Interaksi Letal
Anggota Kelompok
1 Ahmad Baihaqi
2 Dea Xcy Aqualita
3 Muhammad Fayi’
Nurfa’izi
4 Naila Nabila
5 Sinta Kharomah
6 Siti Map’ullah
1
Pendahuluan
4
Pendahuluan
Latar Belakang
Genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat yang mencakup struktur dan fungsi gen, serta cara
pewarisan gen-gen dari satu generasi ke generasi berikutnya. Konsep Genetika berkembang dari ilmu yang
membahas tentang bagaimana sifat diturunkan menjadi lebih luas lagi yakni ilmu yang mempelajari tentang
materi genetik. Secara luas genetika membahas: 1) struktur materi genetik, 2) reproduksi materi genetik, 3)
kerja materi genetik, 4) perubahan materi genetik, 5) genetika dalam populasi, dan 6) perekayasaan materi
genetik. (Corebima, 2010). Penelitian persilangan strain ini masih berkaitan dengan hukum Mendel, dimana
diduga pada persilangan ini terjadi interaksi antara kedua gen induk. Interaksi antara faktor-faktor
(sepasang) dapat berpengaruh terhadap viabilitas tiap individu yang memilikinya. Efek atas viabilitas itu
bahkan dapat menyebabkan matinya individu bersangkutan secara cepat atau lambat. Interaksi antara
faktor-faktor tersebut mengakibatkan suatu individu bersifat letal.
5
Pendahuluan
Latar Belakang
Drosophila melanogaster merupakan contoh hewan yang dapat terjadi interaksi gen letal. Ada dua
macam gen letal, yaitu gen letal dominan dan gen letal resesif. Gen letal dominan dalam keadaan
heterozigot dapat menimbulkan efek subletal atau kelainan fenotipe. Sedangkan gen letal resesif cenderung
menghasilkan fenotipe normal pada individu heterozigot. Interaksi yang terjadi pada persilangan ini
merupakan interaksi antara faktor-faktor bersifat letal yang dominan. Dalam hal ini interaksi pasangan
homozigot bersifat letal. Pada penelitian ini dilakukan dengan menyilangkan antara strain N dan Pm beserta
resiproknya sehingga dapat diketahui rasio perbandingan fenotip yang muncul pada F1, serta dapat
mengetahui fenomena penyimpangan terhadap Hukum Mendel terutama tentang gen letal yang
menyebabkan ratio fenotip yang diturunkan bukan 3:1 tetapi 2:1. Berdasarkan latar belakang tersebut maka
kami melakukan penelitian yang berjudul “Fenomena Interaksi Lethal pada Persilangan D.melanogaster
Strain Normal dan Plum (♀N><♂N, ♀Pm><♂Pm, ♀N><♂Pm, beserta resiproknya)”.
6
Pendahuluan
Rumusan Masalah Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui fenotipe F1 Drosophila
1. Bagaimana fenotipe F1 D. melanogaster dari melanogaster dari hasil persilangan antara
hasil persilangan antara ♀N><♂N, ♀N><♂N, ♀Pm><♂Pm, ♀N><♂Pm,
♀Pm><♂Pm, ♀N><♂Pm, beserta beserta resiproknya (♀Pm><♂N).
resiproknya (♀Pm><♂N)? 2. Untuk mengetahui rasio fenotipe F1
2. Bagaimana rasio fenotipe F1 Drosophila Drosophila melanogaster dari hasil
melanogaster dari hasil persilangan persilangan ♀N><♂N, ♀Pm><♂Pm,
♀N><♂N, ♀Pm><♂Pm, ♀N><♂Pm, ♀N><♂Pm, beserta resiproknya
beserta resiproknya (♀Pm><♂N)? (♀Pm><♂N).
3. Bagaimana fenomena interaksi gen letal 3. Untuk mengetahui adanya fenomena
pada Drosophila melanogaster? interaksi gen letal pada Drosophila
melanogaster
7
Kerangka Konseptual
Hipotesis
8
Penelitian
a. ♀N><♂N adalah Drosophila melanogaster strain Normal (N).
b. ♀Pm><♂Pm adalah Drosophila melanogaster strain Normal (N)
dan Plum (Pm)
c. ♀N><♂Pm adalah Drosophila melanogaster strain Normal (N)
dan Plum (Pm)
d. ♀Pm><♂N adalah Drosophila melanogaster strain Normal (N)
dan Plum (Pm).
