Anda di halaman 1dari 20

TEKNIK PEMERIKSAAN BNO IVP

(BLASS NIER OVERZICHT INTRAVENOUS PYELOGRAPHY)


DENGAN KLINIS BATU URETER
DI INSTALASI RADIOLOGI RSU HAJI MEDAN

Laporan Kasus
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Kerja Lapangan II

Disusun oleh:

Kelompok 3

AISYAH LUBIS 21.003

ASTRIA SAKINAH 21.009

EMILIA PUTRI 21.016

NOPITA SARI 21.033

SAFRINA DEWI 21.043

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
YAYASAN AMAL BAKTI MEDAN
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Kerja
Lapangan (PKL) II pada Program Studi Diploma III Akademi Teknik Radiodiagnostik
dan Radioterapi Sinar Amal Bakti Medan.

NAMA : AISYAH LUBIS 21.003


ASTRIA SAKINAH 21.009
EMILIA PUTRI 21.016
NOPITA SARI 21.033
SAFRINA DEWI 21.043

Judul Laporan Kasus : Teknik Pemeriksaan BNO IVP dengan Klinis

Batu ureter di Instalasi RRSU Haji Medan

Medan, Maret 2023

Sarifah Aini Matondang,AMD Rad

KATA PENGANTAR

2
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah kasus dengan judul “Teknik Pemeriksaan BNO IVP (Blass Nier Overzicht)
Dengan Klinis Batu Ureter di Instalasi Radiologi RSU Haji Medan”.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam
memenuhi tugas mata kuliah PKL II. Dalam penyusunan makalah kasus ini penulis
banyak mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari pembimbing serta bantuan dari
berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya.
2. Bapak Djamiandar Simamora S.Pd, M.Pd., selaku direktur Yayasan Akademi
Teknik Radiodiagnostik Dan Radioterapi Yayasan Sinar Amal Bhakti medan.
3. Ibu dr.Rehulina Ginting M.kes, selaku Direktur RSU Haji Medan
4. Bapak dr. Jamalatief, Sp.Rad , Selaku Kepala Instalasi Radiologi RSU Haji Medan
5. Ibu Sarifah Aini Matondang, selaku Kepala Ruangan Radiologi RSU Haji Medan
6. Radiografer dan para staff di instalasi radiologi RSU Haji Medan
7. Keluarga tercinta yang selalu memberi dukungan, semangat dan doa dengan tulus.
8. Rekan-rekan kelompok yang sudah bersedia bekerja sama dalam menyelesaikan
makalah kasus ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Kasus ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan kami. Kami juga berharap semoga Laporan Kasus ini
dapatbermanfaat baik bagi kami sendiri maupun pembaca yang budiman.

Medan,26 Maret 2023

Penulis

DAFTAR ISI

3
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
A. LATAR BELAKANG.................................................................
B. RUMUSAN MASALAH............................................................
C. TUJUAN PENULISAN..............................................................
D. MANFAAT PENULISAN..........................................................
E. SISTEMATIKA PENULISAN...................................................
BAB II TIJAUAN PUSTAKA.......................................................................
A. ANATOMI SISTEM URINARI.................................................
B. PATOLOGI BATU URETER.....................................................
C. PROSEDUR TEKNIK PEMERIKSAAN BNO IVP..................
BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN........................................
A. PAPARAN KASUS....................................................................
B. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN..........................................
C. PEMBAHASAN..........................................................................
BAB IV PENUTUP........................................................................................
A. KESIMPULAN...........................................................................
B. SARAN........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I

4
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sinar X merupakan suatu jenis gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang pendek. Panjang gelombang yang pendek tersebut membuat sinar x
memiliki sifat berdaya tembus yang kuat. Selain itu sinar x juga memiliki
kemampuan mengionisasiatom dan materi yang dilewatinyaSinar X terbentuk
ketika electron elektron bebas melepaskan sebagian energinya saat
berinteraksi dengan electron yang lain yang sedeang mengorbit. Lepasnya
energi dari sinar X biasa kita sebut dengan nama foton sinar X (Bagus, 2023).
Fluoroskopi adalah cara pemeriksaan yang menggunakan sifat tembus
sinar rotngen dansuatu tabir yang bersifat luminisensi  bila terkena sinar
tersebut. Fluoroskopi terutama diperlukan untuk menyelidiki fungsi serta
pergerakan suatu organ atau sistem tubuh seperti dinamika alat peredarandarah, misalnya
jantung, dan pembuluh darah besar, serta pernafasan berupa pergerakan
diafragmadan aerasi paru-paru (AciiNanny, 2023)
Bahan kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk
meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah
pencitraan diagnostik medik. Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan
sinar X untuk meningkatkan daya atenuasi sinar X (bahan kontras positif) atau
menurunkan daya atenuasi sinar X (bahan kontras negatif dengan bahan dasar
udara atau gas). Ada berbagai macam jenis media kontras berdasarkan
bahannya yaitu salah satunya media kontras berbahan iodine (John P.
Lampignano,dkk , 2018)
BNO IVP merupakan pemeriksaan traktus urinarius ( renal, ureter,
kandung kemih, dan uretra) menggunakan kontras media positif yang
dimasukan melalui pembuluh darah intra vena cubiti. Tujuan dilakukan
pemeriksaan BNO IVP ini adalah untuk menggambarkan system pelviocalices
dan seluruh traktus urinarius  (Dwi Yulia Rahmawati, 2021).
B. RUMUSAN MASALAH

5
1. Bagaimana Teknik Pemeriksaan Radiografi BNO IVP dengan Klinis Batu
Ureter di Instalasi Radiologi RSU Haji Medan?
2. Apa kelebihan pemeriksaan Radiografi BNO IVP dengan Klinis Batu
Ureter di Instalasi Radiologi RSU Haji Medan?
3. Apa kekurangan pemeriksaan Rafiografi BNO IVP dengan Klinis Batu
Ureter di Instalasi Radiologi RSU Haji Medan?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui Teknik Pemeriksaan Radiografi BNO IVP dengan
Klinis Batu Ureter di Instalasi Radiologi RSU Haji Medan
2. Untuk mengetahui kelebihan pada Teknik Pemeriksaan Radiografi BNO
IVP dengan Klinis Batu Ureter di Instalasi Radiologi RSU Haji Medan
3. Untuk mengetahui kekurangan Teknik Pemeriksaan Radiografi BNO IVP
dengan Klinis Batu Ureter di Instalasi Radiologi RSU Haji Medan

D. MANFAAT PENULISAN
Dapat menambah pengetahuan penulis dan pembaca Teknik
Pemeriksaan Radiografi BNO IVP dengan Klinis Batu Ureter di Instalasi
Radiologi RSU Haji Medan serta sebagai bekal bagi kami dalam dunia kerja.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang anatomi dan fisiologi oesofagus
BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang profil kasus, pembahasan masalah dan hasil radiograf.
BAB IV PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran

BAB II

6
PEMBAHASAN

A. Anatomi Sistem Urinari (John P. Lampignano,dkk , 2018)


Pemeriksaan radiografi dari Sistem Urinari adalah di antara prosedur media
kontras yang umum dilakukan dalam intalasi radiologi. Sistem urinary terdiri dari
dua ginjal, dua ureter, satu kandung kemih, dan satu uretra.

Gambar 2.1
Anatomi Sistem
Urinari (Bontrager’s,2018)

Keterangan gambar :
1. Ginjal
2. Ureter
3. Vesica Urinaria (bladder)
4. Uretra

7
1. Ginjal
Ginjal yang ditempatkan di posterior terletak di perut posterior atas di kedua
sisi tulang belakang. Ginjal kanan diposisikan posterior ke bagian bawah
hati. Ginjal kiri diposisikan posterior ke batas inferior limpa. Tulang rusuk
bagian bawah dengan demikian membentuk kandang pelindung untuk ginjal.

Gambar 2.2 Anatomi Ginjal (Bontrager’s,2018)

Keterangan gambar :

1. Korteks
2. Fibrous
3. Renal piramid
4. Renal papilla
5. Renal colum
6. Renal sinus
7. Minor calyx
8. Renal pelvis
9. Major calyx
10. Ureter

8
2. Ureter
Kebanyakan dari setiap ureter terletak di anterior ginjal masing-
masing. Ureter mengikuti kurva alami kolom tulang belakang. Setiap ureter
awalnya melengkung ke depan, mengikuti kelengkungan lordotik lumbal, dan
kemudian melengkung ke belakang saat memasuki panggul. Setelah melewati
panggul, setiap ureter mengikuti kurva sacrococcygeal sebelum memasuki
aspek posterolateral kandung kemih (John P. Lampignano,dkk , 2018).

Gambar 2.3 Anatomi Ureter (Bontrager’s,2018)

https://www.iaui.or.id/public-section/article_bginjal

9
3. Vesica Urinaria (baldder) / Kandung kemih
Vesica Urinaria berfungsi sebagai reservoir urin dan, dibantu oleh
uretra, mengeluarkan urin dari tubuh. Normalnya, sebagian urin ada di dalam
vesica Urinaria sepanjang waktu, tetapi ketika jumlahnya mencapai 250 mL,
timbul keinginan untuk berkemih. Tindakan buang air kecil biasanya di
bawah kendali sukarela, dan keinginan untuk buang air kecil dapat hilang jika
Vesica Urinaria tidak dapat segera dikosongkan. Kapasitas total kandung
kemih bervariasi dari 350 hingga 500 mL. Saat kandung kemih menjadi lebih
penuh, keinginan untuk berkemih menjadi lebih mendesak. Jika tekanan
kandung kemih internal naik terlalu tinggi, terjadi buang air kecil tanpa
disengaja (John P. Lampignano,dkk , 2018).

