Anda di halaman 1dari 5

air tanah

termasuk siklus hidrologi, dimana siklus ini terjadi diaerah perairan. Air hujan
sebagai bahan baku air dangkal dan air tanah turun dari atmosfer, memasukin rongga
tanah kemudian tersimpan menjadi air tanah. Ini yang biasa dipakai oleh masyarakat
untuk kebutuhan sehari2. Namun karena salah satunya alih fungsi lahan dijadikan
lahan pembangunan, lahan sebagai daya tampung semakin sedikit dan berefek pada
ketersediaan air dangkal. Oleh karena itu air tanah dipakai untuk memenuhi
kebutuhan hidup dengan cara di bor. Air tanah berbentuk seperti goa atau sungai
berasal dari anugrah bumi untuk dapat dimanfaatkan dengan bijak. FYI di salah satu
jurnal dikatakan proses terciptanya air tanah sangatlah lama bahkan melebihi umur
manusia. Jika manusia terus mengambil air tanah, maka cadangan pun habis dan
tentu mengakibatkan kekeringan. Dampak dari ketidaktersediaan air dangkal pun
bisa menyebabkan turunnya permukaan tanah karena rongga tanah tidak terisi, serta
dan intrusi dari pencemaran air laut ke air tanah akan terjadi, jika itu terjadi maka
tidak bisa Kembali seperti semula.

Kenapa sih harus air tanah?

Setidaknya saya mendapatkan 3 hal mendasar dari indikasi ini.

1. Pajak air tanah lebih murah dibandingkan PDAM I Ketut Ariantana, Ketua
Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bali. Dalam s itus Mongabay.
2. Kualitas air tanah lebih baik kaya akan mineral, dan temperature suhu yang
cenderung stabil.
3. Ketidaktersediaanya air dangkal yang disebabkan alih fungsi lahan itu tadi
4. Melakukan pengeboran sebagai aktivitas rekayasa untuk mendapatkan air
bersih.

berita

Dilansir dari beberapa berita kabar yang saya temui, nampaknya krisis air ini terjadi
akibat pariwisata, karena pembangunan besar-besaran tidak terkontrol dan menutup
akses lahan untuk resapan air dan akhirnya penggunaan air tanah tak terkendalikan
untuk memenuhi kebutuhan sehari2. Dilansir dari tribun bali sekitar 70%
penggunaan air tanah untuk kebutuhan pariwisata, pertanian dan kebutuhan primer
lainnya.

Yang lucu disalah satu berita bahwa pemilik akomodasi vila tidak membayar pajak
air tanah, padahal mereka menggunakan air tanah untuk mengoperasikan villa
mereka.

kemudian dilihat dari paradigma sosiologi teori postmodern menurut Baudrillard


menyebutkan perkembangan masyarakat primitive akan bergeser ke masyarakat
massa dan masyarakat konsumtif sejalan dengan budaya industry kapitalis lanjutan
dan seiring dengan mobilitas ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat konsumtif
inilah mereka merasa apa yang ia punya tidak selalu merasa cukup. Contohnya disini,
Ketika saya search digoogle mengenai krisis air tanah di canggu yang keluar malah
informasi penjualan villa ini lah.

Indikasi penggunaan air tanah ini tadi sudah disinggung sedikit, karena alih fungsi
lahan, kemudian banyaknya wisatawan yang perlu di layani akhirnya memaksa
penyedia layanan untuk menggunakan air tanah untuk kebutuhan kita dan mereka,
selain itu setelah wisatawan pulang ke negara asal, mereka meninggalkan limbah
yang perlu di buang ke TPA dan butuh waktu lama lagi untuk menghilangkan limbah
tersebut, kompetisi lahan pertanian dan pariwisata, dimana pertanian perlu pasokan
air untuk bisa menghasilkan padi yang berkualitas, begiitupun sama pariwisata perlu
air untuk menjalankan aktivitasnya. Dan kompetisi untuk mendapatkan air tanah lah
yang terjadi, padalah secara paradoks, bali dikenal akan lanskap subaknya yang
dijadikan sebagai atraksi dari pariwisata, dan yang terakhir karna anomali atau
perubahan iklim, ini disebutkan dari salah satu berita bali post, padahal salah satu
aspek perubahan iklim karna emisi karbon dunia terjadi karena aktivitas pariwisata,
dilihat dari buku pa ardika “kepariwisataan berkelanjutan: rintis jalan lewat
komunitas”dari “climate change and tourism: responding to global challenges;
pernyataan UNEP dan UNWTO” mungkin kalian sudah baca juga, 5% emisi karbon
keluar akibat kepariwisataan secara global, 3,5% dari sektor akomodasi, 20% aktivitas
wisata, dan 40% berasal daari transportasi udara.

Lebih lengkapnyaa

Secara umum masih ada anggapan bahwa usaha kepariwisataan adalah usaha yang
bersih, namun kenyataannya kepariwisataan itu adalah sebuah industri yang juga
melibatkan banyak elemen pendukung
Industri kepariwisataan membutuhkan sumber daya alam dan infrastruktur
pendukung serta menghasilkan limbah. Dalam konteks bentang alam/keruangan,
kedatangan wisatawan baik melalui darat, laut maupun udara telah mengkonsumsi
sumber daya alam (lahan, bahan bakar, sarana untuk terminal, pelabuhan maupun
bandara semuanya perlu lahan). Selain itu, penginapan, sarana makan dan minum
(restaurant), transport dan jalan, air bersih, listrik dan telekomunikasi yang
kesemuanya itu membutuhkan bentang lahan yang sangat luas.

Industri kepariwisataan memberikan dampak ikutan yang sangat luas atas


pemakaian sumberdaya. Sebagai pemakai sumber daya alam yang rakus, industri
pariwisata terbukti memberikan imbas pemakaian sumberdaya untuk kebutuhan lain
yang terkait seperti pembuatan hotel berbintang, taman hiburan, lapangan golf, dan
lain-lain yang semua itu cenderung memakai lahan dan butuh sumberdaya air yang
berlebihan

Industri kepariwisataan tergolong industri yang sangat rentan. Sebagai industri yang
sangat tergantung pada sumberdaya alam dan untuk menjaga kelangsungan
hidupnya, maka usaha ini harus berkompetisi untuk mendapatkan sumberdaya yang
langka dan terbatas. ini sangat terlihat pada kompetisi pemakaian sumberdaya lahan
dan air dengan sektor pertanian.

Pendapatan dari industri kepariwisataan tergantung pada jumlah kedatangan


wisatawan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pendapatan dari industri pariwisata
Bali adalah lebih besar mengundang konsumen/wisatawan dibandingkan dari hasil
ekspor suatu produk. Konsekuensi benturan budaya, kompetisi ruang kerja dan
kepadatan penduduk menjadi beban pulau ini. Lebih-lebih dengan agenda pasar
bebas, membuka kemungkinan orang asing untuk bekerja di Bali. Kondisi ini
menjadikan mereka bukan membuang uangnya di Bali, namun malah menjadi
pesaing utama pengusaha lokal baik dari segi ekspor maupun industri jasa yang
terkait dengan industri kepariwisataan.

Pariwisata adalah industri hiburan dan didominasi oleh pihak swasta. Industri
kepariwisataan adalah dunia hiburan/ entertainment/image dan meliputi aneka jenis
usaha yang didominasi oleh industri sektor swasta, sehingga kata investor menjadi
tidak pernah lepas bila kita menyebut kata pariwisata. Mata rantai pasarnya sangat
panjang, sehingga sangat sulit mengontrol dan monitoringnya.

Kalua tadi gambaran secara luas, agar terlihat ilmiah saya memakai tiga jurnal untuk
mendukung materi ini, yaitu ada desa canggu, desa Kerobokan dan desa lembongan.
Desa canggu terkenal dengan ombak yang dijadikan sarana olahraga surfing dengan
lanskap pedesaaan terlbih berdirinya deus ex machina membuat desa canggu
semakin terkenal, kemudia dilansir cnn bahwa pantai di canggu merupakan salah
satu pantai terbaik di dunia, sama dengan desa Kerobokan yang memiliki lahan subak
yang indah dan potensial dijadikan sebagai atraksi pariwisata. Seiring waktu karna
harga tanah semakin tinggi menggerakan masyarakat untuk menjual asset mereka
dijadikan sebagai lahan pembangunan pariwisata, pemenuhan kebutuhan wisatawan
untuk tinggal juga mengakibatkan alih fungi lahan itu tadi. Berbeda dengan desa
lembongan dengan dikenal mata pencarian sbeagai nelayan juga mengalami masalah,
tergerusnya lahan yang dijadikan resort menggangu aktivitas nelayan, serta
mengganggu ekosistem biodiversitas laut, pembuangan limbah yang merusak koral,
dan rumput laut sebagai salah satu sumber mata pencarian nelayan disana.

Sebenarnya masih banyak jurnal terkait masalah ini, tapi saya rasa telah mewakili
gambaran beesar terkait masalah lingkungan dan menjadi perhatian penting sejalan
dengan mencari solusi agar mengcegah dari terganggunya sistem sosial, budaya dan
tentunya lingkungan.

Kemudian saya tidak sempat memasukan dua solusi, yaitu

Dari sisi regulasi, juga perlu banyak diatur ulang agar tak tumpang tindih.
Pengelolaan air tanah ini dasarnya UU No.17/2019 tentang Sumber Daya Air (SDA).
Turunannya PP No.121/2015 tentang Pengusahaan SDA, dan Pergub Bali No.5/2016
tentang Perizinan Air Tanah. UU ini mengatur air permukaan, air tanah, dan air
hujan, namun regulasi ini belum ditetapkan peraturan pelaksanaan (masih mengacu
PP 121/2015). Ini berhubungan dengan pengusaha di bidang pariwisata dalam
Pengelolaan air tanah berbasis CAT dan ada Izin Pengusahaan Sumber Daya Air.

Dilansir dari vice

Indonesia Development of Education in Permaculture

IDEP, lembaga swadaya, menyampaikan bahwa salah satu solusi yaitu membuat
sebuah sistem “sumur isi ulang” dapat mengarahkan hasil hujan digunakan untuk
mengisi pasokan air pulau tersebut. Sistem ini memakan biaya hingga US$1 juta—
memang mahal tapi lebih kecil dibandingkan biaya yang dibutuhkan untuk
membangun hotel-hotel ini. Tetap saja, harus ada pergerakan oleh pemerintah atau
industri wisata untuk memulai proyek ini.

Selanjutnya yang terakhir

Pembangunan dua bendungan yakni bendungan tamblang dan bendungan sidan.


Dengan dana sekitar 2,6 triliun yang bersumber dari anggaran kementrian pekerjaan
umum dan perumahan rakyat (PUPR). Dilansir dari detik bali, Koster menilai bahwa
Bali saat ini sudah menghadapi krisis air bersih. Oleh karena itu, ia ingin memastikan
ketersediaan air permukaan, bukan saja untuk kebutuhan domestik, tetapi juga demi
kebutuhan wisatawan. Nantinya, kata Koster, Bendungan Tamblang dan Bendungan
Sidan dapat mensuplai air ke berbagai wilayah di Bali, termasuk Kota Denpasar dan
Kabupaten Badung. Dengan begitu, air tak perlu lagi berasal dari bawah tanah.

Anda mungkin juga menyukai