Anda di halaman 1dari 12

Istiqomala Dewi_22/507844/KU/24428

Kelompok 22301

Refleksi Kasus 1
Pembimbing: dr. Nur Dwita Larasati, Sp.KK.

A. Deskripsi Kasus
Identitas Pasien
● Nama (Inisial) : Tn.S
● Alamat : Klaten
● Tanggal lahir : 19/04/1969
● Jenis kelamin : Laki-laki
● Tanggal periksa : 11 April 2023
● Pekerjaan : Buruh
● No. RM : 1140116

Anamnesis
● Keluhan Utama
Bintil bintil merah dan gatal di seluruh tubuh kecuali wajah (tangan, perut,
punggung, kaki, sela-sela jari)
● Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan adanya ruam merah gatal sejak 3 BSMRS. Awalnya gatal
dirasakan di kemaluan hingga selangkangan pasien. Lalu menjalar hingga seluruh
tubuh pasien sejak beberapa minggu yang lalu. Gatal dirasakan semakin parah saat
malam hari. Keluhan serupa dirasakan oleh keluarga pasien. Anak pasien sempat
mengalami gatal-gatal serupa pada ekstremitas namun sudah sembuh. Saat ini
pasien dan istri masih merasakan keluhan.
Riwayat kontaktan: pasien menggunakan sabun mandi barang-barang yang sama
dengan anak.
● Riwayat Pengobatan :
Sebelumnya pasien sudah mengonsumsi cetirizin yang sebelumnya dikonsumsi oleh
anak pasien, namun tidak ada perubahan.
● Riwayat Penyakit Dahulu :
Atopik (-)
Alergi (-)
● Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluhan serupa (+) kedua anak, dan istri
Atopik (-)
Alergi (-)
Istiqomala Dewi_22/507844/KU/24428
Kelompok 22301

Pemeriksaan Fisik
● Kondisi Umum : baik, CM, status gizi kesan baik, gait normal
● Tanda Vital :
○ Tekanan Darah : 147/86mmHg
○ Frekuensi nadi : 85x/menit
○ Suhu : 36.2oC
○ Frekuensi napas : 20x/menit
● Lain-lain
Lnn servikal tidak teraba

Status Lokalis
Status Dermato-Venereologis

● Lokasi:
Perut, punggung, tangan, kaki (kemaluan sampai paha), dan sela-sela jari
● Ujud Kelainan Kulit
Pada tubuh pasien (tangan, perut, punggung, sela-sela jari) ditemukan papul
eritem, tersebar di kemaluan, perut, punggung, tangan, kaki, hingga sela-sela jari
tangan, pada sebagian papul tertutupi krusta kecoklatan dan skuama terutama di
sela-sela jari kanan dan kiri.
● Diagnosis Banding
○ Dermatitis kontak
○ Dermatitis atopik
○ Urtikaria papular
● Pemeriksaan Penunjang:
○ Uji KOH (+) scabies
Istiqomala Dewi_22/507844/KU/24428
Kelompok 22301

Ditemukan sarcoptes scabiei


dewasa, larva, dan beberapa sisa
telur yang sudah menetas.