Gambar 2.4 Vesica Urinaria / Kandung kemih (Bontrager’s,2018)

Keterangan gambar :

1. Right ureter
2. Ureteral opening (UV junction)
3. Trigone
4. Prostate gland
5. Ureter

10
4. Uretra
Uretra menghubungkan kandung kemih ke bagian luar. Uretra keluar
dari tubuh inferior ke simfisis pubis. Seluruh sistem urinarius berada di
posterior atau di bawah peritoneum. Ginjal dan ureter adalah struktur
retroperitoneal, sedangkan kandung kemih dan uretra adalah struktur
infraperitoneal.

Gambar 2.5 Uretra (Bontrager’s,2018)

11
B. Patologi Batu Ureter (Ureterolithiasis)
1. Defenisi Batu Ureter (Ureterolithiasis)
Ureterolithiasis adalah suatu kondisi dimana dalam saluran kemih individu
terbentuk batu berupa kristal yang mengendap dari urin Pembentukan batu
dapat terjadi ketika tingginya konsentrasi kristal urin yang membentuk batu
seperti zat kalsium, asam urat dan zat yang menghambat pembentukan batu
(sitrat) yang rendah (Nurhaliza, 2021).

Gambar 2.5 Batu pada Ureter (Karina Sutanto,2021)

2. Gejala Batu Ureter (Ureterolithiasis)


Gejala khas penyait ini adalah nyeri kolik atau sering disebut kolik
renalis. Selain gejala khas tersebut gejala lain yang mungkin muncul yaitu
gangguan miksi, hematuria, mual muntah dan demam. Namun, tidak
seluruh tanda khas tersebut dapat dikatakan seseorang menderita
ureterolithiasis, tiap orang memiliki manifestasi yang berbeda pada setiap
penyakit.

3. Diagnosis Batu Ureter (Ureterolithiasis)


Diagnosis ureterolithiasis biasanya dapat ditegakkan dengan anamnesis
dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Pengujian tambahan dapat
digunakan untuk menyingkirkan komplikasi serius dari batu ginjal seperti

12
batu yang terinfeksi atau menyumbat, atau pielonefritis. Pengujian dapat
digunakan untuk "mengesampingkan" ureterolithiasis meniru seperti
abses ginjal, massa, aneurisma aorta perut (AAA). Namun, diagnosis
dapat dibantu oleh satu atau lebih tes berikut: hitung darah lengkap
(CBC), panel metabolik dasar (BMP), urinalisis, USG ginjal, radiografi,
dan/atau CT scan perut dan panggul. Pada urinalisis, sel darah merah
akan sering terlihat. Namun, ketika leukosit, leukosit esterase, dan/atau
bakteri hadir, ini mungkin mengindikasikan kondisi yang lebih serius
khususnya kalkulus ginjal yang terinfeksi. Jika memungkinkan, evaluasi
komposisi batu dapat dilakukan pada rawat jalan atau rawat inap.
Pengumpulan urin 24 jam dapat dikumpulkan untuk mengevaluasi urea,
kreatinin, asam urat, oksalat, sitrat, kalsium, fosfat, pH urin, volume urin,
kultur. Sebuah panel metabolik yang komprehensif dapat dilakukan untuk
memeriksa kelainan fungsi ginjal, yang mungkin mengindikasikan
kalkulus ginjal yang menghalangi. CT abdomen dan panggul tanpa
pencitraan kontras adalah standar emas untuk mendiagnosis
ureterolithiasis dan dapat mencirikan ukuran dan lokasi batu sehingga
kemungkinannya untuk keluar dengan sendirinya (Kelly Glazer, dkk,
2022).

C. Prosedur Pemeriksaan BNO IVP (Bontrager’s Handbook Of


Radiographic Positioning And Techniques, Eighth Edition)
1. Indikasi

 Benign Prostatic  Glomerulonephritis


hyperplasia (BPH)  Hydronephrosis
 Bladder calculi  Prostate cancer
 Bladder carcinoma  Pyelonephritis
 Congenital anomalies  Renal calculi
 Cystitis  Renal hypertension

13
 Renal obstruction

2. Kontra Indikasi
 Alergi terhadapa media kontras
 Pasien mempunya kelainan jantung
 Multi myloma
 Neonatus
 Diabetes Melitus tidak terkontrol
 Hasil ureum dan Cratinin tidak normal
3. Persiapan Pasien
Persiapan umum pasien meliputi hal-hal berikut:
 Makan malam ringan sebelum prosedur
 Pencahar pembersih usus
 Puasa (minimal 8 jam)
 Enema pada pagi hari pemeriksaan
Pasien harus berkemih sesaat sebelum pemeriksaan dilakukan karena dua
alasan ini:
 Kandung kemih yang terlalu penuh bisa pecah, terutama jika kompresi
diterapkan di awal pemeriksaan.
 Urin yang sudah ada di kandung kemih mengencerkan media kontras
yang terakumulasi di sana.
4. Persiapan alat dan bahan
Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk urografi, selain a
ruang radiografi yang sesuai, termasuk yang berikut :
 Ketepatan jenis dan jumlah media kontras yang dibuat dalam sebuah
spuit yang sesuai
 Wadah kosong media kontras untuk ditunjukkan kepada dokter atau
asisten yang melakukan penyuntikan

14
 Pilihan jarum steril, termasuk 18-, 20-, dan 22-gauge kateter over-the-
jarum dan jarum kupu-kupu dan selang
 Spons atau tisu alcohol
 Bersihkan sarung tangan prosedur
 Torniket
 Handuk atau spons untuk menopang siku
 Wadah benda tajam
 Perisai gonad jantan
 Bak Emesis
 Angka lead, penanda menit, dan penanda R dan L
 Kereta darurat dapat diakses
 Epinefrin atau Benadryl siap untuk injeksi darurat
 Alat kompresi ureter (jika digunakan oleh departemen)
 Serta handuk dingin untuk dahi dan/atau tempat suntikan handuk
hangat, jika perlu
 Alat penghisap
dan oksigen
yang

operasional dan dapat diakses


Barang-barang ini harus dirakit dan disiapkan sebelum pasien diantar ke
ruang radiografi

15
Gambar 2.6 Alat dan baha pemeriksaan BNO IVP
(Bontreger’s, 2018)

5. Teknik pemeriksaan
Menurut bontrager (Kenneth & John, 2018) :
1) Proyeksi AP
Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan.
Posisi Obyek : Tangan pasien diletakkan disamping tubuh.
Posisi pasien diatur agar mid sagital plane (MSP)
tubuh berada pada pertengahan
kaset.
Posisikan krista iliaka pada pertengahan kaset.
Kolimasi : Selebar kaset 35 cm x 43 cm.
Central Ray : Vertikal tegak lurus kaset.
Central Point : Di pertengahan kedua krista iliaka
FFD : 100 cm

16
Gambar 2.7 Proyeksi Antero Posterior ( Bontreger’s,2018 )
2) 5 menit Post Injeksi
Posisi pasien : Pasien supine
Posisi Objek : Posisi pasien diatur agar mid sagital plane (MSP)
tubuh berada pada pertengahan kaset.
Kolimasi : Seluas kaset 30 x 35 cm
Central Ray : Disudutkan 10-40
Central Point : Di pertengahan antara kedua krista iliaka
FFD : 100 cm

Gambar 2.8 Proyeksi Antero Posterior ( Bontreger’s,2018 )

2
1

Gambar 2.9 Radiograf Proyeksi Antero Posterior

17
( Bontreger’s,2018 )

3) Proyeksi RPO (Right Posterior Oblique)


Posisi Pasien : Pasien diatur dengan posisi AP Supine
Posisi Obyek : Miringkan pasien kurang lebih 30 derajat kearah
ginjal yang akan diperiksa
Letakkan kedua tangan pasien dikepala sebagai
bantalan.
Atur pertengahan kaset setinggi krista iliaka
Kolimasi : Seluas kaset 35 cm x 43 cm
Central Ray : Vertikal tegak lurus kaset.
Central Point : Pada pertegahan kaset setinggi krista iliaka.
FFD : 100 cm.

18
Gambar 2.10 Proyeksi RPO ( Bontreger’s,2018 )

Gambar 2.11
Radiograf
Proyeksi
RPO RPO (
Bontreger’s,
2018 )

4) Proyeksi AP
Erect (Post
Void)
Posisi Pasien : Pasien berdiri dengan posisi belakang tubuh
menempel pada bucky.
Posisi Objek : Atur mid sagital plane dipertengahan kaset.
Pastikan simfisis pubis tidak terpotong
Posisikan lengan jauh dari tubuh
Kolimasi : Seluas kaset 35 x 43 cm
Central Ray : Tegak lurus horizontal.
Central Point : Diantara kedua krista iliaka.
FFD : 100 cm

19
Gambar 2.12 Proyeksi AP Erect ( Bontreger’s,2018)

Gambar 2.13 Radiograf Proyeksi AP Erect ( Bontreger’s,2018)

20

Anda mungkin juga menyukai