SR Komter Pert 3
SR Komter Pert 3
2. Capaian pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang komunikasi terapeutik yang efektif
Pokok Bahasan :
1. Komunikasi terapeutik yang efektif
2. Pengertian komunikasi terapeutik yang efektif
3. Proses komunikasi terapeutik yang efektif
4. Unsur – unsur dalam membangun Komunikasi terapeutik yang efektif
5. Tehnik komunikasi terapeutik yang efektif
6. Dimensi hubungan
Materi
1 Komunikasi terapeutik yang efektif
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan paling
bermakna dalam perilaku manusia. Pada profesi keperawatan dan
kebidanan ,komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metode
utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan atau manajemen.
Sebagai tenaga profesional perawat dan bidan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah dalam memberikan asuhan.
Hubungan penga Tidak saling terkait dan Ada keterlibatan dan meng
laman dengan menggunakan gunakan pengetahuan yang
topik percakapan pengetahuan yg tidak terkait.
berhubungan
Orientasi waktu Masa lalu dan men Masa lalu dan mendatang
datang
Fase Tugas
Pra inter Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri. Analisis
aksi kekuatan dan kelemahan profesional diri. Dapatkan data awal
tentang klien jika mungkin. Buat rencana pertemuan pertama
6. Dimensi hubungan
Kehadiran diri secara psikologis dapat dibagi dalam 2 (dua0 dimensi yaitu
dimensi respon dan dimensi tidakan (Stuart dan Sunden ,1987)
a. Dimensi Respon
Dimensi respons yang harus dimiliki oleh Perawat ada 4 ( empat) hal
( Nurjannah I,2001) yaitu :
1). Kesejatian
Kesejatian adalaH pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran
diri kita yg sebenarnya ( Smith dalam Prayitno,1999). Kesejatian dapat
ditunjukkan dengan adanya kesamaan antara verbal dan non verbal
(kongruen) .Lawan dari kongruen yaitu adanya ketidaksamaan antara
bentuk verbal dan non verbal. Kesejatian tsb dipengaruhi oleh kepercayaan
diri,persepsi terhadap orang lain dan lingkungan.
2). Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain,serta
memahami bagaimana perasaan orang lain dan apa yg menyebabkan
seseorang bereaksi terhadap terhadap suatu hal tanpa emosi kita terlarut
dalam emosi orang lain (Smith dalam Prayitno,1999). Respon empat harus
mencakup unsur-unsur seperti keakuratan ( ketepatan pengungkapan verbal
terhadap perasaan atau masalah klien), kejelasan ( ungkapan empati harus
jelas mengenai topik tertentu dan sesuai dengan apa yg dirasakan oleh
orang tsb ), kealamiahan ( menggunakan kata- kata sendiri ), kehangatan
( kehangatan dalam aspek verbal dan non verbal ), kesejatian ( kesamaan
antara respon verbal dan non verbal serta ketertarikan dan perhatian
diperlukan dalam menunjukkan empati ),
3). Respek atau hormat
Respek menurut Egan cit Susan Smith (dalam Prayitno,1999) adalah
kesediaan untuk bekerja dengan klien,menunjukkan sikap siap sedia,
ketertarikan pada masalah klien, memahami keunikan dan melakukan
pendekatan untuk penyelesaian masalah. Perilaku respek menurut Smith
( 1992) ditunjukkan dengan melihat kearah klien,memberikan perhatian yg
tidak terbagi,memelihara kontak mata, senyum pada saat yg tepat, bergerak
kearah klien , memahami keunikan dan melakukan jabat tangan atau
memberikan sentuhan yang lembut.
4). Konkret
Perawat menggunakan terminologi yg spesifik dan bukan abstrak pada
saat berdiskusi dengan klien mengenai perasaan ,pengalaman dan tingkah
lakunya.Fungsi dari ini adalah dapat mempertahankan respon perawat
terhadap perasaan klien dan dapat memberikan penjelasan akurat tentang
suatu masalah sehingga dapat mendorong klien memikirkan masdalah
yang spesifik ( Stuart dan Sundeen,1988).
b. Dimensi Tindakan
Dimensi tindakan menurut Stuart dan Sundeen (dalam Purba JM,2008)
memiliki komponen-komponen yaitu konfrontasi,kesegaraan,pengungkapan
diri perawat,kararsis emosional dan bermain peran.Dimensi ini harus
diaplikasikan dalam konteks kehangatan, penerimaan dan pengertian yg
dibentuk oleh dimensi responsif.Dimensi- dimensi tsb akan dijelaskan
melalui uraian berikut ini :
1). Konfrontasi
Konfrontasi adalah ekspresi perawat terhadap klien yg berbeda dan hal
ini bermanfaat untuk memperluas kesadaran diri klien. Carkhoff ( dalam
Purba JM,2008) mengidentifikasi tiga kategori konfrontasi yaitu sbb :
a). Ketidaksesuaian antara konsep diri ( ekspresi klien tentang dirinya)
dan ideaL diri diri (cita-cita klien).
b). Ketidak sesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien
c). Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dengan perawat.
Konfrontasi seharusnya atau sebaliknya dilakukan secara asertif
bukan agresif,sehingga sebelum perawat melakukan konfrontasi
perawat dapat mengkaji tingkat hubungan saling percaya dengan
klien, tingkat kecemasan dan kekuatan klien,mekanisme koping klien
serta waktu yg tepat. Konfrontasi sangat berguna bagi klien yg telah
mempunyai kesadaran diri tetapi perilakunya masih belum
menunjukkan adanya perubahan.
2). Keterbukaan
Keterbukaan dapat dilakukan ketika memberikan informasi tentang
diri,ide, nilai,perasaan, dan sikapnya sendiri. Hal ini berguna untuk
memfasilitasi kerjasama,proses belajar dan katarsih atau dukungan
klien.Bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat dengan klien dapat
menurunkan tingkat kecemasan perawat klien. Pernyataannya ini
berdasarkan pada penelitian yg dilakukan oleh Jhonson.
3). Kesegeraan
Kesegeraan ini terjadi apabila hubungan perawat- klien difokuskan dan
digunakan untuk mempelajari fungsi klien dalam hubungan interpersonal
lainnya. Perawat harus sensitif terhadap perasaan klien dan keinginan
utk membantu dengan segera atau secepatnya.
4). Bermain Peran
Bermain peran dapat dilakukan untuk membangkitkan situasi tertentu
guna meningkatkan penghayatan klien terhadap hubungan interpersonal
dan memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut
pandang lain. Selain itu juga memberikan kesempatan klien mencoba
situasi yang baru dalam lingkungan yg aman
5). Katarsis Emosional
Perawat harus bisa mendorong klien untuk membicarakan hal-hal yg
sangat mengganggunya dengan tujuan mendapatkan efek
terapeutik.Dengan demikian perawat harus dapat mengkaji kesiapan
klien untuk mendiskusikan masalahnya. Apabila klien mengalami
kesulitan mengekspresikan perasaannya,seyogyanya perawat dapat
membantu dengan mengekspresikan perasaannya kedalam situasi klien
tsb. Kemampuan perawat atau bidan dalam menerapkan teknik
komunikasi terapeutik memerlukan latihan,kepekaan dan ketajaman
perasaan sebab keberhasilan komunikasi tidak dipengaruhi oleh
kemampuan seseorang melainkan oleh dimensi nilai, waktu dan ruang.
Hal ini dapat dilhat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan
kepuasan bagi perawat sendiri.
Daftar Pustaka
1). Abdul Nasir (2009) Komunikasi dalam keperawatan :teori dan aplikasi,Salemba
Medika Jakarta
2). Tri Anjaswarni , Komunikasi dalam keperawatan, Kementerian Kesehatan R.I
B.P.P,S.D.M. K
3). Tannes D , Seni Komunikasi efektif ( Membangun Relasi dengan gaya
percakapan).
3). Suryani ( 2014) Komunikasi terapeutik Teori dan praktik ,EGC Jakarta
4). Herri zan Piter,S.Psi ( 2011) Pengantar Komunikasi Konseling dalam praktik
kebidanan , KencanabPrenada Media Group Jakarta