Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hak Kekayaan Intelektual
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga tugas makalah Kelompok 7 dengan judul "Pelanggaran Paten dan
Penegakan Hukum Paten" dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini di
buat sebagai kewajiban untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Hak Kekayaan
Intelektual dengan dosen pengampu Ibu Tavinayati, S.H., M.H.
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
literatur sehingga memperlancar proses pembuatan makalah ini. Untuk ini kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari teman-teman dan Dosen Mata Kuliah Hak Kekayaan
Intelektual.
Akhir kata kami berharap semoga isi dari makalah ini dapat memberikan manfaat dan
inspirasi bagi siapa saja yang membacanya, terutama teman-teman Fakultas Hukum
Universitas Lambung Mangkurat.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................9
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................9
A. Pengertian Paten............................................................................................................................9
B. Penyebab Masih Adanya Pelanggaran Penggunaan Paten Di Indonesia..................................9
C. Pelanggaran Terhadap Paten.....................................................................................................11
D. Bentuk dan Lamanya Perlindungan Paten................................................................................12
E. Perlindungan Paten.....................................................................................................................13
F. Pengalihan Hak dan Lisensi........................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan informasi dan teknologi berkembang pesat dengan adanya
beberapa penemuan teknologi dari seseorang atau sekelompok orang yang ingin
menciptakan sesuatu yang dapat digunakan / bermanfaat bagi setiap orang.
Kekayaan Intelektual atau Hak Kekayaan Intelektual sering disingkat menjadi HKI
atau HaKI. Dalam istilah asing disebut IPR (Intellektual Property Right) yang berarti
kekayaan atau sesuatu yang dimiliki, dijual belikan. Hak Milik Intelektual, Hak Kekayaan
Intelektual, (Intellektuele Eigendomsrecht) merupakan kekayaan atas segala hasil
produksi, kecerdasan daya pikir seperti tehnologi, pengetahuan, seni,sastra, dan lain- lain
yang berguna bagi manusia. 1
Adapun pengertian HKI (Hak Kekayaan Intelektual) adalah hak eksklusif yang
diberikan suatu peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya.
Secara sederhana HAKI mencakup Hak Cipta, Hak Paten Dan Hak Merek. Namun jika
dilihat lebih rinci HAKI merupakan bagian dari dua benda yaitu benda tidak berwujud
(benda imateriil).
1
Kusumastuti, D., & Suseno, dkk, Y. D. (2018). Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Konsep Perlindungan
Hukum Terhadap Produk Industri Kecil Menengah. RESEARCH FAIR UNISRI, 3(1).hlmn1
2
Ni Ketut Suspati Dharmawan, Wayan Wiryawan, dkk, Hak Kekayaan Intelektual , Deepublish Group CV Budi
Utama, 2012, hlm.14
Diadakannya HKI juga ditujukan untuk merangsang orang lain agar mau terus
berinovasi serta mengembangkan ide kreatifnya. Jika disimpulkan, ada tiga tujuan dari
diadakannya hak kekayaan intelektual adalah:3
Menurut Munaf (2001), peran HKI pada saat ini cukup penting, antara lain:4
a. Sebagai alat persaingan dagang, terutama bagi negara maju agar tetap dapat
menjaga posisinya menguasai pasar internasional dengan produk barangnya;
b. Alat pendorong kemajuan IPTEK dengan inovasi-inovasi baru yang dapat
diindustrikan; dan
c. Alat peningkatan kesejahteraan perekonomian masyarakat, khususnya para
peneliti yang mempunyai temuan yang diindustrikan yaitu dengan
mendapatkan imbalan berupa royalti.
a. Mempunyai Jangka Waktu Tertentu atau Terbatas Apabila telah habis masa
perlindungannya ciptaan atau penemuan tersebut akan menjadi milik umum,
tetapi ada pula yang setelah habis masa perlindungannya dapat diperpanjang
lagi, misalnya hak merek.
b. Bersifat Eksklusif dan Mutlak HKI yang bersifat eksklusif dan mutlak ini
maksudnya hak tersebut dapat dipertahankan terhadap siapapun. Pemilik hak
dapat menuntut terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh siapapun. Pemilik
atau pemegang HaKI mempunyai suatu hak monopoli, yaitu pemilik atau
pemegang hak dapat mempergunakan haknya dengan melarang siapapun tanpa
3
Rizkia, N. D., & Fardiansyah, H. (2022). HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL SUATU PENGANTAR. Penerbit
Widina. ,hlm15
4
Dr. Ir. Krisnani Setyowati Efridani Lubis, SH, MH Elisa Anggraeni, STP, MSc M.Hendra Wibowo, STP, Hak
Kekayaan Intelektual dan Tantangan Implementasinya di Perguruan Tinggi, Kantor HKI-IPB, Kantor Hak
Kekayaan Intelektual Institute Pertanian Bogor, Bogor, 2005, hlm.3
5
Rizkia, N. D., & Fardiansyah, H. (2022). HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL SUATU PENGANTAR. Penerbit
Widina. ,hlm22
persetujuannya untuk membuat ciptaan atau temuan ataupun
menggunakannya.
Pada makalah ini kami akan lebih mendalam membahas berkaitan dengan Paten,
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya tersebut kepada pihak lain untuk melaksanakannya.6 Paten merupakan
perlindungan hukum terhadap karya intelektual di bidang teknologi yang telah dituangkan
ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik dalam bentuk proses atau
produk atau penyempurnaan dan pengembangan atas proses atau produk yang telah ada.
Oleh karena itu, Paten harus dipahami sebagai hak eksklusif yang diberikan oleh Negara
kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu
tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya pada
pihak lain untuk melaksanakannya.7
Beberapa pengertian istilah yang terkait dengan paten adalah sebagai berikut:8
1. Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan
masalah yang spesifik di bidang teknologi yang dapat berupa produk atau proses,
atau penyempurnaan dan pengembangan atas suatu proses atau produk dimaksud.
6
Mujiyono & Feriyanto, Memahami dan Cara Memperoleh Hak Kekayaan Intelektual, Sentra HKI Universitas
Negeri Yogyakarta 2017, Hlm. 15
7
Rizkia, N. D., & Fardiansyah, H. (2022). HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL SUATU PENGANTAR. Penerbit Widina. ,
Hlm. 85
8
Sejarah Perkembangan Perlindungan Kekayaan Intelektual (KI), Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual
Kementerian Hukum dan Ham, Republik Indonesia
2. Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara
bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang
menghasilkan invensi.
3. Pemegang Paten adalah inventor sebagai pemilik paten atau pihak yang menerima
hak tersebut dari pemilik paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak
tersebut.
4. Paten Sederhana adalah invensi yang memiliki nilai kegunaan lebih praktis
daripada invensi sebelumnya dan bersifat kasat mata atau berwujud.
5. Paten Biasa adalah invensi yang sifatnya katas mata atau tidak kasat mata baik
produk, proses, atau metode, termasuk penggunaan, komposisi dan produk yang
merupakan product by process.
Ada 2 macam sistem pendaftaran paten dalam rangka perlindungan hukum, yaitu;
Sistem First to File adalah suatu sistem yang memberikan hak paten bagi mereka yang
mendaftar pertama atas invensi baru sesuai dengan persyaratan. Sistem First to Invent
adalah suatu system yang memberikan hak paten bagi mereka yang menemukan inovasi
9
Ibid, hlm.43
pertama kali sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Sistem first-to-file adalah
suatu sistem pemberian paten yang menganut mekanisme bahwa seseorang yang pertama
kali mengajukan permohonan dianggap sebagai pemegang paten, bila semua
persyaratannya dipenuhi. Sistem paten yang diterapkan di Indonesia menganut sistem
first-to-file, dalam Pasal 34 UUP disebutkan ”Apabila untuk satu invensi yang sama
ternyata diajukan lebih dari satu permohonan paten oleh pemohon yang berbeda, hanya
permohonan yang diajukan pertama atau terlebih dahulu yang dapat diterima. 10 Pemilik
paten memiliki hak khusus untuk mengontrol penggunaan penemuannya yang telah
dipatenkan selama 20 tahun. Untuk menegakkan hak, pengadilan bertindak untuk
mencegah pelanggaran paten. Apabila pihak ketiga berhasil membuktikan ketidakabsahan
paten, pengadilan dapat memutuskan bahwa paten yang diperoleh tidak sah.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa masih ada pelanggaran penggunaan paten di Indonesia?
2. Bagaimana bentuk penegakkan hukum yang dilakukan terhadap pelanggaran
paten di Indonesia?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui penyebab pelanggaran penggunaan paten di Indonesia
2. Untuk mengetahui bentuk penegakkan hukum yang dilakukan terhadap
pelanggaran paten di Indonesia
10
Ibid, hm.44
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paten
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada inventor atas hasil
Invensinya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.11 Paten diberikan untuk bidang teknologi, yaitu ilmu pengetahuan yang
diterapkan dalam proses industri. Selain itu, paten sederhana (utility models) dikenal yang
hampir sama dengan paten, tetapi memiliki syaratsyarat perlindungan yang lebih
sederhana. Paten dan paten sederhana di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Paten.
Berdasarkan data dari Kantor Paten, sampai akhir Mei 2000, total permintaan
paten di Kantor Paten Indonesia sejumlah 27.957 buah. Dari jumlah tersebut,
permintaan paten dari dalam negeri berjumlah 1.338 buah. Hal ini berarti permintaan
paten domestik hanya mencapai 4,8% dari total permintaan.
Menurut Insan Budi Maulana, alasan minimnya permintaan paten domestik yang
diajukan ke Kantor Paten (Sekarang Direktorat Jendral HKI) adalah:
a. Sosialisasi paten yang belum efektif dari tingkat pemahaman dan tingkat
kesadaran akan arti paten dan sistem hukum paten belum dianggap cukup
bagi kalangan peneliti, baik dari lembaga penelitian Pemerintah maupun
swasta, termasuk perguruan tinggi. Sehingga hasil-hasil penelitian yang
dilakukan oleh para peneliti tidak diajukan permintaan patennya.
b. Faktor ekonomis yaitu kemampuan para peneliti untuk menyiapkan dana
untuk mengajukan permintaan paten yang terbatas, selain karena situasi krisis
ekonomi dan belum dipahaminya bahwa paten justru mempunyai manfaat
ekonomi apabila penemuan itu berhak atas paten dan digunakan untuk
kepentingan umum.
11
Santoso, HUKUM ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS, 2021), hlm 37
c. Permintaan paten dianggap sangat birokratis dan memakan waktu lama. Hal
ini menimbulkan ketidakpahaman para peneliti. bahwa prosedur dan proses
permintaan paten tidaklah sesederhana sebagaimana yang diduga, selain harus
memiliki pengetahuan hukum paten dan kemampuan menyusun deskripsi
permintaan paten, juga perlu disadari bahwa proses permintaan paten harus
mengikuti prosedur yang telah ditentukan.
Tindak Pidana melanggar hak pemegang paten dirumuskan dalam pasal 131 Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2001. Unsur-unsur tindak pidana adalah kesalahan, melawan
hukum, perbuatan dan objek tanpa hak atau melawan hukum tersebut dibuktikan melalui
fakta dengan terdaftarnya paten produk tersebut telah terdaftar sebagai milik pihak lain
dan jika telah terdaftar tentu dapat dibuktikannya kebenarannya dengan bersertifikat. Jika,
jaksa mendapat kesulitan untuk membuktikan keadaan ini, baru perlu membuktikan
sengaja sebagai kemungkinan.
Sebagai contoh, pelanggaran Paten Slide to Unclock Studi Kasus Apple VS Samsung
Slide unclock pertama kali diperkenalkan Apple pada Januari 2007 saat peluncuran
handphone iPhone perdana yang sengaja dibuat supaya saat iPhone dimasukkan ke dalam
kantong, layar iPhone tidak terpencet secara tidak sengaja. Pimpinan iOS, Scott Forstall
diklaim sebagai orang yang menemukan Slide to Unlock, dengan peran serta dari enginer
lain seperti Imran Chaudhri, Bas Ording, Freddy Allen Anzures, Marcel Van Os, Stephen
O. Lemay and Greg Christie. Apple telah resmi mendapatkan paten atas desain fitur slide
to unlock khas iPhone. Paten tersebut diberikan U.S. Patent and Trademark Office dan
terdaftar dengan nomor D675,639. Dalam deskripsinya, paten ini disebut sebagai
ornamental design for a display screen or portion thereof with a graphical user interface.
Selain, desain slide to unlock, Apple juga mendaftarkan paten bernomor D675,612
dengan deskripsi ornamental design of an electronic device yang isinya menjelaskan
mengenai desain sudut membulat yang diusung iPhone. Apple menuntut Samsung dan
akhirnya memenangi hak paten slide-tounlock atas Samsung setelah menjalani proses
pengadilan selama empat tahun.12Dengan kemenangan tersebut, perusahaan besutan Steve
Jobs tersebut berhak mendapat royalti US$ 120 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun.
Mahkamah Agung Amerika Serikat menyatakan tidak menerima pengajuan banding atas
kasus yang telah diperkarakan sejak 2014 tersebut. Kasus ini memperebutkan hak paten
atas slide-to-unlock dan tautan cepat. Samsung dinyatakan telah melanggar kedua hak
paten tersebut. Keputusan tersebut sempat dibatalkan setelah dua tahun ditetapkan, tapi
kembali dipulihkan setahun setelahnya. Samsung kemudian mengajukan banding ke
Mahkamah Agung dan berakhir dengan kemenangan Apple. 13Ancaman hukuman bagi
pelanggaran atas Paten yang menurut Pasal 130 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001
Tentang Paten adalah pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Untuk paten sederhana, ancaman
hukumannya adalah pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah.)
2. Dalam hal Paten proses; menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk
membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana dimaksud dalam di atas.
Untuk kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan, atau analisa, termasuk
kegiatan untuk keperluan uji bioekivalensi atau bentuk pengujian lainnya,
sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pemegang Paten,
dianggap bukan merupakan pelanggaran pelaksanaan Paten yang dilindungi.
Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi pihak yang
betul-betul memerlukan penggunaan invensi semata-mata untuk penelitian dan
pendidikan. Sedangkan yang dimaksud dengan tidak merugikan kepentingan
yang wajar dari Pemegang Paten adalah agar pelaksanaan atau penggunaan
invensi tersebut tidak digunakan untuk kepentingan yang mengarah kepada
eksploitasi untuk kepentingan komersial sehingga dapat merugikan bahkan dapat
menjadi kompetitor bagi Pemegang Paten. Jangka waktu perlindungan untuk
Paten adalah 20 (dua puluh) tahun tidak dapat diperpanjang, dan untuk Paten
Sederhana 10 (sepuluh) tahun juga tidak dapat diperpanjang. Jangka waktu
demikian dinilai cukup untuk memperoleh manfaat ekonomi yang wajar bagi
pemegang Paten atau Paten Sederhana.
E. Perlindungan Paten
Peraturan perundang-undangan di bidang HKI terkait dengan 2 (dua) kepentingan,
yaitu nasional dan internasional. Kepentingan nasional adalah bagaimana hukum HKI
memberikan iklim kondusif bagi pertumbuhan industri nasional lewat pengaturan hak-hak
yang timbul dari karya intelektual manusia. Dilihat dari sudut kepentingan internasional,
perlindungan hukum yang diberikan kepada HKI tidak hanya ditujukan untuk melindungi
pemilik HKI di dalam negeri saja, tetapi juga memberikan perlindungan yang sama
kepada pemilik HKI asing. Hal tersebut sesuai dengan prinsip Asas National Treatment
yang dianut Persetujuan TRIP’s yang mensyaratkan perlindungan yang diberikan kepada
pemilik HKI asing sama dengan perlindungan yang diberikan kepada warga negara
sendiri. 14
Dalam TRIPs aturan mengenai Paten diatur dalam pasal 27 hingga pasal 34. Yang
membedakan TRIPs dengan konvensi – konvensi internasional yang sebelumnya ialah
karena konvensi – konvensi sebelumnya sudah tidak lagi sesuai dengan situasi yang ada
dan juga dinilai sempurna sehingga sangat dibutuhkannya pembaharuan produk hukum
karena pesatnya pertumbuhan dan perkembangan yang ada khususnya dibidang teknologi.
Oleh karena itu, dibutuhkan adanya pembaharuan dan juga persamaan persepsi dari tiap
Negara anggota sehingga dapat membuat suatu produk yang sempurna bagi tiap Negara –
Negara anggota. TRIPs merupakan pelopor bagi lahirnya hukum positif di Indonesia
mengenai HAKI. Dalam rangka penyesuaian peraturan perundang – undangan Hak
Kekayaan Intelektual Nasional dengan norma – norma yang ada dalam TRIPs, Indonesia
telah mengambil langkah yang sistematis dengan merubah Undang – Undang Nomor 6
Tahun 1989 disesuaikan dengan mengubahnya menjadi Undang – Undang Nomor 13
Tahun 1997. Kemudian yang terakhir dengan disahkannya Undang – Undang Nomor 13
Tahun 2016.
14
Tavinayati, Hukum Paten (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2014), halaman 53.
Dalam TRIP’s aturan mengenai Paten diatur dalam Pasal 27-Pasal 34. Yang
membedakan TRIP’s dengan konvensi-konvensi internasional yang sebelumnya ialah
karena konvensi-konvensi sebelumnya sudah tidak laho sesuai dengan situasi yang ada
dan juga dinilai sempurna sehingga sangat dibutuhkannya pembaharuan produk hukum
karena pesatnya pertumbuhan dan perkembangan yang ada khususnya dibidang teknologi.
Oleh karena itu, dibutuhkan adanya pembaharusn dan juga persamaan persepsi dari setia
Negara anggota sehingga dapat membuat suatu produk yang sempurna bagi tiap Negara-
Negara anggota. TRIP’s merupakan pelopor bagi lahirnya hukum positif fi Indonesia
mengenai HAKI. Dalam rangka penyesuaian peraturan perundang – undangan Hak
Kekayaan Intelektual Nasional dengan norma – norma yang ada dalam TRIPs, Indonesia
telah mengambil langkah yang sistematis dengan merubah Undang – Undang Nomor 6
Tahun 1989 disesuaikan dengan mengubahnya menjadi Undang – Undang Nomor 13
Tahun 1997. Kemudian yang terakhir dengan disahkannya Undang – Undang Nomor 13
Tahun 2016 . 15
Terdapat beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam sistem perlindungan hukum
terkait HKI. Subjek perlindungan adalah pemegang HKI, baik perorangan maupun badan
hukum. Objek perlindungan adalah seluruh jenis kekayaan intelektual yang diatur oleh
undang-undang (Hak Cipta, Hak Paten, Hak Merek, Desain Industri, Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang, dan Varietas Tanaman). Perlindungan atas HKI
hanyalah bagi kekayaan intelektual yang terdaftar dan dibuktikan dengan sertifikat
pendaftaran, kecuali Undang-Undang menentukan lain. 16
15
Rignaldo Ricky Wowiling. Penegakan Hukum Hak Paten Menurut TRIP’s Agreement dan Pelaksanaannya di Indonesia, Vol.VI, No.10, Lex
Crimen, (2017): 87
16
Prabandari, A. P., Hananto, P. W. H., Lestari, S. N., & Roisah, K. (2020). The legal protection of intellectual property rights toward the
maritime scientific researches in Indonesian seas. AACL Bioflux, 13(3), 1437-1444.
Di Indonesia dari waktu ke waktu dilakukan penyempurnaan terhadap peraturan
tentang hak paten. Sebelum berlaku Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten,
kita sudah mengenal Undang-Undang No. 13 Tahun 1997 bahkan sebelumnya Undang-
Undang No. 6 Tahun 1989. Penyempurnaan terhadap berbagai ketentuan tersebut, selain
bermaksud untuk mengatasi hambatan yang dirasakan dalam praktek kurang memberi
perlindungan hukum bagi seorang penemu, juga dimaksudkan dalam rangka penyesuaian
dengan perjanjian-perjanjian internasional seperti Persetujuan TRIPs yang telah
ditandatangani Indonesia. Harapan besar dalam perubahan dan penyesuaian ini adalah
untuk menghapuskan berbagai hambatan, terutama juga untuk memberikan fasilitas yang
mendukung upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi perdagangan baik secara
nasional maupun internasional. (Hardianata, D. (2018). PERLINDUNGAN HAK
PATEN)
Menurut UU nomor 13 tahun 2016 Pasal 2 perlindungan paten dibagi menjadi dua,
yakni Paten dan Paten sederhana. Dalam Pasal 3 menyebutkan bahwa paten diberikan
untuk Invensi yang baru, mengandung langkah inventif, dan dapat diterapkan dalam
industri, sedangkan paten sederhana diberikan untuk setiap Invensi baru, pengembangan
dari produk atau proses yang telah ada, dan dapat diterapkan dalam industri.
Beberapa alasan mengapa HKI, diantaranya paten harus dilindungi adalah:
a. Pertama perhatian masyarakat terhadap paten makin meningkat sehingga perlu
untuk lebih seksama menciptakan sistem perlindungan paten yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, perlindungan invensi perlu diimbangi dengan
peran aktif pemerintah.
b. Merupakan wujud penghargaan, pengakuan dan jaminan atas keberhasilan
manusia dalam melahirkan karya-karya inovatifnya dengan mengerahkan
segala kemampuan dan jerih payahnya. Dasar pemberian paten kepada
inventor didasarkan pada rasa keadilan dan kelayakan atas jerih payahnya.
Dengan adanya perlindungan dapat merangsang kreativitas dalam upaya
menciptakan karya-karya baru dibidang tekhnologi. Semakin tinggi
penghargaan negara terhadap HKI, maka masa depan suatu bangsa akan
menjadi lebih baik.
c. Sejalan dengan prinsip bahwa HKI merupakan suatu alat untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem perlindungan HKI
dengan mudah diakses pihak lain misalnya seperti paten yang bersifat terbuka,
dimana inventornya berkewajiban untuk menguraikan atau membeberkan
penemuannya dengan rinci, yang memungkinkan orang lain dapat belajar atau
melaksanakan penemuan tersebut. Oleh karena itu, sebagai insentif dan
imbalan kepada inventor harus diberikan hak khusus (eksklusif) dalam jangka
waktu tertentu. Paten sebagai sumber informasi tidak saja hanya untuk
kepentingan inventor, namun keterangan-keterangannya diterbitkan untuk
umum, sehingga menjadi pengetahuan umum yang dapat merangsang invensi
berikutnya.
d. Dengan invensi yang telah mendapat perlindungan hukum, inventor akan
mendapatkan keuntungan, berupa pembayaran royalti dan tehnical fee
sehingga diharapkan mampu membangkitkan semangat dan minat untuk
mendorong melahirkan invensi baru yang berkelanjutan.
e. Dengan adanya perlindungan HKI khususnya paten, dapat mencegah pihak
ketiga dari membuat, menggunakan, atau menjual setiap penemuan yang
dikonstruksi dalam klaim paten. Hak eksklusif ini memuat prinsip utama paten
yang memberikan perlindungan hukum bagi inventor atau pemegang paten
untuk melaksanakan penemuannya dalam jangka waktu 20 tahun untuk paten
standar dan 10 tahun untuk paten sederhana. Dengan demikian, orang lain
dilarang melaksanakan paten tersebut tanpa persetujuan pemegang paten.
f. Adanya perlindungan terhadap paten pada akhirnya adalah mewujudkan
kesejahteraan masyarakat, baik dalam perekonomian maupun penguasaan
teknologi. Perlindungan yang diberikan harus mencerminkan keadilan dan
kepastian hukum para pihak serta masyarakat umum, baik dari sudut pandang
kepentingan ekonomi maupun kepentingan teknologi.
F. Pengalihan Hak dan Lisensi
Hak terkait paten adalah hak yang timbul dari paten, seperti hak yang eksploitasi
ekonomi pihak lain berdasarkan perjanjian lisensi. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh
pemilik paten kepada pihak lain atas perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat
ekonomi dari suatu paten yang dilindungi dalam jangka waktu tertentu dan dalam syarat
tertentu. kewajiban bagi seorang pemegang kuasa untuk merahasiakan penemuan dan
semua dokumen permohonan yang diajukan pada Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan
Intelektual (HaKI) Departemen Hukum dan HAM.
Paten dapat dialihkan seluruhnya atau sebagian: melalui pewarisan; hibah; wasiat;
perjanjian tertulis; atau karena alasan lain yang timbul dari peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Salah satu bentuk pengalihan paten yang paling populer adalah lisensi.
Memilih lisensi karena risiko penerima dan pemberi lisensi seimbang. Sebagian besar
risiko dialihkan ke pemegang lisensi, yang bertanggung jawab untuk mengembangkan,
membuat, dan memasarkan produk berlisensi. Undang-undang Paten mengatur pada saat
formalisasi lisensi bahwa, jika tidak ada perjanjian lain yang disepakati, pemilik paten tetap
dapat mengajukan sendiri permintaannya atau memberikan lisensi kepada pihak ketiga
(non eksklusif). Perjanjian lisensi tidak boleh memuat ketentuan, baik langsung maupun
tidak langsung, yang dapat merugikan perekonomian Indonesia atau memuat pembatasan
yang menghambat kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan mengembangkan
teknologi pada umumnya dan yang berkaitan dengan invensi yang diberi paten tersebut
pada khususnya. Perjanjian lisensi harus dicatat dan diumumkan dengan dikenai biaya