Indonesia memerlukan kondisi fisik yang baik selain
sebagai Negara bahari. Namun demikian, kemampuan teknik. Sajoto (1988:57)
olahraga di Indonesia didominasi oleh menjelaskan “kondisi fisik adalah salah satu
olahraga yang terdapat di daratan. Sedangkan prasyarat yang sangat diperlukan dalam
olahraga air kurang begitu diminati. Selam setiap usaha peningkatan prestasi seorang
merupakan salah satu olahraga yang kurang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai dasar
diminati di Indonesia. Banyak faktor yang landasan titik tolak suatu awalan olahraga
menyebabkan selam kurang diminati. Arti prestasi”.
kata selam yaitu bertahan hidup di dalam air. Olahraga selam masuk dalam sebuah
Sedangkan selam terbagi menjadi dua induk organisasi yang disebut dengan
pengertian. Selam bebas atau disebut dengan Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia
Skin Diving merupakan aktivitas menyelam (POSSI). Dimana POSSI menjadi anggota
dengan menggunakan peralatan pada dari Federasi Olahraga Perairan Indonesia
kedalaman yang relatif dangkal dan waktu (FOPINDO) serta diterima sebagai anggota
penyelaman tergantung pada kemampuan KONI Pusat dan Federasi Selam Dunia yaitu
paru-paru. Selain itu, untuk waktu Confederation Mondiale Des Activities
Subaquatiques (CMAS) yang bermarkas di peningkatan maupun pemeliharaannya
Roma – Italia dan anggota dari Federasi (Sajoto, 1995 : 810).
Selam Asia (AUF). Saat ini Pengurus Besar Kelentukan (fleksibilitas) adalah
POSSI (PB POSSI) memiliki 27 Pengurus kemampuan untuk melakukan gerakan dalam
Daerah POSSI (Pengda POSSI) salah satunya ruang gerak sendi, fleksibilitas yang
adalah di Yogyakarta. dimaksudkan adalah fleksibilitas togok.
Dalam upaya untuk mencapai prestasi Gerakan apnea pada olahraga selam
yang maksimal harus mendapat latihan fisik menggunakan renang gaya dolphin. Ditinjau
yang benar dan sistematis. Demikian juga dari gerakan renang gaya dolphin,
pada POSSI Yogyakarta dalam upaya fleksibilitas togok sangat berperan penting
mencapai kemampuan apnea yang maksimal, dalam keberhasilan gerakan tersebut.
perlu meningkatkan kemampuan fisik atlet Fleksibilitas togok berperan untuk
selamnya. memperluas gerak persendian dan gerakan
Latihan fisik yang diberikan harus elastis dari otot-otot togok, sehingga gerakan
sesuai dengan karakteristik nomor yang apnea pada selam nampak luwes dan tidak
dikembangkan dan sesuai dengan kondisi kaku. Selain itu, fleksibilitas togok dapat
fisik atlet selam itu sendiri. Dengan modal memberikan gerakan tambahan secara cepat
fisik yang prima tentunya atlet akan dan kuat.
menguasai tahap latihan selanjutnya. Kapasitas paru merupakan unsur dasar
Pembinaannya meliputi faktor fisik, teknik, yang penting dalam menunjang kemampuan
taktik dan mental. Unsur kondisi fisik yang fisik. Pengukuran terhadap kapasitas paru
diperlukan untuk menunjang pencapaian perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat
prestasi selam antara lain adalah kapasitas perbedaan kecepatan aliran udara. Kapasitas
paru, volume oksigen maksimal, power, paru diukur dengan cara mencatat volume
kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, udara yang keluar masuk paru melalui
koordinasi dan fleksibilitas togok. pemeriksaan dengan menggunakan alat
Sementara itu, struktur anthropometri spirometer. Pemeriksaan terhadap kapasitas
berhubungan dengan pengukuran paru perlu dilakukan karena banyak
kemampuan atlet dalam melakukan gerakan- digunakan untuk mengukur physical fitness
gerakan yang berkaitan dengan cabang seseorang.
olahraga yang digelutinya. Fisik yang prima Volume oksigen maksimal merupakan
merupakan salah satu aset penting yang harus salah satu komponen kondisi fisik yang
dipertahankan seorang atlet. Faktor fisik penting dalam kemampuan apnea. Seorang
berhubungan dengan postur tubuh yang ideal atlet yang memiliki volume oksigen
juga berkaitan dengan daya tahan, kecepatan, maksimal yang baik akan mampu melakukan
fleksibilitas, agilitas, koordinasi gerak, dan aktivitas yang berat dengan jangka waktu
kekuatan seorang atlet baik dalam latihan yang lama tanpa mengalami kelelahan.
maupun dalam menghadapi pertandingan. Menurut Sajoto (1988:193) bahwa “seorang
Kondisi fisik adalah suatu kesatuan yang awam, atlet maupun pelatih yang ingin
utuh dari komponen-komponen yang tidak meningkatan daya tahan atau endurance
dapat dipisahkan begitu saja, baik harus mengetahui benar bahwa yang perlu
ditingkatan adalah kemampuan kerja sistem 7. Pencapaian prestasi apnea pada olahraga
kardiovaskuler”. selam pada Persatuan Olahraga Selam
Berdasarkan uraian di atas, peneliti Seluruh Indonesia di Provinsi Jogjakarta
akan melakukan penelitian dengan judul 8. Mengukur Anthropometri dan Fisik yang
Faktor Anthropometri dan Fisik Dominan dipakai dalam gerakan-gerakan olahraga
Penentu Kemampuan Apnea Pada Selam. selam, dan kemampuan apnea pada
Identifikasi Masalah selam.
