Anda di halaman 1dari 11

YAYASAN EKA HARAP

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


Jl. Beliang No. 110 Telp/Faks. (0536) 3227707 Palangka Raya

PERKULIAHAN KOMINKASI DALAM KEPERAWATAN


1. Identitas Mata Kuliah:.
Nama mata kuliah : Komunikasi
Kode Mata Kuliah : WAT 410
Bobot SKS : 4 SKS ( T :2, P :2, K:0 ).
Waktu Pertemuan : 4 x 60 menit
Pertemuan : III( KETIGA )
Hari/ tanggal :
Pengajar : Sarah H Rintuh,MPd

2. Capaian pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang komunikasi terapeutik yang efektif
Pokok Bahasan :
1. Komunikasi terapeutik yang efektif
2. Pengertian komunikasi terapeutik yang efektif
3. Proses komunikasi terapeutik yang efektif
4. Unsur – unsur dalam membangun Komunikasi terapeutik yang efektif
5. Tehnik komunikasi terapeutik yang efektif
6. Dimensi hubungan

Materi
1 Komunikasi terapeutik yang efektif
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan paling
bermakna dalam perilaku manusia. Pada profesi keperawatan dan
kebidanan ,komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metode
utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan atau manajemen.
Sebagai tenaga profesional perawat dan bidan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah dalam memberikan asuhan.

Langkah pertama dalam pendekatan ini adalah pengkajian yang


bertujuan mengumpulkan data secara valid dan Akurat sebagai dasar untuk
menegakkan masalah dan diagnosa.. Pada tahap ini komunikasi memegang
peranan penting karena untuk mendapatkan data subjektif dibutuhkan
kemampuan berkomunikasi yang efektif, disamping itu kemampuan ini juga
dibutuhkan dalam memberikan intervensi.

2. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi dalam profesi keperawatan sangatlah penting sebab tanpa
komunikasi pelayanan keperawatan sulit untuk diaplikasi. Dalam proses
asuhan keperawatan komunikasai ditujukan untuk mengubah perilaku klien
guna mencapai tingkat kesehatan yang optimal ( Stuart G.W,dalam Suryani,
2005 ). Oleh karena bertujuan untuk terapi , maka komunikasi dalam
keperawatan disebut Komunikasi terapeutik. Jadi inti dari komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang dilaksanakan untuk tujuan terapi.
Ada beberapa pendapat para ahli tentang arti komunikasi terapeutik yaitu :
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau ketrampiklan perawat
untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres,mengatasi gangguan
psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain
( Northouse,1998).Sementara itu menurut Stuart GW (1998), Komunikasi
terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien dalam
hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama
dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
Komunikasi terapeutik juga diartikan oleh Hibdon S (dalam Suryani,2005)
sebagaI pendekatan konseling yang yang memungkin klien menemukan siapa
dirinya dan ini merupakan fokus dari komunikasi terapeutik
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa komuni
kasi terapeutik dalam proses asuhan keperawatan adalah suatu hubungan
interpersonal antara perawat dan klien dimana perawat berupaya agar klien
dapat mengatasi masalahnya sendiri maupun masalah dengan orang lain atau
lingkungannya.
2.1. Tujuan Komunikasi Terapeutik
• Komunikasi terapeutik mempunyai tujuan untuk memotivasi dan
mengembangkan pribadi klien kearah yg lebih kontruktif dan adaptif, Selain
itu komunikasi terapeutik juga diarahkan pada pertumbuhan klien yang
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri .
Klien yang sebelumnya tidak menerima dirinya apa adanya atau
merasa rendah diri setelah berkomunikasi terapeutik dengan perawat atau
bidan dapat mengubah cara pandang klien tentang dirinya dan masa
depannya sehingga klien dapat menghargai dan menerima diri apa adanya.
b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling
bergantung dengan orang lain.
Klien belajar bagaimana menerima dan diterima oleh orang
lain.Dengan komunikasi yang terbuka,jujur dan menerima klien apa
adanya,perawat akan dapat meningkatkan kemampuan dalam membina
hubungan baik
c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yg realitis.
Sebagian klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi
tanpa mengukur kemampuannya.Tugas perawat dengan konsisi ini adalah
membimbing klien dalam membuat tujuan yg realitis serta meningkatkan
kemampuan klien memenuhi kebutuhan dirinya sendiri..
d. Rasa identitas personal yang jelas dan meningkatkan integritas diri
Indentitas personal yang dimaksud adalah status,peran dan jenis
kelamin klien. klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya
tidak mempunyai rasa percaya diri dan juga memiliki harga diri yang
rendah .Perawat diharapkan membantu klien untuk meningkatkan integritas
dirinya dan identitas diri klien melalui komunikasinya.
2.2. Prinsip dasar komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu
terbentuknya hubungan yang konstruktif diantara perawat – klien, tidak
seperti komunikasi sosial,komunikasi terapeutik mempunyai tujuan untuk
membantu klien mencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan.
Oleh karenya sangat penting bagi perawat utk memahami
prinsip dasar komunikasi terapeutik berikut ini :
a. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan,didasarkan pada prinsip “ humanity of nurses and
clients “ . Hubungan ini tidak hanya sekedar hubungan seorang
penolong ( helper/ perawat) dengan kliennya tetapi hubungan antara
manusia yang bermanfaat ( Dult-Battyey,2011).
b. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan
karakter,memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat
perbedaan latar belakang keluarga, budaya dan keunikan setiap
individu.
c. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri
pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu
menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
d. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya
( trust) harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan
dan memberikan alternatif pemecahan masalah ( Stuart, 2009 ).
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari
komunikasi terapeutik.
3. Proses komunikasi terapeutik yang efektif
Proses komunikasi terapeutik yg efektif antara Perawat/Bidan dengan klien
dapat dibagi dalam 4(empat) fase seperti pada proses komunikasi terapeutik .
Fase-fase tersebut adalah sebagai berikut :
• Fase pra interaksi:
Dimulai sebelum kontak pertama dengan klien
* Fase Orientasi
Dimulai pada kontak pertama dengan klien
• Fase kerja
Pada fase ini Perawat/Bidan dan klien mengeksplorasi stesort yg tepat dari
pendukung perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan
persepsi,pikiran, perasaan dan perbuatan klien
• Fase terminasi
Merupakan fase yg sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik karena
hubungan saling percaya dan hubungan intim terapeutik sudah terbina dan
berada pada tingkat optimal
6.1. Perbedaan hubungan sosial dengan hubungan terapeutik

Komponen Hubungan sosial Hubungan terapeutik


Keterbukaan Bervariasi Klien : membuka diri
Perawat/bidan : membuka
diri hanya utk menanggapi

Fokus percakapan Tidak dikenal oleh Dikenal oleh Perawat/bidan


partisipan dan klien

Topik yang tepat Sosial,bisnis,umum Hal – hal pribadi yang


dan bukan hal pribadi berhubungan dengan
Perawat/bidan dan klien

Hubungan penga Tidak saling terkait dan Ada keterlibatan dan meng
laman dengan menggunakan gunakan pengetahuan yang
topik percakapan pengetahuan yg tidak terkait.
berhubungan

Orientasi waktu Masa lalu dan men Masa lalu dan mendatang
datang

Pengungkapan Pengungkapan peraan Membutuhan pengungkap


perasaan dihindari an perasaan yang didukung
oleh Perawat/Bidan

Pengakuan harkat Tidak diakui Sangat diakui


indivudu

3.2.Tugas Perawat/ Bidan pada setiap fase

Fase Tugas
Pra inter Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri. Analisis
aksi kekuatan dan kelemahan profesional diri. Dapatkan data awal
tentang klien jika mungkin. Buat rencana pertemuan pertama

Orientasi Tentukan alasan klien meminta pertolongan . Bina hubungan


saling percaya,penerimaan dan komunikasi terbuka.
Rumuskan kontrak bersama klien. Eksplorasi
pikiran,perasaan dan perbuatan klien.Identifikasi masalah
klien. Rumuskan tujuan bersama klien.

Kerja Eksplotasi stresor yang tepat.Dukungan perkembangan


kesadaran diri klien dan pemakaian mekanisme koping yang
kontruktif.Atasi penolakan perilaku maladaptasi
Terminasi Ciptakan realitas perpisahan .Bicarakan proses terapi dan
pencapaian tujuan.Saling mengeksplorasi perasaan penolakan
dan kehilangan,sedih,marah,serta perilaku lain

6.2. Elemen kontrak


a. Nama Perawat/ bidan dan klien
b. Peran Perawat/bidan dan klien
c. Tanggung jawab Perawat/bidan dan klien
d. Tujuan hubungan
e. Tempat pertemuan
f. Waktu pertemuan
g. Situasi terminasi
h. Kerahasiaan.

4.Unsur – unsur dalam membangun Komunikasi terapeutik yang efektif


Egan mengidentifikasi unsur dalam komunikasi terapeutik yang efektif
kedalam 5 (lima) sikap (cara) dan tehnik untuk menghadirkan diri secara fisik
yang dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik sebagai berikut ( Keliuat,
1992).:
1). Berhadapan
Arti dari posisi ini adalah “ Saya siap untuk Anda “
2). Mempertahankan kontak mata
Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan
menyatakan keinginasn untuk tetap berkomunikasi
3). Membungkuk kearah klien
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengarkan
sesuatu
4). Mempertahankan sikap terbuka
Dalam arti tidak melipat kaki atau tangan.Menunjukkan keterbukaan untuk
berkomunikasi
5). Tetap relaks
Sikap relaks dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasi dalam memberi respons pada klien
Selain hal diatas, sikap terapeutik juga dapat teridentifikasi melalui
prilaku non verbal,ada 5 kategori komunikasi non verbal yaitu :
1). Isyarat vokal
Yaitu isyarat paralinguistik, termasuk kualitas bicara non verbal. Misalnya
tekanan suara, kualitas suara, tertawa.irama dan kecepatan bicara.
2). Isyarat tindakan
Yaitu semua gerakan tubuh, termasuk ekspresi wajah dan sikap tubuh
3). Isyarat objek
Yaitu objek yang digunakan secara sengaja atau tidak sengaja oleh
seseorang seperti pakaian atau benda pribadi lainnya.
4). Ruang
Memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua orang. Hal ini
didasarkan pada norma-norma sosial budaya yang dimiliki
5). Sentuhan
Yaitu kontrak fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi non
verbal yang paling personal.respon seseorang terhadap tindakan ini sangat
dipengaruhi oleh tatanan dan latar belakang budaya,jenis hubungan,jenis
kelamin,usia dan harapan.
5. Tehnik komunikasi terapeutik
Setiap orang berbeda –beda begitupun dengan klien,tidak ada klien yang
sama.Oleh karena itu diperlukan tehnik yang berbeda-beda dalam
berkomunikasi dengan klien.
• Tehnik komunikasi terdiriatas beberapa komponen berikut :
1). Mendengarkan
Mendengarkan klien menyampaikan pesan verbal mengandung arti bahwa
perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Perawat yg
mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan salah satu upaya agar
dapat mengerti seluruh pesan verbal dan non verbal yg sedang disampaikan
klien.
Beberapa ketrampilan perawat agar dapat mendengarkan klien penuh
perhatian
a. Pandanglah klien ketika sedang berbicara atau menyampaikan pesan
b. Pertahankan kontak mata yg memancarkan keinginan untuk mendengar
c. Pertahankan sikap tubuh yg menunjukkan bahwa kita perhatian dan
jangan menyilangkan kaki atau tanga.
d. Hindari melakukan gerakan-gerakan yg tidak perlu.
e. Berikan anggukan kepala jika membicarakan hal penting atau
memerlukan umpan balik
f. Posisikan tubuh dengan mencondongkan badan kearah lawan bicara
2). Menunjukkan penerimaan
Perlu diketahui bahwa menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti
bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau
ketidak setujuan. Sebagai seorang Perawat kita tidak harus menerima semua
perilaku klien. Perawat sebaiknya menghindari ekspresi wajah dan gerakan
tubuh yg menunjukkan ketidak setujuan terhadap sesuatu seperti
mengerutkan kening atau menggelengkan kepala yg menandakan tidak
percaya.
Sikap perawat yang menunjukkan rasa percaya
a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan
b. Memberikan umpan balik verbal pada klien dengan cara yg baik
c. Memastikan bahwa isyarat non verbal sesuai dengan komunikasi verbal
d. Menghindari perdebatan,mengekspresikan keraguan atau mencoba untuk
mengubah pikiran klien. Perawat dapat menganggukkan kepalanya atau
berkata “ Ya “ atau “ Saya mengikuti apa yang anda ucapkan “.
3). Menanyakan Pertanyaan yang berkaitan
Menanyakan pertanyaan yang berkaitan bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang spesifik mengenai klien.Paling baik jika pertanyaan
dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan menggunakan kata –kata
dalam konteks sosial budaya klien.Pertanyaan hendaknya disampaikan
secara berurutan selama pengkajian.
4). Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan mengulang kembali ucapan klien berarti perawat memberikan
umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan
mengharapkan komunikasi berlanjut. Namun Perawat harus berhati – hati
ketika menggunakan tehnik ini,sebab pengertian bisa rancu jika
pengulangan ucapan mempunyai arti yg berbeda .. Sebagai contoh
seorang klien mengatakan : “ Saya tidak dapat tidur ,semalam saya
terjaga “ . Lalu {erawat menjawab : “ Anda mengalami kesulitan untuk
tidur tadi malam,,”
5). Klarifikasi
Jika terjadi kesalahpahaman sebaiknya perawat menghentikan pembicaraan
sejenak untuk mengklarifikasi dan menyamakan pemahaman,karena
keakuratan informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan. Perawat perlu memberikan contoh yang konkret agar pesan
mudah dimengerti klien dan tidak salah paham.
Contoh :
Klien : “ Saya kuramg yakin apakah bisa mengikuti apa yang anda
