Anda di halaman 1dari 23

STRATEGI WISATA LOMPAT BATU NIAS SEBAGAI WISATA OLAHRAGA

PENINGKATAN IMUN DITENGAH PANDEMI COVID-19

Disusun oleh:

NAMA : LASTIARNA PRANINTA BERUTU (200302030)

GROUP/ SEMESESTER : B/IV

MATA KULIAH : METODOLOGI PENELITIAN PARIWISATA

DOSEN PENGAMPU : APRILIANA LASE, M. A

PARIWISATA BUDAYA DAN KEAGAMAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI TARUTUNG

T.A 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Strategi adalah pendekatan yang dilakukan secara menyeluruh yang berkaitan dengan
gagasan, perencanaan dan eksekusi sebuah kegiatan atau aktivitas dalam kurun waktu
tertentu. Didalam strategi yang baik terdapat kerjasama setiap tim, memiliki tema, efisien
dalam setiap rinci pendanaan dan memiliki ide dalam mencapai tujuan dengan maksimal.
Dalam pengembangan segala sesuatu tentu diperlukan strategi dalam setiap perencanaan
dan persiapannya. Demikian juga halnya di bidang pariwisata, diperlukan strategi karena
pariwisata berperan penting pada kemajuan dan pertumbuhan suatu daerah baik dari segi
ekonomi, sosial maupun budayanya. Strategi menjadi jembatan yang memudahkan
pembuatan perencanaan, pelaksanaan dan memudahkan dalam pencapaian segala
tujuannya. Tujuan strategi adalah sebagai sarana evaluasi karena dilakukan untuk
memperbaiki dari setiap kegagalan dan kemudian memperbaruinya. Jadi strategi berperan
mengevaluasi strategi lama dan menggantikannya dengan strategi baru sesuai
perkembangan zaman.

Wisata olahraga dalam industri pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan


dengan melakukan aktivitas atau kegiatan olahraga, baik hanya untuk menarik penonton
olahraga maupun olahragawannya serta ditujukan bagi wisatawan yang
mempraktikkannya sendiri. Wisata olahraga sering juga disebut suatu perjalanan orang-
orang mengunjungi tempat tertentu dalam waktu sementara yang didalamnya terdapat
daya tarik wisata olahraga, baik alam, budaya maupun buatan, bertujuan untuk ikut
berpartisipasi baik secara aktif maupun pasif guna memenuhi kesenangan/kepuasan.

Salah satu wisata olahraga yang perlu dikembangkan adalah Lonpat Batu. Lompat
Batu memiliki ciri khas yang unik dan ini bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi para
wisatawan. Hal ini menjadikan Lompat Batu sebagai salah satu industri wisata yang perlu
dilakukan pengelolaan lebih lanjut agar mampu menarik hati wisatawan asing maupun
lokal. Namun, perlu dilakukan sedikit penggeseran budaya atau tradisi, contohnya
sussunan batu yang dibuat sekitar 2 m, ada baiknya bila dikurangi menjadi 1 meter untuk
wisatawan yang baru mengenal olahraga tersebut.
Pandemi covid-19 adalah wabah yang menular, ketika imun melemah maka akan
semakin besar peluang tertular virus Corona, untuk itu perlu dilakukan pencegahan dengan
berolahraga secara teratur. Aktivitas olahraga yang dilakukan secara teratur dapat
menjadikan manusia merasa hidup menjadi lebih tenang, nyaman dan segar. Hal inilah
yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian pada destinasi wisata Lompat Batu
sebagai wisata olahraga agar berkembang dan mengambil peran mencegah virus
menyebar.

B. Identifikasi masalah
1. Olahraga penting dalam menjaga daya tahan tubuh
2. Pengaruh pandemi pada semangat dalam berolahraga
3. Respon masyarakat apabila dilakukan sedikit pergeseran budayanya
4. Partisipasi aparat pemerintahan dalam pengelolaan destinasi wisata Lompat Batu
5. Peran masyarakat dalam pengelolaan destinasi wisata Lompat Batu

C. Batasan masalah
Banyak hal yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh, salah satunya adalah
wabah covid-19. Berdasarkan identifikasi masalah, penulis memberikan batasan ruang
lingkup dari penelitian yang akan dilakukan. Peneliti hanya membatasi permasalahan
pada pengaruh wisata olahraga Lompat Batu pada peningkatan imun tubuh dimasa
pandemi dan perbandingan wisata olahraga Lompat Batu dengan wisata olahraga
Arung Jeram di Aek Situmandi

D. Rumusan masalah
1. Bagaimana strategi Wisata Lompat Batu berperan sebagai wisata olahraga
peningkatan imun di tengah pandemi Covid-19?
2. Adakah perbedaan Wisata Lompat Batu dengan wisata olahraga lainnya seperti
Arung Jeram di Aek Situmandi Tarutung dimata pengunjung wisata?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian terdahulu

No Judul Penulis, tahun Hasil Metode


penelitian penelitian
1 Strategi Febryansah Hasil penelitian Deskriptif,
pengembangan Bilang Aris menunjukkan bahwa dengan
wisata tradisi Pradana, Asha, strategi yang harus menggunakan
Ojhung Nurul Hidayat, diterapkan dalam metode
berbasis sport Dwi Lorry pengembangan Ojhung pendekatan
tourism di Juniarisca, Ali sebagai sport tourism. kualitatif.
kabupaten Iron (2020). Pertama, strategi
Sumenep”. pengembangan tradisi
Ojhung, melalui
perencanaan Ojhung
sebagai event unggulan
dalam Kalender Event
Sumenep; dan pengadaan
sanggar Ojhung. Kedua,
strategi pengembangan
promosi, melalui promosi
oleh Dinas Kebudayaan
Pariwisata Pemuda dan
Olahraga Kabupaten
Sumenep; kerjasama
dengan Biro Perjalanan
Wisata; dan optimalisasi
Tourist Information Center
(TIC). Ketiga, strategi
pengembangan pariwisata
berkelanjutan, melalui
peningkatan kualitas
lingkungan; peningkatan
kualitas kehidupan sosial
budaya masyarakat lokal;
dan peningkatan
perekonomian untuk
masyarakat. Keempat,
strategi pengembangan
dan Peningkatan kualitas
SDM melalui pelatihan
pengelolaan pariwisata.
2 Pengembangan Bantors Dari hasil observasi Deskriptif,
Lompat Batu Sihombing, ternyata kurang dengan
(Hombo Batu) Juliana Halawa dikembangkan oleh menggunakan
sebagai objek (2021) pemerintah, dan metode
dan daya tarik masyarakat selama ini. pendekatan
wisata di Desa Dalam kawasan ini masih kualitatif.
Bawomataluo belum tersedia fasilitas
Kabupaten yang memadai seperti,
Nias Selatan. minimarket, toilet, alat
transportasi, jalan yang
masih sempit, dan
sebagainya. Serta kendala
berikutnya adalah karena
adanya
konflik kepentingan antara
pemerintah, dan
masyarakat. Setiap
kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah setempat
terdapat agenda
terselubung serta
terindekasi adanya
penyalahgunaan
kekuasaan. Pemerintah
membuat kebijakan tanpa
melibatkan si’ulu maupun
si’ila di desa ini.
Pemerintah melancarkan
kekuasaannya melalui
kedudukan dan
jabatannya. Pemerintah
hanya menjadikan
kawasan objek wisata ini
sebagai area
kekuasaan serta
kepentingan lembaganya.

3 Pemberdayaan Merri Christina Hasil penelitian Deskriptif,


Pemuda Zalukhu, Redilius menunjukkan bahwa dengan
melalui Laia, Anugrah rogram ini berhasil menggunakan
Sanggar Tari Dawolo, Martin memberdayakan pemuda metode
dan Hombo Hia, Yusri Nehe, desa Hilizihono dalam pendekatan
Batu sebagai Arnias Bohalima, melestarikan dan kualitatif
Upaya Tentri Fanny mengembangkan
Pelestarian Giawa, kebudayaan Nias
Budaya di Wirnayanti Selatan. Disarankan agar
Desa Hondro, Maria, kegiatan ini
Hilizihono Intan Giawa, tetap dilanjutkan oleh
Kecamatan Pianus Zai, masyarakat
Fanayama Agustiani Duha khususnya para pengurus
(2021) dan anggota
sanggar.

4 Pergeseran Indah Wijaya Terjadi pergeseran fungsi Metode


fungsi tradisi Lase, Junaidi tradisi Hombo Batu dari deskriptif
Homboobo Indrawadi dan fungsi untuk latihan kualitatif
Batu pada Maria Montessori perang menjadi fungsi
masyarakat (2021) sebagai Icon
Nias Selatan wisata.Pergeseran fungsi
ini terjadi oleh beberapa
faktor yaitu masuknya
missionaris Jerman
membawa agama Kristen
Protestan dan
berkembangnya agama
Kristen Protestan tersebut
pada masyarakat Nias
Selatan, kemajuan
pendidikan nasional
dengan membawa
pentingnya perdamaian,
dan hadirnya wisatawan
menumbuhkan sikap
praktis dan komersial
masyarakat Nias Selatan.
Faktor penyebab
pergeseran fungsi tradisi
Hombo Batu merupakan
pergeseran disebabkan
faktor internal dan
eksternal. Faktor internal
menyangkut tumbuhnya
ide masyarakat Nias
Selatan menjadikan tradisi
Hombo Batu sebagai icon
wisata dengan pendapatan
dan komersialnya. Faktor
eksternal ditemui pada
datangnya missionaris
Jerman, masuk dan
majunya pendidikan
nasional, serta hadirnya
para wisatawan. Selain itu,
proses pergeseran tradisi
Hombo Batu pada
masyarakat Nias Selatan
terjadi secara evolusi.
Pergeseran secara evolusi
maksudnya terjadi
pergeseran fungsi tradisi
Hombo Batu dengan
bertahap dan waktu yang
cukup panjang serta
pergeseran ini tidak terjadi
secara disengaja oleh
aktor-aktor yang dengan
sengaja melakukan seluruh
pergeseran-pergeseran itu.

5 Kajian strategi Zam Zam Berdasarkan hasil Metode


pengembangan Masrurun (2020) penelitian terlihat bahwa analisis data
pariwisata faktor yang menjadi menggunakan
olahraga pendukung pengembangan analisis
paralayang di pariwisata olahraga deskriptif
kabupaten paralayang di Bukit Kekep kualitatif dan
Wonosobo adalah daerah ini SWOT
merupakan salah satu
Kawasan Strategis
Pariwisata Kabupaten
Wonosobo. Sebagai daya
tarik baru, paralayang di
Bukit Kekep menyajikan
atraksi yang berbeda
dibandingkan objek-objek
wisata lain di Kabupaten
Wonosobo. Promosi yang
dilakukan terbilang cukup
bagus melalui media serta
kejuaraan yang
diselenggarakan, serta para
pemangku kepentingan
telah mempunyai rencana
untuk pengembangan
terutama pada segi
pengembangan
insfrastruktur, sedangkan
faktor penghambatnya
adalah pengelola atau
organisasi pegiat
paralayang yang dibuat
untuk menangani
pariwisata olahraga
paralayang saat ini
perananya belum efektif
dan masih sangat
terbatasnya pilot tandem
paralayang, maupun
penggunaan sebagian
lahan hutan lindung untuk
landasan take-off
paralayang menjadi
hambatan dalam
pengembangan. Strategi
yang diterapkan pada
pariwisata olahraga
paralayang di Bukit Kekep
adalah menggunakan
kekuatan untuk mengatasi
ancaman (strategi
diversifikasi) yakni
sebagai berikut :
1. Bekerjasama dalam hal
pengelolaan kawasan
dengan pihak Perhutani
dan membuat/ mendorong
regulasi mengenai
perubahan peruntukan
sebagian lahan hutan
lindung untuk kegiatan
pariwisata olahraga
paralayang di Bukit
Kekep, karena dapat
berdampak penting bagi
masyarakat dan
mempunyai cakupan yang
luas serta bernilai strategis
bagi pengembangan
pariwisata daerah.
2. Penyelenggaraan event
tahunan yang inovatif
dengan memanfaatkan
potensi wisata untuk
menarik kunjungan
wisatawan, sehingga akan
siap dalam menghadapi
persaingan antar objek
wisata.
3. Pengembangan kawasan
pariwisata olahraga
paralayang dilakukan
dengan prinsip
berkelanjutan.
Sumber : Dirangkum oleh Penulis dari berbagai sumber, 2022
Penelitian yang dilakukan oleh penulis memiliki perbedaan pada beberapa
penelitian diatas, yaitu pada teknik analisis data. Pada penelitian Febryansah Gilang
Aris Pradana dkk dan penelitian Zam zam masrun menggunakan analisis SWOT,
sedangkan pada penelitian Indah Wijaya Lase dkk melakukan teknik analisis data
dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Persamaan pada penelitian ini terlihat pada metode yang digunakan yaitu kualitatif.

B. Landasan teori
Teori event tourism
Menurut Getz (1997:4) definisi event adalah sebagai berikut: “Events are
transient, and every event is a unique blending of its duration,
setting,management, and people”. Event adalah fana, tidak abadi, dan setiap
event merupakan suatu campuran unik dari durasi, pengaturan, pengurus dan
orang-orangnya. Dari teori tersebut dapat kita pahami bahwa berhasil tidaknya
event dilihat dari managemennya.
Menurut Getz (1997), definisi dari event tourism adalah sebuah segmen
pasar terdiri dari orang – orang yang melakukan perjalanan untuk menghadiri
event atau yang dapat dimotivasi untuk menghadiri event waktu sedang jauh dari
rumah. Apabila dari persepektif industri pariwisata, event dianggap menjadi
suatu atraksi, katalis, animator, tempat untuk melakukan pemasaran dan tempat
untuk membangun image. Lebih lanjut, Getz (2007) menyatakan bahwa event
tourism sendiri dianggap adalah pertemuan dari dua ilmu yang berbeda, yaitu
ilmu tentang manajemen pariwisata dan ilmu tentang manajemen event. Event
tourism dapat menjadi pasar untuk para pengelola event dan merupakan kondisi
dimana suatu destinasi dapat berkembang melalui event – event yang diadakan di
tempat tersebut (Getz, 2007).
Menurut pendapat Getz (2007) menyatakan event dapat dibedakan menjadi
public event dan private event. Yang termasuk dalam public event adalah:
perayaan budaya, seni atau hiburan, bisnis atau perdagangan, kompetisi olahraga,
pendidikan dan ilmu pengetahuan, rekreasi serta politik atau kenegaraan.
Sedangkan private event meliputi perayaan pribadi seperti peringatan hari jadi
atau anniversary, liburan keluarga, pesta pernikahan, dan pesta ulang tahun, serta
social event seperti pesta-pesta, gala dan acara reuni.
C. Kerangka berpikir
Berdasarkan penelitian yang akan diteliti mengenai strategi wisata
lompat batu Nias sebagai wisata olahraga peningkatan imun ditengah
pandemi, maka dapat disusun konsep kerangka berpikir sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi penelitian
Peneliti melakukan observasi di desa Bawomataluo, Kecamatan Fanayama,
Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, Indonesia. 22865.
B. Participants
Untuk membantu keberhasilan penelitian ini dan guna memperlancar untuk
memperoleh data yang valid, peneliti memerlukan participan. Adapun participan yang
akan saya wawancarai yaitu sebagai berikut;
1) Nama : Frisca Hulu
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 21 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswi

2) Nama : Torowadas
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 30 Tahun
Pekerjaan : Guru

C. Instrumen dalam penelitian


Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan data
penelitian. Adapun dalam penelitian ini menggunakan beberapa data seperti:
1. Lembar wawancara, digunakan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan
2. Tap recording untuk merekam hasil wawancara.

D. Teknik pengumpulan data


Beberapa teknik pengumpulan data digunakan sekaligus dalam penelitian kali ini,
adalah:
1. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam. Sejalan dengan Sugiyono (2010:72) bahwa teknik pengumpulan
data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau
setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau pengetahuan pribadi. Adapun
wawancara dilakukan kepada sampel guru dari masing-masing sekolah. Dengan
adanya wawancara maka pasti adapula daftar pertanyaan sebagai pengumpul data
dalam 10 pertanyaan.
2. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life
histories), ceritera, biografi dan peraturan kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung atau film.
Studi dukumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.
3. Studi literature Yaitu metode pengumpulan data dengan cara mempelajari dan
mengumpulkan data dari buku-buku, artikel, jurnal dan informasi lainnya. Studi
yang di teliti seperti pemahaman tentang komunikasi, serta metode penelitian
yang akan digunakan.

E. Teknik Analisis Data


1. Analisis Model Spradley. Analisis Model Spradley adalah analisis data yang
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan
data dalam priode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis
terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila hasil wawancara belum memuaskan, maka
peneliti akan melakukan pertanyaan lagi. Analisis ini mengumpulkan banyak data
yang nantinya akan diklasifikasikan kedalam beberapa klaster. Analisis ini memiliki
tiga tahap yaitu, analisis domain, analisis taksonomi, dan analisis komponensial. Oleh
karena itu, Teknik penelitian model melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia
orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak
dengan cara yang berbeda. Jadi etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, tetapi
lebih dari itu, belajar dari masyarakat (Spradley, 2007: 3-4).
Berdasarkan pemahaman lebih lanjut terlihat bahwa proses penelitian kualitatif
berawal dari hal yang sangat luas, kemudian memfokus dan meluas lagi. Terdapat
tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif yaitu analisis domain,
taksonomi dan komponensial. Ketiga analisis tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut.
 Analisis Domain Analisis domain pada umumnya dilakukan untuk
memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial
yang diteliti atau objek penelitian. Data diperoleh dari observasi, wawancara,
dan studi dokumen. Hasilnya berupa gambaran umum tentang objek yang
diteliti, yang sebelumnya belum pernah diketahui. Dalam analisis ini informasi
yang diperoleh belum mendalam, masih di permukaan, namun sudah
menemukan domain-domain atau kategori dari situasi sosial yang diteliti.
Melalui lembar kerja tersebut, semua data yang masih sangat luas
dikelompokan kedalam domain sesuai dengan hubungan semantic. Spradley
menyarankan untuk melakukan analisis hubungan semantik antar kategori
yang meliputi 9 tipe. Tipe semantic ini bersifat universal dapat digunakan
untuk berbagai jenis situasi sosial. Kesembilan hubungan semantik adalah:
Jenis (strict inclution), ruang (spatial), Sebab akibat (cause effect), rasional
(rationale), lokasi (location), fungsi (function), cara (means-end), urutan
(sequence) dan atribut (attribution). 2) Analisis Taksonomi Setelah peneliti
melakukan analisis domain, maka ditemukan domain-domain atau kategori
dari situasi sosial tertentu, Selanjutnya domain yang dipilih oleh peneliti dan
selanjunya dipilih sebagai fokus penelitian, perlu diperdalam lagi melalui
pengumpulan data dilapangan. Pengumpulan data dilakukan secara terus
menerus melalui pengamatan, wawancara mendalam dan dokumentasi,
sehingga data yang terkumpul menjadi banyak. Oleh karena itu pada tahap ini
diperlukan analisis lagi yang disebut analisis taksonomi.
 Analisis taksonomi adalah analisis terhadap keseluruhan data yang terkumpul
bedasarkan domain yang telah ditetapkan. Dengan demikian domain yang
telah ditetapkan menjadi cover term oleh peneliti dapat diurai lebih terperinci
dan mendalam melalui analisis taksonomi ini. Setelah Cover Term atau
domain dipilih maka melalui pencarian data lain dan analisis taksonomi akan
ditemukan fokus dari domain yang dipilih dan lebih mengkerucutkan
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian


1. Sejarah umum Desa Bawamataluo
Asal mula terbentuknya Desa Bawamataluo Kecamatan Fanayama Kabupaten
Nias Selatan diiringi dari beberapa peristiwa sejarah yang terjadi pada zaman nenek
moyang dahulu. Menurut sejarah, penduduk Desa Bawomataluo sebagian besarnya
berasal dari Desa Orahili yang merupakan salah satu perkampungan terbesar di Nias
selatan dulunya. Desa Bawomataluo ini dulunya adalah sebuah bukit di dalam hutan
belantara yang tidak diketahui keberadaanya oleh orang banyak. Asal-usul berdirinya
desa Bawomataluo tidak lepas dari kisah penjajahan Belanda di Indonesia. Sejarah
mencatat Belanda adalah salah satu negara yang pernah menjalin hubungan
perdagangan dengan Indonesia sebelum akhirnya menjajah selama 343 tahun
lamanya. Hampir seluruh wilayah Indonesia saat itu berada di bawah kekuasaan
pemerintah Belanda termasuk Pulau Nias.
Pada tahun 1840 Belanda mencoba mengambil alih seluruh pulau dengan
mendirikan pangkalan disekitar pulau untuk meningkatkan perdagangan dan kendali
militer mereka di Nias. Pemerintah Belanda mengirim pasukan pertamanya mendarat
di Gunungsitoli dan Pulau Hinako, dengan maksud untuk meningkatkan sistem
perekonomian mereka melalui jalur perdagangan. Akan tetapi yang diharapkan
Belanda tidak sesuai dengan ekspekstasi mereka sehingga tidak lama kemudian
Belanda menarik kembali pasukannya karena perdagangan yang dilakukan tidak
sebanding dengan biaya hidup pasukannya.
Kedatangan Belanda di Nias saat itu cukup mengesankan pemerintah Belanda
sehingga timbul keinginan untuk mengauasai wilayah Nias seluruhnya. Maka strategi
yang dilakukan Belanda dalam memperkuat kekuasaannya dan mendapatkepercayaan
masyarakat Nias, pemerintah Belanda melakukan perjanjian terutama tentang
perdagangan budak yang dulu sering terjadi di Nias. Belanda mencoba menarik
simpati masyarakat Nias dengan mendukung pelarangan perdagangan budak sampai
akhirnya secara resmidilarang. Namun perjanjian tersebut tidak berlangsung lama,
pemerintah Belanda kemudian mengembalikan legalitas perdagangan budak untuk
sementara karena memerlukannya untuk perkebunan mereka di pulau Sumatra.
Untuk mewujudkankeinginannya menguasai wilayah Nias seutuhnya, strategi
selanjutnya yang dilakukan pemerintah Belanda adalah dengan mendirikan benteng di
wilayah Gunungsitoli dan berusaha mendominasi wilayah Nias bagian selatan dengan
mengirim pasukannya mendarat diLuahagundedaerah yang selatan saat ini dikenal
dengan nama Lagundri.
Akan tetapi usaha Belanda untuk menguasai Nias seutuhnya mendapati
perlawanan dari pemuda Nias selatan hingga terjadinya perang terus menerus selama
beberapa dekade di daerah Nias selatan. Terutama di Desa Orahili Fau yang
merupakan tempat tinggal beberapa kepala suku yang sangat ganas, salah satu
diantara mereka adalah Raja Lahilu’uFau yang dikenal sebagai pemimpin yang sangat
kuat, kekuatan dan kegigihannya melawan para penjajah dijuluki sendiri oleh tentara
Belanda sebagai De Verriver Der Hollanders (pengusir orangorang Belanda). Dalam
masa peperangan Raja Lahilu’umeninggal dunia karena sakit, beliau kemudian
digantikan oleh keponakannya yang bernama Laowo. Serangan pasukan Belanda di
Desa Orahili mendapatkan perlawanan sengit oleh masyarakat desa Orahili dibawah
kepemipinan Laowo. Kegagalan terus menerus yang didapatkan oleh pemerintah
Belanda membuat mereka sakit hati.
Untuk membalaskan sakit hati karena merasa telah dipermalukan, mereka
berusaha melakukan pembakaran hampir di seluruh wilayah Nias Selatan. Salah satu
perkampungan terbesar yang dibakar oleh tentara Belanda di Nias pada tahun 1863
yaitu desa Orahili.
Oleh karena desa Orahili berhasil dilumpuhkan oleh pasukan Belanda
menyebabkan masyarakat desa Orahili kehilangan tempat tinggal dan memutuskan
untuk meninggalkan desa Orahili, mereka mendaki lereng gunung berjarak 500 meter
jauhnya hingga akhirnya membangun pemukiman baru di atas bukit sebagai tempat
persembunyian mereka yang saat ini di kenal dengan nama Desa Bawomataluo yang
memiliki arti sebagaiBukit Matahari. Letaknya yang berada di atas bukit merupakan
strategi yang digunakan untuk melindungi diri dari serangan musuh. Desa
Bawomataluo ini dibangun oleh Laowo pada tahun 1863 dan selesai pada tahun 1878.
Setelah berakhirnya penjajahan Belanda di Nias Selatan sebagian masyarakat kembali
ke perkampungan desa Orahili dan sebagian memilih untuk menetap di Desa
Bawomataluo.

2. Letak Geografis
Desa Bawomataluo termasuk salah satu dari 17 desa yang ada dikecamatan
Fanayama kabupaten Nias Selatan yang luasnya 7,95 km² terdiri dari 11 dusun dan
berada pada ketinggian di atas 400 meter atau setara dengan 1.300 kaki di atas
permukaan laut. Desa Bawomataluo berjarak 15 kilometer dari Teluk Dalam yaitu ibu
kota Kabupaten Nias selatan dan 4 kilomter dari permukaan laut yang dikelilingi oleh
lembah-lembah dan ngarai yang dalam.
Jika ditinjau secara geografis dan ekonomi letak kawasan Desa Bawomataluo
sangat strategis, jarak antara kantor bupati Nias selatan hanya berjarak 9 km saja, dan
kawasan ini juga dikeliling oleh pantai lagundri dan pantai sorake yang sering
dikunjungi oleh para wisatawan asing.
Adapun letak geografis Desa Bawomataluo sebagai berikut :
1) Bawomataluo sebelah selatan berbatasan dengan Desa Hiliamaeta
Niha.
2) Bawomataluo sebelah Tenggara berbatasan dengan Desa Hili Zihono.
3) Bawomataluo sebelah Timur berbatasan dengan Desa Hili Sondrekha.
4) Bawomataluo sebelah Timur Laut berbatasan dengan Desa Hili
Mondregeraya
5) Bawomataluo sebelah Utara berbatasan dengan Desa Siwalawa
6) Bawomataluo sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lagudri
7) Bawomataluo sebelah Barat Laut berbatasan dengan Desa Hili
Simetano.
8) Bawomataluo sebelah Barat Daya berbatasan dengan Idano Soyo

3. Sejarah Tradisi Lompat Batu


Setiap peristiwa yang terjadi dalam peradaban manusia memiliki proses yang
jelas menunjukkan perubahan sehingga mencapai tingkat perkembangan sampai saat
ini. Dalam memahami usul tentu diawali dengan asal, seperti manusia berasal dari
mana, latar belakang terciptanya alam semesta dan kejadian-kejadian yang dipandang
sebagai rangkaian peristiwa sejarah di masa lalu dan membentuk masa sekarang dan
masa yang akan datang.
Asal usul tradisi Hombo batu di Nias selatan tidak terlepas dari cerita rakyat
asal usul Dakhi Lawa di hilisimetano bawogasali. Seorang bangsawan dengan gelar
si’ulu di Nias Selatan yang terkenal karena ketangkasannya. Dia adalah seorang
pemburu dari keluarga biasa berbadan tinggi dan kekar yang telah berhasil
mengalahkan emali. Emali adalah orang yang dikenal memiliki sifat yang bengis,
kejam dan memberontak. Ia juga mampu melompat setinggi pohon kelapa. Kehebatan
dan kekejamannya membuat dirinya sangat ditakuti oleh masyarakat di Nias selatan,
namun satu-satunya orang pertama yang berhasil menebas kepala emali hanyalah
Amada Dohalawa. Karena berhasil membunuh Emaliia diberi gelar seorang
bangsawan Si’ulumado Dachi. Oleh sebab itu Amada Dohalawakemudian
mengajarkan kepada keturunannya tradisi Fahombo Batu untuk mempertahankan diri
dari musuh.
Nias merupakan suatu wilayah yang dulunya sering terjadinya konflik antar
kampung. Apapun dikorbankan demi kehormatan kampung sendiri ‘fabanuasa’.
Konflik antar banua (kampung) yang sering terjadi dipicu oleh beberapa
permasalahan-permasalahan, seperti masalah perbatasan tanah, perempuan dan
sengketa lainnya. Maka upaya yang dilakukan oleh setiap pempimpin untuk
melindungi desanya adalah dengan membangun tembok tinggi mengelilingi desa
mereka sehingga sulit dijangkau oleh musuh.
Sehingga asal usul tradisi hombo batu sering dikaitkansebagai akibat
terjadinya konflik antar wilayah, sehingga setiap desa harus menyiapkan para pemuda
tangguh untuk menghadapi perang demi mempertahankan tanah air mereka. Konon
tradisi ini sering dilakukan oleh pemuda Nias untuk mendapatkan kehormatan sebagai
seorang prajurit di Medan Perang. Maka salah satu ujian untuk dapat menjadi seorang
prajurit mereka harus dapat menembus benteng pertahanan lawan dengan cara
melompati dinding atau tembok besar setinggi 2 meter.
Dalam melewati ujian ini mereka tentu mempertaruhkan banyak hal, tenaga
dan bahkan mempertahuhkan nyawa, antara hidup dan mati. Bila mereka gagal
mereka akan kena benda tajam yang kemungkinan akan menyebabkan luka-luka
hingga kematian. Selain itu Tradisi Hombo Batu pada zaman dahulu dijadikan sebagai
bentuk evaluasi dalam menguji ketangkasan, kemahiran, kedewasaan pemuda-
pemuda Nias. Sehingga bagi mereka yang berhasil melewatinya mendapatkan
penghormatan daribangsawan dan masyarakat.

B. Deskripsi hasil penelitian


Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dilapangan, maka peneliti
menemukan beberapa temuan mengenai data yang peneliti perlukan. Dalam penelitian
yang peneliti lakukan terhadap masyarakat setempat, mahasiswa dan terhadap peneliti
sebelunya maka peneliti mendapatkan data tentang strategi wisata lompat batu Nias
sebagai wisata olahraga peningkatan imun ditengah pandemi covid-19. Untuk lebih
jelasnya dibawah ini peneliti akan menguraikan satu-persatu temuan yang peneliti
temukan melalui wawancara online. Berdasarkan permasalahan dan tujuan peneliti
yang telah dikemukakan pada bab I, yaitu untuk mengetahui strategi. Maka data dari
para informan sangat dibutuhkan. Untuk itu disusun pedoman perolehan data
penelitian yang dapat dijadikan sebagai pedoman wawancara. Untuk
menginterprensikan data yang diperoleh dari hasil wawancara, maka berikut ini akan
dideskripsikan data hasil penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi Wisata Lompat Batu berperan sebagai wisata olahraga
peningkatan imun di tengah pandemi Covid-19?
Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian di atas, maka diajukan
beberapa pertanyaan kepada informan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut pada setiap
informan inti, Informan tersebut adalah:
i. Frisca Hulu
Frisca Hulu adalah seorang mahasiswi IAKN Tarutung, prodi Pastoral
Konseling yang berumur 21 Tahun, sebelumnya ia sudah pernah melakukan
penelitian terhadap wisata Lompat Batu di Nias.
Pertanyaan pertama untuK Frisca Hulu adalah “Strategi apa yang harus
dilakukan oleh Wisata Lompat Batu Nias sebagai wisata olahraga
peningkatan imun ditengah pandemi?”
Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut:
“Strategi yang boleh dilakukan menurut saya adalah melakukan metode
pembelajaran olahraga disekolah dan diterapkan pada anak-anak sekolah, maka
setelah mereka bisa belajar secara langsung mereka dapat melakukannya dan itu
sudah meningkatkan imun tentunya. Selanjutnya desa melakukan program untuk
menerapkan pengelolaan dengan melakukan event dan pengabdian-pengabdian
kepada masyarakat supaya dilakukan penyuluhan”
Berdasarkan jawaban dari Frisca Hulu tersebut dapat kita ketahui bahwa
ada beberapa strategi yang bisa dilakukan apabila ada tindakan dari pemerintah
setempat itu sendiri.
“Bagaimana respon masyarakat karena terjadinya pergeseran
lompat batu yang dulunya lompat batu sebagai olahraga tradisional untuk
melatih kemampuan, ketangkasan, kekuatan dan keberanian untuk maju
beperang kini menjadi ikon wisata?”
Dari pertanyaan diatas diperoleh jawaban:
“Masyarakat sangat senang bahkan tidak keberatan karena ini membawa
dampak positif karena meningkatkan pendapatan warga sehingga meningkatkan
laju pertumbuhan ekonomi daerah setempat”
Berdasarkan keterangan diatas dapat kita ketahui bahwa masyarakat tidak
keberatan sama sekali terhadap pergeseran budaya yang terjadi.
Bagaimana promosi yang dilakukan dalam pengembangan wisata
Lompat Batu?
Dari pertanyaan diatas diperoleh jawaban:
“Yah promosi saat ini sudah banyak di lakukan, baik itu lewat video
konten youtube, berita lewat televi, Facebook dan lainnya. Karena dalam setiap
konten yg dilakukan sudah di promosikan lewat media-media, baik disekitar
daerah itu, atau pun di luar nias Selatan/kabupaten lain, bahkan diluar pulau
Nias/nasional maupun internasional dan bukan hnya itu, para pemuda atau
masyarakat nias di luar pulau Nias atau yg lagi di perantauan juga melakukan
promosi akan budaya lompat ini, baik itu melalui ikut ajang lomba, festival dan
lain nya”
Dari pernyataan tersebut dapat kita letahui bahwa ternaya wisata Lompat
Batu ini sudah sangat diperhatikan oleh para stakeholder.
“Adakah peran pemerintah yang lain dalam mengelola wisata
Lompat Batu ini?
Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban:
“Sejauh ini partisipasi pemerintah mereka sudah melakukan pembuatan
model bisnis untuk mengembangkan kegiatan yang ada. Pemerintah juga
melakukan pengabdian kepada masyarakat, mereka melakukan berbaga macam
penyuluhan-penyuluhan”
ii. Torowadas Waruwu
Torowadas Waruwu adalah seorang guru di Nias yang berumur 30 Tahun. Ia
adalah masyarakat asli Nias Selatan, adapun hasil wawancara kami adalah sebagai
berikut:
“Menurut bapak apa strategi atau cara yang bisa dilakukan wisata
Lompat batu untuk meningkatkan imun ditengah pandemi sekarang ini?
Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban:
“Lompat Batu memang sangat membantu pada peningkatan imun sekarang
ini. Strateginya bisa berupa menggeser sedikit kebudayaan asli. Misalnya:
seharusnya batu setinggi 2 meter untuk masyarakat diubah menjadi 1 meter untuk
pendatang. Hal ini dilakukan supaya wisatawan yang akan berkunjung merasa
tertarik. Bisa dilihat jika wisatawan tau tingginya 2 meter pasti mereka menjadi takut
dan tidak mau mencoba sehingga wisata lompat batu yang seharusnya memiliki
fungsi untuk meningkatkan imun menjadi wisata yang hanya sedap ditonton bukan
dimainkan”
Dari jawaban tersebut dapat kita ketahui bahwa strategi yang dapat dilakukan
adalah dengan menggeser kebudayaan aslinya.
“Pertanyaan kedua yang saya lemparkan adalah apakah memang
fungsinya lompat batu sebagai peningkatan imun sudah teraplikasi dalam
kehidupan masyarakat Nias sehari-hari?”
Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban:
“Tidak semua masyarakat menggunakannya untuk meningkatkan imun atau
berolahraga, karena ada sebagian masyarakat yang menggunakannya sebagai
budaya saja yang dilakukan pada saat-saat tertentu.”
Dari pernyataan diatas dapat kita ketahui bahwa Lompat Batu tidak seluruhnya
dilakukan untuk berolahraga namun hanya dilakukan untuk budaya oleh sebagian
masyarakat.
“Pertayaan selanjutnya adalah Nahh tadi kan bapak katakan bahwa
akan dibuat sebuah pergeseran, apakah masyarakat setempat menerima hal itu
Pak. Karena biasanya masyarakat sedikit sensitif dengan perubahan pada
tradisinya, seperti itu Pak”
Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban:
“Tentang suatu pergeseran budaya ini memang betul sensitif tetapi saya
pribadi Ya harus kita Maui supaya demi kemajuan tanah ini tetapi tidak
menghilangkan nilai adat nya”
Jadi maksudnya disini adalah bahwa terima tidaknya masyarakat ini tetap bisa
dilakukan karena pada dasarnya ini untuk kemajuan masyarakat tersebut.
“Pertanyaan yang berikutnya adalah, Apakah pandemi berpengaruh
pada semangat berolahraga Lompat batu pada masyarakat Nias?”
Diperoleh jawaban:
“Ya betul , Itu berpengaruh, karna saya pribadi sangat senang berolahraga
melompat sekaligus mempopulerkan budaya juga”
“Menurut bapak sejauh ini bagaimana peran pemerintah dalam
mengembangkan wisata ini? Dan Bagaimana partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan wisata Lompat Batu tersebut?”
Dari pertanyaan tersebeut diperoleh jawaban:
“Sejauh ini Pemerintah sudah melakukan beberapa upaya berupa bisnis
dalam pengelolaan budaya ini supaya lebih maju. Ada juga beberapa upaya berupa
pengabdian masyarakat dengan pelatihan dan penyuluhan.”
“Yang saya lihat masyarakat hanya mengikuti dan juga tetap mengajarkan
kepada generasi yang baru”
Jadi dari jawaban tersebut dapat kita ketahui bahwa masyarakat dan
pemerintah sudah menjalankan perannya masing-masing dalam pengelolaan wisata
ini.
“Apakah bapak sudah pernah ke ask Situmandi? Jika ia, adakah
perbedaan Wisata Olahraga Lompat Batu dengan wisata Olahraga arung jeram
di aek Situmandi?
Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut:
“wahhh kebetulan sekali saya sudah pernah kesana nak, yang ada di
Tarutung itu kan? Dalam wisata lompat batu tidak menggunakan alat bantu seperti
perahu karna dalam wisata arung jeram ya pastinya menggunakan perahu dan juga
dalam lompat batu tidak menggunakan melainkan hanya memakai batu yang di susun
sekitar 2 meter dan di lompati. Dan menurut saya juga lompat batu mungkin
olahraga yang baru saja dikenal orang dan hanya ada di Nias sedangkan kalau
arung jeram sudah banyak kita temukan didaerah lain juga”
Jadi dari jawaban tersebut dapat kita ketahui bahwa perbedaan material yang
dibutuhkan.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti melalui
wawancara online dengan beberapa informan maka telah didapatkan jawaban
mengenai strategi apa saja yang dapat dilakukan oleh wisata Lompat Batu Nias
sebagai wisata olahraga peningkatan imun ditengah pandemi covid-19 sekarang ini.
Masing-masing informan memiliki cara yang tidak jauh berbeda seperti yang sudah
kita perhatikan. Dari jawaban yang telah didapatkan dari informan tersebut, maka
dapat kita ketahui bahwa semua strategi yang diberikan rata-rata sudah pernah
dilakukan di sebagian tempat, jadi sudah bisa dipastikan pada tempat yang sudah
diterapkan beberapa strategi tersebut sudah membuakan hasil, walaupun belum
maksima karena masih kurang pengelolaannya.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan
dilokasi penelitian, maka dapat dikemukakan pembahasan yang berdasarkan atas
tujuan penelitian pada bab I, adalah sebagai berikut: “Bagaimana strategi Wisata
Lompat Batu berperan sebagai wisata olahraga peningkatan imun di tengah pandemi
Covid-19?”
Dalam hal ini akan dibahas strategi-strategi yang dilakukan oleh wisata
Lompat Batu. Yang dimaksud dengan strategi adalah alat untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan angka panjang program tidak lanjut secara
prioritas alokasi sumber daya (Menurut Chandler dalam buku Husein Umar).
Sedangkan menurut Porter strategi adalah alat-alat yang sangat penting untuk
mencapai keunggulan bersaing bersaing. Jadi strategi adalah cara yang dlakukan
untuk mampu bersaing dengan yang lain. Dari hasil penelitian yang didapat dari para
informan tersebut peneliti menemukan strategi supaya wisata ini mampumenjadi
wisata peningkatan imun ditengah pandemi.
Dari strategi-strategi yan sudah didapakan oleh peneliti ternyata wisata
Lompat Batu masuk kedalam pubic event seperti yang dikemukakan oleh Getz “yang
termasuk dalam public event adalah: perayaan budaya, seni atau hiburan, bisnis atau
perdagangan, kompetisi olahraga, pendidikan dan ilmu pengetahuan, rekreasi serta
politik atau kenegaraan”. Jadi dapat kita lihat secara langsung bahwa Lompat Batu ini
termasuk dalam kategori tersebut.
Dari uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa berhasil tidaknya
strategi yanga akan dilakukan itu tergantung pada pemerintah dan masyarakat
setempat. Pemerintah dan masyarakat yang sadar akan bagaimana perkembangan
yang terjadi akan berusaha memaksimalkan daerahnya dengan mempehatikan
strategi-strategi yang layak untuk dijalankan.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dikemukakan diatas terhadap
informan adapun strateginya adalah:
1. Memasukkan Olahraga Lompat Batu di mata pelajaran olahraga
2. Melakukan event
3. Melakukan sedikit pergeseran budaya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
 Para pemangku stakeholder sudah sangat memberikan peran masig-masing
mulai dari perencanaan pemajuan sampai pada promosi.
 Olahraga memang sangat penting dalam peningatan Imun
 Masyarakat menerima apabila dilakukan sedikit pergeseran budayanya

Hal ini dapat dilihat dari kesemua informan yang diteliti memberikan strategi
masing-masing dalam pengelolaannya. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa strategi yang bisa dilakukan dalam
pengembangan wisata Lompat Batu sebagai wisata peningkatan imun ditengah
pandemi:
a. Menerapkan Lompat Batu pada mata pelajaran olahraga di sekolah-sekolah
yang ada di Nias
b. Membuat event-event olahraga
c. Melakukan sedikit pergeseran budaya asli

B. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan serta kesimpulan yang telah dikemukakan,
adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu kepada para pemerintah sudah saatnya
merancang, mempersiapkan dan memfasilitasi serta melaksanakan pembuatan event
pada wisata Lompat Batu.
DAFTAR PUSTAKA

Gea, W. J. (2017). Lompat Batu Sebagai Media Pembelajaran Sains Berbasis Budaya
Lokal Pada Pokok Bahasan Gerak Parabola. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Hirza, H. (2014). BERBAGAI RAGAM KEBUDAYAAN NIAS. Jurnal
Bahas, 40(91), 84-89.
Lase, I. W., Indrawadi, J., & Montessori, M. (2021). Pergeseran Fungsi Tradisi
Hombo Batu pada Masyarakat Nias Selatan. Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan
Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology), 7(1), 113-122.
Loi, J. (2020). Penataan Desa Bawomataluo Sebagai Desa Wisata Budaya Dengan
Pendekatan Konservasi. Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, 4(1), 163-176.
Masrurun, Z. Z. (2020). Kajian Strategi Pengembangan Pariwisata Olahraga
Paralayang Di Kabupaten Wonosobo. Jurnal Pariwisata, 7(1), 1-11.
Pradana, F. G. A., Asha, A., Hidayat, N., Juniarisca, D. L., & Imron, A. (2020).
Strategi Pengembangan Wisata Tradisi Ojhung Berbasis Sport Tourism di Kabupaten
Sumenep. JOSSAE (Journal of Sport Science and Education), 5(2), 83-93.
Puspita, N. (2020). Strategi Pengembangan Kawasan Wisata di Kabupaten Nias
Selatan. Kajian, 24(2), 131-143.
Sihombing, B., & Halawa, J. (2021). PENGEMBANGAN LOMPAT BATU
(HOMBO BATU) SEBAGAI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA DI DESA
BAWOMATALUO KABUPATEN NIAS SELATAN. JURNAL PELITA KOTA, 2(2), 65-77.
Siregar, A. Z., & Syamsuddin, S. (2015). Tradisi Hombo Batu di Pulau Nias: Satu
Media Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal. SIPATAHOENAN, 1(2).
Sukawi, S. (2007). Bawomataluo dan Hombo Batu. Jurnal Ilmiah.
WARUWU, B. (2014). Atraksi Fahombo Batu Masa Kini di Nias (Doctoral
dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Zalukhu, M. C. (2021). Pemberdayaan Pemuda melalui Sanggar Tari dan Hombo
Batu sebagai Upaya Pelestarian Budaya di Desa Hilizihono Kecamatan Fanayama Kabupaten
Nias Selatan. Jurnal Pengabdian Masyarakat Aufa (JPMA), 3(3), 25-29.

Anda mungkin juga menyukai