Disusun Oleh :
Kelompok Ringgit :
Jacob Tasuib (225027020)
Cristoporus Esandra Murta Kurniawan (225027207)
Esmerald Skolastika Jeanne D.Ximenes (225027014)
Lucia Rahayu Christianti Lepan Geroda (225026920)
dimana B adalah nilai pasar dari hutang dan S adalah nilai pasar dari ekuitas. Gambar menyajikan dua
kemungkinan cara mengiris pai ini antara stok dan utang: 40 persen – 60 persen dan 60 persen – 40 persen.
Jika tujuan manajemen perusahaan adalah membuat perusahaan itu berharga, maka perusahaan harus
memilih rasio utang-ekuitas yang membuat kue itu — nilai total — sebesar mungkin. Diskusi ini
menimbulkan dua pertanyaan penting:
1. Mengapa pemegang saham dalam perusahaan harus memaksimalkan nilai seluruh
perusahaan?
2. Berapa rasio hutang terhadap ekuitas yang memaksimalkan kepentingan pemegang
saham?
Mari kita periksa masing-masing dari dua pertanyaan itu secara bergiliran.
16.2 Maximizing Firm Value versus Maximizing Stockholder Interests
Jelas, J. J. Sprint harus meminjam $ 500 jika mengharapkan Outcome I. Pertanyaan krusial
dalam menentukan struktur modal suatu perusahaan, tentu saja, yang hasilnya mungkin akan
terjadi. Namun, contoh ini tidak memberi tahu kita mana dari ketiga hasil yang paling mungkin
terjadi. Jadi itu tidak memberi tahu kita apakah utang harus ditambahkan ke struktur modal J. J.
Sprint. Dengan kata lain, itu tidak menjawab pertanyaan (2) dalam Bagian 16.1. Pertanyaan kedua
ini akan dibahas di bagian selanjutnya.
Trans Am Corporation saat ini tidak memiliki hutang dalam struktur modalnya. Perusahaan
sedang mempertimbangkan menerbitkan utang untuk membeli kembali sebagian dari ekuitasnya.
Struktur modal saat ini dan yang diusulkan disajikan pada Tabel 16.1. Aset perusahaan adalah $
8.000. Ada 400 saham dari semua perusahaan ekuitas, menyiratkan nilai pasar per saham sebesar
$ 20. Masalah utang yang diusulkan adalah $ 4.000, meninggalkan $ 4.000 dalam ekuitas. Tingkat
bunga 10 persen.
Pengaruh kondisi ekonomi terhadap laba per saham ditunjukkan pada Tabel 16.2 untuk
struktur modal saat ini (semua ekuitas). Pertimbangkan dulu kolom tengah di mana penghasilan
diharapkan menjadi $ 1.200. Karena asetnya $ 8.000, laba atas aset (ROA) adalah 15 persen (= $
1.200 / $ 8.000). Aset setara dengan ekuitas untuk perusahaan semua ekuitas ini, jadi return on
equity (ROE) juga 15 persen. Penghasilan per saham (EPS) adalah $ 3,00 (= $ 1.200 / 400).
Perhitungan serupa menghasilkan EPS $ 1,00 dan $ 5,00 dalam kasus-kasus resesi dan ekspansi,
masing-masing.
Kasus leverage disajikan pada Tabel 16.3. ROA dalam tiga negara ekonomi identik dalam
Tabel 16.2 dan 16.3 karena rasio ini dihitung sebelum bunga dipertimbangkan. Hutang sebesar $
4.000 di sini, jadi bunganya adalah $ 400 (= .10 x $ 4.000). Jadi penghasilan setelah bunga adalah
$ 800 (= $ 1.200 - $ 400) di tengah (yang diharapkan). Karena ekuitas adalah $ 4.000, ROE adalah
20 persen (= $ 800 / $ 4.000). Penghasilan per saham adalah $ 4,00 (= $ 800/200). Perhitungan
serupa menghasilkan pendapatan $ 0 dan $ 8,00 untuk resesi dan ekspansi, masing- masing.
16.5 Modigliani and Miller: Proposition II
Modigliani dan Miller (MM atau M & M) memiliki argumen yang meyakinkan bahwa
perusahaan tidak dapat mengubah nilai total sekuritasnya yang luar biasa dengan mengubah
proporsi struktur modalnya. Dengan kata lain, nilai perusahaan selalu sama di bawah struktur
modal yang berbeda. Dengan kata lain, tidak ada struktur modal yang lebih baik atau lebih buruk
daripada struktur modal lainnya bagi pemegang saham perusahaan. Hasil yang agak pesimis ini
adalah Proposisi MM yang terkenal.
Karena ekuitas leverage memiliki risiko yang lebih besar, ia harus memiliki pengembalian
yang diharapkan lebih besar sebagai kompensasi. Dalam contoh kita, pasar hanya membutuhkan
15 persen pengembalian yang diharapkan untuk ekuitas yang tidak ditimbang, tetapi
membutuhkan 20 persen pengembalian yang diharapkan untuk ekuitas yang ditimbang.
Jenis penalaran ini memungkinkan kita untuk mengembangkan Proposisi MM II. Di sini
MM berpendapat bahwa pengembalian yang diharapkan pada ekuitas terkait secara positif dengan
leverage karena risiko terhadap pemegang saham meningkat dengan leverage.
Untuk mengembangkan posisi ini ingat bahwa biaya modal rata-rata tertimbangperusahaan,
RWACC, dapat ditulis sebagai:
Persamaan 16.2 cukup intuitif. Ia hanya mengatakan bahwa biaya modal rata-rata tertimbang
perusahaan adalah rata-rata tertimbang dari biaya utang dan biaya ekuitasnya. Bobot yang
diterapkan pada utang adalah proporsi utang dalam struktur modal, dan bobot yang diterapkan
pada ekuitas adalah proporsi ekuitas dalam struktur modal. Perhitungan RWACC dari Persamaan
16.2 untuk kedua perusahaan yang tidak ditimbang dan diungkit disajikan pada Tabel16.5.
Implikasi dari MM Proposition I adalah bahwa RWACC adalah konstanta untuk perusahaan
tertentu, terlepas dari struktur modal. Misalnya, Tabel 16.5 menunjukkan bahwa RWACC untuk
Trans Am adalah 15 persen, dengan atau tanpa pengaruh.
16.6 Taxes
PRESENT VALUE OF THE TAX SHIELD
Diskusi sebelumnya menunjukkan keuntungan pajak terhadap utang atau, ekuivalen,
kerugian pajak terhadap ekuitas. Kami sekarang ingin menghargai keuntungan ini. Bunga dolar
adalah:
Bunga ini adalah $ 400.000 (=10 persen x $ 4.000.000) untuk Produk Air. Semua bunga ini
dikurangkan dari pajak. Artinya, apa pun penghasilan kena pajak dari Produk Air akan tanpa utang,
penghasilan kena pajak sekarang $ 400.000 lebih sedikit dengan utang.
Karena tarif pajak perusahaan adalah 0,35 dalam contoh kita, pengurangan pajak perusahaan
adalah $ 140.000 (= .35 x $ 400.000). Angka ini identik dengan pengurangan pajak perusahaan
yang dihitung sebelumnya.
Artinya, apa pun pajak yang akan dibayar perusahaan setiap tahun tanpa utang, perusahaan
akan membayar tC RB B lebih sedikit dengan utang B. Persamaan 16.4 sering disebut perisai pajak
dari utang. Perhatikan bahwa itu adalah jumlah tahunan.
Selama perusahaan mengharapkan untuk berada dalam kelompok pajak positif, kita dapat
mengasumsikan bahwa arus kas dalam Persamaan 16,4 memiliki risiko yang sama dengan bunga
atas utang. Dengan demikian nilainya dapat ditentukan dengan mendiskon pada biaya utang, RB.
Dengan asumsi bahwa arus kas adalah abadi, nilai sekarang dari perisai pajak adalah:
VALUE OF THE LEVERED FIRM
Kami baru saja menghitung nilai sekarang dari perisai pajak dari utang. Langkah selanjutnya
adalah menghitung nilai perusahaan yang diungkit. Arus kas tahunan setelah pajak dari firma
yang tak tergoyahkan adalah:
di mana EBIT adalah penghasilan sebelum bunga dan pajak. Nilai dari perusahaan yang
tidak dilawan (yaitu, perusahaan tanpa utang) adalah nilai sekarang dari
Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, leverage meningkatkan nilai perusahaan oleh perisai
pajak, yaitu tC B untuk utang abadi. Jadi kita hanya menambahkan perisai pajak ini ke nilai
perusahaan yang tidak dilawan untuk mendapatkan nilai perusahaan yang diungkit.
Persamaan 16.5 adalah Proposisi MM I di bawah pajak perusahaan. Istilah pertama dalam
Persamaan 16.5 adalah nilai arus kas perusahaan tanpa perisai pajak utang. Dengan kata lain,
istilah ini sama dengan VU, nilai dari semua perusahaan ekuitas. Nilai dari firma yang diungkit
adalah nilai dari sebuah perusahaan semua-ekuitas ditambah tC B, tarif pajak kali nilai dari hutang.
tC B adalah nilai sekarang dari perisai pajak dalam kasus arus kas abadi. Karena perisai pajak
meningkat dengan jumlah utang, perusahaan dapat meningkatkan arus kas total dan nilainya
dengan mengganti utang untuk ekuitas.
Perhatikan bahwa biaya modal utang, BPR, dikalikan dengan (1 - tC) karena bunga
dikurangkan dari pajak pada tingkat perusahaan. Namun, biaya ekuitas, RS, tidak dikalikan
dengan faktor ini karena dividen tidak dapat dikurangkan. Dalam kasus tanpa pajak,
RWACC tidakterpengaruh oleh leverage.
Divided Airlines telah mengurangi RWACC nya dari 0,20 (tanpa utang) menjadi
0,1754 dengan ketergantungan pada utang. Hasil ini secara intuitif menyenangkan karena
menunjukkan bahwa ketika perusahaan menurunkan RWACC, nilai perusahaan akan
meningkat. Dengan menggunakan pendekatan RWACC, kami dapat mengkonfirmasi bahwa
nilai Divided Airlines adalah $ 570:
CHAPTER 17 :
CAPITAL STRUCTURE : Limits to the use of Debt
Dalam teori Modigliani – Miller (MM), tanpa adanya pajak, maka value dari Perusahaan
yg punya hutang akan sama dengan tanpa hutang. Maka, debt-equity ratio tidak penting. Pada
chapter sebelumnya kita memahami bahwa untuk meningkatkan value dari suatu Perusahaan
maka lebih baik memiliki hutang (Leveraged) daripada tidak memiliki hutang sama sekali.
Namun sebaliknya dengan adanya teori hutang usaha, value Perusahaan akan meningkat seiring
dengan adanya Hutang tersebut. Terkadang Perusahaan dipaksa untuk mencapai debt-to-value
ratio yg mendekati dengan 100%. Namun berapa sih tingkat optimalnya ?Kita harus paham
dengan keberadaan Bankruptcy Cost, dan biaya ini juga akan meningkat seiring dengan hutang,
walaupun akan meminimalkan kewajiban pajak dalam Perusahaan.
Agency Cost : Saat perusahaan punya hutang, tentunya stockholder’s tidak memiliki
prioritas lagi. Strategi akan di susun oleh Stockholder’s dalam bentuk Agency Cost, untuk
menekan pendapatan pemegang surat hutang (bondholder’s) antara lain :
a) Selfish Investment Strategy 1 : Incentive to Take Large Risks
Cash Flow untuk perusahaan akan dibandingkan antara high – risk & low – risk project.
Disini, Stockholder akan memilih dengan High Risk dibandingkan Low Risk walaupun
NPV nya lebih tinggi untuk Low Risk ($ 150 vs $ 145).
b) Selfish Investment Strategy 2 : Incentive toward Underinvestments
c) Selfish Investment Strategy 3 : Milking the Property Membayar extra dividend ataupun
kebijakan lainnya yg terkait dengan hak pemilik saham. Bahwa disini dividend akan
dibayarkan kepada stockholder.
➢ Summary :
Pemilihan strategy akan diupayakan semaksimal mungkin untuk memilih evaluasi yg
lebih menguntungkan stockholder. Strategy investment yang digunakan adalah untuk
meminimalkan value dari Hutang, walaupun sebenarnya para Bondholder akan
menambahkan tingkat suku bunga hutang dengan pilihan Selfish Investment Strategy.
Kurva meningkat dari Perusahaan yang tanpa hutang, kemudian ekuity bertambah sedikit
demi sedikit seiring dengan adanya hutang. PV dari hutang pun bertambah, sedangkan RWACC
pada titik yg optimal itu tadi juga akan meningkat perlahan seiring dengan kondisi value yg
menurun (gambar di kiri). Dalam teorinya, Capital Structure dapat di trade off dengan tax
benefits dari hutang dan cost of Financial Distress. Teorinya disebut dengan Trade Off or the
Static Trade Off Theory of Capital Structure.
• 17.4.1 Pie
Marketable Claim : dijual untuk tetap memiliki nilai, di pasar saham/pasar bebas Non
Marketable Claim : tidak dijual di pasar bebas.
17.5 Signaling
Inti dari pemikirannya adalah bagaimana trade-off terjadi antara tax subsidy & financial
distress cost. Perusahaan kecil tidak akan mengambil resiko dengan hutang yg besar. Karena
dengan hutang yg besar akan membenai tingkat perputaran uang perusahaan yang dapat
mengakibatkan pada Distress Cost. Bila perusahaan merasa akan memperoleh keuntungan
yg lebih besar maka akan mengambil tingkat hutang yg lebih besar untuk menaikkan equity.
Maka, kadang investor melihat hutang sebagai tanda dari kenaikan value perusahaannya.
Apakah ada keuntungan dari pengambilan hutang tanpa biaya, dengan catatan Perusahaan
akan berhutang sebanyak2nya? Tentunya iya. Bila hutang tinggi namun estimasi keuntungan
tidak akan setinggi itu, tentunya harga saham / nilai Perusahaan akan jatuh. Kenapa
demikian? Karena hutang Perusahaan sudah mencapai level yg optimum. Dan pada titik ini
juga marginal benefitnya sudah lebih kecil daripada marginal cost yg harus di bayarkan.
Sebaliknya, bila hutang tinggi namun estimasi penjualan akan baik, maka harga saham
Perusahaan akan naik.
• 17.6.1 Effect of Agency Cost on Debt Equity Financing ≫ dengan hutang maka :
a) ada tax shield
b) pengurangan dalam biaya agency cost equity
c) dikurangi dengan biaya financial distress