Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DASAR DASAR HUKUM KETATANEGARAAN ISLAM

“ Ayat-ayat Al-quran tentang haq dan kewajiban pemimpin dan warga negara”

Dosen Pengampu :

Dra. Nailul Rahmi, M.Ag

Disusun Oleh :

1. SULTAN BASKARA ( 2213030015)


2. SITI HAJAR (2213030056)
3. AISYAH KHAIRUNNISA (2213030003)
4. NADIA SOLEHA PUTRI (2213030007)

KELAS HTN-C

PRODI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) IMAM BONJOL PADANG

2023 M /1444 H

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kepada Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga pemakalah
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Ayat-ayat Al-quran tentang haq dan
kewajiban pemimpin dan warga negara”. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Hukum Tata Negara Islam. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
pemakalah.

Pemakalah mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
yang telah mengamanahkan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan pembaca dalam
mata kuliah ini. Dan pemakalah juga mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini sehingga selesai. Pemakalah menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga apabila terdapat kesalahan
dalam penulisan serta kurangnya materi yang pemakalah sajikan, pemakalah minta maaf.
Untuk itu pemakalah mengharapakan kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaan makalah kedepannya.

Padang, 7 Maret 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI

Cover

Kata pengantar

Bab 1 pendahuluan

1.latar belakang

2. Landasan masalah

3.Tujuan penulisan

Bab 2 pembahasan

1.Pengertian

2.Tafsir surah An-nisa ayat 58 dan 59

3.Tafsir surah surah At-taubah ayat 6 dan 41

4.Tafsir surah Al-Anfal ayat 58,70 dan 73

5.Tafsir surah An-nisa ayat 9

6.Hadis larangan menyuap

7.Hadis kewajiban mematuhi pemimpin

Bab 3 penutup

Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kesatuan dengan mayoritas Muslim terbesardidunia. Dalam pemilihan
pemimpin Indonesia menggunakan Demokrasi yang mana kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat
dalam kata lain penguas utama dalam negara demokrasi adalah pemilik kuasa; rakyat, dalam
pemlihan kepala daerah Gubernur , Bupati, Walikota dipilih langsung oleh Rakyat. Demokrasi sendiri
menurut Abraha Licoln merupakan sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari Rakyat, oleh
Rakyat untuk Rakyat.
Kepemimpinan merupakan pokok yang sangat penting di dalam suatu bangsa dan masyarakat. Krisis
yang dialami oleh bangsa Indonesia diperlukan model kepemimpinan baru Satu sisi, bahwa al-Qur’an
dan hadits merupakan kitab petunjuk bagi Umat Islam. Di dalamnya berisi pedoman dan tuntunan
dalam menjalankan kehidupan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.an- nisa ayat 58,58 dan
9,Q.S.At-taubah ayat 6 dan 41.QS.Al-anfal ayat 58,70 dan 73.Hadis tentang larangan menyuap dan
negara serta kewajiban warga negaranya dan pemimpinya didalam al quran sangat banyak sekali
ayat yang mengatur tentang atat cara karakter jadi seorang pemimpin dan hak hak yang harus di
peroleh oleh masyarakat nya .Selain memperoleh hak sebagai warga negara kita sebagai warga
negara memiliki kewajiban –kewajibna tertentu untuk mendapat kan hak-hak kita sebagai warga
negara.Sebagai warga negara Indonesia, kedudukan, hak, kewajiban, dan peran penyandang cacat
adalah sama dengan warga negara lainnya. Hal ini sesuai dengan UUD1945, dalam Pasal 27 : Setiap
warga negara berhak memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaa

B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hak dan kewajiban ?
2.Apa yang di maksud dengan pemimpin dan warga negara ?
3. BagaiamanaTafsir, Asbabul Nuzul, Munasabah dan kandungan hukum dalam surah
Annisa ayat 58 , 59 dan 9?
4.Bagaiamana Tafsir, Asbabul Nuzul, Munasabah dan isi kandungan surah Al Anfal
ayat 58,70 dan 73?
5.Bagaimana Tafsir, Asbabul Nuzul, Munasabah dan isi kandungan surah At Taubah
ayat 6 dan 41?
6.Bagaimana hadis tentang kewajiban menaati pemimpin?
7.Apa saja hak-hak dan kewajiban sebagai warga negara dan pemimpin?
8.Bagaiamana hadis tentang larangan menyuap?