● Diagnosis Kerja
Skabies
● Terapi
Tab Cetirizine 10 mg, 1 dd Tab. I, malam hari
Salep scabimite 10g, 1xsminggu dioleskan dari leher ke bawah, ditinggal minimal
8 jam, lalu bilas
Rencana
Kontrol seminggu berikutnya untuk pemantauan terapi dan perkembangan klinis, serta
rencana terapi sekeluarga.
Edukasi
● Edukasi mengenai diagnosis skabies (berupa infeksi kutu/tungau yang dapat
ditularkan, baik dari hewan, manusia, maupun kontak dari lingkungan sekitar
yang terkontaminasi; predileksi di lipatan tubuh)
● Edukasi mengenai pengobatan yang diberikan (terutama mengenai penggunaan
scabimite)
○ Scabimite merupakan obat topical yang mengandung permenthrin yang
digunakan untuk mengobati infeksi kulit scabies yang disebabkan oleh
tungau.
○ Scabimite digunakan dengan cara mengoleskan cream ke seluruh tubuh
yang terasa gatal, termasuk wajah, leherm kulit kepala, dan telinga.
Setelah didiamkan minimal 8 jam, obat dibilas dengan cara dicuci
menggunakan sabun.
○ Pengobatan diulangi setelah 1 minggu pada malam hari
● Edukasi mengenai kemungkinan keluhan serupa pada individu sekitar → harus
diobati bersamaan/serempak
● Edukasi bahwa parasit skabies dapat dibunuh dengan panas → pakaian direndam
air panas sebelum dicuci, lalu disetrika, Kasur dan sprei dijemur setiap hari
● Menjaga higiene perorangan dan lingkungan → membersihkan rumah tiap hari,
menghindari penggunaan kembali (>1x) pakaian, dsb
Istiqomala Dewi_22/507844/KU/24428
Kelompok 22301

B. Hal yang menarik dari kasus


1. Scabies merupakan salah satu penyakit seringkali dijumpai pada faskes I dan
sebenarnya cukup dapat ditangani di faskes primer, namun pada kasus ini pasien
belum pernah berobat ke dokter dan langsung ke Sp,KK pada faskes tk. 3. Oleh
karena itu, sebagai dokter umum nantinya seharusnya dapat mengobati penyakit
serupa tanpa harus hingga ke faskes di atasnya.
2. Pada saat anamnesis, pasien menyampaikan bahwa anak bungsunya adalah yang
pertama kali merasakan gatal pada sela-sela jari tangan dan kaki, namun diberikan
cetirizine langsung sembuh, begitupun dengan anak sulungnya yang menderita hal
serupa setelah anak bungsunya sembuh. Diberikan cetirizine dan keluhan
menghilang. Namun pasien dan istri yang mengalami keluhan serupa paling akhir,
keluhan tidak menghilang meskipun sudah mengonsumsi citirizine.
3. Terapi dan tindakan pencegahan lainnya seharusnya dapat dilakukan sebelumnya, hal
ini mengindikasikan perlunya edukasi lebih mengenai pengobatan skabies.
Istiqomala Dewi_22/507844/KU/24428
Kelompok 22301

C. Perasaan Terhadap Kasus


Hal yang menyenangkan Hal yang kurang menyenangkan
● Saya senang memiliki kesempatan ● Saya merasa kurang dalam memahami
untuk melihat klinis pasien dengan lebih mengenai ciri khas pasien
keluhan bintil gatal yang mengarah dengan diagnosis skabies
pada diagnosis skabies dibandingkan penyakit kulit serupa
● Saya senang berkesempatan untuk lainnya, sehingga masih tidak yakin
menggali anamnesis mengenai faktor dalam menentukan diagnosis kerja.
risiko, predileksi, perjalanan penyakit, ● Saya merasa bahwa anamnesis yang
dan ujud kelainan kulit. dilakukan kurang terstruktur dan
● Saya senang berkesempatan untuk efektif
mengetahui terapi dari skabies dan ● Saya merasa kurang mengeksplor lesi
edukasi yang berkaitan mengenai kulit, terutama di daerah kemaluan
terapi tersebut. dan daerah lain yang tertutupi oleh
pakaian.

D. Pengalaman Terkait Kasus


Pengalaman yang baik Pengalaman yang kurang baik
● Berkesempatan untuk melihat klinis ● Kurang dalam pemahamanan lebih
pasien dengan keluhan bintil gatal mengenai ciri khas pasien dengan
yang mengarah pada diagnosis skabies diagnosis skabies dibandingkan
● Berkesempatan untuk menggali penyakit kulit serupa lainnya.
anamnesis mengenai faktor risiko, ● Anamnesis yang dilakukan dirasa
predileksi, perjalanan penyakit, dan kurang terstruktur dan efektif
ujud kelainan kulit. ● Masih perlu belajar lagi dalam
● Berkesempatan untuk mengetahui mendeskripsikan ujud kelainan kulit
Istiqomala Dewi_22/507844/KU/24428
Kelompok 22301

terapi dari skabies dan edukasi yang dengan tepat.


berkaitan mengenai terapi tersebut.

