Anda di halaman 1dari 4

UJIAN TENGAH SEMESTER

Disusun Untuk Memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah “Aswaja” yang dibina oleh : Romli
Muar, M.,Pd

Disusun oleh
Kunjoyo Ahmad Mujataba - 22732011008

UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
tepat pada waktu.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada guru pembimbing yang selalu memberikan
dukungan dan bimbingannya. Makalah ini saya buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai
mata kuliah Bahasa Inggris. Tak hanya itu, saya juga berharap makalah ini bisa bermanfaat
untuk khususnya penulis dan umumnya pada pembaca. Walaupun demikian, saya menyadari
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini bisa memberikan informasi dan ilmu
yang bermanfaat bagi kita semua. Saya juga mengucapkan terima kami kepada para pembaca
yang telah membaca makalah ini hingga akhir.

Malang,10 Maret ‘23

Kunjoyo

BAB I
PENDAHULUAN

1 .1 Latar Belakang Masalah


Hub. Nu dalam wawasan kebangsaan dan kenegaraan.
Salah satu keputusan terpenting dalam catatan sejarah muktamar ialah keputusan Muktamar ke-29 NU di
Cipasung Tasikmalaya pada 1 Rajab 1415 H/ 4 Desember 1994 M. Dalam keputusan tersebut termaktub
tiga poin substansial, yang salah satunya ialah pandangan dan tanggung jawab NU terhadap kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan hubungan Nu dalam wawasan kebangsaan dan kenegaraan ?
2. Jelaskan konsep kebangsaan versi Nu ?
3. Apa yang kamu ketahui tentang muktamar Nu ?

BAB II
PEMBAHASAN

NU meyakini bahwa hubungan antara agama dan negara harus dibangun dengan
harmonis. Memposisikan tanggung jawab warganya secara seimbang dan proporsional.
Baik tanggung jawab dalam beragama maupun tanggung jawab dalam berbangsa dan
bernegara.

Hal ini tertuang dalam konsep tri ukhuwah yang terdiri dari: ukhuwah islamiyah
(persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama warga
negara), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia).

Secara lebih spesifik, keputusan Muktamar ke-29 NU tersebut juga meneguhkan sikap
dan pandangan NU terhadap wawasan kebangsaan dan kenegaraan. Terdapat empat poin
penting dalam sikap dan pandangan NU tersebut, yaitu:

1. Nahdlatul Ulama menyadari bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara, di mana


sekelompok orang yang oleh karena berada di wilayah geografis tertentu dan memiliki
kesamaan, kemudian mengikatkan diri dalam satu sistem dan tatanan kehidupan
merupakan "realitas kehidupan" yang diyakini merupakan bagian dari kecenderungan
dan kebutuhan yang fitri dan manusiawi. Kehidupan berbangsa dan bernegara adalah
perwujudan universalitas Islam yang akan menjadi sarana bagi upaya memakmurkan
bumi Allah dan melaksanakan amanat-Nya sejalan dengan tabiat atau budaya yang
dimiliki bangsa dan wilayah itu
2. Kehidupan berbangsa dan bernegara seyogyanya merupakan langkah menuju
pengembangan tanggung jawab kekhilafahan yang lebih besar, yang menyangkut
"kehidupan bersama" seluruh manusia dalam rangka melaksanakan amanat Allah,
mengupayakan keadilan dan kesejahteraan manusia, lahir dan batin, di dunia dan di
akhirat.
3. Dalam kaitan itu, kehidupan berbangsa dan bernegara haruslah dibangun atas
dasar prinsip ketuhanan, kedaulatan, keadilan, persamaan dan musyawarah. Dengan
demikian maka pemerintah (umara) dan ulama -sebagai pengemban amanat
kekhilafahan- serta rakyat adalah satu kesatuan yang secara bersama-sama bertanggung
jawab dalam mewujudkan tata kehidupan bersama atas dasar prinsip-prinsip tersebut.
4. Umara dan ulama dalam konteks di atas, merupakan pengemban tugas khalifah
dalam arti menjadi pengemban amanat Allah dalam memelihara dan melaksanakan
amanat-Nya dan dalam membimbing masyarakat sebagai upaya memperoleh
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup yang hakiki. Dalam kedudukan seperti itu,
pemerintah dan ulama merupakan ulil amri yang harus ditaati dan diikuti oleh segenap
warga masyarakat.

Keempat poin tersebut telah disepakati oleh para ulama dan Nahdliyin sebagai pilar
penyangga kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia harus dijaga secara sungguh-
sungguh, sehingga tanggung jawab sebagai warga negara dapat tertunaikan dengan
sebaik-baiknya.
Inilah komitmen luhur Nahdlatul Ulama dalam meneguhkan wawasan kebangsaan dan
kenegaraan, dalam diri Nahdliyin khususnya dan seluruh masyarakat pada umumnya.
Dan sesuai dengan khittahnya, Nahdlatul Ulama tak akan pernah lelah untuk senantiasa
berkontribusi dalam mewujudkan tatanan kehidupan yang maslahah dan diridhai Allah
SWT.

BAB III
PENUTUP
Inilah komitmen luhur Nahdlatul Ulama
dalam meneguhkan wawasan kebangsaan dan
kenegaraan, dalam diri Nahdliyin khususnya dan
seluruh masyarakat pada umumnya. Dan sesuai
dengan khittahnya, Nahdlatul Ulama tak akan
pernah lelah untuk senantiasa berkontribusi dalam
mewujudkan tatanan kehidupan yang maslahah dan
diridhai Allah SWT.

BAB IV

Referensi
https://www.sonora.id/read/423639793/7-contoh-recount-text-singkat-tentang-
pengalaman-pribadi-menarik-dan-lengkap-dengan-arti?page=all

Anda mungkin juga menyukai