Anda di halaman 1dari 2

Resume Diskusi Hukum Islam

Maqashid Syariah Sebagai Basic Teoritis

Maqashid sebagai basis alternatif dalam merespon isu-isu kajian hukum Islam kontemporer. Kajian
maqasid semakin diminati sehingga lahir banyak karya ilmiah, baik skripsi, tesis, hingga disertasi yang
mengeksplorasi kajian maqasid Syariah. Maqasid diklaim mampu memberikan solusi alternatif dalam
merespon isu-isu kontemporer. Misal, isu krisis lingkungan, isu minoritas, isu politik dan kewarganegaraan.
Maqasih syariah perlu terus dikembangkan sehingga lebih mampu memberikan solusi-solusi atas
problematika kontemporer.

Istilah Maqasid dapat ditemukan di 3 ayat di Al-Quran dan memiliki makna yang berbeda-beda.
Istilah-istilah Maqasid antara lain Al-Hikmah (istilah yang dipakai oleh al-Zurqani, Ibn Qudamah, Ibn al-
Qayyim dan al-Amid), Al-Maslahah al-mursalah (istilah ini digunakan oleh al-Ghazali), dan istilah lainnya,
juga digunakan adalah al-‘illah atau al-‘ilal, al-maslahah, al-ma’na, al-magza, murad al-syar’i, dan asrar al-
syari’ah.

Menurut Al-Tirmizi, Maqasid belum didefiniskian secara teoretik dan aplikatif. Menurut Al-Juwaini,
Maqasid belum didefinisikan tetapi sudah memberikan contoh aplikatif dalam kasus hukum praktis.
Menurut Al-Ghazali Maqasid al-syari’ah dipahami sebagai menjaga kemaslahatan (ri’ayah al-masalih),
sementara yang dimaksud dengan maslahat adalah menjaga tujuan syariat (al-muhafazah ala maqsud al-
syari), kemudian menurut Al-Syatibi, beliau sebagai peletak ilmu maqasid juga tidak memberikan definisi
secara eksplisit dalam karyanya.

Substansi Maqasid Syariah merupakan ruh-ruh pensyariatan hukum yang terkandung dimensi
kemaslahatan di segala aspeknya. Syariat Islam diturunkan tidak lain kecuali untuk merealisasikan
kemaslahatan umat manusia baik di dunia dan di akhirat. Tujuan kemaslahatan inilah yang oleh para fukaha
disebut sebagai hikmah, illah, asrar (rahasia) di balik beragam ketentuan hukum-hukum dalam syariat islam.
Jadi, inti dari Maqasid Syariah adalah: Jaib al-Masalih wa Dar’ al-Mafasid (merealisasikan kemaslahatan
dan menghindar dari kemafsadatan).

Maqashid Syariah di Bidang Muamalah Maliyah

 Rawaj al-Amwal berarti peredaran harta (sirkulasi), harta dianjurkan untuk diinvestasikan, zakat,
infak dan sedekah, larangan ihtikar.
 Wuduh al-Amwal berarti adanya kejelasan sumber harta (transparansi), sehingga dibutuhkan laporan
bisnis secara transparan.
 Hifz al-Amwal berarti pengelolaan harta kepemilikan secara berkelanjutan melalui pengembangan,
pengamanan, dan proporsional dalam bertasarruf.
 Tsabat al-Amwal berarti legal format harta, sehingga setiap transaksi harus berdasarkan kontrak.
 Al-Adl fi al-Amwal berarti memberikan hak-kewajiban kepada para pihak yang bertransaksi secara
proporsional serta tidak merugikan pihak lain.

Prinsip Pengembangan Akad Syariah

 Maslahat berarti mendorong bentuk transaksi yang memberikan kemanfaatan (murabahah,


musyarakah, wadi’ah, dll) dan meninggalkan transaksi yang mendatangkan kemudaratan (riba,
spekulasi, perjudian, dll).
 Taisir berarti memberikan kemudahan dalam bisnis dan keuangan syariah agar cepat berkembang,
lincah, lues dan fleksibel dan menghadapi kemajuan bisnis kontemporer (Akad Salam, istisna,
murabahah, dll).
 Ibahah berarti segala bentuk aktifitas dalam ekonomi (al-uqud al-murakkabah) pada dasarnya
hukumnya adalah boleh (mubah), kecuali jika dilarang berdasarkan dalil.
 ‘Adalah berarti setiap kontrak/perjanjian bisnis harus bersifat adil, dalam arti tidak menzalimi salah
satu pihak (proporsional dalam berbagi untung-rugi bisnis).

Framework Maqasid dalam Ijtihad Ekonomi MUI-DSN

 Al-Taisir al-Manhaji,
dapat diartikan memilih pendapat ringan namun tetap sesuai aturan.
 Tafriq al-Halal an al-Haram
Kaidah ini digunakan di fatwa DSN MUI dengan pertimbangan bahwa dalam konteks Indonesia
kegiatan ekonomi Syariah belum bisa dilepaskan sepenuhnya dari sistem eknonomi konvensional
yang ribawi.
 I’adah al-Nadzar
Telaah ulang salah satu caranya dilakukan dengan menguji kembali pendapat yang mu’tamad dengan
mempertimbangkan pendapat hukum yang selama ini dipandang lemah karena adanya ‘illah hukum
yang baru dan/atau pendapat tersebut.
 Tahqiq al-Manath
Adalah analisa untuk mengetahui adanya alasan hukum lain dalam satu kasus, selain ‘illat yang
diketahui sebelumnya, baik melalui nash, ijma, ataupun istinbath.

Anda mungkin juga menyukai