E. Analisis
Teori Kasus
Anamensis
● Scabies merupakan bentuk infeksi tungau Yang sesuai
Sarcoptes scabiei var. Hominis yang sepanjang  Pasien merupakan laki-laki usia 54 tahun
siklus hidupnya di dalam epidermis  Anak dan istri pasien pernah mengalami
● Skabies dapat mengenai individu dari berbagai keluhan serupa dalam waktu dekat, dengan
umur, ras, dan level sesioekonomi, namun faktor risiko berkegiatan di lingkungan
prevalensi lebih tinggi terjadi pada dengan populasi padat
underdeveloped country,.  Gatal lebih dirasakan pada malam hari
● Pada negara berkembang, populasi yang lebih  Lesi kulit terjadi pada pergelangan tangan,
sering terkena: anak-anak, lansia, dan individu jari-jari dan interdigital.
imunosupresan.
● Transmisi: kontak personal (utama), lainnya: Yang kurang sesuai
fomites (penggunaan pakaian/handuk bersama, ● Tidak didapatkan Herald patch yang nyata
tungau pada lingkungan, tungau pada debu, dsb) ● Tidak ditemukan gejala prodromal seperti demam
● Pada imun normal: gatal pada malam hari ● Pola lesi tidak tersusun sesuai lipatan kulit dan
● Predileksi: periumbilikalis, pinggang, genitalia, tidak terdistribusi seperti pohon cemara
payudara, bokong, lipatan aksila, jari-jari
(termasuk interdigital), pergelangan tangan,
aspek ekstensor ekstremitas.

Istiqomala Dewi_22/507844/KU/24428
Kelompok 22301

Manifestasi Klinis:
● Gambaran klinis diawali dengan timbulnya lesi primer berupa UKK yang muncul:
makula/plak sewarna kulit/merah muda/salmon- ● Pada wajah, sekeliling leher, dan punggung bagian
colored/hiperpigmentasi yang berbatas tegas, umumnya atas ditemukan makula dan patch eritem, sebagian
berdiametes 2-10 cm dan berbentuk lonjong/bulat. Bagian berbatas tegas, disertai central clearance pada lesi
tengah lesi memiliki karakteristik skuama halus, dan pada di dahi kiri, bentuk lingkaran-oval, multipel,
bagian dalam tepinya terdapat skuama yang lebih jelas diskret/tersebar, sebagian besar makula/patch
membentuk gambaran skuama kolaret. tertutupi skuama tipis.
● Lesi primer biasanya terletak di bagian badan yang tertutup ● Lesi awal tunggal di leher, namun dalam
baju, tetapi kadang ditemukan di leher atau ekstremitas pemeriksaan fisik sulit diamati adanya Herald patch
proksimal, seperti paha atas atau lengan atas. Lesi primer ● Tidak ditemukan pembesaran limfonodi servikal
jarang ditemukan di wajah, penis, atau kulit kepala berambut
● Gambaran christmas-tree pattern tidak ditemukan.

● Erupsi simetris terutama pada badan, leher, dan ekstremitas


proksimal
Istiqomala Dewi_22/507844/KU/24428
Kelompok 22301

● Lesi sekunder berupa makula/plak merah muda, multipel,


berukuran lebih kecil dari lesi primer, berbentuk bulat atau
lonjong, yang mengikuti Langer lines sehingga pada
punggung membentuk gambaran christmas-tree pattern.
● Dapat ditemukan pembesaran kelenjar getah bening

Pemeriksaan penunjang
Istiqomala Dewi_22/507844/KU/24428
Kelompok 22301

● Untuk penegakan diagnosis tidak perlu pemeriksaan penunjang Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
khusus
● Apabila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
sesuai dengan diagnosis banding
● Pemeriksaan histopatologis dapat dilakukan pada kasus yang
tidak dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis

Kriteria Diagnosis
UKK yang muncul:
● Pada wajah, sekeliling leher, dan punggung bagian
atas ditemukan makula dan patch eritem, sebagian
berbatas tegas, disertai central clearance pada lesi di
dahi kiri, bentuk lingkaran-oval, multipel,
diskret/tersebar, sebagian besar makula/patch
tertutupi skuama tipis.
● Tidak ditemukan vesikel kecil, di palmar/plantar.
Serologis sifilis sekunder tidak dilakukan.

Terpenuhi: 3 kriteria esensial, 1 kriteria opsional, 0


Istiqomala Dewi_22/507844/KU/24428
Kelompok 22301

kriteria inklusi → pengakan diagnosis pitiriasis rosea

Tatalaksana:
Prinsip: penyakit dapat sembuh spontan (resolusi dalam 4-10 Terapi yang diberikan:
minggu), pengobatan bersifat simtomatis. Terapi farmakologis ● Cream dexamethasone 15 mg, 2dd u.e, untuk
yang dapat diberikan: daerah leher dan punggung
Topikal: Bila gatal sangat mengganggu ● Cream mometasone 10 mg, 2 dd u.e., untuk lesi
● Larutan anti pruritus seperti calamine lotion daerah wajah
● Kortikosteroid topikal
Edukasi:
Sistemik:
● Apabila sangat mengganggu dapat diberikan antihistamin ● Menghentikan penggunaan sabun mandi dan sabun
muka biasa, dianjurkan untuk menggunakan sabun
seperti cetirizine 1x10 mg per hari
bayi
● Kortikosteroid sistemik
● Dianjurkan untuk menggunakan baju dan hijab
● Eritromisin oral 4x250 mg/hari selama 14 hari dengan bahan katun dan ringan, agar daerah lokasi
● Asiklovir 3x400 mg/hari PO selama 7 hari diindikasikan tidak lembab dan memicu proses peradangan
sebagai terapi pada awal perjalanan penyakit yang disertai flu-
Istiqomala Dewi_22/507844/KU/24428
Kelompok 22301

like symptoms atau keterlibatan kulit yang luas


● Dapat dilakukan fototerapi: narrowband UV B dengan dosis
tetap sebesar 250 mJ/cm2 3x seminggu selama 4 minggu
Penggunaan kortikosteroid topikal
Istiqomala Dewi_22/507844/KU/24428
Kelompok 22301

F. Kesimpulan
● Saya merasa sudah mampu mengidentifikasi pityriasis rosea dan membedakannya
dengan lesi-lesi serupa secara klinis (lesi ruam merah gatal). Dari kasus ini saya
belajar untuk membuat diagnosis, memberikan usul diagnosis banding, dan terapi
pada pasien dengan pityriasis rosea.
● Sebagai dokter umum nantinya yang bekerja pada faskes awal, pityriasis rosea
seharusnya sudah dapat tertangani di faskes awal tanpa harus merujuk ke spesialis
kulit dan kelamin. Untuk itu, penting untuk mengetahui penyakit pityriasis rosea,
baik dari segi perjalanan penyakit, menifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan
terapi. Selain itu penting pula dalam menyampaikan informasi tersebut ke pasien
menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sehingga pasien dapat merasa tenang
dan aman, yang mengarah pada kepatuhan konsumsi obat dan tingkat kepulihan
yang lebih tinggi.
G. Referensi
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. 2021. Panduan Praktik Klinis
bagi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi Indonesia. Jakarta: PP Perdoski.
Budiyanto, A., Febriana, S.A., Radiono, S. 2020. ‘Ruam Merah Kulit’ in: Danarti, R.,
Budiyanto, A., Pudjiati, S.R., Siswati, A.S., Febriana, S.A., Rayidna, T. (ed.) Clinical
Decision Making Series: Dermatologi dan Venereologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai