Perihal rasa kesal saat harus mencari "X" yang bersembunyi entah kemana
Perihal rasa enggan saat harus menghitung berat benda yang hendak dijatuhkan
Pun perihal rasa heran saat harus membahas tentang air dan minyak yang enggan untuk
dipersatukan
Pun tentang rasa antusias saat bel pulang sekolah berbunyi lebih awal diluar dugaan
Secangkir kopi yang menemaniku malam ini tak lagi tampak menggiurkan
Ah ... Aku tak kunjung meminumnya sebab terlalu larut dalam putaran kenangan
Teringat momen lelah dan penat saat terus bergulat dengan pelajaran
Aku tertampar saat teringat dulu aku berharap masa sekolah segera tamat
Selepas sekolah, dunia seolah menarikku untuk dihadapkan pada banyaknya tuntutan
Kini, aku hanya bisa diam tanpa kata, menelan rasa rindu tanpa ada gerakan tambahan.
Aku
terus memandangi
kertas kalkir yang kugenggam.
Bagiku, gambar peta ini adalah gambaran
wajahmu, Tuan. Sekilas, ingatanku mendarat pada rapido yang
kau pinjamkan. Sekilas pula, aku teringat teknik menggambar yang kau ajarkan.
Hal yang sederhana, namun sangat berkesan. Pikiranku terus berkelana tanpa lelah. Teringat saat
kita masih berada pada zona TM-3° yang sama.Ya, empat sembilan titik satu---Yogyakarta. Kala
itu, aku selalu enggan menggambar wajahmu dalam selembar kertas.
Sebab, aku takut terlalu hanyut dalam rindu bila tak lagi ada pertemuan.
Kembali pada selembar peta hasil kerja keras kita. Mataku tiba-tiba
dipenuhi oleh air mata. Jika aku berkedip, tentu saja air itu akan meluncur
bebas. Wajah si Tuan terus saja hadir tanpa kuminta. Seolah semesta ingin
memasungku dengan rindu yang hebat. Aku masih ingat betul kelihaian
tanganmu dalam menggambar titik koordinat. Teringat pula bagaimana
tanganmu menggambar garis kontur dengan lincah. Mulutmu tiada henti
berceloteh ria. Memberi afirmasi positif tentang instruktur yang kusebut
garang. Katamu, kamu ingin rasa takutku berkurang saat menghadapinya.
Hai, Tuan, bagaimana kamu sekarang? Apa kamu bahagia? Apa kamu sudah lupa saat kita
menghabiskan waktu sebelum absen malam tiba? Tuan, apa kamu tahu? Aku masih
menyimpan peta ini disudut kamar. Sebab, hanya selembar kertas kalkir ini yang kupunya.
Izinkan aku selalu menyimpanmu dalam kenang, bersama peta kenangan yang perlahan usang.
Alifia Loveista Lesti. Lahir di Lamongan, 4 Juni 2000. Memiliki hobi menulis, baik itu cerpen,
puisi, ataupun prosa sejak SMP. Kegemarannya dalam dunia sastra semakin dia asah dengan
bergabung dalam komunitas kepenulisan, KOREX namanya. Ia berkontribusi dalam menulis
buku antologi cerpen berjudul Kasih Sayang (2019) bersama teman-teman satu komunitasnya.
Gadis yang bekerja sebagai Asisten Surveyor Kadastral di Kantor Pertanahan Kabupaten
Jombang ini selalu meluangkan waktunya untuk menulis di akun Wattpad-nya (@alifialoveista)
dengan judul KM 22 dan Aku & Rasa. Baginya, menulis adalah media yang bisa dijadikan
untuk menuangkan segala rasa, bila bibir cukup kelu untuk berbicara.