Tugas Etika Bisnis
Tugas Etika Bisnis
Nim : 01183080
BISNIS TERLARANG DALAM ISLAM
Sub Materi:
1. Riba
2. Penipuan (Ghisy)
3. Tathfif (Curang dalam Menimbang)
4. Qimaar (Judi)
5. Ghaban Fahisy (Melambungkan Harga)
6. Tadlis (Menutupi Cacat pada Komoditi)
7. Ihtikar (Menimbun)
8. Tas’ir (Kebijakan Negara Menetapkan Harga)
1.Riba
Riba secara bahasa dari kata rabaa-yarbuu - yang artinya tumbuh dan bertambah." Makna
bahasa kata riba ini bisa kita jumpai di beberapa kata dalam Al-Quran. Diantaranya,
Allah berfirman,
"Maka (masing-masing) mereka mendurhakai Rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiks.
Al-Hall 5) Dalam ayat ini ada kata rabat yang artinya tumbuh.
Kata riba dalam makna bahasa juga bisa jumpai dalam hadis. Dalam keterangan dari
Abdurrahman bin Abi Bakr radhiyallahu 'anhuma, beliau menceritakan kondisi ahlus shuffah
yang tinggal di masjid nabawi. Terkadang Nabi makan berjamaah bersama mereka. Bagian
dari mukjizar Nabi . makanan yang disantap bersama para ahlus shuffah tidak habis-habis,
bahkan bertambah
Abdurrahman mengatakan,
"Demi Allah, tidaklah kami mengambil satu suap pun kecuali muncul tambahan dari
bawahnya dalam jumlah yang lebih banyak (HR. Bukhari dan Muslim 20371).
2. Penipuan (Ghisy)
Ghisy, khida tadhlil, tazyif (memalsu), dan sejenisnya merupakan istilah yang maknanya
mirip dan bisa digabung dalam satu istilah yaitu "dhalar (sebuah kesesatan). Karena semua
Itulah kejujuran dalam iman. Jika melakukan ghisy (penipuan), dan penyesatan, la bukan
من حمل علينا السالح فليس منا ومن غشنا فليس منا
"Barangsiapa yang mengangkat senjata terhadap kami la bukan golongan kami siapa saja
yang berbuat penipuan (ghisy) ia bukan kelompok kami, " ( HR. Muslim).
Dari Abu Hurairah a berkata, "Rasulullah bersabda,
آنه المنافق ثالث إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا اؤين خان
"Ciri-cirn orang munafik ada tiga: apabila berbicara la dusta, apabila berjanji in ingkari, dan
apabila diberi amanat ia berkhianat" (HR AL Bukhari dan Muslim) Semua sifat munafik ini
berada dalam satu bingkai yaitu ghisy tadhlil dan tazyif (pemalsuan). Besar kecilnya dosa
karenanya sesuai dengan kadar dampak dan ghisy tadhlil dan tazyif tersebut.
Al-Muthaffifin
Kata ini hanya dimuat satu kali dan terdapat pada surat Al-Muthaffifin ayat 1. Imam Ash-
Shabuni menjelaskan bahwa al-muthathfin, adalah kata jamak dari muthaff yakni orang yang
mengurangi timbangan dan takaran. Dan J adalah an-niqshamu, sedang asal katanya adalah
Jual yakni sesuatu yang mudah. Dikatakan demikian, karena al-muthafif hampir-hampir tidak
Menurut imam al Maraghi, at-tathfif adalah kecurangan dalam menakar. Dikatakan demikian,
karena apa yang diambil oleh si penimbang adalah sesuatu yang hina.
dalam menimbang dan menakar. Maka orang-orang yang tidak yakin dengan kehidupan
akhirat tetap mempraktikkan kecurangannya dalam soal menimbang dan menakar Hal itu
terus berlansung dari waktu ke waktu lantaran mereka berkeyakinan bahwa mereka tidak
mereka digiring dan disertakan pula ancaman kepadanya. Sebagaimana yang diceritakan
"Sekali-kali jangan curang, karena seungguhnya kitab orang yang durhuka tersimpan dalam
sin. Tahukah kamu apukah sijjin itu (ialah) kitab yang tertulis Kecelakaan yang salah pada
Rujukan Judul Buku : Al-Alfaazh: Buku Pintar Memahami Kata-kata Dalam Al-Qur'an
Penulis: Masduha
4. Qimaar (Judi)
Judi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai permainan dengan memakai
uang atau barang berharga sebagai taruhan. Dalam definisi tersebut terdapat tiga variabel
utama dari judi, yaitu permainan sebagai media judi, uang atau barang berharga sebagai objek
judi, dan taruhan sebagai transaksi atau aktivitas judi. Suatu permainan tanpa diikuti dengan
taruhan bukan termasuk judi. Taruhan yang menggunakan uang atau barang berharga,
meskipun tidak diikuti dengan permainan tertentu sudah dianggap sebagai judi karena
Judi merupakan transaksi yang termasuk zero sum game, karena keuntungan salah satu pihak
merupakan kerugian dari pihak lain dengan niat yang sama Apabila dijumlahkan antara
keuntungan sebagai bilangan positif dan kerugian sebagai bilangan negatif, maka para pihak
Secara umum, bentuk judi (gambling) terbagi menjadi dua jenis, yaitu permainan (gaming),
di mana pelaku judi ikut terlibat dalam permainan, dan taruhan (betting), di mana pelaku judi
tidak terlibat dalam permainan yang menjadi media judi. Contoh judi karena permainan
adalah bermain futsal di mana yang kalah harus menanggung biaya lapangan, sedangkan
contoh judi karena taruhan adalah menonton pertandingan bola yang dimainkan oleh orang
lain dengan imbalan bahwa yang kalah akan membayar sejumlah uang atau barang kepada
Selama ini, judi dalam muamalah (kegiatan interaksi manusia dengan manusia lainnya baik
dalam kegiatan bisnis maupun sosial) sering diartikan sebagai maisir makna dianggap
memiliki makna yang sama. Maisir secara harfiah bisa diartikan sebagai untung untungan
manipulasi, atau penipuan Sedangkan judi yang berbentuk taruhan dalam muamalah disebut
sebagai al-qimar dan merupakan bagian dari maisir. Dengan demikian, maisir bukan hanya
judi saja, tetapi mempunyai definisi yang lebih luas, sedangkan judi pasti termasuk maisir
Alquran tidak menjelaskan definisi atau bentuk nyata dari maisir. Itulah sebabnya, terdapat
perbedaan pendapat ulama tentang bentuk atau kegiatan yang termasuk maisir Untuk
membedakan bentuk dari maisir dan qimar dalam sebuah transaksi muamalah, secara
sederhana dapat dikatakan bahwa maisir adalah judi yang berbentuk permainan sedangkan
Berdasarkan definisi di atas, maka investasi di pasar modal Islam tidak termasuk judi, baik
maisir ataupun qimar Investasi di pasar modal Islam menggunakan akad jual beli (bal) bukan
judi permainan (maisir) ataupun judi taruhan (qomar) dimana keuntungan penjual bukan dari
Rujukan Judul Buku : Ekonomi Syariah Pengantar Ekonomi Islam Penulis: Catharina
yang berarti orang yang menjual komoditas dengan menyatakan secara eksplisit atau
memberi kesan bahwa ia mengenakan harga pasar, padahal ia mengenakan harga yang terlalu
tinggi dengan memanfaatkan ketidaktahuan pembeli. Jika pembeli kemudian mengetahui
bahwa ia telah dikenai harga yang terlalu tinggi, ia memiliki pilihan untuk membatalkan
kontrak (Akad) dan mengambil kembali uang- nya. Walaupun para ahli hukum pada
kita menemukan kesimpulan dalam buku-buku bahwa tingkat keuntungan maksimum dalam
perdagangan seharusnya adalah 5% untuk barang dagangan, 10% dalam kasus binatang, dan
mana salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain, Tadlis dapat
terjadi dalam kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan. (2): Setiap transaksi dalam
islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak sama-sama ride).
Mereka harus mempunyal informasi yang sama complete information) sehingga tidak ada
pihak yang merasa dicurang ditipu karena ada suatu yang unknown to one party keadaan di
mana salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain, ini disebut juga
assymetric information. Unknown to one party dalam bahasa ikihnya disebut todis, dan dapat
terjadi dalam 4 (empat) hal, yakni dalam: 1 Kuantitas 2. Kualitas 3. Harga dan 4.Waktu
takaran/timbangan barang yang dijualnya. Dalam kualitas contohnya adalah penjual yang
menyembunyikan cacat barang yang ditawarkannya. Tadlis dalam harga contohnya adalah
memanfaatkan ketidaktahuan pembeli akan harga pasar dengan menaikkan harga produk di
atas harga pasar. Misalkan seorang tukang becak yang menawarkan jasanya kepada turis
asing dengan menaikkan tarif becaknya 10 kali lipat dari tarif normalnya. Hal ini dilarang
karena turis asing tersebut tidak mengetahui harga pasar yang berlaku. Dalam istilah fikih,
tadlis harga ini disebut ghaban Bentuk tadis yang terakhir, yakni tadlis dalam waktu
penyerahan. contohnya adalah petani buah yang menjual buah di luar musimnya padahal si
petani tahu bahwa dia tidak dapat menyerahkan buah yang dijanjikannya itu pada waktunya.
Demikian pula dengan konsultan yang berjanji untuk menyelesaikan proyek dalam waktu 2
bulan untuk memenangkan tender, padahal konsultan tersebut tahu bahwa proyek itu tidak
dapat diselesaikan dalam batas waktu tersebut. Dalam keempat bentuk tadlis di atas,
semuanya melanggar prinsip rela-sama-rela. Keadaan sama-sama rela yang dicapai bersifat
sementara, yakni sementara pihak yang ditipu tidak mengetahui bahwa dirinya ditipu. Pada
kemudian hari, yaitu ketika pihak yang ditipu tahu bahwa dirinya ditipu, la tidak merasa rela.
Rujukan Judul Buku : Buku pintar ekonomi Syariah Penulis: Ahmad Ifham Sholihin
7. Ihtikar (Menimbun)
Islam tidak membenarkan adanya sistem dan praktik yang akan mengganggu mekanisme
pasar, misalnya ihtikar atau menimbun barang. Ihtikar adalah suatu praktik ekonomi di mana
pedagang meng ambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara menjual lebih
sedikit barang den an harga yang lebih tinggi. Pada umumnya praktik ihtikar dilakukan
dengan cara menimbun barang agar harga nya naik akibat kelangkaan tersebut. Menurut
االحتكار هو أن يشترى„ الطعام في وقت الغال للتجارة واليبيعه في الحال بل يدخره يعلو
ثمنه
"Membeli makanan pada waktu mahal untuk diniagakan dan tidak dijualnya dengan segera
harga."
Definisi di atas memberi gambaran bahwa pedagang membeli ba rang dagangannya dalam
hal ini makanan) dan tidak segera dijual akan tetapi terlebih dahulu disimpan dengan tujuan
agar harganya lebih tinggi schingga keuntungan (laba) yang diperolehnya lebih besar.
berikut:
a Barang yang ditimbun melebihi kebutuhannya atau dapat dijadi kan persediaan satu tahun
penuh.
b. Barang yang ditimbunnya dalam usaha menunggu saat naiknya harga sehingga barang
tersebut dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi karena konsumen sangat
membutuhkannya.
Kesimpulannya. iftikar dilarang dalam segala bentuk apabila memberikan bahaya bagi
manusia. Tidak ada keraguan lagi bahwa ih tikar merusak dan merobohkan kemaslahatan
Istilah tas'ir berasal dari kata sa'ara, yusa iru, tas iran yang berarti menyalakan. Kemudian
dibentuk menjadi kata as-siru dan bentuk jamak nya aslar berarti harga (sesuatu). Kata assiru
ini digunakan di pasar untuk menyebut harga sebagai penyerupaan terhadap aktivitas penyala
Tas ir dalam istilah syar'i adalah kebijakan pemegang kekuasaan atau wakilnya untuk
memerintahkan pelaku pasar agar tidak menjual komoditas kecuali dengan harga tertentu.
Dengan kata lain, negara melakukan intervensi (campur tangan) atas harga dengan
menetapkan harga tertentu atas suatu komoditas, dan setia pelaku pasar dilarang menjual
lebih atau kurang dan harga yang ditetapkan demi kemaslahatan publik.
Penetapan harga terjadi dalam tiga bentuk pertama, penetapan harga secara fix. Kedua,
penetapan harga tertinggi, yakni dengan menetapkan harga jual tertinggi. Misalnya,
penetapan harga eceran tertinggi pupuk Maka, penjual dilarang menjual pupuk lebih dari
harga tertinggi yang ditetapkan itu. Sebaliknya, dibolehkan menjual dengan harga yang lebih
rendah. Ini ditetapkan demi melindungi konsumen. Ketiga, pene tapan harga terendah, seperti
penetapan harga terendah gabah. Maka, pembeli dilarang membeli gabah lebih rendah dari
harga yang dite tapkan. Sebaliknya, diboleh membeli dengan harga yang lebih tinggi da ri
ketetapan harga terendah itu. Ini demi melindungi pihak produsen,dalam hal ini pihak petani.
Terkait hukum tas ir para ulama tidak sepakat. Mayoritas ulama me ngatakan bahwa tas ir itu
terlarang berdasarkan riwayat Hadis Rasulullah saw. melarang tas'ir, ia berkata kepada para
sahabat:
"Wahai Rasulullah. tentukan harga Rasulullah menjawab Sesungguh nya Allah Swt yang
menentukan harga, dan aku ingin bertemu Allah Swt. dan tidak ada yang menuntutku karena
Berdasarkan Hadis di atas, tas ir merupakan bentuk kezaliman sehi- ngga Rasulullah
menolak untuk mengintervensi harga, meskipun kon disi ekonomi ketika itu dalam kondisi
harga yang tidak menentu (mera bumbung tinggi). Meskipun demikian, larangan tas ir bukan
secara mutlak. Karena dalam kondisi-kondisi tertentu kebijakan tas justru membawa berkah
dan kemaslahatan.
Oleh sebab itu, sebagian ulama semisal Sa'id Ibn Musayyib, Rabinh bin Abdurrahman,
Yahya bin Sa'id, Ibn Taimiyah, dan pengikut Abu Hanifah menyetujui adanya tas'ir. Menurut
pengikut Abu Yusuf, bahwa pemerintah harus menetapkan harga, ketika masyarakat
mengalami penderitaan akibat peningkatan harga di pasar, di mana hak penduduk harus
Rujukan Judul Buku : Kaidah Fikih Ekonomi Dan Keuangan Kontemporer: Pendekatan