Anda di halaman 1dari 5

PELANGGARAN YANG DILAKUKAN INDONESIA

TERHADAP PRINSIP-PRINSIP GATT DALAM PROGRAM MOBIL NASIONAL

DISUSUN OLEH :

KEVIN ZIDAN PRATAMA

B1A121106

ILMU HUKUM

HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Awalnya Perdagangan Internasional timbul dari adanya ketergantungan akan kebutuhan


yang tidak dapat ditemui dari daerah asal masing-masing yang mana setiap daerah belum tentu
dapat memenuhi semua kebutuhan nya sendiri maka dari itu adanya perdagangan antar daerah
guna memenuhi kebutuhan tersebut . Perdagangan Internasional muncul dimulai dari adanya
perdagangan dijalur sutera yang diisi oleh para pedagang dan para pembeli dari berbagai
macam daerah asalnya.
Perdagangan Internasional di era ini menjadi satu hal yang krusial, hampir semua negara-
negara didunia kini ikut serta teribat dalam kegiatan perdagangan internasional. Bahkan
negara-negara yang biasanya dulu memiliki sikap tertutup kini juga turut terjun melakukan
kegiatan ekspor-impor antar negara baik berupa produk teknologi, hasil perkebunan, hasil
pertanian, dan hasil-hasil lainnya. Perdagangan Internasional ini memiliki peranan yang
sedemikian penting terutama bagi developing country ( negara berkembang ) yang sedang
dalam pembangunan yang memiliki bentuk perekonomian terbuka. Lebih lagi Perdagangan
Internasional juga offering sesuatu seperti eskalasi ekonomi suatu negara dan pembangunan
yang ada didalam nya. Pabrikasi suatu negara yang diterima oleh kalangan pasar internasional
merupakan suatu prestise yang mempengaruhii posisi tawar negara tersebut maka dari itu
banyak sekali negara negara yang bersaing aktif melakukan upaya-upaya untuk
menyebarluaskan pengaruh perdagangan keseluruh dunia.
Seiring berjalannya waktu banyak berbagai tantangan timbul untuk dihadapi maka dari itu
muncullah pemikiran untuk membuat peraturan yang mengatur ketentuan ketentuan tentang
Perdagangan Internasional. ditahun 1949 diselenggarakan perjanjian terkait Perdagangan
Internasional yaitu GATT atau General Agreement on Tariff and Trade yang mana perjanjian ini
adalah perjanjian multilateral yang bertujuan pokok untuk membuat eskalasi ekonomi dan
pembangunan demi mencapai kesejahteraan masyarakat dunia.
Namun GATT tidak berarti memiliki kekurangan, ditanggal 15 April 1994 bertempat di
Marrakesh, Maroko menteri-menteri anggota GATT melakukan suatu persetujuan untuk
membuat suatu organisasi bersekala internasioal yang kuat yaitu WTO atau World Trade
Organization, Pada 1 Januari 1995 di era orde baru Indonesia bergabung dengan WTO yang
mana dengan bergabung nya Indonesia, dilakukanlah ratifikasi oleh pemerintah yaitu UU No.
7/1994 mengenai Ratification of the Agreement Estabilishing World Trade Organization. Tujuan
nya Indonesia bergabung dengan WTO salah satunya ialah guna memberikan proteksi
multilateral dengan baik untuk interes nasional di dalam Perdagangan Internasional.
Selama Indonesia bergabung dengan WTO jalannya tidak selalu mulus, cukup banyak
terjadi benturan benturan yang dialami oleh Indonesia dengan negara-negara lain salah satunya
ialah kasus MobNas atau Mobil Nasional yang melibatkan pemerintah dan PT Timor Putra
Nusantara (TPN). Peristiwa tersebut

1. Uraian Kasus
Dimulai dari adanya laporan dari Jepang kepada WTO yang dikarenakan diterbitkannya
Inpres No. 2/1996 (Program Mobil Nasional). Inpres tersebut sendiri timbul dilatarbelakangi
oleh keterbatasan atau kekurangan mengenai teknologi yang dimiliki Indonesia pada saat itu
sehingga melalui Inpres tersebut memberikan hak istimewa dengan memperbolehkan PT Timor
Putra Nusantara selaku perusahaan yang dipercayai untuk menjalankan program tersebut
melakukan impor mobil dalam bentuk yang sudah jadi dari Korea Selatan yang nantinya mobil
yang sudah jadi tersebut diganti mereknya menjadi “TIMOR” dan tidak hanya itu pemerintah
juga memberi hak istimewa lain nya kepada PT Timor Putra Nusantara berupa bea masuk
barang impor dengan syarat tertentu. Karena hak-hak istimewa tersebutlah membuat beberapa
negara seperti Negara-negara Eropa, Jepang, dan Amerika seringkali mengajukan keluhan,
beberapa upaya kesepakatan pun telah dilakukan namun hal tersebut belum berhasil dicapai
karena banyak nya perbedaan interes antar negara-negara tersebut.
Lebih lanjut rincian urutan penyelesaian kasus nya sebagai berikut :
Berdasarkan dari Jepang :
- 4 Oktober 1996 : Jepang menawarkan konsultasi bersama Indonesia berdasarkan yang
tercantum pada Pasal 4 DSU lalu hal tersebut berhubungan dengan pasal pasal yang dari
pandangan Jepang telah dilanggar Indonesia, antara lain XXII:1 GATT 1994 dan Pasal 8
TRIMS
- 5 November 1996 : Jepang bersama Indonesia mengadakan konsultasi yang telah
diajukan Jepang sebelumnya
- 29 November 1996 : Jepang meminta diperpanjangan konsultasi bersama Indonesia
mengenai program MobNas ( Mobil Nasional )
- 3 Desember 1996 : Jepang dan Indonesia mengadakan konsultasi yang di sebelum nya
telah diajukan pada tanggal 29 November 1996 dan menghasilkan sesuatu yang tidak
memuaskan, Konsultasi bertempat di Jenewa
- 17 April 1997 : Jepang mengajukan untuk dibentuk panel yang terkait Pasal 4,7,6.1
dalam DSU. Negara tersebut meminta panel mengecheck stabilitas penerapan program
MobNas yang diadakan pemerintah Indonesia
Berdasarkan Komunitas Eropa :
- 5 Oktober 1996 : Komunitas Eropa menawarkan konsultasi berdasarkan Pasal 4 DCU,
Pasal XXII GATT, Pasal 8 TRIMS, dan Pasal 7
- 6 November 1996 : Indonesia dan Komunitas Eropa mengadakan konsultasi kedua
kalinya dan tidak menghasilkan hasil yang memuaskan dari pertemuan tersebut
- 12 May 1997 : Komunitas Eropa mengemukakan untuk membentuk panel terkait Pasal 6
DSU. Komunitas Eropa mengajukan panel untuk mengenali secara mendalam stabilitas
program MobNas. Komunitas Eropa juga mengajukan kepada panel untuk mempelajari
lebih dalam mengenai substansi keluhan dari Komunitas Eropa
Berdasarkan Amerika :
- 8 Oktober 1996 : Amerika meminta penanganan kasus dengan konsultasi bersama
Indonesia
- 4 November 1996 : Indonesia bersama sama dengan Amerika mengadakan konsultasi
namun tidak tercapai hasil yang diinginkan
- 12 Juni 1997 : Negara tersebut meminta penanganan kasus ini dilanjutkan ketahap
selanjutnya yaitu pembentukan panel sesuai Pasal 6 DCU, Pasal XXIII:2 GATT, Pasal 8
TRIMS. Amerika menegaskan tahap yang sama sudah diperbuat oleh Komunitas Eropa
sebelumnya. Maka dari itu Amerika meminta supaya pengumpulan informasi yang
diajukan sebelumnya.
Pembentukan Panel
Setelah penjelasan kasus diatas, maka selanjutnya dilanjutkan dengan Pembentukan
Panel, ditanggal 12 Juni 1997 Dispute Settelement Body atau DSB membuat rencana
pembentukan panel yang sebelumnya telah diajukan dari Jepang, Komunitas Eropa, dan
Amerika. Lalu di pertemuan berikutnya panel berdasar Article 9 DSU tentang multiple
complainants. Bersama macam-macam pertimbangan ditanggal 12 Juni 1997 dibuatlah panel
yang bertujuan untuk mempelajari atau mengkaji lebih mendalam mengenai complain dari
Komunitas Eropa, Jepang, dan Amerika.
Proses dalam Panel
Ditanggal 3-4 Desember 1997 dan ditanggal 13-15 Januari 1998 Panel telah mengadakan
pertemuan bersama pihak-pihak. Lalu panel bertemu dan memintai keterangan oleh pihak
ketiga di tanggal 4 desember 1997. Pada tanggal 11 Desember 1997, pemimpin dari panel
memberitahukan ke DPO bahwa panel tidak bisa menerbitkan laporan diwaktu 6 bulan
semenjak dibentuk komposisi anggota bersama kerangka kerja panel.

