Anda di halaman 1dari 3

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alami yang melimpah dan juga keindahan

yang tiada tara. Bahkan, keindahan Tanah Air kita ini menginspirasi salah satu penyair terkemuka
yang pernah mengutarakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa seakan-akan tersenyum saat
menciptakan Indonesia. Begitu luar biasa Tanah Air kita ini, baik di mata penduduknya dan di
mata sisa penduduk dunia.
Maka dari itu tidaklah heran ketika negara kita ini menjadi salah satu destinasi wisata yang amat
digemari oleh penduduk dunia. Mulai dari keindahan pulau-pulau tropis seperti Bali dan Lombok,
sampai ke puncak gunung-gunung yang megah seperti Rinjani dan Semeru, terdapat banyak sekali
titik-titik wisata di negara kita yang indah ini. Tentunya hal ini membawa berkah yang besar bagi
negara kita, dengan banyaknya wisatawan yang datang dapat meningkatkan masukan laba bagi
pemerintah dan tentunya juga bagi penduduk Indonesia. Akan tetapi, tingginya angka wisatawan
yang datang ke Indonesia juga membawa kerugian tersendiri.
Salah satu contohnya adalah terbengkalainya tempat-tempat kawasan lindung sebab tindakan yang
tidak bertanggung jawab baik oleh wisatawan asing atau oknum perusahaan yang ingin menambah
masukan laba dengan cara pembangunan tanpa izin di ekosistem yang seharusnya diproteksi oleh
pemerintah Indonesia. Kasus yang paling nyata terjadi di kawasan wisata Bogor-Puncak-Cianjur
di provinsi Jawa Barat, atau yang lebih sering disebut kawasan Bopunjur, dimana sejak masa silam,
kawasan pegunungan Bopuncur telah dikenal mempunyai peranan penting bagi kawasan
konservasi.
Misalnya, sejak tahun 1889 di daerah Cibodas telah dibangun Kebun Raya Cibodas. Kawasan
tersebut telah dijadikan tempat koleksi aneka ragam flora pegunungan dan bagian atasnya
merupakan hutan lindung. Sementara itu, di kawasan hutan Puncak, di atas perkebunan teh, juga
ditetapkan sebagai Cagar Alam Talagawarna. Kawasan Bopuncur mempunyai arti yang sangat
penting bagi perlindungan sistem hidrologi di bagian hilir Bopuncur, termasuk DKI Jakarta.
Namun, karena maraknya kegiatan pariwisata, kondisi lingkungan pegunungan Bopuncur
mengalami kerusakan parah.
Perihal kerusakan ini memiliki dampak yang sangat penting bagi penduduk daerah Bogor-Puncak-
Cianjur dan juga memiliki imbas yang besar bagi penduduk DKI Jakarta. Sebab, dari daerah
Bopunjur ini terdapat dua sungai utama, yaitu sungai Ciliwung dan sungai Cikundul. Sungai
Ciliwung dengan 12 anak sungainya memiliki daerah hulu di kawasan Puncak, Bogor, dan
mengalir melintasi kawasan Jakarta dan bermuara di teluk Jakarta. Sementara itu, Sungai Cikundul
mengalir dari kawasan Puncak, Cianjur, masuk ke Sungai Citarum dan mengisi Waduk Cirata.
Apabila terjadi ketidakseimbangan lingkungan pada ekosistem suaka perlindungan Bopunjur,
maka dampaknya pasti akan sampai ke DKI Jakarta serta imbasnya juga akan sampai ke
penduduknya. Contoh nyatanya adalah seperti banjir kiriman dan banjir bandang yang dapat terjadi
sebab kerusakan yang terjadi di daerah ekosistem Bopunjur tersebut.
Maka dari itu, pembahasan dalam essay yang saya tulis ini memiliki tujuan untuk menganalisis
hubungan antara perilaku manusia, khususnya para wisatawan, baik lokal maupun asing, dengan
kondisi kesehatan lingkungan di kawasan wisata Bopunjur di daerah Jawa Barat, serta dampaknya
bagi Penduduk DKI Jakarta dan sekitarnya.
Kawasan Bopunjur memiliki banyak sekali aneka ragam objek wisata, mulai dari Kebun Raya dan
Taman Nasional Gunung Pangrango Cibodas, Cagar Alam Talagawarna tempat dimana para
wisatawan dapat menikmati pengalaman pengamatan burung atau bird watching, juga terdapat
hamparan kebun teh yang indah untuk wisata jalan kaki atau tea walk, sampai Taman Bunga
Cibodas, dimana dapat ditemukan berbagai jenis flora yang langka, dan tentunya Taman Safari
Cisarua.
Karena itu, tak heran apabila kawasan Bopuncur menjadi obyek wisata yang banyak dikunjungi
para turis. Kawasan Bopunjur setiap tahunnya dikunjungi oleh kurang lebih 1,2 sampai 1,7 juta
wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Tingginya jumlah para wisatawan yang berkunjung
tersebut memicu pembangunan berbagai fasilitas penunjang yang dapat dikatakan berlebihan,
tanpa memedulikan aspek kesehatan lingkungan dan melanggar kaidah-kaidah keseimbangan
ekosistem, sehingga mengakibatkan timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti munculnya
bencana alam.
Contoh nyatanya adalah di daerah Puncak, khususnya di Kecamatan Cisarua, Jawa Barat, terdapat
banyak sekali villa, hotel, bungalow, guest house, restoran, dan tempat hiburan yang telah dan
masih akan dibangun. Semua bangunan tersebut tersebar di sepanjang Jalan Raya Puncak, hingga
jauh di daerah-daerah terpencil di bukit-bukit gunung terjal. Bahkan, berkembangnya kawasan
Puncak tersebut telah menarik perhatian para investor dan pejabat untuk meningkatkan
pembangunan yang ada sehingga tingkat kerusakan lingkungan yang ada juga semakin
mencemaskan.
Data Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) menyebutkan, dalam kurun waktu delapan
tahun terakhir telah terjadi perubahan fungsi lahan di kawasan lindung Kecamatan Cisarua secara
signifikan, yakni sekitar 74%. Ditahun 2000, dimana luas kawasan lindung masih terdapat sekitar
4,918 ha, kini hanya tersisa 1.265 ha. Sementara daerah pemukiman bertambah 44%.
Maka dari itu, pembangunan liar yang tidak mengacuhkan kaidah-kaidah kesehatan lingkungan
ini harus segera ditertibkan dan dihentikan. Salah satu cara yang paling jitu adalah apabila
Pemerintah turun tangan. Pihak pemerintah sebenarnya sudah memberikan tata cara dan pedoman
dasar untuk pembangunan di tempat-tempat wisata dengan dibuatnya Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Tetapi, aspek kesehatan lingkungan
yang terdapat di dalam Undang-Undang tersebut kurang dijelaskan secara rinci dan masih disebut
secara tersirat. Maka dari itu Undang-Undang yang baru harus segera dibuat.
Peraturan yang baru tersebut harus memberikan sanksi yang tegas terhadap aktivitas pembangunan
liar di daerah Bopunjur ini dan harus diperhatikan dan diawasi oleh pihak yang bertanggungjawab,
agar pembangunan liar yang dapat mengakibatkan bencana alam ini dapat berhenti secara
permanen.
Tanpa dipungkiri, pariwisata memang merupakan daya tarik utama bagi negara kita, dan juga salah
satu pendapatan laba terbesar bagi negara kita. Akan tetapi, apabila kita tidak melestarikan dan
bahkan menghiraukan kaidah-kaidah kesehatan lingkingan dan ekologis dalam menunjang
pariwisata di Indonesia, justru keindahan alam yang ada akan hancur dan rusak sehingga
keindahan alam pemberian Allah swt. tersebut malah akan membawa malapetaka, bukannya
keberuntungan.
Maka dari itu, diperlukan peran yang besar serta keaktifan dimana Pemerintah, baik pusat dan
daerah, juga pihak masyarakat turut serta turun tangan dalam menjaga jalannya proses
pembangunan di daerah wisata, agar pembangunan tersebut tetap mengikuti peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah dan tidak melanggar kaidah-kaidah kesehatan lingkungan. Juga perlunya
pengawasan yang ketat dan sanksi yang tegas terhadap para investor dan pejabat yang telah
menetapkan jalannya pembangunan di daerah wisata tersebut, khususnya di daerah Bopunjur.

Anda mungkin juga menyukai