NAMA : YULIANA
NIM : 041894072
SEMESTER : LIMA MANAJEMEN
JAWABAN.
1. Proses pelatihan untuksistem kerja. Model pelatihan untuk sistem kinerja (training for performance
system /TPS) model menggambarkan lima tahap proses pelatihan yang saling berhubungan dan
mendukung melalui kepemimpinan. Hal ini sangat penting Karena merupakan proses yang sistematis.
Patra ahli memberikan pelatihan untuk memenuhi pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan oleh
para karyawan.
Langkah-langkah proses pelatihan untuk sistem kinerja merupakan susatu proses untuk
mengembangkankeahlian seseorang yang bertujuan untuk memperbaiki organisasi, proses dan
kinerja individu.
e) Meningkatkan layanan yaitu pengembangan staf akan meningkatkan kualitas layanan lebih baik
…….dari karyawan kepada nasabah perusahaan.
f) Moral yaitu moral karyawan akan lebih baik karena keahlian da keterampilan sesuai dengan
pekerjaannya sehingga mereka antusias untuk menyelesaikan pekerjaannya lebih baik.
g) Karier, yaitu kesempatan untuk meningkatkan karir karyawan semakin besar karena keahlian
prestasi kerjanyanya lebih baik.
h) konseptual yaitu mengejar semaikin cakap dan cepat dalam mengambil keputusan yang lebih
baik karena kemampuan teknis. Individu dan manajerial yang dimiliki.
i) Kepemimpinan yaitu seorang manajer akan lebih baik, hubungan manusianya lebih luas,
motivasinya terarah sehingga pembinaan kerjasama vertical dan horizontal semaki harmonis.
j) Insentif, dimaksudkan untuk meningkatkan insentif maupun manfaat yang didasarkan [pada
prestasi kerja para karyawan.
k) Kepuasan pelanggan yaitu akan searah dengan pengembangan kualitas produk, dan layanan
sehingga tentunya akan berkaitan dengan kepuasan konsumen.
3. Ada lima (5) pendekatan pembahasan metateori yang perlu dipahami secara menyeluruh dan
bukan sebagian saja sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengembangan SDM sesuai situasi
yang ada. Yaitu behaviorisme, kognitifisme, humanisme, belajar social dan konstruktivisme.
a) Behaviorisme, teori ini menekankan pada adanya perubahan perlaku yang disebabkan
adanya proses belajar. Hormon telah mengidentifikasi 7 asumsi inti mengenai behaviorisme
yang meliputi:
1. Prinsip belajar yang mengutamakan perubahan perilaku yang dapat membedakan
manusia dengan hewan.
2. Proses belajar yang objektif dengan menggunakan stimulus yang respon.
3. Fakktor eksternal yang mempunyai peran besar bila dibandingkan faktor internal.
4. Belajar yang memfokuskan pada perubahan perilaku.
5. Individu y6ang terlahir bagaikan kertas kosong.
6. Belajar yang sangat bergantung pada lingkungan sekitar
7. Konsep yang mendukung belajar pada seseorang.
Jadi teori behaviorisme merupakan salah satu dalam pengembangan SDM yang berorientasi
pada pelatihan.pemberian stimulus dan respon menjadi unsur penting dalam menunjang
perubahan perilaku yang dapan meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja yang lebih
optimal.
b). Kognitivisme
Teori kognitivisme ini sangat mendukung pengembangan SDM dan pembelajaran orang
dewasa yaitu :
1). pemrosesan informasi, yaitu pikiran manusia merupakan proses informasi yang terdiri
atas komponen memori sensor, memori jangka pendek dan memori jangka panjang.
2). metakognisi, yaitu bagaimana individu dapat mengendalikan proses kognitifnyas sendiri.
Kondep mini dikenal dengan pembelajaran mengenai belajar.
c). humanisme
bila dibandingkan dengan kedua teori sebelumnya, teori humanism ini kurang dapat
berperan besar dalam pengembangan SDM. Namun demikian, konsep ini lebih menekankan
pada pendekatan aspek spikologis. Melalui teori ini kita dapat melihat belajar dalam sudut
pandang yang berbeda dimana seseorang dapat mengelolah proses belajarnya sendiri guna
mendapatkan hasil yang lebih optimal. Disamping hal tersebut setiap individu dituntut untuk
dapat mengarahkan dirinya sendiri dalam proses belajarnya sehingga ia dapat menentukan
setiap kompetensi yang ingin dikembangkannya.
proses belajar akan menjadi lebih optimal bila individu tersebut belajar dari kondisi
lingkungan sekitarnya. Berbeda dengan behaviorisme, maka seorang fasilitator dalam hal ini
bertugas mengarahkan individu agar dapt belajar melalui lingkungannya. Stimulus tidak lagi
dapat selalu diberikan, karena hal ini akan ia dapatkan apabila ia melalui proses belajar
terhadap lingkungannya. Dengan kata lain, suatu komunitas sosial akan berperan sebagai
sumber belajar dan akan menempatkan individu tersebut yang kemudian akan
mengarahkannya untuk mendapatkan kinerja yang lebih baik.
e). konstruktivisme
semua teori belajar ini dapat kita gunakan dalam pengelolaan SDM, namun hal ini harus
terlebih dahulu disesuiakan degan kebutuhan dan karakteristik pebelajar. Melalui
penyesuaian tersebut maka kita akan mendapatkan hasil belajar yang optimal secara lebih
efektif dan efisien.