2. Aspek hukum yang dilanggar


Berikut ialah beberapa aspek dikeluhkan oleh negara-negara yang dirugikan mengenai
program mobil nasional dalam hal ini Jepang, Komunitas Eropa, dan Amerika :
a. Diskriminasi Pajak, hal ini melanggar Pasal III:2 GATT
b. Muatan Kandungan Lokal, hal ini melanggar Pasal 2 TRIMs
c. Customs Duty Benefits, hal ini melanggar Pasal I:1 GATT
d. Program yang tidak Uniform, Impartial, dan Reasonable, hal ini melanggar Pasal X:1
GATT dan Pasal X:3 (a) GATT
e. Specific Subsidies, hal ini melanggar Pasal 6 SCM Agreement

3. Upaya Penyelesaian
Keluhan telah diajukan ke WTO oleh negara-negara yang merasa dirugikan, selanjutnya
Indonesia beserta negara negara lainnya melakukan proses penyelesaian sengketa yang
tertuang pada mekanisme penanganan sengketa WTO, berikut tahap tahapan nya:
a. Konsultasi, pada tahapan ini dimulai dari negosiasi antar pihak yang terkait dengan
sengketa demi mendapat solusi yang dapat diterima kedua belah pihak. Dari kasus
tersebut telah dilakukan konsultasi baik dari pihak Jepang, Komunitas Eropa, dan
Amerika namun dari beberapa Konsultasi yang telah dilakukan banyak dari konsultasi
tersebut tidak menghasilkan hasil yang memuaskan para pihak.
b. Panel, panel sendiri ialah para ahli yang berkelompok dan bersifat independen yang
ditunjuk oleh WTO untuk menyelidiki kasus dan memberikan pendapat. Didalam kasus
ini panel terdiri dari 3 orang pakar yang memiliki kebangsaan yang berbeda-beda. Bukti-
bukti dan argumen-argumen dari para pihak akan diperiksa oleh panel.

4. Keputusan
Hasil dari keputusan yang telah dikeluarkan oleh panel ialah mewajibkan Indonesia untuk
menarik kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan Program Mobil Nasional, namun
ternyata Indonesia tidak langsung menarik kebijakan-kebijakan tersebut. Hal yang pertama-
tama dilakukan Pemerintah Indonesia ialah ditanggal 8 April 1998 pemerintah menerbitkan SK
Kemenkeu No.205/MK.03/1998 tentang pembelian sarana kredit kepada anggota DPR untuk
pembelian kendaraan bermotor sampai bernilai Rp.75 Juta/orang. Hal ini dapat dilunasi
bersama angsuran dalam jarak waktu 55 bulan. SK tersebut dilatarbelakangi masih tersedia
lebih persediaan stok mobil Timor di gudang yang tidak terjual. Namun akibat paksaan dari
berbagai pihak antara lain WTO dan IMF akhirnya sarana-sarana itu ditarik. Dan pada akhirnya
Indonesia menarik kebijakan pajak tersebut, memberikan kompensasi kepada negara-negara
pengadu, dan mematuhi kewajiban-kewajiban yang diatur dalam GATT dan peraturan-
peraturan WTO. Sebagai tindak lanjut dari keputusan tersebut, Indonesia kemudian menarik
kebijakan pajak tersebut dan memberikan kompensasi kepada negara-negara pengadu, yang
jumlahnya mencapai sekitar US$200 juta. Indonesia juga berupaya untuk memperbaiki
kebijakan perdagangan dan investasinya sesuai dengan prinsip-prinsip GATT dan peraturan-
peraturan WTO yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai