Anda di halaman 1dari 4

TUGAS IKTIOLOGI

KELOMPOK 2:
1. Talitha Safa Widyadhana (L1B022075)
2. Angelita Maylaffayza (L1B022079)
3. Wardani Dyah Puspita Sari (L1B022085)
4. Muhammad Rafi Hidayat (L1B022086)
5. Syahda Adellia Utami (L1B022087)
6. Salman Shalahuddin (L1B022100)
7. Hediansyah Satria Negara (L1B022112)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU


KELAUTAN UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN PURWOKERTO
2023
II. PENDAHULUAN
Ikan membutuhkan oksigen untuk proses penguraian makanan dalam tubuhnya dan
kesemua komponen. Proses metabolisme membutuhkan oksigen, oleh karena itu proses
masuknya oksigen dengan cara difusi kedalam tubuh ikan melewati organ insang dan
keluarnya CO2 ke lingkungan perairan bebas diluar tubuh ikan disebut dengan pernapasan
(Sahetapy, 2013). Insang merupakan organ respirasi utama pada ikan, bekerja dengan
mekanisme difusi permukaan dari gas-gas respirasi (oksigen dan karbondioksida) antara
darah dan air. Salah satu alat tambahan pernapasan pada ikan adalah labirin. Labirin adalah
alat pernapasan tambahan pada ikan berupa lipatan-lipatan epitelium pernapasan. Labirin
terletak pada suatu rongga di belakang atau di atas insang. Ikan yang mempunyai labirin
mampu hidup di perairan yang miskin oksigen terlarut, asalkan permukaan perairan terdapat
udara bebas (Pertiwi, 2017).

III. PEMBAHASAN
Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan (accesory breathing organ) berupa kulit
tipis menyerupai spons. Alat pernapasan tambahan ini dapat membantu ikan lele untuk
memanfaatkan oksigen yang berada di udara secara langsung. Hal ini yang menyebabkan
ikan lele mampu bertahan hidup pada perairan dengan kandungan oksigen rendah dan
menjadikan ikan lele sebagai salah satu komoditi utama budidaya terutama di daerah yang
sulit mendapatkan air bersih.

Ikan lele memiliki alat pernapasan berupa insang serta labirin sebagai alat pernapasan
tambahannya. Sistem pernapasan pada ikan lele terletak di kepala bagian belakang. Insang
pada ikan merupakan bagian penting dalam pertukaran gas. Insang terbentuk dari
lengkungan tulang rawan yang mengeras dengan sebagian filamen insang di dalamnya. Tiap-
tiap filamen insang terdiri atas banyak lamela yang merupakan tempat pertukaran gas. Bentuk
alat pernafasan tambahan (labirin) ikan lele seperti rimbunan dedaunan. Labirin berwarna
kemerahan yang berlokasi di bagian atas lengkung insang kedua dan keempat. Fungsi labirin
ini mengambil oksigen dari atas permukaan air sehingga bisa mengambil oksigen secara
langsung dari udara. Dengan alat pernapasan tambahan ini, ikan lele mampu bertahan hidup
dalam keadaan oksigen (O2) yang minim.
Terletak pada kepala ikan lele dumbo bagian atas dan bawah tertutup oleh tulang pelat.
Tulang pelat ini membentuk ruangan rongga di atas insang. Pada tulang pelat ini terdapat alat
pernapasan tambahan yaitu arborescent yang merupakan kulit tipis yang tergabung dengan
busur insang.
Ikan lele memiliki patil serta memiliki alat pernapasan tambahan (accesory breathing
organ) berupa kulit tipis menyerupai spons, yang dengan alat pernapasan tambahan ini lele
dapat hidup pada air dengan kadar oksigen rendah.

Ikan lele dumbo tidak pernah ditemui di peraian asin. Namun ikan lele dumbo sering
dijumpai di perairan tawar yang arusnya perlahan, seperti di rawa, telaga, waduk, danau, dan
genangan air tawar lainnya. Lele dumbo memang lebih menyukai air yang arusnya secara
perlahan atau lambat (Santoso, 1994). Ikan lele dumbo ini memiliki kebiasaan, ia membuat
lubang pada tepi sungai ataupun kolam (Suyanto, 2006).

Ikan lele dumbo ini yang berasal dari Afrika memiliki toleransi pada suhu air yang
cukup tinggi yang berkisar diantara 20-35 derajat C, ikan lele juga ternyata dapat hidup di
kondisi lingkungan yang perairannya kurang baik. Kondisi air dengan kandungan oksigen
yang minim tetap dapat dihidupi oleh lele dumbo. Hal ini disebabkan ikan lele dumbo memiliki
alat pernapasan tambahan (Santoso, 1994). Menurut Narijayati (2007) dalam Ratnasari 2011,
kondisi yang ideal bagi ikan Lele dumbo berada di peraian yang pH nya berkisar 6,5-9.

IV. KESIMPULAN
Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan berupa kulit tipis menyerupai spons. Alat
pernapasan tambahan ini dapat membantu ikan lele untuk memanfaatkan oksigen yang
berada di udara secara langsung. Hal ini yang menyebabkan ikan lele mampu bertahan hidup
pada perairan dengan kandungan oksigen rendah. Alat pernapasan ini terletak pada kepala
ikan lele dumbo bagian atas dan bawah tertutup oleh tulang pelat. Pada tulang pelat ini
terdapat alat pernapasan tambahan yaitu arborescent yang merupakan kulit tipis yang
tergabung dengan busur insang Ikan lele memiliki patil serta memiliki alat pernapasan
tambahan (accesory breathing organ) berupa kulit tipis menyerupai spons, yang dengan alat
pernapasan tambahan ini lele dapat hidup pada air dengan kadar oksigen rendah. Kondisi air
dengan kandungan oksigen yang minim tetap dapat dihidupi oleh lele dumbo.
V. DAFTAR PUSTAKA
Fuadi, A., Sami, M., Usman, U., & Saifuddin, S. (2020). Teknologi Tepat Guna Budidaya Ikan
Lele Dalam Kolam Terpal Metode Bioflok Dilengakapi Aerasi Nano Buble Oksigen.
Jurnal Vokasi, 4(1), 39-45.
Pertiwi, S. L., Zainuddin, Z., & Rahmi, E. (2017). GAMBARAN HISTOLOGI SISTEM RESPIRASI IKAN
GABUS (Channa striata)(Histological Respiratory System of Snakehead (Channa
striata)). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner, 1(3), 291-298.

Primaningtyas, A.W, et. al. 2015. Performa Produksi Ikan Lele (Clarias gariepinus) yang Dipelihara
Dalam Sistem Budidaya Berbeda. Journal of Aquaculture Management and Technology, 4(4):
51-60.
Ratnasari, 2011. Teknik Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Klarias Gariepinus). Fakultas Perikanan dan
Kelautan, Universitas Airlangga Surabaya.

Sahetapy, Jacqueline M.F. (2013). PENGARUH PERBEDAAN VOLUME AIR TERHADAP TINGKAT
KONSUMSI OKSIGEN IKAN NILA (Oreochromis sp.). Jurnal TRITON, 9(2), 127-130.

Santoso, Budi. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo dan Lokal. Yogyakarta: Kanisius.

Suyanto, R. & Rahman, S. 2007. Budidaya Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya.

Suyanto, Rachmatun. 2006. Budidaya Ikan Lele. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai