Anda di halaman 1dari 10

Nama : Chateryne Priscillia Andayani

NIM : 213010903017
Kelas :A
Tugas : Review jurnal persilangan/panutan Drosophila Melanogaster
Judul : STUDI PERISTIWA EPISTASIS RESESIF PADA
PERSILANGAN Drosophila melanogaster STRAIN SEPIA (se) >< ROUGH (ro)
DAN STRAIN VESTIGIAL (vg) >< DUMPHI (dp)

Review Jurnal.
Jurnal penelitian eksperimen yang di buat oleh Mas’ud, Abdu. & Prelly M.J
Tuapattinaya dibuat dengan tujuan sebagai mana untuk mengetahui persilangan
antara drosophila melanogaste stain sephia (se) di silangkan dengan rough(ro) dan
drosophila melanogaster strain vestigial(vg) dengan dumphi (dp) yang di dasarkan
dari munculnya fenotipe pada F2.
Hasil persilangan antara (ro) jantan dengan (se) betina menghasilkan keadaan
normal pada jantan dan betina, pada persilangan (ro) betina dan (se) jantan
menghasilkan normal jantan dan betina.
Pada pesilangan vestigial dan dumphi jantan betina semua nya menghasilkan
normal jantan dan betina. Jadi pada pesilangan yang telah di lakukan menunjukan
rasio Fenotip normal semua nya.
Pada persilangan sepia ><rought resiprokal tidak memenuhi persyaratan dari
Hukum Mendel dikarenakan hanya menghasilkan 3 macam fenotip saja,dan hal
ini pun berlaku pada strain Vestigial >< Dumphi.

DAFTAR PURSTAKA
Mas’ud, Abdu. & Prelly M.J Tuapattinaya. (2013). STUDI PERISTIWA
EPISTASIS RESESIF PADA PERSILANGAN Drosophila melanogaster
STRAIN SEPIA (se) >< ROUGH (ro) DAN STRAIN VESTIGIAL (vg) ><
DUMPHI (dp)
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-427X
Vol 1 No (2) Maret 2013

STUDI PERISTIWA EPISTASIS RESESIF PADA PERSILANGAN


Drosophila melanogaster STRAIN SEPIA (se) >< ROUGH (ro) DAN
STRAIN VESTIGIAL (vg) >< DUMPHI (dp)

Abdu Mas’ud 1) dan Prelly M.J. Tuapattinaya 2)


1)
Staf Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Khairun-Ternate
Email : dulcens_bio@yahoo.com
2)
Staf Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pattimura-Ambon
Email : prelly_patty@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian eksperimen untuk mengetahui peristiwa yang terjadi pada persilangan Drosophila
melanogaster strain Sepia (se) >< Rough (ro) dan strain Vestigial (vg) >< Dumphi (dp) berdasarkan
kemunculan dan komposisi fenotip pada F2.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) pada persilangan Drosophila melanogaster strain
se >< ro dan dp >< vg resiprokal menghasilkan rasio fenotip F1 Normal semua (100%) ; 2) pada
persilangan Drosophila melanogaster strain se >< ro dan dp >< vg resiprokal menghasilkan rasio
fenotip F2 mendekati rasio fenotip 9: 3: 4, yang tidak sesuai dengan Kebakaan Mendel; 3) pada
persilangan Drosophila melanogaster strain se >< ro dan dp >< vg resiprokal menunjukkan adanya
peristiwa pautan kromosom dan terjadi peristiwa yang dinamakan epistasis resesif dengan rasio F2=
9:3:4.

Kata kunci: epistasis resesif, Drosophila melanogaster strain se; vg, ro; dp

ABSTRACT
Reseach of treatment to know case on crossed of Drosophila mellanogaster strain Sepia
(Se) crossed strain Rough (ro) and strain Vestigial (vg) crossed strain Dumphi (dp) whith indicate
phenotip present and phenotip composition at F2.
Result of this research knowed: 1) that crossed of Drosophila melanogaster strain ro >< se
and dp >< vg at reciprocal, can represented ratio of phenotip Normal at F1 (100%); 2) that
crossed of Drosophila melanogaster strain ro >< se and dp >< vg at reciprocal, can represented
ratio of phenotip F2 limited of ratio phenotip 9: 3: 4, on deviate with Mendelian Genetic; 3) that
crossed of Drosophila melanogaster strain ro x se and dp >< vg at reciprocal can represented of
case chromosome linkage and present case epistasis resesif with ratio of F2 = 9: 3:4.

Key word : epistasis resesif, Drosophila melanogaster, se, vg,ro,dp strain

Salah satu ciri mahluk hidup adalah penelitian bidang genetika Mendel, karena
mempunyai kemampuan untuk melestarikan lalat buah ini memiliki daur hidup yang cepat
keturunan, melalui perkawinan atau selama kurang lebih satu minggu dalam satu
reproduksi. Hal tersebut juga berlaku pada generasi. Populasinya besar karena lalat betina
Drosophila melanogaster. Drosophila menghasilkan ratusan telur hasil pembuahan,
melanogaster merupakan jenis insekta serta mudah dipelihara di Laboratorium
(Diptera) yang sering digunakan dalam (Kimball, 1992).

85
Abdu, M., dan P.M.J.,Tuapattinaya. Studi Peristiwa Epistasis Resesif Pada Persilangan ISSN : 2301-427X
D. melanogaster

Pada persilangan Drosophila Alat: Mikroskop stereo, botol biakan, botol


menghasilkan keturunan dengan karakter, ampul, spon, selang, kertas pupasi, kuas,
proporsi jumlah keturunan yang berbeda untuk blender, panci, pisau, kompor, plastik, kardus,
setiap jenis persilangan dengan menggunakan timbangan, kain kasa, dan spidol.
strain yang berbeda. Untuk mengetahui Bahan: Pisang raja mala, tape singkong, gula
peristiwa yang terjadi dalam persilangan merah, air, dan yeast.
Drosophila maka digunakan penanda ciri
morfologi yang nampak (fenotip) pada Prosedur Penelitian terdiri dari
keturunan yang dihasilkan. Fenotip yang beberapa tahap yaitu:
muncul merupakan hasil interaksi antara faktor 1. Pembuatan Medium
genotip dengan lingkungan mahluk hidup.
Faktor-faktor fenotip ini dapat digunakan a. Menimbang bahan untuk medium
sebagai pembeda antara sutu individu dalam masing-masing dengan perbandingan
suatu spesies, selain itu dapat digunakan untuk pisang:tape:gula= 7:2:1. Semua bahan
membedakan karakteristik penampakan dihaluskan dengan blender dan
morfologi suatu mahluk hidup. ditambah air secukupnya sampai ketiga
bahan tersebut halus dan homogen
Ciri morfologi pada Drosophila b. Memasak adonan (poin a) dalam panci
melanogaster strain Se. Ro. Vg. dan Dp. selama kurang lebih 45 menit
berbeda pada warna mata, warna badan dan c. Menuangkan medium yang sudah jadi
posisi sayap. Adapun ciri morfologi masing- dalam botol biakan dan menutupnya
masing strain adalah sebagai berikut: dengan busa
1. Strain Se: warna mata coklat, badan d. Setelah medium dalam botol dingin
berwarna terang dan sayap panjang seperti menaburkan 2–3 biji yeast dan
pada strain normal. memasukkan kertas pupasi dalam botol
2. Strain Ro: warna mata merah kasar, tubuh kemudian menutup botol dengan busa.
coklat, sayap membentang menutup tubuh 2. Pembuatan Stok
3. Strain Vg: warna mata merah, tubuh coklat a. Menyiapkan empat botol yang sudah
sayap pendek merentang dan keriting diisi medium (poin 1)
4. Strain Dp: warna mata merah cerah, tubuh b. Memasukkan strain Drosophila
kuning kecoklatan, sayap terbuka agak melanogaster strain vg, dp, ro dan se
melengkung (Gardner, dkk. 1991). ke dalam masing-masing botol yang
berbeda
Penelitian ini bertujuan untuk
c. Memelihara stok selama 7 hari
mengetahui fenomena/peristiwa yang terjadi
(menghasilkan pupa)
pada persilangan Drosophila melanogaster
Catatan: untuk perbanyakan stok dapat
strain Sepia (se) >< Rough (ro) dan Vestigial
dilakukan dengan cara yang sama pada
(vg) >< Dumphi (dp) berdasarkan kemunculan
beberapa botol medium.
fenotip dan komposisi pada F2.
3. Persilangan Drosophila melanogaster
METODOLOGI
a. Apabila pada stok sudah terdapat pupa
Penelitian ini merupakan penelitian
yang menghitam, pupa-pupa tersebut
eksperimen, yang bertujuan untuk mengetahui
dipindahkan dalam botol pupasi dan
fenotip yang muncul pada F1 dan F2 dari
dibiarkan sampai menetas kurang lebih
persilangan Drosophila melanogaster strain
satu sampai dua hari.
vg, dp, ro dan se. Penelitian ini dilakukan pada
b. Melakukan persilangan untuk masing-
bulan September-Desember 2009 di
masing strain vg >< dp, ro >< se beserta
laboratorium genetika Universitas Malang.

86
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-427X
Vol 1 No (2) Maret 2013

resiproknya masing-masing dengan c. Apabila pada persilangan sudah


ulangan sebanyak 7 kali muncul larva, maka induk jantan
dilepas, dari botol persilangan dan
HASIL
induk betina dipindah pada medium
Data hasil pengamatan nampak seperti lain
pada Tabel 1-6 berikut ini: d. Menghitung jumlah keturunan dan
Tabel 1. Data Pengamatan F1 Persilangan ro ♂ >< se♀
Tipe ro ♂ x se♀ Ulangan
Σ
1 2 3 4 5 6 7
♂ 70 47 67 57 67 56 59 423
N
♀ 60 36 47 31 38 27 32 271

Tabel 2. Data Pengamatan F1 Persilangan ro ♀ >< se♂

Tipe ro ♂ x se♀ Ulangan


Σ
1 2 3 4 5 6 7
♂ 95 87 47 56 85 63 50 483
N
♀ 72 61 32 30 40 35 28 298

Tabel 3. Data Pengamatan F1 Persilangan vg ♂ >< dp♀


Tipe vg ♂ x dp♀ Ulangan
Σ
1 2 3 4 5 6 7
♂ 69 68 87 70 74 70 74 512
N
♀ 56 80 100 68 123 103 122 652

Tabel 4. Data Pengamatan F1 Persilangan vg ♂ >< dp♀

Tipe vg♀ x dp♂ Ulangan


Σ
1 2 3 4 5 6 7
♂ 55 59 61 60 66 85 80 412
N
♀ 66 53 73 71 84 92 99 538

Tabel 5. Data Pengamatan F2 Persilangan N♂ >< N♀ dari ro >< se

Tipe Persilangan Ulangan


Σ
N♂ X N♀ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
♂ 21 16 65 49 41 40 48 71 51 47 38 39 54 48 628
N
♀ 47 36 25 21 19 18 29 29 38 25 29 34 33 42 425
♂ 42 32 20 21 7 21 21 17 18 19 9 29 23 16 295
ro
♀ 20 16 9 10 7 8 11 16 15 4 13 44 11 16 132
♂ 18 8 18 16 9 11 12 14 10 4 6 7 16 22 171
se
♀ 7 17 8 12 2 9 7 8 16 8 10 13 7 10 134

87
Abdu, M., dan P.M.J.,Tuapattinaya. Studi Peristiwa Epistasis Resesif Pada Persilangan ISSN : 2301-427X
D. melanogaster

Tabel 6. Data Pengamatan F2 Persilangan N♂ >< N♀ dari vg >< dp

Tipe Persilangan Ulangan


Σ
N♂ X N♀ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
♂ 39 48 48 51 44 60 47 48 43 57 58 67 45 52 707
N
♀ 49 66 65 75 59 43 61 60 69 67 71 86 54 74 899
♂ 24 21 32 24 23 23 26 29 23 17 23 23 20 27 335
vg
♀ 33 27 41 36 20 30 34 34 26 26 21 32 32 29 421
♂ 21 12 23 16 20 26 13 21 20 20 31 25 16 22 286
dp
♀ 23 18 22 22 23 30 25 20 20 32 24 26 18 25 328