C.TUJUAN

1.kita dapat mengetahui hal dan kewajiban sebagai warga negara dan pemimpin
2.kita mengetahui Tafsir dari ayat ayat Al Quran tentang kewajiaban dan hak sebagai
pemimpin dan warga negara
3.kita dapat mengetahui Asbabul Nuzul ayat"tentang hukum, Munasabah ayat,
mufradat dan hukum-hukum yang terkadung di dalam nya
4 . Kita dapat mengetahu tentang hadis kewajiaban menaati pemimpin
5.kita juga dapat mengetahui larangan menyuap
BAB II
PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA DAN PEMIMPIN

Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh individu sebagai
anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan . Hak pada umumnya didapat
dengan cara diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas kewajiban. Hak warga negara
yang tercantum dalam UUD 1945 meliputi hak hidup, hak memperoleh pendidikan, hak
untuk melanjutkan keturunan, dan masih banyak lagi.
Contoh Hak Warga Negara Indonesia ;
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum.
2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam
4. pemerintahan.
5. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan
kepercayaan masing-masing yang dipercayai.
6. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
7. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau
NKRI dari serangan musuh.
8. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul
9. mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku.
Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu keharusan untuk dilaksanakan
oleh individu sebagai anggota warga negara guna mendapatkan hak yang pantas untuk
didapat dengan kata lain memberikan atau melakukan apa yang harus kita lakukan demi
kemajuan bangsa ke arah yang lebih baik.
Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia ;
1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh
2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda).
3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan
pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang
berlaku di wilayah negara Indonesia.
5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa
agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.
Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah Negara tersebut
dan mengakui Pemerintahnya sendiri. Adapun pengertian penduduk menurut Kansil adalah mereka
yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan negara yang
bersangkutan, diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam wilayah negara itu.
Pengertian warga negara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah sebuah penduduk
sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya, yang
mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dari negara itu. Sedangkan menurut
Dr. A.S. Hikam (2000), adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk itu sendiri.

Pengertian hak dan kewajiban warga negara menurut para ahli dimulai dari Prof. Dr. Notonegoro.
Beliau mengungkapkan bahwa hak adalah sebuah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu hal
yang memang semestinya diterima atau dilakukan
Suradinata (1997:11) berpendapat bahwa pemimpin adalah orang yang memimpin kelompok dua
orang atau lebih, baik organisasi maupun keluarga. Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan
seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan atau tingkah
laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

B. Tafsir surah An-nisa ayat 58 dan 59


Tafsir QS. An-Nisa Ayat 58-59

a. Al-Qur’an dan Terjemahnya

‫وا بِ ْال َع ْد ِل‬


ْ ‫اس َأن ت َْح ُك ُم‬
ِ َّ‫ت ِإل َى َأ ْهلِهَا َوِإ َذا َح َك ْمتُم بـَينَْ الن‬ ْ ‫ِإ َّن هّللا َ يَْأ ُم ُر ُك ْم َأن تُؤ ُّد‬
ِ ‫وا اَأل َمانَا‬

ِ َ‫ِإ َّن هّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُكم بِ ِه ِإ َّن هّللا َ َكانَ س َِميعاًـ ب‬
٥٨﴿ ً‫صيرا‬

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil.Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (QS. an-Nisa ayat 58).

‫ُأ‬
‫َي ٍء‬ ِ ‫لي اَأل ْم ِر ِمن ُك ْم فَِإن تـَنَا َز ْعتُ ْم‬
ْ ‫في ش‬ ْ ‫ُوا هّللا َ َوَأ ِطيع‬
ِ ْ‫ُوا ال َّرسُو َل َو و‬ ْ ‫وا َأ ِطيع‬
ْ ُ‫يَا َأيـُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬

ً‫اآلخ ِر َذلِكَ َخيـْ ٌر َوَأحْ َسنُ تَ ْأ ِويال‬


ِ ‫فـ َ ُر ُّدوهُ ِإل َى هّللا ِ َوال َّرسُو ِل ِإن ُكنتُ ْم تـُْؤ ِمنُونَ ِباهّلل ِ َو ْاليـَوْ ِم‬