Dari latar belakang masalah dapat Rumusan Masalah
diidentifikasikan beberapa permasalahan Berdasarkan pada pembatasan masalah
sebagai berikut: dapat dirumuskan permasalahan sebagai
1. Upaya dalam mengatasi kendala dalam berikut:
pembinaan cabang olahraga selam. 1. Adakah hubungan antara panjang
2. Pembinaan pada olahraga selam kurang tungkai dengan pencapaian prestasi
berkembang sehingga pencapaian prestasi apnea pada selam?
kurang maksimal. 2. Adakah hubungan antara lingkar dada
3. Penyempurnaan pada kondisi fisik dan dengan pencapaian prestasi apnea pada
teknik dapat mencapai prestasi olahraga selam?
selam. 3. Adakah hubungan antara kekuatan otot
4. Besarnya sumbangan panjang tungkai, tungkai tungkai dengan pencapaian
lingkar dada, kekuatan otot tungkai, prestasi apnea pada selam?
kapasitas paru dan volume oksigen 4. Adakah hubungan antara kapasitas paru
maksimal terhadap pencapaian prestasi dengan pencapaian prestasi apnea pada
olahraga selam belum diketahui. selam?
Pembatasan Masalah 5. Adakah hubungan antara volume
Dari masalah yang diidentifikasi, perlu oksigen maksimal dengan pencapaian
adanya pembatasan masalah. Penelitian ini prestasi apnea pada selam?
dibatasi pada masalah sebagai berikut; 6. Adakah hubungan antara fleksibilitas
1. Sumbangan panjang tungkai terhadap togok dengan pencapaian prestasi apnea
apnea pada selam. pada selam?
2. Sumbangan lingkar dada terhadap apnea 7. Adakah hubungan dari panjang tungkai,
pada selam. lingkar dada, kekuatan otot tungkai,
3. Sumbangan kekuatan otot tungkai kapasitas paru, volume oksigen
terhadap apnea pada selam. maksimal dan fleksibilitas togok secara
4. Sumbangan kapasitas paru terhadap bersama dengan pencapaian prestasi
apnea pada selam. pada apnea pada selam?
5. Sumbangan volume oksigen maksimal Tujuan Penelitian
terhadap apnea pada selam. Sesuai dengan rumusan permasalahan
6. Sumbangan fleksibilitas togok terhadap yang ada, maka tujuan dari penelitian ini
apnea pada selam. adalah untuk:
1. Mengetahui hubungan antara panjang KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
tungkai dengan pencapaian prestasi 1. Olahraga Selam
apnea pada selam. Kondisi lingkungan dibawah air
2. Mengetahui hubungan antara lingkar berbeda dengan kondisi di darat yang
dada dengan pencapaian prestasi apnea membuat dibutuhkannya peralatan khusus
pada selam. untuk melakukan aktivitas selama
3. Mengetahui hubungan antara kekuatan menjelajahi perairan. Alat yang digunakan
otot tungkai dengan pencapaian prestasi setidaknya menggunakan Fins (sirip kaki),
apnea pada selam. Masker, dan Snorkel yang digunakan dalam
4. Mengetahui hubungan antara kapasitas aktivitas selam dipermukaan air yang disebut
paru dengan pencapaian prestasi apnea dengan Skin Diving atau disebut Selam
pada selam. Bebas. Menurut Ariadno, Baroeno dkk
5. Mengetahui hubungan antara volume (2003:1.3) Skin Diving adalah aktivitas yang
oksigen maksimal dengan pencapaian dilakukan pada kedalaman yang relatif
prestasi apnea pada selam. dangkal dan waktu penyelaman yang relatif
6. Mengetahui hubungan antara fleksibilitas terbatas tergantung pada kemampuan paru-
togok dengan pencapaian prestasi apnea paru. Sedangkan Scuba Diving dijelaskan
pada selam. Ariadno,Baroeno dkk (2003:1.3) adalah
7. Mengetahui hubungan dari panjang penyelaman yang dilakukan lebih lama
tungkai, lingkar dada, kekuatan otot dibawah air dengan menggunakan SCUBA
tungkai, kapasitas paru, volume oksigen (Self Contained Underwater Breathing
maksimal dan fleksibilitas togok secara Apparatus) dan peralatan lain sesuai
bersama dengan pencapaian prestasi kebutuhan.Menyelam adalah kegiatan yang
pada apnea pada selam. dilakukan di bawahpermukaan air, dengan
Manfaat Penelitian atau tanpa menggunakan peralatan, untuk
Hasil penelitian ini bermanfaat baik mencapai suatu tujuan tertentu.
secara teoritis maupun praktis. Hasil yang 2. Variabel Anthropometri dan Fisik
diperoleh diharapkan dapat : yang Berpengaruh terhadap
1. Secara teoritis mendukung dan Kemampuan Apnea pada Olahraga
memperkaya ilmu pengetahuan pada Selam
variabel anthropometri dan fisik terhadap Menurut wilkens, lenny (1994: 65)
kemampuan apnea pada selam. Komponen anthropometri dan fisik yang
2. Memberikan acuan dan masukan bagi dipakai dalam gerakan apnea pada olahraga
atlet dengan faktor dominan penentu selam adalah:
kemampuan apnea pada selam. a. Panjang tungkai
3. Bagi peneliti secara praktis hasil Tungkai merupakan bagian penting
penelitian ini dapat bermanfaat sebagai dalam mencapai pencapaian prestasi
bahan pembanding dan pertimbangan apnea dalam olahraga selam. Tungkai
bila para peneliti akan mengadakan memiliki peran penting dalam
penelitian. melakukan dorongan untuk mendapatkan
daya dorong besar untuk melaju kondisi fisik yang turut mempengaruhi
kedepan. kemampuan apnea yaitu, kekuatan otot
b. Lingkar Dada tungkai, kapasitas paru, volume oksigen
Panjang – pendeknya linkar dada maksimal dan fleksibilitas togok. Selain
menentukan banyak sedikitnya jumlah komponen kondisi fisik ada unsur lain yang
oksigen yang dapat diambil. Sangat penting yaitu anthropometri diantaranya yaitu
penting pada saat pengambilan nafas dan panjang tungkai dan panjang togok.
kemudian menahan nafas yang
Hipotesis Penelitian
digunakan dalam kemampuan apnea
pada selam. Berdasarkan kajian teori yang dibangun
c. Kekuatan Otot Tungkai di atas, maka hipotesis dalam rencana
Kekuatan otot tungkai diperlukan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
melakukan gerakan mendayung pada 1. Terdapat hubungan yang signifikan
tungkai dengan cepat dan kuat, sehingga antara variabel panjang tungkai terhadap
mendapat daya dorong yang lebih besar. kemampuan apnea selam pada atlet
d. Kapasitas Paru selam di Propinsi Jogjakarta.
Kapasitas paru merupakan unsur yang 2. Terdapat hubungan yang signifikan
penting dalam kemampuan menahan antara variabel lingkar dada terhadap
nafas. Semakin banyak jumlah oksigen kemampuan apnea selam pada atlet
yang masuk kedalam paru-paru dan selam di Propinsi Jogjakarta.
semakin cepat inspirasi, maka semakin 3. Terdapat hubungan yang signifikan
cepat oksigen akan diedarkan keseluruh antara variabel kekuatan otot tungkai
jaringan tubuh yang aktif. terhadap kemampuan apnea selam pada
e. Volume Oksigen Maksimal atlet selam di Propinsi Jogjakarta.
Volume oksigen maksimal (VO2max) 4. Terdapat hubungan yang signifikan
adalah kemampuan seseorang untuk antara variabel kapasitas paru terhadap
menggunakan oksigen (O2) selama kemampuan apnea selam pada atlet
kegiatan maksimal. Penggunaan volume selam di Propinsi Jogjakarta.
oksigen maksimal dibutuhkan oleh setiap 5. Terdapat hubungan yang signifikan
atlet untuk beraktivitas dalam jangka antara variabel volume oksigen
waktu yang lama begitu juga dalam maksimal terhadap kemampuan apnea
apnea pada selam. selam pada atlet selam di Propinsi
f. Fleksibilitas Togok. Jogjakarta.
Fleksibilitas togok sangat membantu 6. Terdapat hubungan yang signifikan
dalam mengembangkan kecepatan pada antara variabel fleksibilitas togok
gerakan apnea. terhadap kemampuan apnea selam pada
Dari penjelasan di atas diuraikan faktor atlet selam di Propinsi Jogjakarta.
anthropometri dan fisik dominan penentu 7. Terdapat hubungan yang signifikan
kemampuan jump shoot tentunya melibatkan antara variabel panjang tungkai, lingkar
beberapa komponen kondisi fisik agar dapat dada, kekuatan otot tungkai, kapasitas
menghasilkan gerakan yang baik. Komponen paru, volume oksigen maksimal dan
fleksibilitas togok secara bersamaan dapat menggambar keadaan populasi. Untuk
terhadap kemampuan apnea selam pada itu sampel yang diambil dari populasi harus
atlet selam di Propinsi Jogjakarta. betul – betul representatif (mewakili),
. (Sugiyono, 2008 : 118). Sampel dalam
METODOLOGI PENELITIAN penelitian ini adalah sebagian dari atlet selam
putra di provinsi Yogyakarta.
A. Tempat dan Waktu Penelitian Teknik pengambilan sampel
1. Tempat Penelitian menggunakan proportional random sampling
Untuk memperoleh data atau yaitu cara pengambilan sampel dari populasi
keterangan yang dibutuhkan dalam dengan acak, sehingga tiap-tiap anggota
menyelesaikan penelitian ini, maka penelitian populasi berhak menjadi sampel.Sampel
ini dilakukan di POSSI Jogyakarta. dalam penelitian ini adalah sebagian dari atlet
Jl.Pandega Marta No 52 Yogyakarta 55281. selam putra di provinsi Jogjakarta dengan
2. Waktu Penelitian jumlah 25 orang.
Sesuai dengan jadwal penelitian yang C. Metode Penelitian
telah direncanakan. Penelitian dilaksanakan Metode satistik multivariat banyak
pada tanggal 15-20 Maret 2014. digunakan. Salah satu multivariat digunakan
B. Populasi dan Sampel dalam bidang olahraga untuk mengukur
1. Populasi variabel dominan anthropometri dan fisik
Menurut Arikunto, Suharsimi (1996:115) dalam kemampuan apnea selam dimana
populasi merupakan keseluruhan subyek variabelnya yaitu (enam variabel bebas dan
penelitian. Populasi diartikan sebagai satu variabel terikat) yang telah dikumpulkan
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek akan diolah dan dianalisa menggunakan
yang mempunyai karakteristik tertentu dan Program Statistik Komputerisasi dengan
mempunyai kesempatan yang sama untuk sistem SPSS (Statistical Product and Service
dipilih menjadi anggota sampel, sedangkan Solutions) Versi 22 dan menggunakan
sampel merupakan bagian kecil dari suatu AMOS 18. Statistik multivariat
populasi. Sedangkan Sugiyono (2008:117) membutuhkan banyak perhitungan matematis
menyatakan bahwa populasi adalah wilayah yang tidak memungkinkan dilakukan secara
generalisasi yang terdiri atas obyek atau manual. Dengan banyak metode multivariat
subyek yang mempunyai kualitas dan lain seperti analisi faktor konfirmatori yang
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh tingkat kompleksnya dapat melebihi metode
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik regresi berganda maka dilakukan
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini penghitungan menggunakan SPSS dan
adalah seluruh atlet selam putra di provinsi AMOS (Santoso, 2012: 58).
Jogjakarta yang jumlah 35 orang.
2. Sampel D. Variabel Penelitian
Menurut Arikunto, Suharsimi (1996 : Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
117) Sampel adalah sebagian atau wakil yang 6 (enam) variabel bebas (independent) dan 1
diteliti. Sebagai sampel sebaiknya memiliki (satu) variabel terikat (dependent) dengan
ciri-ciri yang sama dengan populasi sehingga rincian yaitu:
1. Variabel bebas (independent) dalam berdistribusi normal secara multivariate,
penelitian ini adalah sebagai variabel karena nilai -0,205 lebih kecil dari harga
atributif, yang terdiri dari: mutlak 2,58. Berdasarkan hasil analisis
a. Panjang tungkai diperoleh semua faktor mempunyai nilai
b. Lingkar dada yang normal berdasarkan uji univariate
c. Kekuatan otot tungkai maupun multivariate.
d. Kapasitas paru
e. Volume oksigen maksimal 2. Evaluasi Outliers
f. Fleksibilitas togok Uji terhadap multivariate outliers
2. Variabel terikat (dependent), yaitu dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak
kemampuan apnea selam. mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak
HASIL PENELITIAN DAN mahalanobis dievaluasi dengan
PEMBAHASAN menggunakan nilai mahalanobis d-squared
(Ghozali, 2008). Mahalanobis d-squared
A. Uji Prasyarat Analisis digunakan untuk mengukur jarak skor hasil
Sebelum dilakukan pemaparan hasil observasi terhadap nilai cetroidnya. Nilai ini
penelitian dengan bantuan program Amos diikuti oleh dua kolom yaitu p1 dan p2 yang
18.0 akan dijelaskan terlebih dahulu asumsi menunjukkan probabilitas d-squared dengan
kesesuaian model yang diajukan untuk asumsi normal. Arbuckle dalam Ghozali
mendapatkan model yang sesuai. Uji asumsi (2003) mencatat bahwa walaupun nilai p1
kesesuaian model yang dilakukan antara lain diharapkan lebih kecil, tetapi nilai kecil pada
asumsi normalitas data, uji outlier, uji kolom p2 menunjukkan observasi yang jauh
kesesuaian model (Goodness of Fit). Hasil dari nilai cetroidnya dan dianggap outlier
analisis uji asumsi kesesuaian model serta harus dibuang dari analisis. Tabel 4.10
dijelaskan sebagai berikut: berikut menyajikan hasil hasil evaluasi jarak
1. Normalitas Data Mahalanobis dengan memperhatikan output
Normalitas univariate dan dari program AMOS 18.
multivariate terhadap data yang digunakan Dari tabel di atas terlihat bahwa tidak
dalam analisis ini diuji dengan menggunakan terdapat kasus yang dikategorikan sebagai
AMOS 18. Hasilnya adalah seperti yang outliers.
disajikan dalam tabel berikut terlihat hasil 3. Analisis Kesesuaian Model (Goodness
pengujian normalitas data dalam penelitian of Fit) Apnea Jarak
ini. Evaluasi normalitas diidentifikasi baik Evaluasi nilai goodness-of-fit dari
secara univariate maupun multivariate. model penelitian yang diajukan dapat dilihat
Secara univariate untuk nilai-nilai dalam C.r bahwa nilai Chi-Square ( 2) pada penelitian
skewness, semua faktor menunjukkan nilai ini sebesar 43,461 dengan probabilitas 0,000
berada di bawah harga mutlak ± 2,58 yaitu menunjukkan ini indikasi yang sangat buruk.
X1, X2, X3, X4, X5, X6 dan Y. Sehingga Dengan demikian, terdapat perbedaan antara
dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa matrik kovarian sampel dengan matrik
data terdistribusi normal secara univariate. kovarian populasi yang diamati. Nilai
Menandakan bahwa data dalam penelitian ini CMIN/df sebesar 2,897 merupakan indikasi
yang buruk karena mempunyai nilai lebih dalam penelitian ini belum dapat diterima
dari 2. Nilai GFI sebesar 0,699 dan nilai ditambah lagi dengan nilai probabilitas yang
AGFI sebesar 0,439 merupakan indikasi yang masih jauh dari memenuhi syarat. Karena
buruk. Sementara dari indeks TLI sebesar model yang diajukan dalam penelitian ini
0,443 dan nilai CFI sebesar 0,602 merupakan belum dapat diterima maka peneliti
indikasi yang marginal. Nilai RMSEA mempertimbangkan untuk melakukan
sebesar 0,281 merupakan indikasi yang modifikasi model untuk membentuk model
buruk. alternatif yang mempunyai goodness of fit
Dari keseluruhan pengukuran yang lebih baik.
goodness of fit tersebut di atas B. Pembahasan Hasil Penelitian
mengindikasikan bahwa model yang diajukan 1. Deskripsi Data Penelitian
dalam penelitian ini belum dapat diterima Berdasarkan hasil analisis deskriptif
ditambah lagi dengan nilai probabilitas yang menunjukkan faktor anthropometri dan fisik
masih jauh dari memenuhi syarat. Karena atlet selam POSSI Jogjakarta mempunyai
model yang diajukan dalam penelitian ini nilai yang bervariatif. Faktor panjang tungkai
belum dapat diterima maka peneliti mahasiswa berkisar antara 81 cm sampai
mempertimbangkan untuk melakukan dengan 93 cm, dengan rata-rata panjang
modifikasi model untuk membentuk model tungkai 86 cm. Lingkar dada atlet selam
alternatif yang mempunyai goodness of fit POSSI Jogjakarta berkisar antara 80 cm
yang lebih baik. sampai dengan 94 cm dengan rata-rata
4. Analisis Kesesuaian Model (Goodness sebesar 88 cm. Kekuatan tungkai dengan
of Fit) Apnea Waktu nilai antara 76 sampai dengan 100 dengan
Evaluasi nilai goodness-of-fit dari rata-rata 86,88. Sedangkan kapasitas paru
model penelitian yang diajukan dapat dilihat antara 3000 sampai dengan 4600 dengan
bahwa nilai Chi-Square ( 2) pada penelitian rata-rata sebesar 3756. Faktor volume
ini sebesar 43,461 dengan probabilitas 0,000 oksigen maksimal antara 50.30 atau level 8
menunjukkan ini indikasi yang sangat buruk. shuttle 2 sampai dengan 59.04 atau level 10
Dengan demikian, terdapat perbedaan antara shuttle 3 dengan rata-rata sebesar 54.91 atau
matrik kovarian sampel dengan matrik nilai yang paling mendekati level 9 shuttle 3
kovarian populasi yang diamati. Nilai dan fleksibilitas togok antara 15 sampai
CMIN/df sebesar 2,897 merupakan indikasi dengan 42 dengan nilai rata-rata sebesar
yang buruk karena mempunyai nilai lebih 25,36.
dari 2. Nilai GFI sebesar 0,699 dan nilai 2. Pengujian hipotesis
AGFI sebesar 0,439 merupakan indikasi yang Pengujian hipotesis pertama pada faktor
buruk. Sementara dari indeks TLI sebesar panjang tungkai terhadap kemampuan apnea
0,460 dan nilai CFI sebesar 0,615 merupakan pada selam diperoleh hasil tidak signifikan
indikasi yang marginal. Nilai RMSEA pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf
sebesar 0,281 merupakan indikasi yang signifikansi 1%. Kemampuan apnea pada
buruk. Dari keseluruhan pengukuran atlet selam POSSI Jogjakarta tidak
goodness of fit tersebut di atas dipengaruhi oleh faktor panjang tungkai,
mengindikasikan bahwa model yang diajukan artinya kemampuan apnea pada atlet selam
POSSI Jogjakarta tidak dipengaruhi oleh kemampuan apnea sebesar 0,776 termasuk
faktor anthopometri panjang tungkai, dalam kategori tinggi.
sehingga kemampuan apnea pada selam Kemampuan apnea pada atlet selam
sama antara atlet mempunyai panjang POSSI Jogjakarta dipengaruhi oleh faktor
tungkai yang tinggi maupun tinggi badan kapasitas paru, atlet yang mempunyai
yang rendah. kekuatan kapasitas paru baik akan
Pengujian hipotesis kedua pada faktor mempunyai kemampuan apnea yang baik
lingkar dada terhadap kemampuan apnea pula dibandingkan dengan atlet yang
pada selam diperoleh hasil tidak signifikan mempunyai kapasitas paru yang lemah.
pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf Berdasarkan hasil deskripsi data diperoleh
signifikansi 1%. Kemampuan apnea pada rentang antara atlet dengan kapasitas paru
atlet selam POSSI Jogjakarta tidak terkuat dan terlemah adalah 1600 dengan
dipengaruhi oleh faktor lingkar dada, artinya nilai kekuatan terendah 3000 sedangkan
kemampuan apnea pada atlet selam POSSI kekuatan tertinggi adalah 4600.
Jogjakarta tidak dipengaruhi oleh faktor Pengujian hipotesis kelima pada faktor
anthopometri lingkar dada, sehingga volume oksigen maksimal terhadap
kemampuan apnea pada selam sama antara kemampuan apnea pada selam diperoleh
antara atlet yang mempunyai lingkar dada hasil yang signifikan pada taraf signifikansi
lebar maupun atlet yang mempunyai lingkar 5% maupun pada taraf signifikansi 1%.
dada yang kecil. Berdasarkan standardized regression
Pengujian hipotesis ketiga pada faktor diperoleh nilai korelasi antara volume
kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan oksigen maksimal dengan kemampuan apnea
apnea pada selam diperoleh hasil tidak sebesar 0,210 termasuk dalam kategori
signifikan pada taraf signifikansi 5% maupun lemah.
pada taraf signifikansi 1%. Kemampuan Pengujian hipotesis keenam pada faktor
apnea pada atlet selam POSSI Jogjakarta fleksibilitas togok terhadap kemampuan
tidak dipengaruhi oleh faktor kekuatan otot apnea pada selam diperoleh hasil tidak
tungkai, sehingga kemampuan apnea pada signifikan pada taraf signifikansi 5% maupun
selam sama antara atlet yang mempunyai pada taraf signifikansi 1%. Kemampuan
kekuatan otot tungkai yang baik maupun apnea pada atlet selam POSSI Jogjakarta
atlet yang mempunyai kekuatan otot tungkai tidak dipengaruhi oleh faktor fleksibilitas
yang kurang baik. togok, artinya kemampuan apnea pada atlet
Pengujian hipotesis keempat pada faktor selam POSSI Jogjakarta tidak dipengaruhi
kapasitas paru terhadap kemampuan apnea oleh faktor fleksibilitas togok, sehingga
pada selam diperoleh hasil signifikan pada kemampuan apnea pada selam sama antara
taraf signifikansi 5% maupun pada taraf atlet mempunyai fleksibilitas togok yang
signifikansi 1%. Kemampuan apnea pada tinggi maupun tinggi badan yang rendah.
atlet selam POSSI Jogjakarta dipengaruhi Berdasarkan hasil regression weights
oleh faktor kapasitas paru. Berdasarkan analisis model korelasi dengan menggunakan
standardized regression diperoleh nilai bantuan program Amos 20 diperoleh 2 faktor
korelasi antara kekuatan otot tungkai dengan yang signifikan mempunyai pengaruh dan
hubungan terhadap kemampuan apnea pada faktor yang berpengaruh terhadap apnea
atlet selam POSSI Jogjakarta yaitu kapasitas pada selam berdasarkan waktu yaitu
paru dan volume oksigen maksimal. Faktor kapasitas paru dengan nilai korelasi 0,776
dominan dari kedua faktor yang mendukung dan volume oksigen maksimal dengan nilai
kemampuan apnea pada atlet selam POSSI korelasi 0,210. Dari hasil tersebut
Jogjakarta berdasarkan waktu berturut-turut menggambarkan bahwa kemampuan apnea
adalah kapasitas paru dengan nilai korelasi pada selam yang paling dominan
0,776 dan volume oksigen maksimal dengan berpengaruh adalah kapasitas paru dengan
nilai korelasi sebesar 0,210. Hasil penelitian nilai korelasi sebesar 0,776 termasuk dalam
ini memberikan gambaran bahwa kategori tinggi. Sedangkan satu faktor yang
kemampuan apnea pada atlet selam POSSI signifikan lainnya yaitu volume oksigen
Jogjakarta paling dominan dipengaruhi oleh maksimal dengan nilai korelasi 0,210
kapasitas paru, dengan nilai korelasi sebesar mempunyai korelasi kurang dominan dan
0,776 termasuk dalam kategori tinggi dan termasuk dalam kategori lemah. Sedangkan
satu faktor yang signifikan lainnya yaitu empat faktor yang tidak mendukung terhadap
volume oksigen maksimal dengan nilai kemampuan apnea pada selam berdasarkan
korelasi sebesar 0,210. Sedangkan empat waktu adalah faktor panjang tungkai, lingkar
faktor yang tidak mendukung terhadap dada, kekuatan otot tungkai dan fleksibilitas
kemampuan apnea pada atlet selam POSSI togok.
Jogjakarta adalah panjang tungkai, lingkar B. Implikasi
dada, kekuatan otot tungkai dan fleksibilitas Dengan memperhatikan hasil penelitian,
togok. kesimpulan, dan pembahasan hasil penelitian,
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN implikasi hasil penelitian ini dapat
SARAN mengandung pengembangan statistik
A. Kesimpulan multivariat yang lebih luas jika dikaji tentang
Berdasarkan kesimpulan yang telah implikasi yang dominan terhadap apnea pada
diambil, penelitian ini memberikan selam dengan analisis faktor konfirmatori.
kesimpulan bahwa faktor fisik dominan Dari variabel-variabel yang ada dianalisis
penentu kemampuan apnea pada selam menggunakan analisis faktor konfirmatori
dengan study korelasi athropometri dan akan menghasilkan faktor yang dominan
faktor fisik yaitu dari variabel yang ada yaitu terhadap kemampuan apnea pada selam. Atas
panjang tungkai, lingkar dada, kekuatan otot dasar kesimpulan yang sudah diambil, dapat
tungkai, kapasitas paru, volume oksigen dikemukakan implikasinya dalam upaya
maksimal, fleksibilitas togok, variabel peningkatan prestasi selam kususnya
tersebut diolah dan dianalisis dengan analisis meningkatkan fisik dan anthropometri dalam
faktor konfirmatori (confirmatory factor apnea pada selam.
analysis) untuk menentukan faktor mana Berdasarkan hasil analisis tersebut
yang dominan terhadap apnea pada selam. mendapatkan faktor kapasitas paru yang
Setelah dianalisis dengan menggunakan berpengaruh terhadap apnea pada selam
analisis faktor konfirmatori dengan model dengan kategori tinggi, sedangkan satu faktor
SEM (Struktural Equation Modeling) maka yang signifikan lainnya yaitu volume oksigen
maksimal mempunyai korelasi kurang hubungan yang positif dengan
dominan dan termasuk dalam kategori lemah. kemampuan apnea pada selam.
Sedangkan empat faktor yang tidak
DAFTAR PUSTAKA
mendukung terhadap kemampuan apnea
pada selam adalah faktor panjang tungkai, Ariadno, Baroeno dkk. 2003. Buku Petunjuk
lingkar dada, kekuatan otot tungkai dan 1 Star SCUBA DIVER CMAS
fleksibilitas togok. Indonesia. Jakarta: Dewan Instruktur
Dengan fisik dan anthropometri yang Selam Indonesia
maksimal maka faktor dominan sangat
berpengaruh terhadap kemampuan apnea Bakir, Suyoto dan Suriyanto. 2009. Kamus
pada selam. Fisik dan anthropometri yang Lengkap Bahasa Indonesia.
baik akan menghasilkan kemampuan apnea Tanggerang: Karisma Publishing
pada selam yang baik, sehingga atlet selam Group.
bisa mencapai prestasi yang maksimal.
Pencapaian prestasi bisa ditingkatkan melalui Bloomfield, J., Ackland, T.R. & Elliott, B.C.
faktor-faktor yang dominan berpengaruh 1994. Applied Anatomy and
terhadap apnea pada selam tersebut. Biomechanics in Sport. Victoria:
C. Saran Blackwell Scientific Publication.
Berdasarkan kesimpulan penelitian
tersebut di atas, maka dapat disarankan Bompa, Tudor O. 1994. Theory and
sebagai berikut: Methodology of Training. Dubuque,
1. Dalam memilih atlet yang akan dilatih Iowa: Kendall Hunt Publishing
kemampuan apnea pada selam sebaiknya Company
pelatih, dan pembina Persatuan Olahraga
Selam Seluruh Indonesia (POSSI) selalu Brooks, George A. dan Fahey, Thomas D.
memperhatikan unsur komponen 1984. Exercise Physiology Human
antropometri dan fisik yang ikut Bioenergetics And its Aplication.
berperan pada peningkatan prestasi United State of America: John Wiley &
olahraga terutama panjang tungkai, Sons.
lingkar dada, kekuatan otot tungkai,
kapasitas paru, volume oksigen Clinchy, Richard A dan Egstrom, Glen.
maksimal dan fleksibilitas togok. 1992. Open Water Sport Diver Manual.
2. Bagi pelatih hendaknya memperhatikan St Louis, Missouri: A Mosby Jeppesen
serius serta mempertimbangkan variabel Product
dominan dalam penentu kemampuan
apnea pada selam. David, Gallahue, L., & John, Ozmun, C.
3. Kepada rekan-rekan peneliti 1998. Understanding Motor
menyarankan untuk melakukan Development: Infants, Childern,
penelitian lanjutan dengan cakupan yang Adolencents, Adults”.
luas dan melihat kemungkinan adanya
variabel lain yang juga memiliki
Dhar, B et al. 2002. Jurnal Health Luttgens, Kathryn dan Hamilton, Nancy.
Population Nutrition. Vol.20, no 1, pp. 1997. Kinesiology Scientific Basis of
36-41 Human Motion. United State of
America: Brown Benchmark Publisher
Djoko Pekik Irianto. 2007. Panduan Gizi
Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Malina, Robert R., Cloude Bouchard dan
Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET. Oded Bar-Or. 2004. Growth,
Maturation, and Fhysical Activity, 2nd
Echols, John M. 1976. Kamus Inggris ed. Champaign: Human Kinestics
Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Publisher, Inc.
Pustaka Utama.
Michael, Alter, J. 1996. 300 Teknik
Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Peregangan Olahraga. Terjemahan
Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jamal Habib. Jakarta : PT. Raja
Jakarta: Rajagrafindo Persada. Grafindo Persada.

Fox, Edward L. Bowers, Richard W. dan Mullany, LC et al. 2007. European Journal
Foss, Merle F.. 1993. The of Clinical Nutrition, vol.61, no 1, pp
Physiological Basis for Exercise and 40-46.
Sport. United State of America: Wm.
C. Brown Communications, Inc. Nosseck , Josef. 1982. General Theory of
Training. Lagos: National Institute for
Harsono. 1988. Choaching dan Aspek-aspek Sport.
Psikologis dalam Choaching. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Pate., Russell R., Clanaghan, Bruce, Mc, &
Kebudayaan. Dijen Dikti. Rotella, Robert. 1984. Dasar-Dasar
Kepelatihan (Terjemahan Kasiyo DW).
Johnson, Barry L. dan Nelson, Jack K. 1986. Semarang: IKIP Semarang Press.
Practical Measurements For
Evaluation In Physical Education. Pramono, Djoko.2006. Persyaratan dan
New York: Macmillan Publishing Peraturan Dasar Selam Olahraga
Company Indonesia. Jakarta: Dewan Instruktur
Selam Indonesia
Jusunul, Hairy. 1989. Fisiologi Olahraga.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Santoso, Singgih. 2012. Analisis SEM
Kebudayaan. Dirjendikti. menggunakan AMOS. Jakarta: PT Elex
Komputindo.
Kiyatno. 2009. Fisiologi Respirasi.
Surakarta: UNS Press ---------------------. 2012. Aplikasi SPSS
pada Statistik Multivariat. Jakarta: PT
Elex Komputindo.
Latan, Hengky. 2012. Struktural Equation Suharno HP. 1993. Metodologi Kepelatihan.
Modeling. Bandung: Alfabeta. Yogyakarta: Yayasan STO

Sajoto, Mochamad. 1988. Kondisi Fisik Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur


Dalam Olahraga. Semarang: Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Dirjen Dikti. Sukadiyanto. 2005. Penghantar Teori dan
Metodelogi Melatih Fisik. Yogyakarta:
Sarwono, J. dan Budiono, H. 2012. Aplikasi PKO-FIK-UNY.
untuk Riset Skripsi, Tesis dan Disertasi
Menggunakan SPSS, Amos dan Excel. Sutrisno Hadi. 1982. Analisis Regresi.
Jakarta: PT Elex Media Kumputido. Yogyakarta: Andi Offset

Setiawan, Iwan. 1991. Manusia dan Verducci, F.M. 1980. Measurement


Olahraga. Bandung: ITB dan FPOK Concepts in Physical Education.
IKIP Bandung. London: The C.V. Mosby Company.

Somantri, Ating dan Muhidin, Sambas Ali. Widarjono, Agus. 2010. Analisis Multivariat
2006. Aplikasi Statistika dalam Terapan. Yogyakarta. Sekolah Tinggi
Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Ilmu Manajemen YKPN.
Setia
Wilkens, Lenny. 1994. 52 Weck Basketball
Soedarminto. 1995. Biomekanika Olahraga Program Trening. Human Kinetics
II. Surakarta: UNS Press

www.Brianmac.co.uk
Soedjarwo. 1993. Ilmu Kepelatihan Dasar.
Surakarta : UNS Press. www.ivanagusta.files.wordpress.com
www.coremap.or.id
Sreemareddy, CT et al. 2008.
Anthropometric Surrogates to identify www.possi.or.id
Low Birth Weight Nepalese Newborns.
www.wartapedia.com.possi
BMC Pediatric. Vol 8, pp 16-22.
Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Bandung: www.indonetwork.co.id
TARSITO
www.muverisicdiving.co.uk
Sugiyanto. 1994. Metodologi Penelitian. www.sportdiver.com
Surakarta: UNS Press.
www.shop.scuba.co.uk
Sugiyanto. 1996. Belajar Gerak I. Surakarta:
UNS Press.

Anda mungkin juga menyukai