rasio fenotip F1 dan F2, mulai dari hari F2 F1 >< F1


kesatu sampai pada hari ketujuh.
Teknik pengumpulan data F1 dan F2 ro - se  ro - se 
P 
dilakukan dengan cara mengamati fenotip ro  se- ro  se-
yang muncul dan menghitung jumlahnya.
Teknik Analisis data yang digunakan adalah G ro-se+ ro-se+
rekonstruksi persilangan: 1) Rekonstruksi
kromosom pada pautan; dan 2) Rekonstruksi ro+se- ro+se-
kromosom pada pilihan bebas.
Analisa Data ro - se  ro - se  ro  se - ro  se -
F2
ro - se  ro  se - ro - se  ro  se -
Data hasil pengamatan dianalisis
(se) (N) (N) (ro)
menggunakan rekontruksi kromosom, dalam
hal ini rekonstruksi kromosom tubuh dan
Jika terpaut pada kromosom kelamin,
rekonstruksi kromosom kelamin, untuk
maka rekonstruksinya sebagai berikut:
mengetahui posisi kromosom pada masing-
masing strain yang disilangkan, sehingga dapat P : ro ♂ >< se♀
mengungkap fenomena yang muncul
berdasarkan fenotip hasil persilangan pada F1 ro  se- ro - se
dan F2. 
ro  7 ro - se 
1) Persilangan ro ♂ >< se♀, jika terpaut pada
kromosom tubuh, maka rekonstruksinya G : ro+se – ro-se+
sebagai berikut:
ro+7
P : ro ♂ >< se♀
: ro - se  ; ro - se 
ro  se- ro - se  F1
 -  ro  se - ro  7
ro  se- ro se
(Normal betina); (Normal jantan)
G : ro+se ro-se+

ro - se 
F1 :  - (Normal Semua) F2 F1 >< F1
ro se

88
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-427X
Vol 1 No (2) Maret 2013

ro - se  ro - se  ro+se- 7 se+
P 
ro  se- ro  7
G : ro+se – ro-se+
G ro-se+ ro-se+
7 se+
ro+se- ro+ 7
F1 ro+se- ro+se-
7 se+ ro-se+
ro - se  ro-se ro-se rose-
F2
ro - se  rose- ro  7 ro  7 (Normal jantan) (Normal betina)

(se ♀) (N ♀) (N♂) (ro♂) F2 F1 >< F1

P ro+se- >< ro+se-


2) Persilangan ro♀ >< se♂, jika terpaut pada 7 se+ ro-se+
kromosom tubuh, maka rekonstruksinya
sebagai berikut: G ro+se- ro+se-
P : ro ♀ >< se♂
7 se+ ro-se+
ro  se- ro - se 
>< F2 ro+se- ro-se+ ro+se- ro+se-
ro  se- ro - se  ro+se- ro+se- 7 se+ 7 se +
G : ro+se ro-se+ (ro ♀) (N ♀) (ro♂) N♂)
: ro-se
(Normal Semua)
F1 rose- 3) Persilangan vg ♂ >< dp ♀ jika terpaut
pada kromosom tubuh, maka
F2 F1 >< F1 rekonstruksinya sebagai berikut:

P ro-se+ >< ro-se+ P : vg ♂ >< dp♀


ro+se- ro+se-
vg +dp - >< vg-dp+
G ro-se+ ro-se+ dp+ vg- dp-vg+

ro+se- ro+se- G : vg +dp - vg +dp-

F2 ro-se+ ro-se+ ro+se- ro+se- F1 : vg-dp+ (Normal Semua)


ro-se+ ro+se- ro-se+ ro+se- vg+dp-

(se) (N) (N) (ro) F2 F1 >< F1

Jika terpaut pada kromosom kelamin, P vg-dp+ >< vg-dp+


maka rekonstruksinya sebagai berikut: vg+dp- vg+dp-

P : ro ♀ >< se♂ G vg-dp+ vg-dp+

ro+se- ro-se+ vg+dp- vg+dp-


><

89
Abdu, M., dan P.M.J.,Tuapattinaya. Studi Peristiwa Epistasis Resesif Pada Persilangan ISSN : 2301-427X
D. melanogaster

vg+dp-
F2 vg-dp+ vg-dp+ vg+dp- vg+dp-
vg-dp+ vg+dp- vg-dp+ vg+dp- F2 F1 >< F1

(dp) (N) (N) (vg) P vg-dp+ >< vg-dp+


vg+dp- vg+dp-
Jika terpaut pada kromosom kelamin,
maka rekonstruksinya sebagai berikut: G vg-dp+ vg-dp+
P : vg ♂ >< dp♀
vg+dp- vg+dp-
vg+dp- >< vg-dp+
vg+7 vg-dp+ F2 vg-dp+ vg-dp+ vg+dp- vg+dp-
vg-dp+ vg+dp- vg-dp+ vg+dp-
G : vg+dp– vg-dp+
(dp) (N) (N) (vg)
vg+7
Jika terpaut pada kromosom kelamin,
F1 : vg-dp+ ; vg-dp+ maka rekonstruksinya sebagai berikut:
vg+dp- vg+ 7
P : vg ♀ >< dp♂
(Normal betina); (Normal jantan)
vg+dp- >< vg-dp+
vg+dp- 7 dp+
F2 F1 >< F1
G : vg+dp – vg-dp+
P vg-dp+ >< vg-dp+
vg+dp- vg+ 7
7 dp+
G vg-dp+ vg-dp+
F1 vg+dp- vg+dp-
7 dp+ vg-dp+
vg+dp- vg+ 7
(Normal jantan) (Normal betina)
F2 vg-dp+ vg-dp+ vg-dp+ vg+dp-
vg-dp+ vg+dp- vg+ 7 vg+ 7 F2 F1 >< F1
(dp ♀) (N ♀) (N♂) (vg♂) P vg+dp- >< vg+dp-
7 dp+ vg-dp+
4) Persilangan : vg♀ >< dp♂ jika terpaut
pada kromosom tubuh, maka G vg+dp- vg+dp-
rekonstruksinya sebagai berikut:
7 dp+ vg-dp+
P : vg ♀ >< dp♂ F2 vg+dp- vg-dp+ vg-dp+ vg+dp-
vg+dp- vg+dp- 7 dp+ 7 dp +
vg+dp- >< vg-dp+
vg+dp vg-dp+ (vg ♀) (N ♀) (dp♂) (N♂)
G : vg+dp vg-dp+ Berdasarkan data hasil pengamatan
kemunculan fenotip dan analisis rekonstruksi
F1 : vg-dp+ (Normal Semua)

90
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-427X
Vol 1 No (2) Maret 2013

kromosom pada poin 1 (se >< ro) dan 3 (dp >< 2. Persilangan Drosophila melanogaster
vg) resiprokal, dapat diketahui bahwa pada strain dp >< vg Resiprokal
persilangan Drosophila melanogaster strain se Hasil perhitungan rasio fenotip
>< ro resiprokal dan vg >< dp resiprokal
Persilangan Drosophila melanogaster
menunjukkan terjadinya peristiwa yang tidak strain dp >< vg Resiprokal menunjukkan
memenuhi Hukum Mendel. Hal ini nampak bahwa F1 semua Normal, sedangkan pada
pada kemunculan fenotip F2 yang F2 menunjukkan adanya kemunculan 3
kemungkinan terjadi peristiwa pautan macam fenotip yaitu vg; N dan dp dengan
kromosom tubuh, dalam hal ini kromosom perbandingan sebagai berikut:
pada masing-masing strain yang disilangkan
terletak pada kromosom tubuh dan mengalami Jumlah
pautan. fenotif vg N dp
F2
Hasil persilangan menunjukkan pada
♂ 335 707 286
masing-masing strain yang disilangkan hasil
F1 menghasilkan fenotip rekombinan
♀ 421 899 328
(normal) 100% dan F2 menunjukkan
kemunculan 3 macam fenotip yaitu 1 fenotip
parental ke-1 : 2 fenotip rekombinan : dan 1 total 756 1606 614
fenotip parental ke-2. Hal ini menunjukkan
bahwa pada persilangan Drosophila Rasio 3,69 7,85 3
melanogaster strain se >< ro resiprokal dan vg
>< dp resiprokal tidak mengikuti hukum PEMBAHASAN
Mendel yang seharusnya menunjukkan
A. Persilangan Drosophila melanogaster
kemunculan 4 macam fenotip dengan
strain se >< ro Resiprokal
perbandingan 9:3:3:1.
Pada persilangan Drosophila
1. Persilangan Drosophila melanogaster
melanogaster strain se >< ro resiprokal, pada
strain se >< ro Resiprokal
F1 didapatkan fenotip keturunan semua
Hasil perhitungan rasio fenotip Normal (100% normal). Pada F2 didapatkan 3
persilangan Drosophila melanogaster strain se macam fenotip keturunanan yaitu se: N: ro.
>< ro Resiprokal menunjukkan bahwa F1 Hal ini menunjukkan bahwa pada persilangan
semua Normal, sedangkan pada F2 Drosophila melanogaster strain se >< ro
menunjukkan adanya kemunculan 3 macam resiprokal tidak memenuhi hukum Mendel
fenotip yaitu ro; N dan se dengan yang seharusnya menghasilkan 4 macam
perbandingan sebagai berikut: fenotip keturunan dengan perbandingan
Jumlah 9:3:3:1.
fenotif ro N se Hasil persilangan Pada F2
F2 menghasilkan perbandingan antara se: N: ro =
♂ 295 628 171 3: 10,35: 4,19. Hasil persilangan ini mendekati
rasio : 9 : 4 : 3 yang menunjukkan peristiwa
♀ 132 425 134 penyimpangan mendel yaitu terjadi peristiwa
epistasis resesif. Berdasarkan data dan hasil
total 427 1053 305 analisis rekontruksi data pada persilangan
Drosophila melanogaster strain se >< ro
Rasio 4,19 10,35 3 resiprokal didapatkan informasi bahwa
munculnya 3 macam fenotip pada F2
menunjukkan adanya keadaan bahwa faktor se

91
Abdu, M., dan P.M.J.,Tuapattinaya. Studi Peristiwa Epistasis Resesif Pada Persilangan ISSN : 2301-427X
D. melanogaster

dan ro cenderung terpaut satu sama lain karakter pada masing-masing strain
selama pembelahan miosis dan tidak Drosophila tersebut mengalami pautan
melakukan pilihan bebas (Pai,1985). kromosom tubuh (sesuai rekontruksi),
sehingga kromosom-kromosom tersebut tidak
B. Persilangan Drosophila melanogaster
mengalami pemisahan bebas Mendel. Hal ini
strain vg >< dp Resiprokal
terbukti bahwa hasil rasio fenotip F2 tidak
Pada persilangan Drosophila menunjukkan 9:3:3:1 sesuai dengan formula
melanogaster strain vg >< dp resiprokal, pada rasio Mendel (Sayekti,1995).
F1 juga didapatkan fenotip keturunan semua
Modifikasi nisbah 9 : 3 : 3 : 1
Normal (100% normal). Pada F2 didapatkan 3
disebabkan oleh peristiwa yang dinamakan
macam fenotip keturunanan yaitu vg: N: dp.
epistasis, yaitu penutupan ekspresi suatu gen
Hal ini menunjukkan bahwa pada persilangan
nonalelik, sehingga dikatakan suatu gen
Drosophila melanogaster strain vg >< dp
bersifat dominan terhadap gen lain yang bukan
resiprokal juga tidak memenuhi hukum
alelnya. Ada beberapa macam epistasis,
Mendel yang seharusnya menghasilkan 4
masing-masing menghasilkan nisbah fenotip
macam fenotip keturunan dengan
yang berbeda pada generasi F2.
perbandingan 9:3:3:1.
Hasil persilangan Pada F2 Epistasis resesif
menghasilkan perbandingan antara dp: N: vg = Peristiwa epistasis resesif terjadi apabila
3: 7, 85: 3,69. Hasil persilangan ini juga suatu gen resesif menutupi ekspresi gen lain
mendekati rasio : 9: 4:3 yang menunjukkan yang bukan alelnya. Akibat peristiwa ini,
peristiwa penyimpangan mendel yaitu terjadi pada generasi F2 akan diperoleh nisbah fenotip
peristiwa epistasis resesif. Berdasarkan data 9 : 3 : 4. Contoh epistasis resesif dapat dilihat
dan hasil analisis rekonstruksi data pada pada pewarisan warna bulu mencit (Mus
persilangan Drosophila melanogaster strain vg musculus). Ada dua pasang gen nonalelik
>< dp resiprokal didapatkan pula informasi yang mengatur warna bulu pada mencit, yaitu
bahwa munculnya 3 macam fenotip pada F2 gen A menyebabkan bulu berwarna kelabu,
menunjukkan adanya keadaan bahwa faktor vg gen a menyebabkan bulu berwarna hitam, gen
dan dp cenderung terpaut satu sama lain C menyebabkan pigmentasi normal, dan gen c
selama pembelahan miosis dan tidak menghasilkan tidak ada pigmentasi.
melakukan pilihan bebas. Persilangan antara mencit berbulu kelabu
(AACC) dan albino (aacc) dapat digambarkan
Berdasarkan hasil analisis data dan
seperti pada diagram berikut ini.
pembahasan hasil persilangan Drosophila
melanogaster strain se >< ro dan vg >< dp,
diketahui bahwa hasil persilangan strain-strain P : AACC >< aacc
Drosophila melanogaster ini dapat kelabu albino
mengungkap fenomena penyimpangan Hukum

pilihan bebas Mendel, yakni terjadi peristiwa
epistasis resesif yang menghasilkan rasio F1 : AaCc
fenotip F2 sebesar 9:3:4, dengan ketentuan 9
(kelabu)
fenotip rekombinan Drosophila melanogaster
normal; 3 fenotip parental ke-1 (strain se dan F2 : 9 A-C- kelabu
kelabu : hitam : albino =
strain dp); 4 fenotip parental ke-2 (strain vg 3A-cc albino
dan strain ro). 3aaC- hitam 9 : 3 : 4
Terjadinya peristiwa epistasis resesif 1 aacc albino
yang menghasilkan rasio F2= 9:3:4 ini terjadi Gambar 1. Diagram persilangan epistasis
karena faktor gen yang mengendalikan resesif

92
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-427X
Vol 1 No (2) Maret 2013

Pada peristiwa epistasis resesif dengan DAFTAR PUSTAKA


rasio fenotip F2 ini memunculkan tipe hasil
Corebima, A.D. 1997. Genetika Mendel.
persilangan yang tergolong bukan parental ini
Airlangga University Press. Surabaya.
pada dasarnya mempertegas lagi konsepsi
bahwa faktor gen adalah bagian dari
Gadner, E.J. 1991. Principles Of Genetic. John
kromosom, fenomena penyimpangan Mendel
Willey and Sons. New York.
karena peristiwa pautan menunjukkan
kenyataan bahwa gen merupakan perangkat
Pai,A. 1985. Fondation Of Genetic. McGraw-
alat evaluasi terhadap hukum pemisahan
Hill. New York.
Mendel dan pilihan bebas Mendel (Corebima,
1997).
Kimbal, J.1992. Biology. Erlangga. Jakarta.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data dan Sayekti, 1995. Perbedaan frekuensi gagal
pembahasan dapat disimpulkan bahwa: berpisah kromosom dari hasil
1. Pada persilangan Drosophila melanogaster persilangan D. melanogaster
strain se >< ro dan dp >< vg resiprokal strain W,Y,Vm,K.Jurusan
menunjukkan rasio fenotip F1 Normal Biologi UM. (Skripsi Tidak
semua (100%) diterbitkan). Malang.
2. Pada persilangan Drosophila melanogaster
strain se >< ro dan dp >< vg resiprokal
menunjukkan rasio fenotip F2 mendekati
rasio fenotip 9: 3: 4. Yang tidak sesuai
dengan Kebakaan Mendel
3. Pada persilangan Drosophila melanogaster
strain se >< ro dan dp >< vg resiprokal
menunjukkan adanya peristiwa pautan
kromosom sehingga gen-gen yang
mengendalikan karakter pada strain
Drosophila yang disilangkan tidak
melakukan pemisahan bebas Mendel dan
terjadi peristiwa yang dinamakan epistasis
resesif dengan rasio F2= 9:3:4.

93

Anda mungkin juga menyukai