﴾٥٩﴿

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.18 (QS. an-Nisa ayat 59)
 ‫ ِإ ّن‬sesungguhnya ِ َ‫ٱَأْل ٰ َم ٰن‬amanat
‫ت‬ ‫َأ ْهلِهَا‬yang berhak menerimanya
‫ْأ‬
 ‫يَ ُم ُر ُك ْم‬Dia menyuruh ‫ح َك ْمتُم‬kamu
َ menetapkan hukum َ‫بَ ْين‬diantara
‫َأ‬
 ‫ ن‬untuk ۟ ُ
‫تَحْ ك ُموا‬kamu menetapkan hukum ‫بِ ْٱل َع ْد ۚ ِل‬dengan
adil
 ‫وا‬ ۟ ‫تَُؤ ُّد‬menyampaikan
 ‫ َس ِمي ۢ ًعا‬Maha Mendengar ‫نِ ِع َّما‬sebaik-baiknya ‫يَ ِعظُ ُكم‬Dia memberipelajaran
kepadamu
 َ‫ َكان‬adlah Dia ‫صيرًا‬ ِ َ‫ب‬Maha Melihat
b. Munasabah Ayat
Setelah diterangkan pada ayat yang sebelumnya besarnya pahala dan balasan bagi orang-orang yang
beriman dan beramal saleh, maka ayatayat ini diterangkan bahwa di antara amal-amal saleh yang
penting
adalah melaksanakan amanat dan menetapkan hukum antara manusia dengan adil dan jujur.19
Ayat ini adalah bagian dari surat an-Nisa yang pada ayat-ayat sebelumnya menerangkan tentang
tuntutan kepada manusia untuk berbuat baik dan adil kepada wanita dan anak yatim dalam hal
warisan,
hukum, harta, cara berkomunikasi, dan tingkah laku. Serta janji dan ancaman, dan tuntunan adanya
hukum dalam masyarakat. Sedangkan ayat setelahnya berbicara tentang ulil amri dan ketaatan
kepada pimpinan
QS. an-Nisa: 59). Ayat-ayat lain terkait dengan kepemimpinan antara lain QS. al-Baqarah ayat 30.
Sayid Qutub dalam tafsirnya Fi Dlilail Qur’an memasukkan ayat ini dalam tema peraturan pokok
kehidupan umat Islam.
c. Asbab al-Nuzul
Menurut riwayat Ibnu Marduwaih dari Kalabi dari Shalih dari IbnuIAbbas bahwa sabab nuzul QS. an-
Nisa ayat 58 sebagai berikut:Setelah kota Mekkah jatuh ke tangan kaum Muslimin dalam peristiwa
Fathu Makkah, Rasulullah Saw memanggil Utsman bin Thalhah untuk meminta kunci Ka’bah. Abbas
berdiri seraya berkata:
“Wahai Rasulullah, demi Allah serahkanlah kunci Ka’bah itu kepadaku,supaya aku rangkap dengan
jabatan yang selama ini sebagai pemegangbpengairan (siqayah)”. Mendengar kata-kata itu Utsman
bin Thalhah
menarik kembali tangannya, tidak menyerahkan kunci tersebut kepadabRasulullah Saw, kemudian
Rasul berkata: “ini dia amanat dari Allah”.Selanjutnya Rasulullah berdiri untuk membuka pintu
Ka’bah yangkemudian terus keluar melakukan thawaf di Baitullah. Sehubungan dengan itu turunlah
malaikat Jibril dengan membawa perintah dari Allah Swt agar kunci tersebut dikembalikan kepada
Utsman bin Thalhah.
Rasulullah pun segera melaksanakan perintah Allah Swt itu setelah malaikat Jibril membacakan ayat
ke 58 sebagai penguat dari perintahtersebu.
4. Penjelasan Ulama Tafsir

a. Tafsir Mufradat
“Al-Amaanaat” bentuk jamak dari “al-amanah” yang merupakan bentuk mashdar dari kata amina
yaitu ketenangan jiwa atau hilangnya rasa takut. Al-amnu, al-amaanaat, al-amaan merupakan satu
sumber. AlAmanah adalah sesuatu yang dijaga untuk disampaikan kepada pemiliknya. Orang yang
menjaga dan menyampaikannya dinamakan “hafidz” (orang yang menjaga), amin (orang yang
dipercaya) dan wafiy (orang yang memenuhi), sedangkan yang tidak menjaga dan tidak
menyampaikannya disebut penghianat.22 “Ahliha” artinya yang berhak menerimanya. “Antahkumu
bil’adl” artinya kalian tetapkan hukum dengan adil.23 Adapunkata al-‘Adl dalam kamus Munjid
dikatakan dliddudh dhulmiwa syirri (lawan dari kedzaliman dan keburukan).24Sedangkan menurut
Ibnu Katsir “al-‘Adl” adalah berbuat adil kepadasemua manusia.25

b. Penjelasan Ayat
Pada ayat sebelumnya, Allah menjelaskan pahala yang besar bagi orang-orang yang beriman dan
beramal shaleh. Di antara amalyang menonjol ialah menyampaikan dan menetapkan perkara di
antara manusia dengan cara yang adil. Di dalam ayat ini Allah memerintahkan kedua amal itu.Ibnu
Katsir menjelaskan dalam tafsirnya bahwa Allah Swt memerintahkan untuk menunaikan amanah
kepada yang berhak menerimanya. Siapa saja yang tidak menunaikannya di dunia, maka iaakan
dituntut di hari kiamat, sebagaimana sabda Rasulullah Saw,“Sesungguhnya hak-hak itu benar-benar
akan sampai kepada yang berhak menerimanya sampai-sampai kambing yang tidak bertanduk pun
akan meminta balas dari kambing yang bertanduk.”26 Mahmud Yunus menyampaikan bahwa yang
dimaksud amanah itu ialah barang amanah (kepercayaan) pada seseorang untuk diberikannya
kepada yang berhak mengambilnya, seperti petaruh barang, wajibdiberikan kepada yang empunya,
hutang wajib dibayar kepada orangyang berpiutang.
Menurut beliau amanat itu banyak macamnya yaitu:

1) Barang-barang yang dipertaruhkan orang kepada kita, maka wajib kita pelihara dan kita
kembalikan kepada yang empunya.

2) IImu kitabullah, petaruh para ulama-ulama, wajib diterangkan kepada manusia,


menyembunyikannya dinamakan khianat.
3) Rahasia laki-laki dan istri atau orang lain, adalah amanah yang wajib dipelihara dan tidak boleh
disiarkan

4) Amanah di kepala pemerintah, supaya mengangkat pegawai yang ahli dan cakap.

5) Amanah di tangan semua pegawai negeri, supaya menunaikan kewajiban masing-masing menurut
mestinya.

6) Amanah kesehatan yang dianugerahkan Allah kepada kita, supaya kita pelihara menurut ilmu
kesehatan dan nasihat dokter, dan lainlain.

Apabila amanah itu tidak ada, terutama pada pegawai-pegawai pemerintah, sehingga khianat telah
merajalela, alamat negara akan robohdan keamanan akan hilang. Sebab itu adalah amanah itu salah
satu dasar negara yang kuat.27
Al-Maragh membagi amanah dalam tiga kelompok, yaitu; pertama,amanat hamba dengan
Rabbnya, yaitu apa yang telah dijanjikan Allah kepadanya untuk dipelihara, berupa melaksanakan
segala perintahNya, menjauhi segala laranganNya dan menggunakan segala perasaan dan
anggotanya untuk hal-hal yang bermanfaat baginya serta mendekatkannya kepada Rabbnya.Kedua,
amanat hamba dengan sesamamanusia, di antaranya adalah mengembalikan titipan kepada
pemiliknya,tidak menipu, menjaga rahasia, dan lain sebagainya yang wajib dilakukan kepada kelurga,
kaum kerabat, manusia pada umumnya, dan pemerintah. Termasuk dalam amanat ini adalah
keadilan para umara’ terhadap rakyatnya, dan keadilan para ulama terhadap orang-orang awam
dengan membimbing mereka kepada keyakinan dan pekerjaan yang berguna bagi mereka di dunia
dan di akhirat.Ketiga, amanat manusia terhadap diri sendiri, seperti halnya memilih yang pantas dan
bermanfaat baginya dalam masalah agama dan dunianya, tidak langsung mengerjakan hal yang
berbahaya baginya di dunia dan akhirat, serta menghindarkan berbagai penyakit sesuai dengan
pengetahuan dan petunjuk dari para dokter.
Selanjutnya dalam QS. an-Nisa ayat 58 Allah berfirman yang artinya“dan apabila kau menetapkan
hukum di antara manusia, hendaknya kau menetapkannya dengan adil”. Dalam ayat tersebut, Allah
memerintahkan untuk berbuat adil dalam memberikan hukum di antara manusia Muhammad bin
Ka’ab, Zaid bin Aslam, Syahr bin Hausyab berkata,”Sesungguhnya ayat ini diturunkan untuk para
pemimpin atau penguasa, yaitu orang-orang yang memerintah di antara manusia.” Rasulullah Saw
bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt bersama dengan pemerintah selama dia tidak berbuat
menyeleweng, tetapi bila dia menyeleweng maka Allah menyerahkannya kepada dirinya sendiri
(tidak bersama-sama denganAllah).

Menurut Ibnu Katsir, Surat An-Nisa Ayat 58 mengandung perintah untuk menegakkan keadilan
di dalam ketetapan hukum di antaramanusia. Seperti halnya diriwayatkan oleh Muhammad bin
Ka’ab, Zaid bin Aslam, dan Sahru bin Jaushib, bahwa ayat ini berkaitan dengan umara’ (pemegang
pemerintahan) untuk memperlakukan hukum dengan adil. Sehingga ada dua pelajaranyang
diperintahkan Allah dalam ayat ini, yaitu untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak
menerimanya dan berbuat adil kepada sesama manusia. Oleh karena itu janganlah sekali-kali
manusia menghianatinya karena Allah Maha mendengar atas segala perkataan dan melihat atas
segala perbuatan.
Ayat 59 memerintahkan agar kaum muslimin taat dan patuh kepada Allah Swt, kepada Rasul-
Nya dan kepada orang yang memegang kekuasaan di antara mereka agar tercipta kemaslahatan
umum. Untuknkesempurnaan pelaksanaan amanat dan hukum sebaik-baiknya dan seadil-adilnya,
hendaklah kaum muslimin:

1) Taat dan patuh kepada perintah Allah dengan mengamalkan isi kitab suci al-Qur’an, melaksanakan
hukum-hukum yang telah ditetapkanNya, sekalipun dirasa berat, tidak sesuai dengan keinginan dan
kehendak pribadi.
2) Melaksanakan ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah Saw pembawa amanat dari Allah Swt untuk
dilaksanakan oleh segenap hamba-Nya.
3) Patuh kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan ulil amri yaitu orang-orang yang
memegang kekuasaan di antara mereka Apabila mereka telah sepakat dalam suatu hal, maka kaum
muslimin berkewajiban melaksanakannya dengan syarat bahwa keputusan mereka tidak
bertentangan dengan kitab al-Qur’an dan hadits. Kalau tidak demikian halnya, maka kita tidak wajib
melaksanakannya, bahkan wajib menentangnya, karena tidak dibenarkan seseorang itu taat dan
patuh kepada sesuatu yang merupakan dosa dan maksiat pada Allah
4) Kalau ada sesuatu yang diperselisihkan dan tidak tercapai kata sepakat maka wajib dikembalikan
kepada al-Qur’an dan hadits.Kalau tidak terdapat di dalamnya haruslah disesuaikan dengan halhal
yang ada persamaan dai persesuaiannya di dalam al-Qur’an dan sunah Rasulullah Saw. Tentunya
yang dapat melakukan qiyas seperti yang dimaksud di atas adalah orang-orang yang berilmu
pengetahuan, memahami isi al-Qur’an dan sunah Rasul.Demikianlah hendaknya dilakukan oleh
orang-orang yang benarbenar beriman kepada Allah dan hari akhirat.

C. Tafsir surah At-taubah ayat 6 dan 41


Surah At-taubah ayat 6

‫اركفََأ ِجرْ هُ َحتَّ ٰى يَ ْس َم َع َك ٰلَ َم ٱهَّلل ِ ثُ َّمَأ ْبلِ ْغهُ َمْأ َمنَهۥُ ۚ ٰ َذلِكَ بَِأنَّهُ ْم قَوْ ٌم اَّل يَ ْعلَ ُمون‬
َ ‫َوِإ ْن َأ َح ٌد ِّمنَ ْٱل ُم ْش ِر ِكينَ ٱ ْستَ َج‬
Artinya: Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu,
maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat
yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.
Allah Swt. berfirman mengingatkan Nabi-Nya:
{ َ‫} َوِإ ْن َأ َح ٌد ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِكين‬
Dan jika seorang di antara orang-orang musyrik itu. (At-Taubah : 6)
Yakni di antara orang-orang yang Aku perintahkan kamu untuk memerangi mereka dan Aku halalkan
kepadamu jiwa dan harta benda mereka.
{‫ك‬ َ ‫}ا ْستَ َج‬
َ ‫ار‬
meminta perlindungan kepadamu. (At-Taubah: 6)
Maksudnya, meminta keamanan kepadamu, maka perkenankanlah permintaannya hingga ia sempat
mendengar Kalamullah, yakni Al-Qur'an yang engkau bacakan kepadanya dan kamu ingatkan dia
tentang sesuatu dari perkara agama yang menegakkan hujah Allah atas dirinya.
{ُ‫}ثُ َّم َأ ْبلِ ْغهُ َمْأ َمنَه‬
kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. (At-Taubah: 6)
Yaitu antarkanlah dia sampai ke tempat yang aman hingga ia dapat kembali ke tanah airnya dan
dapat pulang ke rumahnya penuh rasa aman.
{ َ‫} َذلِكَ بَِأنَّهُ ْم قَوْ ٌم اَل يَ ْعلَ ُمون‬
Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (At-Taubah: 6)

Mufradat ayat
‫د‬ٞ ‫ َأ َح‬seseorang
‫ك‬َ ‫ار‬ ۡ
َ ‫ٱستَ َج‬minta perlindunganmu
ۡ ۡ
َ‫ٱل ُمش ِر ِكين‬orang-orang musyrik
ۡ
َ‫ٱست ََجارَك‬minta perlindunganmu
‫فََأ ِج ۡر ُه‬maka lindungilah ia
‫ َحتَّ ٰى‬sehingga
‫يَ ۡس َم َع‬dia mendengar
‫ َك ٰلَ َم‬firman
sampaikan/antarkan dia ُ‫َأ ۡبلِ ۡغه‬
‫ َم ۡأ َمنَه‬tempat yang aman baginya
ۡ‫بَِأنَّهُم‬karena sesungguhnya
َ‫يَ ۡعلَ ُمون‬mengetahui
‫قَ ۡوم‬kaum

Surah At-taubah ayat 41

{)41( َ‫ا ْنفِرُوا ِخفَافًا َوثِقَاال َو َجا ِهدُوا بَِأ ْم َوالِ ُك ْم َوَأ ْنفُ ِس ُك ْم فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَ ُك ْم ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬
Artinya: Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu
dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.
Referensi : https://tafsirweb.com/3057-surat-at-taubah-ayat-41.html

Tafsir:
Tafsir Surat At-Taubah: 9-11

Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia)
dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu. Mereka tidak
memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan)
perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Jika mereka bertobat, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudara kalian seagama. Dan Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. Allah subhanahu wa ta’ala mencela orang-
orang musyrik dan memberikan semangat kepada orang-orang mukmin untuk memerangi mereka.
Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. (At-Taubah: 9) Artinya, mereka
menukarkan ayat-ayat Allah yakni tidak mau mengikutinya dengan harga yang sedikit, yakni dengan
kesenangan duniawi yang rendah dan tiada artinya bila dibandingkan dengan pahala akhirat.

lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. (At-Taubah: 9) Mereka menghalang-halangi
orang mukmin dari mengikuti jalan yang benar. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka
kerjakan itu. Mereka tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak
(pula mengindahkan) perjanjian.

Tafsir At-Taubah ayat 41

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof.
Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah

Setelah Allah mengancam orang-orang yang tidak pergi berjihad bersama Rasulullah dan merasa
berat untuk pergi, kemudian Allah melanjutkannya dengan perintah yang sangat tegas, dengan
mewajibkan jihad bagi setiap orang, sehingga tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak ikut
berjihad; Dia berfirman: “Hai orang-orang beriman, pergilah berjihad, baik itu dalam keadaan mudah
ataupun sulit, masih muda maupun sudah tua. Berjihadlah di jalan Allah dengan harta dan jiwa
kalian. Pergi berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan harta lebih berguna bagi kalian di dunia dan di
akhirat daripada duduk di rumah mencari keselamatan jiwa dan harta. Adapun dalam perkara
agama, maka tidak ada kebahagiaan melainkan bagi orang yang menolong kebenaran dan
menegakkan keadilan; sedangkan dalam perkara agama, maka tidak ada kemuliaan dan kejayaan
bagi umat melainkan dengan kekuatan dan persiapan perang yang merupakan cara untuk melawan
musuh. Hal ini jika kalian mengetahui ilmu yang dapat mendorong untuk mengamalkannya.”
Referensi : https://tafsirweb.com/3057-surat-at-taubah-ayat-41.html

Munasabah ayat 41
Ibnu Jarir meriwayatkan dari seseorang yang berasal dari Hadhramaut, “Ia mendengar kabar bahwa
dahulu ada orang-orang yang sakit atau tua renta dan mengatakan, 'Aku berdosa!' Maka Allah
menurunkan firman-Nya, “”Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun.

D. Surat Al- Anfal ayat 58,70 dan 73

Surah Al-Anfal ayat 58


َ
‫ࣖ َو ِامَّا َت َخا َفنَّ مِنْ َق ْو ٍم ِخ َيا َن ًة َفا ۢ ْن ِب ْذ ِا َلي ِْه ْم َع ٰلى َس َو ۤا ۗ ٍء اِنَّ هّٰللا َ اَل ُيحِبُّ ْال َخ ۤا ِٕى ِني َْن‬
Terjemahan
Dan jika engkau (Muhammad) khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka
kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang yang berkhianat.

Mufrodat Al-Anfal ayat 58

immā
‫َوِإمَّا‬
And if
dan jika
takhāfanna
َّ‫َت َخا َفن‬
you fear
kamu sungguh takut
min
‫مِن‬
from
dari
qawmin
‫َق ْو ٍم‬
a people
kaum/golongan
khiyānatan
‫ِخ َيا َن ًة‬
betrayal
pengkhianatan
fa-inbidh
‫َف ۢٱن ِب ْذ‬
throw back
maka lemparkan/kembalikan
ilayhim
‫ِإلَي ِْه ْم‬
to them
kepada mereka
ʿalā
‫َعلَ ٰى‬
on
atas
sawāin
‫َس َوٓا ۚ ٍء‬
equal (terms)
yang sama jujur
inna
َّ‫ِإن‬
Indeed
sesungguhnya
l-laha
َ ‫ٱهَّلل‬
Allah
Allah

‫اَل‬
(does) not
tidak
yuḥibbu
ُّ‫ُيحِب‬
love
menyukai
l-khāinīna

Munasabah Al-Anfal ayat 58


Sebab Turunnya Ayat
Abusy Syaikh meriwayatkan dari Ibnu Syihab, ia berkata, “Jibril menemui
Rasulullah dan berkata, ‘Engkau telah meletakkan senjata padahal kita masih
hendak memburu musuh?! Keluarlah, sesungguhnya Allah telah
memerintahkanmu untuk memerangi Quraizhah.’ Dan Allah menurunkan
firman-Nya mengenai mereka, “Dan jika engkau (Muhammad) khawatir akan
(terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan.... “

Surah Al-Anfal ayat 70

‫ٰ ٓيا َ ُّي َها ال َّن ِبيُّ ُق ْل لِّ َمنْ ف ِْٓي اَ ْي ِد ْي ُك ْم م َِّن ااْل َسْ ٰ ٓر ۙى اِنْ يَّعْ َل ِم هّٰللا ُ فِيْ ُقلُ ْو ِب ُك ْم َخيْرً ا يُّْؤ ِت ُك ْم َخيْرً ا ِّممَّٓا ا ُ ِخ َذ ِم ْن ُك ْم َو َي ْغفِرْ لَ ُك ۗ ْم َوهّٰللا ُ غَ فُ ْو ٌر‬
‫ࣖ رَّ ِح ْي ٌم‬
Terjemahan
Wahai Nabi (Muhammad)! Katakanlah kepada para tawanan perang yang ada di tanganmu, “Jika
Allah mengetahui ada kebaikan di dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan yang lebih baik dari
apa yang telah diambil darimu dan Dia akan mengampuni kamu.” Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.

Mufrodat Al-Anfal ayat 70

‫ٰ َٓيَأ ُّي َها‬


O!
wahai
l-nabiyu
ُّ‫ٱل َّن ِبى‬
Prophet!
Nabi
qul
‫قُل‬
Say
katakanlah
liman
‫لِّ َمن‬
to whoever
kepada orang

‫ف ِٓى‬
(is) in
dalam
aydīkum
‫َأ ْيدِي ُكم‬
your hands
tanganmu
mina
‫م َِّن‬
of
dari
l-asrā
‫ٱَأْلسْ َر ٰ ٓى‬
the captives
tawanan
in
‫ِإن‬
"If
jika
yaʿlami
‫َيعْ لَ ِم‬
knows
mengetahui
l-lahu
ُ ‫ٱهَّلل‬
Allah
Allah

‫فِى‬
in
dalam
qulūbikum
ِ ُ‫قُل‬
‫وب ُك ْم‬
your hearts
hati kamu
khayran
‫َخيْرً ا‬
any good
kebaikan
yu'tikum
‫يُْؤ ِت ُك ْم‬
He will give you
Dia akan memberikan kepadamu
khayran
‫َخيْرً ا‬
better
kebaikan/lebih baik
mimmā
‫ِّممَّٓا‬
than what
dari apa
ukhidha
‫ُأ ِخ َذ‬
was taken
telah diambil
minkum
‫مِن ُك ْم‬
from you
dari kamu
wayaghfir
ْ‫َو َي ْغفِر‬
and He will forgive
dan Dia akan mengampuni
lakum
‫لَ ُك ۗ ْم‬
you
bagi kalian
wal-lahu
ُ ‫َوٱهَّلل‬
And Allah
dan Allah
ghafūrun
‫َغفُو ٌر‬
(is) Oft-Forgiving
Maha Pengampun
raḥīmun
‫رَّ حِي ٌم‬
Most Merciful"
Maha Penyayang

Munasabah Al-Anfal ayat 70

Ayat ini turun berkenaan dengan para tawanan Perang Badar, di antara nya al-'Abba>s bin 'Abdul-
Mut}t}alib, paman Nabi. Ketika Nabi menuntutnya membayar tebusan, ia menolak dan menyatakan
diri telah masuk Islam. Namun demikian, Nabi bersikeras menuntut tebusan darinya.

Surah Al-Anfal ayat 73

‫ض َو َف َسا ٌد َك ِب ْي ۗ ٌر‬ ۗ ٍ ْ‫ض ُه ْم اَ ْولِ َي ۤا ُء َبع‬


ِ ْ‫ض ِااَّل َت ْف َعلُ ْوهُ َت ُكنْ فِ ْت َن ٌة فِى ااْل َر‬ ُ ْ‫َوالَّ ِذي َْن َك َفر ُْوا َبع‬
Terjemahan
Dan orang-orang yang kafir, sebagian mereka melindungi sebagian yang lain. Jika kamu tidak
melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah (saling melindungi), niscaya akan terjadi
kekacauan di bumi dan kerusakan yang besar.
Mufrodat Al-Anfal ayat 73

‫ِين‬ َ ‫َوٱلَّذ‬
And those who
dan orang-orang yang
kafarū
۟ ‫َك َفر‬
‫ُوا‬
disbelieve
kafir/ingkar
baʿḍuhum
‫ض ُه ْم‬ ُ ْ‫َبع‬
some of them
sebagian mereka
awliyāu
‫َأ ْولِ َيٓا ُء‬
(are) allies
menjadi pelindung
baʿḍin
‫ض‬ ۚ ٍ ْ‫َبع‬
(to) another
sebagian yang lain
illā
‫ِإاَّل‬
If not
kecuali
tafʿalūhu
ُ‫َت ْف َعلُوه‬
you do it
kamu melaksanakannya
takun
‫َت ُكن‬
(there) will be
adalah/terjadi
fit'natun
‫فِ ْت َن ٌة‬
oppression
fitnah

‫فِى‬
in
di
l-arḍi
‫ض‬ ِ ْ‫ٱَأْلر‬
the earth
bumi
wafasādun
‫َو َف َسا ٌد‬
and corruption
dan kerusakan
kabīrun
‫َك ِبي ٌر‬
great
yang besar

Hadis tentang larangan menyuap

Penafsiran hadist ekonomi (konsumsi)

Pengertian konsumsi menurut islam ialah memenuhi kebutuhan jasmani maupun rohani
sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT untuk
mendapatkan kesejahteraan atau kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah). Disini saya akan
menjelaskan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Hadistnya ialah sebagai berikut:

)ُ‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َؤسلَّ َم لَ َع ْن هللاُ الرّا ِش َى َو ْال ُمرْ تَ ِس َى فى ْال ُح ْك ِم ( َر َواهُ اَحْ َمد‬
َ – ِ‫ع َْن اَبِى هُ َر ْي َرةَ قا َ َل َرسُو ُل هللا‬

Artinya: Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasul SAW bersabda: Allah SWT melaknat
penyuap dan yang di suap (HR. Imam Ahmad). Hadist ini dinyatakan shohih oleh syaikh Al-
banani di dalam shohih At-targhib wa At-Tarhibll/261 no.2212.

Setelah membaca hadist diatas kita akan tahu bagaiman hukum memakan harta yang haq
atau yang bathl, kata bathl menurut syara’ diartikan sesuatu yang haram atau tidak baik kita
gunakan, hadist ini menerangkan tentang bagaimana hukum seseorang yang menyuap
seseorang yang di landasi oleh keinginan untuk memuaskan diri sendiri dan disitu di
terangkan juga bahwa orang yang menerima suap akan di laknat sebagaimana yang
menyuap.

Hadis tentang kewajiban menaati pemimpin

‫ـرنا‬
ِ ‫وعسـرنا ويسـ‬
ِ ،‫ في منشـ ِطنا ومكر ِهنـا‬،‫السمع والطاع ِة‬
ِ ‫ أن بايعنا على‬: ‫ فقال فيما أخذ علينا‬،‫النبي صلَّى هللاُ علي ِه وسلَّ َم فبايعناه‬
ُّ ‫دعانا‬
ٌ
‫برهان‬ ُ َ
‫ عندكم من هللاِ فيه‬،‫ إال أن تروا كفرًا بَواحًا‬،‫ وأن ال نناز َع األم َر أهله‬،‫وأثر ٍة علينا‬

Artinya: “Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pernah memanggil kami, kemudian membaiat


kami. Ketika membaiat kami beliau mengucapkan poin-poin baiat yaitu: taat dan patuh
kepada pemimpin, baik dalam perkara yang kami sukai ataupun perkara yang tidak kami
sukai, baik dalam keadaan sulit maupun keadaan lapang, dan tidak melepaskan ketaatan
dari orang yang berhak ditaati (pemimpin). Kecuali ketika kalian melihat kekufuran yang
jelas, yang kalian punya buktinya di hadapan Allah.” (HR. Bukhari no. 7056, Muslim no.
1709).

DAFTAR PUSTAKA

Aninsi, Niken. 2021 Contoh Hak dan Kewajiban Warga Negara yang tercantum dalam UUD 1945.
Katadata.com https://katadata.co.id/safrezi/berita/61655a95c2db5/ contoh-hak-dan-kewajiban-
warga-negara-yang-tercantum-dalam-uud-1945

Ibnu katsir, An-nihayah, pustaka As-sunnah.

Ibnu taimiyyah, Majmu’ fatawa,  pustaka azzam.

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Hadist Tentang Larangan Suap Menyuap",
Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/mkhusni19/58cdff0bb37e61d20f032d07/hadist-tentang-larangan-
suap-menyuap?page=2

al-Mahalliy, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi, 1995, Tafsir Jalalain berikut Asbabun
Nuzul Ayat (Terjemah), Bandung: Sinar Baru Algensindo.

al-Maraghi, Mustafa, 1946, Tafsir al-Maraghi, Mesir: Daar al-Fikr, Jilid 3


Hatta, Ahmad, 2011, Tafsir Qur’an Perkata, Jakarta: Maghfiroh Pustaka
IbnuKatsir, 1992, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, Mesir: Daar al-Fikr,, Jilid I

Anda mungkin juga menyukai