Anda di halaman 1dari 2

Riba

Riba secara bahasa (etimologi) artinya tambahan atau kelebihan


(ziyadah) Sedangkan pengertian riba menurut istilah (terminologi) ialah
kelebihan atau tambahan pembayaran dalam utang piutang atau jual
beli yang disyaratkan sebelumnya bagi salah satu dari dua orang/pihak
lain yang membuat perjanjian
Salah satu contoh riba yad yang banyak terjadi dalam keseharian yaitu jual beli
mobil baru dengan skema kontan dan kredit. Semisal, harga mobil baru jika
dibeli secara tunai Rp 100 juta, sedangkan secara kredit Rp 150 juta.

Kedua adalah transaksi maysir (perjudian). Menurut Ibrahim Anis dalam


Al-Mu’jam Al-Wasith hal. 758 menyatakan bahwa judi adalah setiap
permainan (la’bun) yang mengandung taruhan dari kedua pihak
(muraahanah). Menurut Ibnu Hajar al-Maky, maysir adalah segala
bentuk spekulasi. Semua transaksi yang mengandung unsur spekulatif
atau untung-untungan masuk dalam kategori judi sehingga dilarang.
Game online dengan konsep taruhan seperti Higgs Domino. Taruhan
dalam bentuk togel dengan skema transaksi pembelian kupon dan
menebak beberapa digit angka

Ketiga adalah transaksi gharar (ketidakpastian). Undang-Undang Nomor


21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah mendefinisikan gharar
sebagai transaksi yang obyeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak
diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat
transaksi dilakukan kecuali bila diatur lain dalam syariah. Contohnya
yaitu jual beli susu yang belum terperah, janin dalam perut betina, dan
wol yang masih di kulit hewan.

Keempat adalah transaksi dharar (penganiayaan, saling merugikan).


Dharar adalah transaksi yang dapat menimbulkan kerusakan, kerugian,
ataupun ada unsur penganiayaan, sehingga bisa mengakibatkan
terjadinya pemindahan hak kepemilikan secara batil. Menjual barang
dengan harga yang mahal dan jauh dengan rata-rata harga pasar.

2. Melakukan penimbunan atas suatu barang yang akan dijual.


Kelima adalah transaksi maksiat. Transaksi maksiat adalah bentuk
transaksi yang terkait dengan usaha-usaha yang secara langsung
ataupun tidak langsung melanggar (menentang) hukum-hukum Allah
dan Rasul-Nya. Membuat pabrik minuman keras, membuat pabrik obat
terlarang, membuat tempat pelacuran, membuat tempat perjudian,
perdukunan/paranormal.

Keenam adalah transaksi suht (haram zatnya). Suht atau barang haram
adalah barang-barang yang diharamkan zatnya untuk dikonsumsi,
diproduksi, dan diperdagangkan menurut nash yang terdapat di dalam
al-Qur’an dan al-Hadits.

Ketujuh adalah transaksi risywah (suap). Risywah adalah apa-apa yang


diberikan untuk membatalkan barang yang benar dan membenarkan
barang yang batal (salah) (Taju al-’arus, al-Mu’jam al-wasith, Hasyiatu al-
thahthawy ’ala al-dur 3/177). Risywah (suap) dalam urusan hukum dan
risywah yang harus dipertanggungjawabkan dari suatu perbuatan,
hukumnya haram tanpa adanya perbedaan pendapat dan termasuk dosa
besar.

Anda mungkin juga menyukai