Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

Daftar Isi
Kata pengantar
BAB I Pendahuluan
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
BAB II Pembahasan
A.Pengertian komunikasi Lisan
B.Aspek-Aspek Komunikasi Lisan
C.Contoh-Contoh atau penerapan komunikasi lisan
D.Berbicara Di Depan Umum
E. Berbicara Di Depan Umum
F. Berpidato/Orasi Ilmiah
G. Diskusi Kelompok
H. Debat
I. Demam Panggung
BAB III Penutup
A.Kesimpulan
B. Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam kehidupan ini ,manusia tidak akan mampu untuk bisa hidup sendiri,melainkan
membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Sehingga manusia akan sangat sering berhadapan
dengan seseorang untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lain dan saat itu pula akan
ada alat untuk menghubungkan mereka dalam satu atau beberapa topic pembahasan, alat tersebut
adalah komunikasi. Komunikasi adalah alat untuk seseorang menyampaikan informasi atau suatu
maksud kepada seseorang (lawan bicara) baik secara lisan maupun secara tulis dengan maksud
agar lawan bicara dapat memahami, menerima pesan yang telah disampaikan oleh pembicara.
Bayangkan, jika ada dua orang atau lebih yang sedang berinteraksi, sedang diantara mereka tidak
ada kefahaman atau kejelasan dari apa yang saling mereka sampaikan. Pastinya interaksi itu
tidak akan membuahkan hasil seperti apa yang diinginkan. Dalam perkembangannya,
komunikasi dapat dibagi menjadi dua , yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal.
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan dengan cara menggunakan bahasa isyarat, symbol-simbol atau gerak tubuh dan raut
muka (mimic). Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator
kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Dalam hal ini, pokok bahasan
yang akan di bahas adalah seputar komunikasi lisan.

B. Rumusan Maslah
1. Apakah yang di maksud dengan komunikasi lisan ?
2. Apa aspek-aspek dalam komunikasi lisan ?
3. Bagaimana contoh-contoh atau penerapan komunikasi lisan ?

C. Tujuan
1.Unutuk mengetahui pengertian dari komunikasi lisan.
2.Untuk mengetahui aspek-aspek komunikasi lisan.
3.Untuk mengetahui contoh-contoh atau penerapan komunikasi lisan.
BAB I
PEMBAHASAN
12.1 Pengertian Komunikasi Lisan
Komunikasi Lisan adalah komunikasi dengan mengucapkan kata-kata secara l;isan dan
langsung kepada lawan bicaranya, komunikasi lisan biasanya dapat dilakukan pada kondisi para
personal/individu berhadapan langsung, seperti pada saat berkomunikasi dengan tatap muka
langsung atau melalui alat berupa komputer yang mempunyai fasilitas konfrensi jarak jauh
(computer teleconference) tatap muka melalui televisi sirkuit tertutup (closed cirkit
televisi/CCTV).

12.2 Aspek-Aspek dalam Komunikasi Lisan


a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan
dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam
berkomunikasi.
b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat
diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi
lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak
proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan
bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai
hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya
selingan dalam berkomunikasi.
e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung
pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi
akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu
untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.
12.3 Contoh-Contoh atau Penerapan Komunikasi Lisan
1.Berbicara Di Depan Umum
Kebanyak dari kita jika berbicara dengan beberapa orang dan saling mengenal mungkin
merupakan hal yang mudah untuk dilakukan, tetapi bagaimana jika berbicara di depan umum
atau orang banyak apalagi di depan podium (panggung) dalam suatu acara resmi?. Pasti hal ini
merupakan masalah “besar” bagi sebagian orang karena merasa grogi (takut).Untuk dapat
berbicara di depan umum ,di perlukan wawasan,teknik dan perencanaan yang matang.Selama
berbicara,perhatikan kesan pendengar apakah mereka berkenan dengan pesan-pesan yang kita
sampaikan.Apabila tidak,ubah cara dan taktik bicara.Perhatian hadirin pada awalnya tinggi
kemudian menurun di tengah sampai titik terendah dan meningkat lagi di akhir menjelang
penutupan.

a) Gaya Berbicara
Secara umum gaya berbicara di tandai dengan 3 ciri,yaitu
 Gaya Ekspresif yang di tandai dengan spontanitas,lugas,gaya ini di gunakan saat
mengungkapkan perasaan,begurau,mengeluh dan bersosialisasi.
 Gaya Perintah,gaya ini menunjukkan kewenangan dan bernada memberikan
keputusan.Misalnya: Saya minta saudara Singgih menjelaskan rencana audit
energy yang tepat untuk gedung A.
 Gaya Pemecahan Masalah,gaya ini bernada rasional,tanpa prasangka dan lemah
lembut..Gaya ini sering di gunakan dalam transaksi bisnis,penyampaian hasil
penelitian.
b) Metode Penyampaian
Maksud dan tujuan berbicara,kesempatan,pendengar,atau waktu untuk persiapan
menentukan metode metode penyapaian .Ada 4 metode yaitu:
 Penyampaian secara mendadak, terjadi karena seseorang tanpa direncanakan
sebelumnya harus berbicara di depan umum. Hal ini dapat tertjadi karena tuntutan
situasi.
Misal: Karena pembicara yang telah direncanakan berhalangan hadir tampil,maka
terpaksa secara mendadak dicarikan penggantinya atau dalam suatu pertemuan
seseorang diminta secara mendadak memberikan kata sambutan, pidato perpisahan,
dan sebagainya.
 Penyampaian tanpa persiapan .Pembicara hendak mengambil keuntungan dari
menyimak secara langsung pembicaraan sebelumnya.Hal ini sah-sah saja ,tetapi ia
harus mengetahui ide pokok dan bahasa yang tepat sebaik ia bicara.
 Penyampain berdasarkan naskah. Berbicara yang berlandalandaskan naskah di
laksanakan dalam situasi yang menuntut kepastian, bersifat resmi dan menyangkut
kepentingan umum.
 Penyampaian dari ingatan.Cara ini dapat di gunakan oleh pembicara yang menguasai
materi selengkap mungkin sehingga tidak menghadapi masalah dalam hal bahasa dan
dapat mencurahkan seluruh perhatian dan
Komunikasi langsung dari pikiran dan perasaannya .Namun, ingatannya harus juga
siap menerima spontanitas yang serupa pada penyajian tanpa persiapan ,lebih-lebih
pada hal-hal yang perlu di persiapkan.

Adapun cara mngevalusi keterampilan berbicara,yaitu


 Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal dan konsonan) diucapkan dengan tepat ?
 apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara, serta tekanan suku kata,
memuaskan?
 Apakah ketepatan dan ketetapan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa
referensi internal memahami bahasa yang digunakan ?
 Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat?
 Sejauh manakah kewajaran atau kelancaran ataupun ke-native-speaker-an (keaslian
bahasa) yang tercermin bila seseorang berbicara.

c) Kesan Positif

Hal yang membuat kesan positif dalam berbicara adalah sebagai berikut:

 Pakaian yang rapi dan serasi.


Karena pakaian mempunyai nilai tertentu,pakaian dapat menujukkan karakter seseorang
atau lembaga dan perusahaan yang mengenakannya.
 Sikap tubuh yang mengesankan.
Gaya tubuh menunjukkan sifat dan kepribadian seseorang.Misalnya gaya duduk dengan
menyelonjorkan kaki hingga kepala bersandar pada punggung kursi melukiskan
kepribadian pemalas dan lain-lain.
 Ekspresi Wajah yang Menyenangkan.
Wajah yang gembira ,menarik dan senantiasa senyum merupakan ungkapan emosi yang
menawan,bahkan visa membangkitkan perasaan hangat dan menyenangkan.
 Tata Krama yang Baik.
Soapan santun merupakan dasar tata karma yang bersumber dari tenggang rasa terhadap
orang lain

d) Tujuan Berbicara

1) Berbicara untuk melaporkan.

Berbicara untuk memberikan informasi ini di laksanakan untuk

 memerikan atau menanamkan pengetahuan,


 menerangkan atau menjelaskan proses,
 menetapkan hubungan antar benda dan
 menginterpretasikan persetujuan atau menguraiakan suatu tulisan.
Pembicaraan yang bersifat informatif,bersandar pada lima sumber utama, yaitu
 Pengalaman yang luas di hubung-hubungkan,misalanya perjalanan,pertualangan dan
penelitian.
 Proses yang di jelaskan ,seperti pembuatan buku,melaksanakan metode penelitian yang,
mencampur pigmen untuk membuat warna.
 Tulisan yang harus di jelaskan ,seperti arti /makna konstitusi ,filsafat pancasila.
 Ide/pikiran /gagasan yang harus di ungkap,misalnya makna estetika dan etika.
 Instruksi atau pengajaran ang harus digambarkan dan diragakan ,misalnya cara bermain
catur ,cara menabulasi data.
2) Berbicara secara Kekeluargaan

Salah satu yang membuat manusia bahagia adalah bersosialisasi dengan sesamah, terlebih
dalam situasi seperti ini,para partisipan /peserta menginkan (pembicara) untuk melambangkan
serta memperagakan dalam suasana hati,keadaan jiwa,pikiran,dan tindakan yang menarik sesuai
perasaan kelompok tersebut.Yang paling cocok adalah pembicaraan yang bersifat menghibur dan
membuat orang tertawa dengzn hal-hal yang menggembirakan hati dengan sasaran peristiwa
kemanusiaan.
3) Berbicara untuk Meyakinkan
Persuasi atau bujukan/desakan/peyakinan merupakan tujuan jika kita menghendaki
tindakan dari pendengar, hasil penerimaan yang kadang bersifat emosional. Argumentasi juga
diperlukan untuk membujuk orang-orang yang lebih intelektual. Persuasi sering dilakukan dalam
hubungannya dengan bisnis.
Cara yang disarankan untuk memperoleh aksi melalui daya tarik adalah
 Ajukan suatu penawaran; tawarkan suatu daya cantik, daya pikat; tawarkan brosur,
contoh, percobaan bebas premi (hadiah) harga perdana, dan lain-lain.
 Batasi waktu buat penawaran, untuk memperlihatkan keutamaan, dan kepercayaan.
 Persediaan terbatas; yakinkan bahwa persediaan terbatas sehingga audiens harus cepat
mengambil keputusan.
 Jaminan atau garansi; yakinkan anda memberi jaminan asuransi dan jaminan atas sebab-
sebab keterlambatan atau kemacetan atas kedatangan barang tersebut.
 Harga meningkat terus, yakinkan bahwa harga sekarang adalah harga terakhir yang
termurah, jika dibeli lain kali harga akan naik dan lain-lain.

4) Berbicara untuk Merundingkan


 Lewat ujaran, dapat dibuktikan siapa dia. Berbicara untuk merundingkan (deliberative
speaking) bertujuan membuat sejumlah keputusan dan rencana yang dapat bersifat
hakikat tindakan masa lalu, sifat dan hakikat tindakan mendatang. Perundingan
dilaksanakan dengan sangat hati-hati sambil meminta nasihat dan mempertimbangkan
fakta-fakta yang dikemukakan.
Unsur-unsur untuk meyakinkan adalah
 kejelasan/kemurnian/kecerahan (clarity),
 ketertiban/kerapihan/keteraturan (orderliness),
 fakta-fakta/bukti-bukti/petunjuk-petunjuk (evidence),
 alasan-alasan/bantahan/penjelasan/argumen (arguments), dan
 pikiran yang jujur dan terus terang (straight thinking).

2. Presentasi Ilmiah
Presentasi ilmiah merupakan kegiatan yang lazim dilakukan dalam dunia ilmiah untuk
menyebarkan informasi ilmiah, baik informasi konseptual maupun prosedural. Kemahiran
presentasi ilmiah merupakan kebutuhan, maka mahasiswa dilibatkan dalam melakukan
presentasi, mulai dari menyusun bahan, membuat alat peraga dengan bantuan teknologi
informasi, menyajikannya, dan merevisi berdasarkan umpan balik dari hadirin.
Presentasi ilmiah umumnya dilaksanakan di suatu ruang rapat/seminar di hadapan beberapa
peserta. Tahap penyampaian presentasi adalah sebagai berikut
a) Tahap Persiapan
Presentasi disampaikan di depan audiens/hadirin/publik dari berbagai golongan, maka
diperlukan teknik komunikasi untuk meyakinkan bahwa audiens dapat mendengar uraian
yang kita sampaikan. Uraian lisan hanya dapat didengar satu kali oleh hadirin, tidak dapat
diulang melalui lembaran-lembaran cetak, maka presenter harus menjaga agar hadirin
memusatkan perhatian selama presentasi berlangsung. Untuk itu diperlukan analisis audiens.
 Menetapkan Tujuan Presentasi
 Analisis Audiens/Hadirin
yang perlu diperhatikan dalam analisis audiens adalah
- Jumlah dan Komposisi Audiens
- Kemungkinan Reaksi Audiens
- Tingkat Pemahaman Audiens
- Hubungan Audiens dengan Pembicara
 Membuat Rencana Presentasi
Perencanaan komunikasi lisan tidak berbeda dari tulis, menetapkan ide pokok, menyusun
pesan, membuat kerangka, memperkirakan jangka waktu, dan menetapkan gaya yang
paling efektif.
 Menentukan Ide Pokok
Ide pokok atau tema presentasi dapat menunjukan cara audiens mendapat manfaat dari
presentasi. Untuk, itu perlu dicari kalimat yang menghubungkan pokok pembicaraan
dengan tujuan pada kerangka referensi audiens, seperti slogan yang banyak digunakan
dalam periklanan.
 Menyusun Pesan
Penyusunan pesan mulai dari gagasan pokok yang telah ditetapkan. Jika waktu yang
tersedia, materi harus ringkas. Jika pokok pesan tentang informasi rutin atau berita
gembira, gunakan metode langsung.
Uraian presentasi terdiri atas tiga bagian, yaitu
 Pembukaan memulai presentasi, harus menyiapkan audiens untuk
siap menerima pesan yang akan disampaikan,juga harus mampu membangkitkan minat
audiens.
 Isi presentasi
Presentasi dibagi ke dalam bagian-bagian yang berimbang misalnya waktu, tempat,
faktor, kombinasi.
 Kesimpulan
Pada akhir presentasi, pembicara menyajikan semua butir yang merupakan bagian
penting presentasi dan mengakhiri dengan kesimpulan.
 Menyiapkan Bahan presentasi dengan Multi Media
Dalam era teknologi informasi ini, presentasi dengan multi media sudah merupakan
keharusan dan kebutuhan karena
 Presentasi akan lebih menarik, karena dapat membuat manuver dalam memvariasikan
teknik penyajian bahan termasuk melalui animasi.
 Penyaji dapat menghemat waktu karena dapat mengoreksi bahan sewaktu-waktu
diperlukan.
 Penyaji dapat memberikan penekanan pada butir yang dikehendaki secara menarik.
Penyaji diringankan dengan hanya membawa alat berupa flashdisk yang menampung
bahan presentasi.
 Bahan presentasi dapat sangat ringkas yang dapat membantu peserta menangkap esensi
bahan yang dibahas.
 Peserta dapat langsung merekam/menyalin/mengkopi bahan presentasi yang
diperlukan.
 Membuat Ikhtisar
Sebuah ikhtisar yang baik merupakan keharusan dalam mempersiapkan pembicaraan.
Siapkan catatan-catatan pada kartu terlebih dahulu, kemudian susun menurut tingkat
kepentingan informasi.

b) Tahap Pengembangan Presentasi


Presentasi memberikan dua faktor yang bersamaan yaitu kesempatan sekaligus tantangan.
Kesempatan terjadi pada interaksi dengan audiens sehingga pembicara dapat menerima maupun
menyampaikan informasi, dan dapat menyesuaikan isi dengan perkembangan situasi;
menyunting atau membuat lebih jelas presentasi yang disampaikan. Pembicara juga dapat
memanfaatkan ide audiens untuk mencapain kesimpulan yang dapat diterima kedua belah pihak.
Tantangannya ialah pembicara harus mempersiapkan bahan dengan cermat, seperti berikut ini.
 Pembukaan
Bagian ini berfungsi menarik perhatian audiens agar bersedia mendengarkan. Pembukaan
perlu disusun secara kreatif, misalnya menerangkan tujuan dan pengembangan presentasi,
analisis audiens.
 Bagian Inti Presentasi
Volume presentasi dibatasi tiga sampai empat pokok bahasan untuk memastikan susunan
presentasi yang jelas, cara penyampaian yang menarik, dan kecukupan waktu.
 Penutup
Menutup tidak kalah penting dengan membuka presentasi karena konsentrasi audiens tertuju
pada bagian ini.Sediakan waktu sepuluh menit untuk menyampaikan kesimpulan. Perlu
diberitahukan bahwa pembicaraan telah hampir berakhir agar audiens mendengarkan dengan
cermat.
 Waktu Tanya Jawab
Kesempatan tanya jawab perlu disiapkan bersama dengan pembukaan, bagian inti, dan
penutup, juga perlu diperhatikan sifat presentasi, waktu yang tersedia. Tanggapan yang
diberikan atas tanggapan audiens selama presentasi berlangsung dapat mengganggu arus
pembicaraan.
 Sarana Pendukung Presentasi
Walaupun penyajian presentasi yang terbaik dengan dukungan multimedia, tetapi jika
diperlukan masih ada cara lain. Selain materi/naskah, diperlukan alat bantu lain demi
keberhasilan presentasi. Berdasarkan penelitian orang dapat mengingat 10% dari yang dibaca,
20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, dan 50% dari yang dilihat dan didengar.
c) Menguasai Teknik dan Seni Presentasi
Bisa ala biasa, biasa ala dipaksa, demikian ala pepatah lama maka untuk keberhasilan
presentasi perlu latihan yang cukup, terlebih bagi yang belum berpengalaman berhadapan
dengan publik. Penggunaan teknik dan seni presentasi harus disesuaikan dengan karakter
hadirin yang harus menyesuaikan dengan presenter. Misalnya dalam presentasi bisnis ada
pernyataan demikian:
Membenarkan dengan fakta, membeli dengan uang.
Membenarkan dengan kondisi bisnis, membeli dengan kondisi pribadi.
Membenarkan dengan logika, membeli dengan emosi.
d) Mempersiapkan Presentasi
Untuk meraih sukses presentasi, pembicaraan harus menyiapkan baik materi maupun
persiapan kepribadian/diri. Untuk menjaga hubungan dengan hadirin, peserta yang bijak
menggunakan bahasa tubuh sebagai alat komunikasi non-verbalnya.
Sebagai persiapan presentasi, perhatikan hal-hal berikut
 Tidak menampakkan perasaan gugup dengan tetap percaya diri karena semua materi
presentasi telah disiapkan dengan cermat.
 Mengatur volume suara, jangan terlalu pelan ataau terlalu keras, jangan terlalu cepat
atau jangan terlalu lambat.
 Menjaga posisi kepala untuk tetap tegak, posisi ini akan membantu memproyeksikan
suara yang baik dan menjangkau uadiens.
 Menggunakan nada percakapan, presentasi bukanlah orasi. Suara pembicara harus
mencerminkan kehangatan, enak untuk didengar, dan bersahabat. Jangan bernada
marah, mengkritik, dan kasar karena suasana akan rusak, dan lain-lain.
e) Presenter yang Baik
Pembicara yang baik adalah yang memahami kemauan audiens maka presentasi harus selalu
berorientasi pada audiens. Berikut kriteria pembicara yang baik.
 Mempunyai wawasan, ia mengetahui dengan tepat kekurangan dan kelebihan pada
dirinya.
 Dapat mengetahui dan mengenal audiens serta menunjukkan kepedulian terhadap
pihak yang telah memberi kesempatan untuk presentasi.
 Percaya bahwa audiens sedang melakukan pekerjaan yang penting dan beralasan
untuk mengikuti presentasi.
 Senantiasa berlatih agar mampu menyesuaikan diri agar mampu dengan berbagai
kebutuhan informasi di pihak audiens serta bersedia memberikan jawabaan atas
pertanyaan audiens.

3. BERPIDATO/ORASI ILMIAH
Sebagai insan terpelajar mahsiswa dituntut memiliki kinerja yang memuaskan dalam semua
aspek kehidupan, baik di kampus maupun di tengah masyarakat. Apalagi setelah menyandang
gelar keserjanaan, tuntutan ini semakin kuat. Tuntutan ini sangat wajar, maka mahasiswa wajib
memenuhinya. Selain mampu menulis ragam karya lmiah dan mempresentasikannya denga baik,
mahasiswa juga dituntut mampu berpidato kerena dengan kemampuan berpidato/berorasi,
mahasiswa dapat menunjukan kualitasnya sebagai insan terpelajar
a. Pengertian dan Kriteria Berpidato
Pidato merupakan salah satu wujud kegiatan kebahasaan insan yang mementingkan ekspresi
gagasan dan penalaran dengan menggunakan bahasa lisan yang didukung aspek-aspek non
kebahasaan (ekspresi wajah gesture atau bahasa tubuh, kontak pandang, dan bahasa non verbal
lainnya.
Berpidato harus memenuhi kriteria berikut:
 Isinya jelas dan benar, sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung, menggugah dan
bermanfaat bagi pendengar dan tidak menimbulkan pertentangan suku, agama, ras antar
golongan (sara’)
 Menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pendengar
 Penyampaian dengan santun, rendah hati dan bersahabat.

b. Tatacara dan Etika Berpidato


Tatacara berpidato merujuk pada memulai, sajian, mengakhiri pidato
 Pembukaan biasanya berisis sapaan kepada pendengar.
 Sajian isi merupakan hasil penjabaran gagasan pokok yang akan disampiakan, perlu dirinci
sesuai dengan waktu yang tersedian.
 Penutup berisi penegasan kembali gagasan pokok yang dipaparkan dalam sajian isi, harapan
dan ucapan terimakasih.
Etika berpidato merujuk pada nilai kepatutan yang diperhatikan dan dijunjung tinggi ketika
seseorang berpidato, yaitu jangan menyinggung perasaan orang lain, sebaliknya harus
berupaya menghargai dan membangun sikap positif bagi pendengar, juga perlu keterbukaan,
kejujuran, empati, dan persahabatan dari pembicara.

c. Menulis Naskah Pidato


Menulis naskah pidato diperlukan jika kegiatan persiapkan sebelumnya, tetapi jika pidato
dilakukan dengan spontan maka pidato, maka naskah pidato tidak diperlukan. Hakikatnya
adalah menuangkan gagasan ke dalam bentuk bahasa tulis yang siap dilisankan. Pilihan kosa
kata dan kalimat serta paragraph, sesungguhnya tidak berbeda dengan tulisan lain.
Hanya saja disesuaikan dengan situasi pidato ; resmi, kurang resmi, atau kekeluargaan yang
menentukan pilihan kata.
 Menyunting/mengedit naskah pidato, untuk menyempurnakan naskah pidato. Hal yang
disunting adalah
 Isinya dicermati kembali apakah telah sesuai dengan tujuan pidato
 Penalaran untuk memastikan isi dalam naskah telah dikembangkan dengan tepat.
 Menyempurnakan naskah setelah disunting.
d. Menyampaikan Pidato
Menyampaikan pidato berarti melisankan naskah pidato yang telah disiapkan, tetapi bukan
sekedar membacakannyadidepan umum.
Metode Pidato
Ada empat metode pidato.
1. Metode impromptu (serta-merta): berpidato tanpa persiapan
2 Metode naskah: dalam berpidato pembicara membaca teks/naskah yang telah dipersiapkan.
3. Metode hafalan: dalam berpidato, pembicara menyampaikan isi naskah pidato yang telah
dihafalkan.
4. Metode ekstemporan (tanpa persiapan naskah): pidato dengan metode ini direncanakan
dengan cermat dan dibuat catatancatatan penting yang sekaligus menjadi urutan dalam uraian
itu.
Anda dapat menggunakan salah satu metode, dengan catatan,metode yang dipilih perlu
dipertimbangkan atau disesuaikan dengansituasi serta pendengarnya. Analisis terhadap
pendengar perlu mendapat porsi yang sama dengan persiapan diri seorang orator.

Tujuan Pidato
Tujuan pidato antara lain:
1. menyampaikan informasi (informatif)
2. menghibur/menyenangkan hati pendengar (rekreatif)
3. meyakinkan pendengar (argumentatif)
4. membujuk/mempengaruhi pendengar (persuasif)
Agar pidato dapat menarik minat dan perhatian pendengar perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. kemukakan fakta dengan jelas,
2. gunakan bahasa Indonesia yang baik sehingga mampu membangkitkan minat pendengar
terhadap masalah yang kita sampaikan,
3. berbicara secara wajar dan terbuka,
4. sajikan materi dengan lafal dan intonasi yang tepat,
5. gunakan mimik dan gerak-gerik secara wajar.
4. DISKUSI KELOMPOK
Jika presentasi dan pidato lebih member peran ada pembicaraan, diskusi merupakan
bentuk tukar pikiran, pembicaraan,secara teratur dan terarah oleh beberapa orang untuk
mengambil keputusan. Diskusi mempunyai latar belakang sikap dan manfaat:
 Pelaksanaan sikap demokrasi.
 Pengujian sikap toleransi
 Pengembangan kebebasan pribadi.
 Pengembangan latihan berpikir.
 Penambahan pengetahuan dan pengalaman.
 Kesempatan pengejawantahan sikap intelektual dan kreativitas.

Peran diskusi:
 Diskusi menjadi tempat konsultasi untuk menambah pengetahuan, informasi, pengalaman,
pendangan. Dan membentuk koordinasi karena ada kontak antar peserta.
 Diskusi menjadi tempat untuk mendapatkan pengakuan/penghargaan, menampilkan
kelompok atau individu, menyatakan partisipasi, memberikan dan mendapatkan inforamasi
serta menunjukkaan interaksi
 Diskusi menjadi tempat tukar-menukar informasi, tempat mempertajam pengertian dan
pendapat, menganalisis, dan tempat menyelesikan masalah, member motivasi dan keyakinan,
mengembanagakan kerja sama dan meramaikan partisipasi.

Diskusi merupakan metode untuk memecahkan suatau masalah dengan proses berpikir
kelompok, diskusi perlu kerja sama atau koordinasi yang mengandung langkah-langkah
yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota.
Diskusi bukan hanya kumpulan pribadi, tetapi kelompok yang menghasilkan ide-ide
secara jamak (bukan pribadi) untuk mencapai tujuan, diskusi biasanya mengangkat salah satu
anggotanya sebagai pim pinan diskusi.
Kelompok diskusi berbeda dengan presentasi yang mengfokuskan pada penyampaian ide
pembicaraan kepada kelompok, tidak juga sama dengan debat yang mengfokuskan untuk
memprtahankan pro/dukungan, kontra/sanggahan yang tidak megarah kelompok pada
masalah-masalah. Salah satu cirri yang menonjol dalam diskusi adalah forum diskusi adalah
forum atau masa Tanya jawab (juga terdapat di hamper semua jenis komunikasi lisan).
1) Keterampilan Berdiskusi
Diskusi membutuhkan keterampilan menyampaikan pendapat secara analitik, logis, dan
kreatif. Kemampuan berpikir/bernalar ilmiah menjadi kekuatan yang sangat diandalkan.
 Sistematis artinya mengemukakan pendapat secara sistematis dan teratur, tidak
berbeli-belit tetapi tetap dianalisis secara terperinci satu persatu.
 Logis artinya mengemukakan pendapat yang masuk akal dengan menggunakan
metode induksi, deduksi, hubungan kausal, membuat analogi dan definisi.
 Kreatif artinya mengemukakan pendapat yang baru, tapi berguna dan bernilai dalam
konteks budaya dan pemikiran. Serta mengandung motivasi karya yang tinggi dan
tahan lama.
2) Pelaksanaan Diskusi Panel
Diskusi ilmiah/akademis yang umm digunakan ialah diskusi panel. Kelompok yang
berdiskusi panel terdiri atas tiga sampai enam orang ahli yang ditunjuk untuk mengemukakan
pandangan dari berbagai sudut pandang. Panel berjutuan menyampaikan infrmasi atau
pendapat, tidak perlu suatu keputusan.
Persiapan yang lazim dilaksanakan oleh panitia adalah
 Batasan pokok pembicaraan.
 Mengemukakan perbedaan pendapat sebagai tempat anggota panel berpijak.
 Menetapkan tahap-tahap pembicaraan atas pokok masalah.
 Menentukan aturan setiap pembicaraan.
 Menetapkan alokasi waktu setiap pembicaran.
Setelah siap, angota panel duduk membentuk setengah lingkaran menghadap
audiens. Diskusi dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut:
 Pendahulan
 Presentasi oleh para anggota panel
 Diskusi bebas
 Partisipasi dari para audiens
 Rangkuman

3) Jenis Diskusi Lain


 Kelompok studi
 Kelompok pembentuk kebijaksanaan
 Komite
 Diskusi kasus
 Kelompok pembahas
 Konferebsi/kongres/muktamar/musyawarah/rapat
 Simposium
 Forum
 Seminar
 Lokakarya/sanggar peremuan antar para ahli (pakar)

5. DEBAT
Debat adalah bagian dari pertemuan uilmiah, tetapi lebih difokuskan untuk kepentigan
politik. debat merupakan suatu praktik persengkatan atau kontroversi untuk menentukan baik
tidaknya suatu usul yang didukung oleh suatu pihak yang dinamakn pendukung (pro), pihak lain
dinamakan penyanggah (kontra).
Debat diikuti oleh dua tim (pro dan kontra) yang masing-masing teridiri atas dua atau tiga
orang. Setelah batasan topic disepakati, setiap tim mempersiapkan diri dengan membuat
laporan/makalah yang membuat pendapat sesuai dengan posisinya (pro dan kontra). Untuk
menjaga kekuatan posisi, jangan pernah katakan seperti atau mungkin
Setiap anggota tim harus mempersiapkan pembicaraan yang hendak disampaikan,
khususnya materi tangkisan atau bantahan. Dalam persengketaan, peserta debat jangan
terpancing menjadi marah, tetapi tetap menjaga humor dan tujuan. Peserta debat harus bersikap
rendah hati, wajar, ramah, sopan, tanpa kehilangan kekuatan argumentasi.
1. Kegunaan Debat
Debat berguna untuk membangun masyarakat yang demokrasi yang bebas mengemukakan
pendapatnya, baik yang bersifat mendukung atau menyanggah. Dalam masyarakat
demokratis, debat memegang peranan penting dalam berbagai hal, antara lain:
 Perundang-undangan: dalam siding parlemen yang membahas rancangan undang-undang,
terjadi perdebatan antara pedukung dan penyanggah. Jika tidak terjadi kesepakatan, para
legislator harus siap dengan pemungutan suara.
 Debat politik biasanya diadakan ketika akan ada pemilihan pemimpin, untuk mengetahui
rencana kerja. Seorang calon mengunggulkan rencana kerjanya dan melemahkan rencana
kerja calon lain, demikian sebaliknya. Perdebatan ini dapat digunakan sebagai
pertimbangan bagi pemilih.
 Bisnis, debat bisnis biasanya merupakan kelanjutan diskusi untuk mengambil kebijakan.
Debat terjadi antara golongan mayoritas dan minoritas dalam organisasi bisnis tersebut.
 Hukum, dalam pengadilan terjadi perdebatan antara penuntut dan pembela di depan
hakim. Penuntut dan pembela masing-masing membela kliennya yang berada dalam
silang sengketa.
 Pendidikan, debat yang dilaksanakan di kampus ini bertujuan memperkenalkan masalah
aktual, sebagai sarana membangun intelektual mahasiswa

2. Jenis Debat
Berdasarkan bentuk, maksud,dan metode, debat dapat dibagi menjadi beberapa kategori.
 Debat parlemen/majelis, bertujuan menanbah dukungan dan sanggahan, selain dari
anggota parlemen juga dari para ahli dan masyarakat umum (mahasiswa).
 Debat pemeriksaan ulang, bertujuan mengetahui kebenaran pemeriksaan yang telah
dilakukan sebelumnya. Pendukung menyampaikan dukungannya, kemudian diperiksa
oleh penyanggah dan menyampaikan temuannya, berikutnya temuan dari penyanggah
diperiksa kembali oleh pendukung.
 Debat formal/konvensional/pendidikan, bertujuan memberikan kesempatan kepada dua
tim debat untuk mengemukakan pendapatannya di hadapan hadirin. Pendukung
menyampaikan latar belakang tema debat, penyanggah menafsirkan kembali dengan
kemungkinan tidak lengkap dengan menyampaikan argumentasi lanjut sebagai suatu
pembuktian kesalahan. Kemudian terjadi silang sengketa dan diakhiri dengan penyerahan
tanggung jawab dari pendukung ke penyanggah.

3. Susunan Proposisi dalam Debat


Proposisi atau bahan pembicaran merupakan ruang lingkup perdebatan, dapat berupa mosi,
resoles, rancangan undang-undang, dan sebagainya. Bahan pembicaraan harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
 Sederhana dalam penyampaian, jangan berbelit-belit, gunakan pola pikir yang sistematis
dalam kalimat efektif.
 Kejelasan, pernyataan jangan menimbulkan makna ganda yang membingungkan dalam
perdebatan.
 Kepadatan, menggunakan kata-kata yang seperlunya saja, jangan bertele-tele.
 Susunan kata pendukung/afirmatif tidak boleh mengandung kata negatif.
 Peryataan berupa deklaratif atau menjelaskan dengan menggunakan kalimat berita, bukan
pertanyaan.
 Kalimat tunggal dari gagasan tunggal lebih disukai.
 Usul khusus, lebih disukai karena ada kebaruan daripada usul umum.
 Pernyataan harus bebas dari prasangka (misalnya, pemilihan harus lulus tes buta warna).
 Susunan kata usul hendaknya dibuat secermat (sertakan bukti) mungkin dalam
mendukung perubahan.
4. Laporan Hasil Debat
Laporan disusun untuk menguji pokok persoalan, persoalan dalam debat harus penting, dan
aktual serta jelas keuntungan dan kergiannya. Laporan mengikuti penulisan laporan ilmiah
pada umumnya dengan sistemtika:
i. Pendahuluan (pentingnya masalah, asal-usul sejarah, definisi istilah, masalah yang
diterima, pokok masala utama).
ii. Laporan dan pendukung.
iii. Laporan dan kesimpulan penyanggah.

6. DEMAM PANGGUNG
Demam Panggung sering terjadi pada orang-orang yang baru kali pertama berbicara di
depan publik. Demam panggung biasanya muncul jika beban yang ditugaskan pada pembicara
dianggap sangat berat karena suksesnya acara ada di tangannya. Juga kerena menyadari bahwa
hukuman sosial yang akan diterima sangat berat jika gagal atau sangsi/ragu akan penampilan di
hadapan hadirin yang diketahui sangat berpendidikan atau sangat kritis. Demam panggung ialah
perasaan resah atau gangguan hati yang memerlukan usaha pertimbangan tertentu agar berfungsi
normal kembali.
Adanya tanda-tanda fisik yang muncul seperti detak jantung cepat berpacu, tangan
gemetaran wajah memerah dan panas muncul karena faktor psikologis ”takut” terhadap hadirin
dan “takut” gagal, kehendak untuk berhasil yang berlebihan, pengalaman gagal masa lalu, atau
kekhawatiran lain yang sulit dirumuskan. Berdasarkan penelitian, dari sepuluh hal yang paling
ditakuti di Amerika yang menduduki peringkat pertama adalah takut berbicara di depan umum.
Laliophobia: takut saat berbicara
Demophobia: takut di hadapan orang banyak
Katogelaphobia: takut jadi bahan tertawaan.

Orang yang sering terkena demam panggung umumnya memiliki masalah :


 Kurang pengalaman dalam penampilan di depan publik atau kurang pengalaman dalam
membuat pernyataan di depan umum.
 Kurang bergaul; merasa cenderung malu dan kurang berkehidupan sosial.
 Kurang memiliki kemampuan yang ekspresif, khususnya lisan, karena kurang berkomunikasi
lisan dengan orang lain.

Pada hakikatnya, demam panggung adalah suatu konflik yang bereaksi antara
perkembangan kejiwaan dengan kondisi fisi orang btersebut. Di satu sisi, jasmani siap untuk
tampil, di sisi lain, hati ingin “lari”.
Teknik-teknik untk mengatasin demam panggung antara lain :
 Mepersiapkan materi presentasi lebih banyak daripada yang diperlukan.
 Mempelajari seluruh materi presentasi untuk menguasai setiap subyek pembicaraan dengan
baik.
 Berpikir positif tentang audiens, diri sendiri, dan sesuatu yang harus dikatakan. Memandang
diri sendiri dan audiens sebagai professional.
 Menarik napas panjang sebelum mulai berbicara.
 Membayangakan keberhasilan presentasi. Meyakinkandiri bahwa segala sesuatunya siap.
 Bersikap realistik untuk mengatasi perasaan gelisah sebelum presentasi, dengan berkosentrasi
pada pesan dalam presentasi dan audiens, bukan pada diri sendiri.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Komunikasi Lisan adalah komunikasi dengan mengucapkan kata-kata secara l;isan dan
langsung kepada lawan bicaranya.Adapun aspek-aspek dalam komunikasi lisan meliputi:
Vocabulary,kecepatan,intonasi suara,humor,sinkat dan jelas serata waktu yang tepat.Contoh
penerapan komunikasi lisan di antaranya,berbicara di depan umum,presentasi
ilmiah,berpidato,diskusi kelompok,debat dan demam panggung.

B.SARAN
Pada kenyataannya, pembuatan makalah ini masih bersifat sangat sederhana dan simpel. Serta
dalam Penyusunan makalah inipun masih memerlukan kritikan dan saran bagi pembahasan materi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Seksi Bahasa Indonesia, 1980. Karangan ilmiah,pidato, dan diskusi.
Bandung : ITB
http://id.wikipedia.org/wiki/teori_komunikasi

Sunarto, Ahmad. Teks Pidato Dan Pembawa Acara. Jakarta: Pustaka Amani. 2000

Anda mungkin juga menyukai