Jawaban :
1.A. Bahasa (Menurut Ahli)
(Depdiknas, 2005: 3) ucapan pikiran dan perasan manusia secara teratur, yang
mempergunakan bunyi sebagai alatnya.
Harun Rasyid, Mansyur & Suratno (2009: 126) : struktur dan makna yang bebas dari
penggunanya, sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan.
Plato : pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama
benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang
dalam arus udara lewat mulut
Bahasa adalah :
Suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal yang dapat diperkuat
dengan gerak gerik badan yang nyata.
Simbol atau lambang yang dihasilkan oleh alatindera manusiauntuk melakukan fungsi bahasa
Kata Ulang Reduplikasi adalah pengulangan bentuk atas suatu bentuk dasar. Contohnya adalah “anjing-
anjing”, “lelaki”, “sayur-mayur” dan sebagainya.
Gabungan kata dapat membentuk kata, kata majemuk, dan frasa. Gabungan kata yang membentuk kata
adalah gabungan antara bentuk terikat dan kata dasar, misalnya: ekstra– + kurikuler, pra- + sejarah,
swa- + layan. Gabungan kata yang membentuk kata majemuk adalah gabungan antara kata dasar dengan
kata dasar yang membentuk makna baru, misalnya: rumah sakit, meja makan, tanda tangan, anak tiri,
buku halus, dan tumpang tindih. Gabungan kata yang berupa frasa adalah gabungan dua kata atau lebih
yang tidak bersifat predikatif,
misalnya : gadis cantik, gunung tinggi, rambut pendek, bubur ayam, dan rumah besar. Penulisan
gabungan kata tersebut memiliki ketentuan masing-masing.
Contoh:
Mahatahu, Mahakuasa, Mahabesar, Mahabijaksana. Penulisannya dipisah jika bentuk maha dan peri
bertemu dengan kata berimbuhan.
Contoh:
Maha Pemurah, Maha Pengasih, peri kemanusiaan, dan peri keadilan. Namun, ada satu perkecualian
jika maha bertemu dengan kata esa, penulisannya tetap dipisah menjadi Maha Esa.
3. Penulisan gabungan kata dipisah jika mendapat awalan atau akhiran saja.
Contoh:
tanda tangani, bekerja sama, kerja samakan, bergotong royong, berterima kasih, pemotong rumput,
menganak sungai, dan memadu padan.
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
• Bacalah buku itu baik-baik!
• Bertepuk tanganlah mengikuti irama!
• Apakah yang tersirat dalam surat itu?
• Siapakah gerangan dia?
• Apatah gunanya bersedih hati?
3. Bentuk pun yang merupakan bagian kata penghubung seperti berikut ditulis
serangkai.
• Adapun
• Andaipun
• Ataupun
• Bagaimanapun
• Biarpun
• Jikapun
• Kalaupun
• Kendatipun
• Maupun
• Meskipun
• Sekalipun
• Sementangpun
• Sungguhpun
• Walaupun
Misalnya:
• Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
• Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
• Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
• Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.
• Sekalipun teman dekat, dia belum pernah sekali pun datang ke rumahku.
• Sementangpun aku ini bukan sanak-saudaramu, tidak sampai hati juga aku melihat penderitaanmu itu.
4. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, ‘mulai’, atau ‘melalui’ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya:
• Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
• Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
2. A. Setiap orang wajib menjaga etika dalam berkomunikasi agar tujuan komunikasi dapat tercapai
baik tanpa mengalami konflik. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan saat menggunakan
bahasa itu juga harus memperhatikan kaidah-kaidah berbahasa baik kaidah linguistic maupun kaidah
kesantunan agar tujuan berkomunikasi dapat tercapai. Kaidah berbahasa secara linguistik yang
dimaksud antara lain digunakannya kaidah bunyi, bentuk kata, struktur kalimat, tata makna secara benar
agar komunikasi berjalan lancar. Setidaknya jika komunikasi secara tertib menggunakan kaidah
linguistik, mitra tutur akan menjadi begitu mudah dalam memahami informasi yang disampaikan oleh
penutur. Makna utama dari kesantunan berbahasa adalah memperlancar komunikasi. Oleh karena itu,
dengan adanya pemakaian bahasa yang sengaja dibelit-belitkan, yang tidak tepat sasaran, atau yang
tidak menyatakan yang sebenarnya karena enggan kepada orang yang lebih tua juga merupakan
ketidaksantunan berbahasa. Kenyataan ini sering dijumpai di masyarakat karena terbawa oleh budaya
“tidak terus terang” dan menonjolkan perasaan.
Untuk dapat menyimak dengan baik, perlu mengetahui syarat menyimak efektif. Adapun syarat tersebut
ialah: (1) menyimak dengan berkonsentrasi , (2) menelaah materi simaka, (3) menyimak dengan kritis,
dan (4) membuat catatan.
a. Menyimak dengan Berkonsentrasi
Yang dimaksud dengan menyimak berkonsentrasi ialah memusatkan pikiran perasaan, dan perhatian
terhadap bahan simakan yang disampaikan pembicara. Untuk dapat memusatkan perhatian terhadap
bahan simakan yang disampaikan pembicara dengan baik, penyimak harus dapat menghindari gangguan
menyimak, baik yang berasal dari dirinya sendiri ataupun yang berasal dari luar.
Beberapa faktor luar yang dimaksudkan di antaranya adalah sebagai berikut. 1) Orang yang datang
terlambat. Pada prinsipnya orang yang datang terlambat ke tempat ceramah akan mengganggu
penyimak yang sedang berkonsentrasi terhadap bahan simakan. 2) Keanehan-keanehan yang terjadi di
antara pembicara dan penyimak. Jika terjadi ketidakselarasan antara pembicara dan penyimak, akan
terjadi gangguan pada diri penyimak. 3) Metode pembicara yang tidak tepat. Dalam situasi komunikasi
metode yang tidak tepat, akan berakibat gagalnya alur komunikasi pembicaradan penyimak. 4) Pakaian
pembicara, Pembicara yang memakai pakaian yang berlebihan akan mengganggu konsentrasi
penyimak. 5) Pembicara yang tidak menarik.
d. Membuat Catatan
Kegiatan menyimak yang baik ialah kegiatan menyimak yang diikuti dengan kegiatan mencatat. Yang
perlu dicatat dalam kegiatan menyimak ialah hal-hal. yang dianggap penting bagi penyimak. Catatan
itu merupakan langkah awal dalam memahami bahan simakan. Hal-hal penting yang perlu diketahui
penyimak dalam mencatat ialah: 1) catatan boleh menggunakan tanda-tanda yang bersifat informal. 2)
bentuk catatan yang benar ialah singkat, padat, dan jelas. 3) catatan yang baik ialah catatan yang benar
artinya catatan itu tidak akan menimbulkan keraguan, 4) catatan yang diberi tanda-tanda tertentu, akan
mempermudah penyimak membaca ulang, 5) catatan perlu direviu secara periodik. Selanjutnva. dalam
pencatatan, ada beberapa metode yang dapat diterapkan, di antaranya ialah metode kerangka garis besar,
metode precis, metode bukti-prinsip, metode pemetaan
Kegiatan menyimak yang baik ialah kegiatan menyimak yang diikuti dengan kegiatan mencatat. Yang
perlu dicatat dalam kegiatan menyimak ialah hal-hal. yang dianggap penting bagi penyimak. Catatan
itu merupakan langkah awal dalam memahami bahan simakan. Hal-hal penting yang perlu diketahui
penyimak dalam mencatat ialah: (a) catatan boleh menggunakan tanda-tanda yang bersifat informal. (b)
bentuk catatan yang benar ialah singkat, padat, dan jelas. (c) catatan yang baik ialah catatan yang benar
artinya catatan itu tidak akan menimbulkan keraguan, (d) catatan yang diberi tanda-tanda tertentu, akan
mempermudah penyimak membaca ulang, (e) catatan perlu direviu secara periodik. Selanjutnva. dalam
pencatatan, ada beberapa metode yang dapat diterapkan, di antaranya ialah metode kerangka saris bestir,
metode precis, metode bukti-prinsip, metode pemetaan.
B. Pengertian Paragraf
Penggabungan kalimat yang berisi suatu gagasan utama atau ide pokok dan beberapa gagasan
pendukung. Nama lain dari paragraf ialah wacana mini, pada dasarnya paragraf merupakan seperangkat
kalimat yang saling berhubungan yang secara bersama dipakai untuk menyatakan atau mengembangkan
sebuah gagasan. Berikut pengertian paragraf menurut ahli :
1. Pengertian paragraf menurut ahli kebahasaan bernama Ramlan, Paragraf merupakan bagian dari
sebuah karangan yang di dalamnya terdapat lebih dari satu kalimat, yang membahas suatu tema tertentu
dengan ide pokok sebagai pengendalinya.
2. Gorys Keraf, Paragraf merupakan suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas dari kalimat.
Alinea juga merupakan himpunan dari kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk sebuah
gagasan, dan
3. Menurut KBBI, paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan, yang biasanya mengandung satu
ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru.
C.
Paragraf deduktif adalah paragraf yang ide pokok atau gagasan utamanya terletak di awal
paragraf dan diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas untuk mendukung gagasan utama. Gagasan
utama berupa pernyataan umum yang dikemas dalam kalimat topik lalu diikuti informasi
pengembangan.
Contoh : Cecak mempunyai perlindungan diri yang unik. Ia mampu mengelabuhi musuhnya
dengan memutuskan ekornya. Kemampuan ini disebut autotomi. Pemangsa akan dikelabuhi,
sehingga cecak leluasa melarikan diri.
Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya terdapat pada bagian akhir. Ciri-ciri
paragraf induktif diawali dengan peristiwa khusus yang berfungsi sebagai penjelas untuk
mendukung gagasan utama atau simpulan yang terletak pada akhir paragraf.
Contoh : Ini adalah danau terbesar di Indonesia. Letak danau ini adalah di Sumatera. Danau ini
merupakan hasil letusan gunung berapi purba. Danai ini dikenal dengan sebutan Danau Toba.
Paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya terdapat pada bagian awal
dan akhir paragraf. Paragraf Deduktif-Induktif biasanya diawali dengan pernyataan umum lalu
diikuti kalimat khusus sebagai penjelas. Kemudian di akhir paragraf terdapat pernyataan umum
lagi sebagai pengulangan dari gagasan utama.
Contoh : "Buku adalah gudang ilmu. Dengan membaca buku, kita dapat menguasai ilmu
pengetahuan. Kita bisa tahu banyak informasi di bidang apa pun dari buku. Jadi, memang tak
salah jika buku dijuluki sebagai jendela dunia."
Paragraf inretaif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah-tengah paragraf.
Paragaf jenis ini diawali dengan kalimat penjelas sebagai pengantar, diikuti gagasan utama lalu
ditambah penjelas lagi untuk menguatkan atau mempertegas informasi.
Contoh : Udara di tempat ini sangatlah segar. Pemandangan hijau terhampar luas. Kebun Teh
Kemuning memang sangat menarik hati. Di sana sangat pas jika dijadikan latar untuk berfoto.
Banyak juga objek wisata di sekitar tempat itu.
Paragraf menyebar dengan ide pokok menyebar tidak memiliki kalimat utama. Pikiran
utamanya menyebar pada seluruh bagian atau tersirat pada tiap kalimatnya.
Contoh : Matahari belum tinggi benar. Embun masih tampak berkilauan. Warna bunga menjadi
sangat indah diterpa sinar matahari. Tampak kupu-kupu dengan berbagai warna terbang dari
bunga yang satu ke bunga yang lain. Angin pun semilir terasa menyejukkan hati.