2. Rasio fenotipe F1 pada persilangan Drosophila melanogaster strain:
a. ♀N><♂N adalah 100% N
b. ♀Pm><♂Pm adalah 1: 2 : 1 (Letal : Pm : N)
c. ♀N><♂Pm adalah 1:1 (N : Pm)
d. ♀Pm><♂N adalah 1:1 (Pm : N)
3. Terdapat fenomena interaksi gen letal pada pada Drosophila
melanogaster
9
2
Metode
10
Metode
Rancangan dan Jenis Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian
● Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif ● Penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2022
hingga November 2022 yang dilakukan di
kuantitatif dan penelitian secara eksperimental
laboratorium genetika gedung B21 ruang 310
dilakukan melalui pengamatan secara langsung pada
Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam,
hasil fenotipe dan jumlah perhitungan anakan F1
Universitas Negeri Malang.
berdasarkan persilangan D. melanogaster antara strain
N dan Pm.
● Penelitian dimulai dengan pembuatan medium,
pengamatan strain lalat, peremajaan stok,
pengampulan pupa, dan persilangan.
● Persilangan dilakukan dengan 4 perlakuan, yaki
♀N><♂N, ♀Pm><♂Pm, ♀N><♂Pm, beserta
resiproknya (♀Pm><♂N) untuk diperoleh anakan F1,
dan dilakukan sebanyak enam kali ulangan.
11
Metode
Populasi dan Sampel Variabel Penelitian
● Populasi yang digunakan adalah seluruh Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
strain Drosophila melanogaster yang 1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah
melanogaster strain normal (N) dan Plum 2. Variabel terikat penelitian ini adalah rasio
Prosedur
Pembuatan Medium Setelah muncul larva di botol A, lalat betina
dipindahkan di botol B
Identifikasi Strain
Setelah muncul larva di botol B, lalat betina
dipindahkan di botol C
Peremajaan Stok
Jika sudah terdapat lalat yang menetas,
Pengampulan Pupa maka diamati fenotipnya dan dihitung
jumlahnya selama 7 hari berturut-turut
● Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
mengenai fenotip dan rasio F1.
● Analisis data menggunakan rekonstruksi persilangan kromosom strain ♀N><♂N,
♀Pm><♂Pm, dan ♀N >< ♂Pm beserta resiproknya (♀Pm >< ♂N)
● Pengujian hipotesis menggunakan uji statistika yaitu uji X² Chi-square
14
3
Hasil
15
Hasil Identifikasi Strain
15
16
Hasil Identifikasi Strain
16
17
Data Hasil Pengamatan
Parental Strain ♀/ ♂ Ulangan ∑
1 2 3 4 5 6
♂ 27 66 42 0 0 0 135
♂ 135 11 146
Pm ♀ 0 0 0
♂ 0 0 0
♂ 107 107
Pm ♀ 0 0
♂ 0 0
♂ 0 0 0 0 0 10 10
Pm ♀ 64 93 82 57 11 23 330 594
♂ 46 88 58 48 13 11 264
17
18
Rekonstruksi Persilangan
18
19
Rekonstruksi Persilangan
19
20
4
Analisis Data
21
Analisis Data
Dari data yang telah didapatkan dianalisis menggunakan Chi-Square sebagai berikut
Keterangan:
0 = nilai kuantitatif hasil percobaan
E = nilai harapan nisbah peluang diperolehnya suatu hasil percobaan
df=(b-1)(k-1)
22
Analisis Data
1. Persilangan ♀N >< ♂N
Fenotip F0 Fh F0-Fh (fo-fh)² (fo-fh)²/fh
Analisis Data
Analisis Data
Analisis Data
5
Pembahasan
27
● Diperoleh data sejumlah 336 anakan dengan fenotipe anakan 100% Normal dari 3 kali
ulangan.
● Pada persilangan ini diketahui bahwa D. melanogaster strain N berada dalam
keadaan homozigot resesif, sedangkan D. melanogaster strain Pm berada dalam
keadaan heterozigot. Sifat Pm dominan terhadap N.
● Data yang diperoleh dari uji chi-square menunjukkan nilai chi hitung (336) > nilai chi
tabel (3,84) yang berarti hipotesis yang menunjukkan rasio F1 persilangan ♀N ><
♂N 100% N diterima. Hal ini juga sesuai dengan hukum mendel I dimana keturunan F1
dari persilangan ♀N >< ♂N yaitu 100% Normal dalam keadaan homozigot.
● Dengan tidak adanya fenotip lain yang muncul pada persilangan ♂N><♀N pada F1
menunjukkan bahwa D. melanogaster strain N merupakan galur N yang merupakan
turunan murni tanpa adanya variasi genetik (Corebima, 2013)
28
Persilangan Drosophila melanogaster ♀N><♂Pm
● Diperoleh jumlah anakan sejumlah 289 dengan fenotip Normal dan tidak memperoleh
anakan dengan fenotip Plum dari 2 kali ulangan yang telah dilakukan.
● Berdasarkan rekonstruksi persilangan dihasilkan anakan F1 dengan rasio fenotip N :
Pm yaitu 1:1. Dalam hal ini strain N bersifat homozigot resesif dan strain Pm bersifat
heterozigot.
● Data yang diperoleh dari uji chi square menunjukkan nilai chi hitung (289) < nilai chi
tabel (3,841) yang berarti hipotesis penelitian yang menunjukkan rasio F1 persilangan
♀N >< ♂Pm 1:1 ditolak, dan hal ini menyimpang atau tidak sesuai dengan
rekonstruksi persilangan.
● Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan belum lengkapnya data yang dikumpulkan,
sehingga mempengaruhi analisis data. Selain itu, tidak munculnya anakan dengan
fenotip Plum juga kemungkinan dapat terjadi karena adanya suatu peristiwa loss of
heterozigosity.
29
Persilangan Drosophila melanogaster ♀N><♂Pm
juga dapat menghilangkan alel mutan dominan, sehingga menyelamatkan fenotipe mutan
dalam keadaan heterozigot.
30
Persilangan Drosophila melanogaster ♀N><♂Pm
● Fenomena ini telah diamati pada Ichthyosis (Choate et al. 2010) penyakit dominan
autosomal yang menyebabkan bercak kulit kering dan bersisik, di mana mutasi
dominan KRT10 terjadi secara spontan akan dinonaktifkan melalui MR dan wild type
akan dipulihkan.
● Pembalikan somatik yang dimediasi MR juga telah dijelaskan dengan baik dalam
kelainan metabolisme yang menyebabkan defisiensi imun (Hirschhorn et al. 1996),
kelainan darah (Revy et al. 2019; Jongmans et al. 2012) termasuk Diamond Blackfan
Anemia (DBA) di mana kasus studi tersebut mengungkapkan kasus anemia yang
hilang pada pasien sebagai akibat dari pengembalian somatik berbasis MR ke
fenotipe wild type (Jongmans et al. 2018; Venugopal et al. 2017 dalam Zoubi, L.A.,
2020).
31
Persilangan Drosophila melanogaster ♀PM><♂N
● Diperoleh jumlah anakan sejumlah 237 dengan fenotip Normal dan tidak ditemukan
anakan dengan fenotip Plum (Pm) dari 1 kali ulangan yang telah dilakukan.
● Berdasarkan rekonstruksi persilangan dihasilkan anakan F1 dengan rasio fenotip N :
Pm yaitu 1:1. Dalam hal ini strain N bersifat homozigot resesif dan strain Pm bersifat
heterozigot.
● Data yang diperoleh dari uji chi square menunjukkan bahwa X² hitung lebih kecil dari
X² tabel (0,05), sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Dan dapat disimpulkan bahwa
persilangan Drosophila melanogaster pada ♀Pm >< ♂N tidak menghasilkan anakan
dengan rasio F1 = Pm : N = 1 : 1, dan menyimpang dari rekonstruksi persilangan.
● Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan belum lengkapnya data yang dikumpulkan,
sehingga mempengaruhi analisis data. Selain itu, tidak munculnya anakan dengan
fenotip Plum juga kemungkinan dapat terjadi karena adanya suatu peristiwa loss of
heterozigosity seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
32
● Diperoleh data sejumlah 594 anakan dengan fenotip Plum (Pm) dan sejumlah 24
anakan dengan fenotip Normal (N) dari 6 kali ulangan.
● Berdasarkan hasil analisis data menggunakan X² (Chi-Square) menunjukkan bahwa X²
hitung lebih besar dari X² tabel (0,05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dan dapat
disimpulkan bahwa persilangan Drosophila melanogaster pada persilangan ♀Pm ><
♂Pm menghasilkan anakan dengan rasio F1 = Pm : N = 2 : 1.
● D. melanogaster strain Pm yang dihasilkan pada penelitian ini berada pada keadaan
heterozigot, dan strain N berada pada keadaan homozigot resesif
● Rasio fenotip ini menyimpang dari hukum Mendel I yang seharusnya menghasilkan
rasio fenotip Plum (Pm) : Normal (N) yaitu 3 : 1.
33
● Penyimpangan rasio dengan hukum Mendel I terjadi akibat adanya interaksi gen yang
bersifat letal, dimana terdapat generasi keturunan yang memiliki gen homozigot
dominan sehingga fenotipnya tidak bisa diamati karena mengalami kematian.
● Pm dalam keadaan homozigot akan mengalami letal, sehingga hasil fenotip anakan
yang dapat teramati adalah Pm heterozigot dan N homozigot resesif dengan rasio 2:1.
● Interaksi gen merupakan faktor-faktor (sepasang) yang dapat berpengaruh terhadap
viabilitas tiap individu yang memilikinya atau bahkan dapat menyebabkan kematian
individu (Corebima, 2013).
● Kematian dapat terjadi antara fase larva dan pupa, namun berdasarkan penelitian
sebelumnya, menunjukkan bahwa kematian sebagian besar terjadi pada fase larva
(Yu, et al., 2013).
34
● Terjadinya kematian ini berhubungan dengan neuronal clone dan gen Plum.
● Gen Plum merupakan suatu gen pengkode protein superfamili imunoglobulin (IgSF)
yang terletak di akson dan dendrit, kromosom no 3 lokus 91.
● Gen ini diekspresikan dalam otak dan neuropil D. melanogaster (Flybase, 2022).
● Protein transmembrane immunoglobulin superfamily (IgSF), Plum, secara otonom
diperlukan dalam neuron γ mushroom body (MB) dan berperan dalam
penyempurnaan sinaps ektopik pada neuromuscular junction D. melanogaster (Yu, et
al., 2013).
35
● Selama proses perkembangan saraf ini, banyak neuron pusat dan perifer
menghilangkan koneksi tertentu dan memperluas akson dan dendrit baru untuk
membentuk hubungan spesifik (Luo dan O'Leary, 2005).
● Selama tahap larva akhir, neuron akan menunjukkan bifurkasi (percabangan) di
bagian medial dan dorsal dari mushroom body (MB).
● Setelah 18 jam pembentukan pupa, neuron akan memangkas dendritnya pada bagian
medial dan dorsal hingga lokasi tertentu yang spesifik. Kemudian selama
perkembangan, neuron ini akan memperpanjang kembali aksonnya ke lobus medial
khusus dewasa (Yu, et al., 2013).
36
● Apabila terjadi penurunan kadar gen Plum → kegagalan pemangkasan neuron yang lebih
besar, karena dengan menurunnya kadar gen Plum akan menyebabkan terjadinya
penyerapan Myoglianin yang berlebihan sehingga menimbulkan sifat toksik yang dapat
menyebabkan lethal pada D. melanogaster (Awasaki et al., 2011).
● Kegagalan ini terjadi pada proses transduksi sinyal Myoglianin yang dialami mutan Plum
homozigot.
● Sehingga, dengan tidak bekerjanya Plum dalam interaksi tersebut dapat menyebabkan
kegagalan pemangkasan axon yang berakibat lethal pada D. melanogaster.
● Pruning akson terjadi pada fase larva instar III.
● Ketika Plum berada dalam keadaan homozigot dominan → pemangkasan akson tidak
seimbang → sistem saraf tidak dapat berkembang dengan normal, akibatnya gagal untuk
melanjutkan menuju fase pupa atau bahkan lethal sebelum dilahirkan (Yu, et al., 2013).
41
6
Penutup
42
1. Pemahaman pada topik penelitian perlu untuk ditingkatkan dengan cara mencari berbagai
referensi yang didapatkan dari jurnal atau buku yang membahas mengenai interaksi lethal
dan strain Plum (Pm) pada Drosophila melanogaster.
2. Pada proses peremajaan dilakukan dengan hati-hati, penuh ketelitian, dan kesabaran
sehingga tidak banyak lalat stok yang terlepas.
3. Lalat yang menetas pada saat proses pengampulan dapat disilangkan sesegera mungkin
untuk meminimalisir kematian.
4. Pengamatan F1 dilakukan lebih teliti sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menentukan
fenotip
5. Botol persilangan ditempatkan pada tempat yang aman dari serangga seperti semut, untuk
meminimalisir rusaknya persilangan akibat serangga tersebut.
44
― Kelompok 5 Genetika 2
Terima Kasih
― Kelompok 5 Genetika 2