sampaikan “
Perawat : “ Apa yang anda katakan tadi adalah .... _
6). Memfokuskan
Tehnik ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan
sehingga lebih spesifik dan ,mengerti. Perawat tidak seharusnya
memutuskan pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang
penting,kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
Misalnya : “ Hal ini sangat penting ,nanti kita bicarakan lebih lanjut .”
7). Menyampaikan hasil observasi
Perawat perlu memberikan respon kepada klien dengan menyatakan hasil
pengamatannya,sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan
baik dan benar. Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan melalui
isyarat non verbal klien.Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering
membuat klien berkomunikasi lebih jelastanpa harus memfokuskan atau
mengklarifikasi pesan. Contoh :
Perawat :” Ibu tampak tidak tenang apabila ibu .. “
8). Menawarkan informasi
Pemberian tambahan informasi dapat dijadikan sebagai pendidikan
kesehatan bagi klien dan juga bisa menambah rasa percaya klien terhadap
perawat. Jika ada informasi yg ditutupi oleh dokter,seorang perawat
hendaknya mengklarifikasi alasannya. Perawat dalam memberikan
informasi tidak boleh terkesan seperti memberikan nasihat melainkan
memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.
9). Diam
Diam memberikan kesempatan kepada Perawat dan klien untuk
mengorganisasikan pikiran masing-masing. Diam memungkinkan klien
untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri dalam memproses
informasi yang ada. Penggunaan tehnik diam memerlukan ketrampilan
dan ketetapan waktu,karena jika tidak demikian maka akan
menimbulkan perasaan tidak enak.Diam sangat berguna pada saat klien
harus mengambil keputusan.
10). Meringkas
Meringkas adalah mengulang ide utama yg telah dikomunikasikan secara
singkat. Teknik ini bermanfaat untuk membantu topik yg telah dibahas
sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas
pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam
interaksinya sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik lain
yang berkaitan .Misalnya : “ Selama kurang lebih 2 jam,Anda dan saya
telah membicarakan tentang .... “.
11). Memberikan Penghargaan
Memberikan penghargaan pada klien dapat dilakukan dengan cara
seperti menyambutnya dengan salam dan menyebutkan
namanya.Dengan melakukan hal tsb perawat dapat menunjukkan
kesadarannya tentang perubahan yang terjadi selain itu juga dapat
menunjukkan kesadarannya bahwa perawat menghargai klien sebagai
sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab
atas dirinya sendiri sebagai individu. Namun penghargaan tsb jangan
sampai menjadi beban baginya
12). Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan
orang lain. Sering kali Perawat hanya menawarkan kehadirannya dan
ketertarikannya tanpa mempertimbangkan kondisi klien.Sesungguhnya
teknik komunikasi ini harus dilakukan dengan tulus ikhlas.Misalnya : “
Saya mengharapkan Anda merasa tenang dan nyaman.
13), Memberikan kesempatan kpd klien memulai pembicaraan
Perawat sebaiknya memberikan kesempatan kpd klien untuk berinisiatif
dalam memilih tema pembicaraan .Klien yg merasa ragu tentang
perannya dalam berinteraksi dapat diberikan stimulasi untuk mengambil
inisiatif,mbicaraan sehingga klien tsb merasa bahwa ia diharapkan
dapat membuka pembicaraan . Misalnya :” Adakah sesuatu yg ingin
Anda sampaikan ? “ atau apakah yg sedang anda pikirkan “
14). Mempersilakan untuk meneruskan pembicaraan.
Teknik ini mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yg sedang
dibicarakan dan selanjutnya respek dengan apa yg akan dibicarakan .
Sikap Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada mengarahkan
pembicaraan. Misalnya : “ .... Lanjutkan... !, ..... Dan terus... Atau “
Ceritakan kepada saya ...... “
15). Menganjurkan Klien untuk menjelaskan persepsinya.
Jika Perawat ingin mengerti klien lebih jauh, maka Perawat tsb harus
melihat klien dengan sesungguhnya dari segala perspektif. Klien harus
mrerasa bebas untuk menguraikan atau menjelaskan persepsinya tentang
sesuatu kepada perawat. Perawat harus mewaspadai adanya ansietas saat
klien menceritakan pengalamannya. Misalnya, “ Ceritakan kepada saya
bagaimana perasaan Anda ketika akan dilakukan pemasangan infus “, atau
“ Apa yang sedang Anda lihat “.
16). Refleksi
Refleksi adalah suatu teknik yang menganjurkan klien untuk
mengemukakan dan menerima ide serta perasaannya sebagai bagian dari
dirinya sendiri. Jika klien bertanya apa yg harus ia pikirkan atau kerjakan
dan apa yg ia rasakan,maka Perawat dapat menjawab. “ Bagaimana
menurut Anda ?” atau “ Bagaimana perasaan Anda ?”. Kemudian perawat
merngindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien
mempunyai hak melakukan hal tsb, selanjutnya klien pun akan berpikir
bahwa dirinya adalah individu yg terintegrasi dan bukan sebagai bagian
dari orang lain yg mempunyai kapasitas dan kemampuan. Misalnya ,”
Apakah menurut Anda saya harus menyampaikan kepada dokter ? “ atau
“ apakah menurut anda, , Anda yg harus menyampaikan “.

6. Dimensi hubungan
Kehadiran diri secara psikologis dapat dibagi dalam 2 (dua0 dimensi yaitu
dimensi respon dan dimensi tidakan (Stuart dan Sunden ,1987)
a. Dimensi Respon
Dimensi respons yang harus dimiliki oleh Perawat ada 4 ( empat) hal
( Nurjannah I,2001) yaitu :
1). Kesejatian
Kesejatian adalaH pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran
diri kita yg sebenarnya ( Smith dalam Prayitno,1999). Kesejatian dapat
ditunjukkan dengan adanya kesamaan antara verbal dan non verbal
(kongruen) .Lawan dari kongruen yaitu adanya ketidaksamaan antara
bentuk verbal dan non verbal. Kesejatian tsb dipengaruhi oleh kepercayaan
diri,persepsi terhadap orang lain dan lingkungan.
2). Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain,serta
memahami bagaimana perasaan orang lain dan apa yg menyebabkan
seseorang bereaksi terhadap terhadap suatu hal tanpa emosi kita terlarut
dalam emosi orang lain (Smith dalam Prayitno,1999). Respon empat harus
mencakup unsur-unsur seperti keakuratan ( ketepatan pengungkapan verbal
terhadap perasaan atau masalah klien), kejelasan ( ungkapan empati harus
jelas mengenai topik tertentu dan sesuai dengan apa yg dirasakan oleh
orang tsb ), kealamiahan ( menggunakan kata- kata sendiri ), kehangatan
( kehangatan dalam aspek verbal dan non verbal ), kesejatian ( kesamaan
antara respon verbal dan non verbal serta ketertarikan dan perhatian
diperlukan dalam menunjukkan empati ),
3). Respek atau hormat
Respek menurut Egan cit Susan Smith (dalam Prayitno,1999) adalah
kesediaan untuk bekerja dengan klien,menunjukkan sikap siap sedia,
ketertarikan pada masalah klien, memahami keunikan dan melakukan
pendekatan untuk penyelesaian masalah. Perilaku respek menurut Smith
( 1992) ditunjukkan dengan melihat kearah klien,memberikan perhatian yg
tidak terbagi,memelihara kontak mata, senyum pada saat yg tepat, bergerak
kearah klien , memahami keunikan dan melakukan jabat tangan atau
memberikan sentuhan yang lembut.
4). Konkret
Perawat menggunakan terminologi yg spesifik dan bukan abstrak pada
saat berdiskusi dengan klien mengenai perasaan ,pengalaman dan tingkah
lakunya.Fungsi dari ini adalah dapat mempertahankan respon perawat
terhadap perasaan klien dan dapat memberikan penjelasan akurat tentang
suatu masalah sehingga dapat mendorong klien memikirkan masdalah
yang spesifik ( Stuart dan Sundeen,1988).
b. Dimensi Tindakan
Dimensi tindakan menurut Stuart dan Sundeen (dalam Purba JM,2008)
memiliki komponen-komponen yaitu konfrontasi,kesegaraan,pengungkapan
diri perawat,kararsis emosional dan bermain peran.Dimensi ini harus
diaplikasikan dalam konteks kehangatan, penerimaan dan pengertian yg
dibentuk oleh dimensi responsif.Dimensi- dimensi tsb akan dijelaskan
melalui uraian berikut ini :
1). Konfrontasi
Konfrontasi adalah ekspresi perawat terhadap klien yg berbeda dan hal
ini bermanfaat untuk memperluas kesadaran diri klien. Carkhoff ( dalam
Purba JM,2008) mengidentifikasi tiga kategori konfrontasi yaitu sbb :
a). Ketidaksesuaian antara konsep diri ( ekspresi klien tentang dirinya)
dan ideaL diri diri (cita-cita klien).
b). Ketidak sesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien
c). Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dengan perawat.
Konfrontasi seharusnya atau sebaliknya dilakukan secara asertif
bukan agresif,sehingga sebelum perawat melakukan konfrontasi
perawat dapat mengkaji tingkat hubungan saling percaya dengan
klien, tingkat kecemasan dan kekuatan klien,mekanisme koping klien
serta waktu yg tepat. Konfrontasi sangat berguna bagi klien yg telah
mempunyai kesadaran diri tetapi perilakunya masih belum
menunjukkan adanya perubahan.
2). Keterbukaan
Keterbukaan dapat dilakukan ketika memberikan informasi tentang
diri,ide, nilai,perasaan, dan sikapnya sendiri. Hal ini berguna untuk
memfasilitasi kerjasama,proses belajar dan katarsih atau dukungan
klien.Bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat dengan klien dapat
menurunkan tingkat kecemasan perawat klien. Pernyataannya ini
berdasarkan pada penelitian yg dilakukan oleh Jhonson.
3). Kesegeraan
Kesegeraan ini terjadi apabila hubungan perawat- klien difokuskan dan
digunakan untuk mempelajari fungsi klien dalam hubungan interpersonal
lainnya. Perawat harus sensitif terhadap perasaan klien dan keinginan
utk membantu dengan segera atau secepatnya.
4). Bermain Peran
Bermain peran dapat dilakukan untuk membangkitkan situasi tertentu
guna meningkatkan penghayatan klien terhadap hubungan interpersonal
dan memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut
pandang lain. Selain itu juga memberikan kesempatan klien mencoba
situasi yang baru dalam lingkungan yg aman
5). Katarsis Emosional
Perawat harus bisa mendorong klien untuk membicarakan hal-hal yg
sangat mengganggunya dengan tujuan mendapatkan efek
terapeutik.Dengan demikian perawat harus dapat mengkaji kesiapan
klien untuk mendiskusikan masalahnya. Apabila klien mengalami
kesulitan mengekspresikan perasaannya,seyogyanya perawat dapat
membantu dengan mengekspresikan perasaannya kedalam situasi klien
tsb. Kemampuan perawat atau bidan dalam menerapkan teknik
komunikasi terapeutik memerlukan latihan,kepekaan dan ketajaman
perasaan sebab keberhasilan komunikasi tidak dipengaruhi oleh
kemampuan seseorang melainkan oleh dimensi nilai, waktu dan ruang.
Hal ini dapat dilhat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan
kepuasan bagi perawat sendiri.

Daftar Pustaka
1). Abdul Nasir (2009) Komunikasi dalam keperawatan :teori dan aplikasi,Salemba
Medika Jakarta
2). Tri Anjaswarni , Komunikasi dalam keperawatan, Kementerian Kesehatan R.I
B.P.P,S.D.M. K
3). Tannes D , Seni Komunikasi efektif ( Membangun Relasi dengan gaya
percakapan).
3). Suryani ( 2014) Komunikasi terapeutik Teori dan praktik ,EGC Jakarta
4). Herri zan Piter,S.Psi ( 2011) Pengantar Komunikasi Konseling dalam praktik
kebidanan , KencanabPrenada Media Group Jakarta

Anda mungkin juga menyukai