Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU

(Tugas Filsafat Ilmu)

Disusun oleh
RIZKI TIKADEWI NOVIANI
22/508540/PPT/01235

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
berjudul “Hubungan Filsafat dengan Ilmu” dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
saya mengucapkan terima kasih atas bantuan para pihak yang berkontribusi dengan
membantu pencarian data untuk makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi nilai tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. Selain itu, pembuatan makalah juga
memiliki tujuan agar menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis maupun
pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maka saya yakin makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran agar
makalah semakin lebih baik. Akhir kata, semoga makalah dapat berguna.
Sleman, 19 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Daftar Isi.....................................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................1
1.3 Tujuan .....................................................................................................................2
II. PEMBAHASAN
2.1 Tentang Filsafat......................................................................................................3
2.2 Tentang Ilmu Pengetahuan......................................................................................3
2.3 Realitas....................................................................................................................4
2.2 Hubungan Filsafat dengan Ilmu..............................................................................5

III. KESIMPULAN.....................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya manusia sebagai makhluk hidup berpikir dan selalu berusaha
untukmengetahui segala sesuatu, tidak mau menerima begitu saja apa adanya sesuatu
itu, selalu ingintahu apa yang ada dibalik yang dilihat dan diamati. Segala sesuatu yang
dilihatnya, dialaminya,dan gejala yang terjadi di lingkungannya selalu dipertanyakan
dan dianalisis atau dikaji. Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu
keheranan, kesangsian, dan kesadaran atasketerbatasan. Berfilsafat kerap kali
didorong untuk mengetahui apa yang telah tahu dan apa yang belum tahu, berfilsafat
berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kemestaan
yang seakan tak terbatas.
Filsafat ilmu ialah bagian filsafat yang mengkaji hakikat ilmu, atau ilmu yang
membahas landasan ilmu secara filsafat (Mansur, 2018). Widyawati (2013)
berpendapat bahwa, “peran filsafat ilmu adalah untuk menjelaskan hakikat ilmu yang
mempunyai banyak keterbatasan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang padu
mengenai berbagai fenomena alam yang telah menjadi objek ilmu itu sendiri, selain
itu filsafat ilmu juga dapat melatih cara berfikir menjadi lebih kritis”.
Rasa ingin tahu manusia boleh dikatakan tak pernah ada batasnya. Selalu ingin
mencari dan menemukan yang baru. Dalam kehidupannya manusia selalu berhadapan
dengan berbagai peristiwa dan gejala di lingkungan. baik yang menyangkut alam,
maupun manusia. Didorong rasa ingin tahunya manusia berupaya untuk menemukan
jawabannya. Ilmu pengetahuan terus berkembang melalui kajian-kajian yang
dilakukan para ilmuwan (Jalaludin, 2013). Ilmu pengetahuan digunakan sebagai
pijakan manusia untuk mencari teori-teori baru dengan metode dan prosedur tertentu
agar memperoleh tujuan yang telah ditentukan. Disisi lain, ilmu pengetahuan harus
bersifat sistematis dan teratur berdasarkan metodologi tujuannya agar mencapai
generalisasi keilmuan yang diinginkan.
Berdasarkan pemikiran ini maka telah dilakukan pencarian materi yang
bertujuan untuk mengkaji hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah yang dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apa itu filsafat?
2. Apa itu ilmu pengetahuan?
3. Apa itu realitas sebagai titik temu filsafat dengan ilmu pengetahuan?
4. Bagaimana hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang filsafat
3. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang ilmu pengetahuan
4. Untuk mengetahui hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan
II. PEMBAHASAN

2.1 Tentang Filsafat


Secara etimologis, kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani: philosophia, dari
pembentukan kata philos (mencintai) dan sophos (kebijaksanaan). Secara lurus,
filsafat dapat diterjemahkan sebagai “cinta akan kebijaksanaan (atau pengetahuan).”
Hal ini menunjuk pada kegiatan mencintai atau mencari kebijaksanaan atau
pengetahuan (Johanis, 1997).
Menurut tradisi filsafat yang tua, istilah Yunani philosophia digunakan
Phythagoras untuk menyebut gerak, pencarian akan kebijaksanaan dan kebenaran
yang biasa dilakukan oleh manusia. Kebijaksanaan dalam bentuk yang utuh dan
sempurna hanya ada pada yang ilahi, sementara manusia yang terbatas sudah merasa
puas dengan menegaskan diri sebagai pencinta dan bukan pemilik kebijaksanaan dan
kebenaran utuh. Melalui akal budinya, manusia hanya mampu mendekatkan diri
kepada kebenaran yang utuh. Manusia tidak akan pernah meraihnya secara lengkap
dan sempurna satu kali untuk selamanya (Zaprulkhan, 2016).
Filsafat juga merupakan studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiran manusia secara kritis yang dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat
tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan,
akan tetapi dengan mengutarakan masalah secara sama, mencari solusi untuk itu,
memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Setelah
membahas sekilas mengenai definisi filsafat (filosofi), maka bisa disimpulkan bahwa
filsafat memiliki suatu upaya menemukan kebenaran tentang hakikat sesuatu yang ada,
melalui penggunaan kemampuan akal secara optimal. Kebenaran yang dihasilkan oleh
pemikiran filsafat adalah jawaban dalam bentuk gagasan atau ide. Adapun tujuan dari
filsafat ialah untuk memperoleh kebenaran yang bersifat dasar dan menyeluruh dalam
sistem yang konseptual. Filsafat menghasilkan pula kebenaran yang bersifat abstrak,
spekulatif akan tetapi tidak mampu mengetahui bagaimana cara mengadakannya
(Fadli, 2021).

2.2 Tentang Ilmu Pengetahuan


Ilmu, dalam bahasa Inggris: science, Latin: scientia, menunjuk pada
pengetahuan akan suatu hal tertentu (scire: mengetahui). Lorens Bagus berpendapat
bahwa ilmu tidak mengartikan kepingan pengetahuan yang berdiri sendiri-sendiri,
melainkan sebuah disiplin yang menandakan seluruh kesatuan ide yang saling
mengacu pada (alam) obyek yang sama dan saling berkaitan satu sama lain
(Pinangkaan, 2014).
Sebelum membahas apa itu ilmu pengetahuan, maka harus mengupas dulu
pengertian ilmu dan pengetahuan. Ilmu berasal dari bahasa arab ‘ilm, yang berarti
memahami, mengerti, atau mengetahui. Ilmu mengacu kepada suatu hal yang melebihi
pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah insting akal manusia yang secara sistematis
dalam menciptakan kebutuhan (teori) baru sebagai pemenuhan hasrat atas rasa ingin
tahu (Wilujeng, 2014). Ilmu pengetahuan (pengetahuan ilmiah) kelanjutan konseptual
dari ciri-ciri “ingin tahu” sebagai kodrat manusiawi.
Orang yang dianggap berilmu merupakan orang yang lolos ujian dan syarat-
syarat yang menunjukkan predikat kelayakan yang dimilikinya (Soyomukti, 2011).
Ilmu merupakan kegiatan akal budi untuk menjelaskan kenyataan empiris secara
spesifik menurut tiga kriteria utama: rasional, metodis, dan sistematis. Istilah rasional,
bisa dikatakan bahwa apa yang diklaim oleh suatu ilmu sebagai kebenaran dapat
diterima karena masuk akal, yakni logis, kritis, dan terbuka untuk perbaikan. Jadi, apa
yang rasional tidak kebal kritik (Poespowardojo dan Seran, 201).

2.3 Realitas
Istilah “realitas” diturunkan dari bahasa Latin: res, artinya hal atau benda. Pada
abad ke-13, Duns Scotus memperkenalkan istilah ini dalam dunia filsafat sebagai
sinonim dari being (yang ada, pengada). Sulitlah ditarik pembedaan yang tegas atas
dua istilah ini. Pandangan filsuf mana pun mengenai “apa yang ada” dapat saja
didiskusikan di bawah judul “Yang Ada” atau “Realitas.”
Bila ditarik suatu pembedaan antara apa yang bereksistensi dan apa yang
bersubsistensi (dalam pada ini berupa kemungkinan-kemungkinan atau probabilitas),
istilah aktualitas dan eksistensi diidentikkan dengan apa yang bereksistensi.
Sedangkan istilah “yang ada” dan “realitas” mencakup keseluruhan baik yang
bereksistensi maupun yang bersubsistensi.
Thomas Aquinas, filsuf besar Gereja (Katolik), menghubungkan realitas
dengan metafisika – hal-hal yang melampaui fisik. Realitas dipandangnya sebagai
sesuatu yang ada, yang memiliki eksistensi
Aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan
fakta. Sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya
fakta itu, dari mana awalnya dan akan ke mana akhirnya. Di satu sisi, filsafat dapat
menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu pengetahuan, namun di sisi yang lainnya ia juga
dapat berfungsi sebagai cara kerja akhir ilmuwan. Filsafat yang sering disebut sebagai
induk ilmu pengetahuan (mater scientiarum) dapat menjadi pembuka dan sekaligus
acuan keilmuan yang tidak dapat diselesaikan oleh ilmu.
Hal ini disebabkan karena Filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah
keinginan dari temuan filosofis melalui berbagai observasi dan eksperimen yang
melahirkan berbagai pencabangan ilmu. Sama halnya, “realitas” juga menunjukan
bahwa hampir tidak ada satu cabang ilmu yang lepas dari filsafat atau serendahnya
tidak terkait dengan persoalan filsafat. Hal yang paling dasariah ialah bahwa realitas
adalah obyek material dari ilmu pengetahuan, serentak juga obyek material dari
filsafat. Maksud realitas di sini berada dalam konteks universal. Atas salah satu cara
untuk kepentingan perkembangan ilmu itu sendiri, lahirlah suatu disiplin filsafat untuk
mengkaji ilmu pengetahuan, pada apa yang disebut sebagai “filsafat pengetahuan,”
yang kemudian berkembang lagi yang melahirkan salah satu cabang yang disebut
sebagai filsafat ilmu (epistemologi).

2.4 Hubungan Filsafat dengan Ilmu


Secara hipotesis filsafat dengan ilmu pengetahuan memiliki hubungan satu
sama lain, karena keduanya merupakan kegiatan berpikir khas dari manusia. Filsafat
dan ilmu pengetahuan ditujukan pada proses dan hasil, jika dilihat dari hasilnya
keduanya sama-sama hasil daripada berpikirnya akal manusia secara sadar. Apabila
dilihat dari prosesnya menunjukkan sesuatu kegiatan yang berusaha untuk
memecahkan permasalahan dalam kehidupan manusia, dengan metode dan prosedur
tertentu secara sistematis dan kritis.
Filsafat dan ilmu pengetahuan adalah satu kesatuan dan memiliki hubungan
yang saling melengkapi antara satu dengan lainnya. Perbedaan yang terdapat dari
keduanya bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk saling melengkapi, dan
saling mengisi. Pada hakikatnya, perbedaan itu terjadi disebabkan cara pendekatan
yang berbeda. Maka dalam hal ini perlu membandingkan antar filsafat dan ilmu
pengetahuan, yang menyangkut perbedaan-perbedaan maupun titik temu di antaranya.
Semua keilmuan sudah dibicarakan di dalam filsafat, bahkan beberapa ilmu
pengetahuan lahir dari filsafat, berarti ilmu yang memisahkan diri dari filsafat.
Misalnya matematika, astronomi, fisika, kimia, biologi, psikologi, dan sosiologi. Ilmu
juga bersifat analitis, ilmu pengetahuan hanya menggarap salah satu lapangan
pengetahuan sebagai objek formalnya (Varpio dan Macleod, 2020). Sedangkan filsafat
belajar dari ilmu pengetahuan dengan menekankan keseluruhan dari sesuatu (sinoptis),
karena keseluruhan mempunyai sifat sendiri yang tidak ada pada bagian-bagiannya.
Ilmu bersifat deskriptif tentang objeknya agar dapat menemukan fakta-fakta, teknik-
teknik, dan alat-alat (Zaprulkhan, 2016).
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa hubungan filsafat dan ilmu pengetahuan
saling berkaitan karena semuanya merupakan kegiatan manusia. Hubungan keduanya
diibaratkan filsafat sebagai induknya ilmu sedangkan ilmu pengetahuan sebagai anak
filsafat. Mengapa demikian, karena filsafat sifatnya lebih luas atau universal objeknya.
Sedangkan ilmu pengetahuan objeknya terbatas karena hanya di dalam bidang tertentu.
Filsafat dengan ilmu pengetahuan dapat saling bertemu sebab kedua-duanya
menggunakan metode pemikiran reflektif dalam usaha untuk menghadapi fakta-fakta
dunia dan kehidupan. Keduanya menunjukkan sikap kritik, dengan pikiran terbuka dan
kemauan yang tidak memihak, untuk mengetahui hakikat kebenaran. Mereka
berkepentingan untuk mendapatkan pengetahuan yang teratur (Fadli, 2021).
Ilmu membekali filsafat dengan bahan-bahan yang deskriptif dan faktual yang
sangat penting untuk membangun filsafat. Tiap filsuf dan suatu periode lebih condong
untuk merefleksikan pandangan ilmiah pada periode tersebut. Sementara itu, ilmu
pengetahuan melakukan pengecekan terhadap filsafat, dengan menghilangkan ide-ide
yang tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah. Sedangkan Filsafat mengambil
pengetahuan yang terpotong-potong dan berbagai ilmu, kemudian mengaturnya dalam
pandangan hidup yang lebih sempurna dan terpadu. Dalam hubungan ini, kemajuan
ilmu pengetahuan telah mendorong kita untuk menengok kembali ide-ide dan
interpretasi kita, baik itu dalam bidang ilmu pengetahuan maupun dalam bidang-
bidang lain. Sebagai salah satu contoh, konsep evolusi mendorong kita untuk meninjau
kembali pemikiran kita, hampir dalam segala bidang. Kontribusi yang lebih jauh, yang
diberikan filsafat terhadap ilmu pengetahuan, adalah kritik tentang asumsi, postulat
ilmu dan analisa kritik tentang istilah-istilah yang dipakai (Juhaya, 2003).
Hubungan Ilmu dengan Filsafat pada mulanya ilmu yang pertama kali muncul
ialah filsafat dan ilmu-ilmu khusus menjadi bagian dari filsafat. Sedangkan filsafat
merupakan induk dari segala ilmu karena menjelaskan tentang abstraksi/sebuah yang
ideal. Filsafat tidak terbatas, sedangkan ilmu terbatas sehingga ilmu menarik bagian
filsafat agar bisa dimengerti oleh manusia. Filsafat dan ilmu saling terkait satu sama
lain, keduanya tumbuh dari sikap refleksi, ingin tahu, dan dilandasi kecintaan pada
kebenaran. Filsafat dengan metodenya mampu mempertanyakan keabsahan dan
kebenaran ilmu, sedangkan ilmu tidak mampu mempertanyakan asumsi, kebenaran,
metode, dan keabsahannya sendiri.
Ilmu merupakan masalah yang hidup bagi filsafat dan membekali filsafat
dengan bahan-bahan deskriptif dan faktual yang sangat perlu untuk membangun
filsafat. Filsafat dapat memperlancar integrasi antara ilmu-ilmu yang dibutuhkan.
Filsafat adalah meta ilmu, refleksinya mendorong peninjauan kembali ide-ide dan
interpretasi baik dari ilmu maupun bidang-bidang lain. Ilmu merupakan konkretisasi
dari filsafat. Filsafat dapat dilihat dan dikaji sebagai suatu ilmu, yaitu ilmu filsafat.
Sebagai ilmu, filsafat memiliki objek dan metode yang khas dan bahkan dapat
dirumuskan secara sistematis. Filsafat dan ilmu pengetahuan mengkaji seluruh
fenomena yang dihadapi manusia secara kritis refleksi, integral, radikal, logis,
sistematis, dan universal (kesemestaan) guna mencapai tujuan yang diinginkannya
(Fadli, 2021).
III. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut:
Baik filsafat dan ilmu pengetahuan tidak bisa berdiri sendiri dan keduanya
saling berintegrasi. Filsafat membutuhkan ilmu untuk memecahkan persoalan
kehidupan yang lebih mendalam dan ilmu membutuhkan filsafat untuk memaknai
pengetahuan yang dikandung tersebut. Filsafat adalah induk semua ilmu
pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan
membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat
hidup dan berkembang.
DAFTAR PUSTAKA

Jalaludin. 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Johanis, Ohoitimur. 1997. Pengantar Berfilsafat. Yayasan Gapura, Jakarta.

Juhaya. 2003. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Prenada Media Group, Jakarta.

Rosichin, Mansur. 2019. Filsafat mengajarkan manusia berfikir kritis. Elementer Is:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Islam. 1(2):29–37

Pinangkaan, A. 2014. Realita Hubungan Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan: Sebuah


Tinjauan Filosofis.

Poespowardojo, T.S. dan Seran, A. 2015. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Kompas,


Jakarta.

Soyomukti, N. 2011. Pengantar Filsafat Umum. Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.

Varpio, L. dan Macleod, A. 2020. Philosophy of science series: harnessing the


multidisciplinary edge effect by exploring paradigms, ontologies,
epistemologies, axiologies, and methodologies. Academic Medicine. 955(5):
686–689.

Widyawati, Setya. 2013. Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu.


pendidikan. Jurnal Seni Budaya. 11(1): 87–96

Wilujeng, S.W. 2014. Ilmu dalam perspektif filsafat (suatu upaya mengembalikan
ilmu pada hakikatnya). Jurnal Humanika. 2(2): 93–102.

Zaprulkhan. 2016. Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai