Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INDIVIDU

MENGIDETIFIKASI RISIKO ATAU BAHAYA YANG


ADA DI RUMAH SAKIT
Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja
Dalam Keperawatan
Dosen Pengampu : Fery Ronald,Ns.,MPH

Disusun Oleh :
Nama : Aditya Pratama
NIM : 2022-01-14201-004
Tingkat : 1A
Prodi : S1 Keperawatan

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami sampaikan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan saya nikmat sehat dan nikmat kesempatan, sehingga dapat menyelesaikan
Makalah ini sebagai Tugas individu mata kuliah Keselamatan Pasien &
KeselamatanKesehatan Kerja Dalam Keperawatan
Dalam penyusunan Makalah ini saya banyak mengalami kesulitan dan hambatan, akan
tetapi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,saya dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dalam Kesempatan ini perkenankanlah rasa menyampaikan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, memberikan pengarahan, bimbingan, dan semangat
untuk keberhasilan saya.saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, untuk itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca.

Palangkaraya,8 April 2023

Aditya Pratama
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
2.1 Pengertian Kebakaran..................................................................................................................5
2.2 Sumber Potensial Penyebab Kebakaran di Rumah Sakit..............................................................5
2.3 Pencegahan agar tidak terjadi Kebakaran di rumah sakit............................................................7
2.4 Jenis Media Pemadaman Kebakaran...........................................................................................7
2.5 Pengendalian Risiko.....................................................................................................................9
BAB III..................................................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................................................10
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................................10
3.2 SARAN........................................................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dunia Internasional, program K3 telah lama diterapkan di berbagai sektor industri
(akhir abad 18), kecuali di sektor kesehatan. Perkembangan K3RS tertinggal dikarenakan
fokus pada kegiatan kuratif, bukan preventif. Fokus pada kualitas pelayanan bagi pasien,
tenaga profesi di bidang K3 masih terbatas, organisasi kesehatan yang dianggap pasti
telah melindungi diri dalam bekerja.
Rumah Sakit merupakan suatu tempat kerja dengan risiko tinggi pada tingkat
keselamatan dan kesehatan tenaga medis maupun non medis rumah sakit, pasien,
pendamping pasien, hingga pengunjung (Permenkes No. 66 tahun 2016, tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit). Sebagai suatu organisasi padat modal
dan padat karya, Rumah Sakit memiliki beberapa potensi bencana yang memungkinkan
terjadi, baik bencana eksternal maupun bencana internal (Armanda dan Andreasta, 2017).
Bencana eksternal merupakan bencana yang terjadi di lingkungan masyarakat, sedangkan
bencana internal merupakan bencana yang terjadi di dalam bangunan rumah sakit.
Bencana internal yang mungkin dapat terjadi di rumah sakit di antaranya gempa bumi,
kebocoran gas, ledakan bahan kimia hingga kebakaran.
Kebakaran yang terjadi pada bangunan gedung maupun hunian dapat disebabkan oleh
banyak faktor. Salah satu penyebab kebakaran adalah kortsleting listrik, di mana 70%
kebakaran disebabkan oleh kesalahan pemasangan instalasi listrik, dan 35% di antaranya
disebabkan dari kesalahan pengkabelan, sedangkan yang lain dapat disebabkan dari
adanya kesalahan sambungan listrik, beban yang tidak sesuai, stop kontak tidak
layak/rusak, pengamanan listrik yang tidak tepat dan meteran listrik yang tidak standar
(Subagyo, 2012)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Yang Di Maksud Dengan Kebakaran ?
2. Sumber Potensial Penyebab Kebakaran di Rumah Sakit ?
3. Pencegahan agar tidak terjadi Kebakaran di rumah sakit ?
4. Jenis Media Pemadaman Kebakaran ?
5. Pengendalian Risiko

1.3 Tujuan
- Mengetahui potensi risiko dan upaya tanggap darurat terhadap bahaya kebakaran
diRumah Sakit
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebakaran


Menurut Direktorat pengawasan keselamatan kerja Ditjen pembinaan pengawasan
ketenaga kerjaan, 2001:8) Kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki, boleh jadi api
itu kecil tetapi tidak dikehendaki adalah termasuk kebakaran, Sedangkan menurut
Depertemen Tenaga Kerja (1997) menyatakan bahwa, kebakaran adalah suatu reaksi
oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai
dengan timbulnya api atau penyalaan. Bahan bakar dapat berupa bahan padat, cair atau
uap/gas akan tetapi bahan bakar yang terbentuk uap dan cairan biasanya lebih mudah
menyala.

2.2 Sumber Potensial Penyebab Kebakaran di Rumah Sakit


Sumber penyebab potensi penyebab kebakaran di rumah sakit sama halnya penyebab
kebakaran pada tempat kerja yang lain. Disini dititik beratkan pada penggunaan peralatan
pada tempat-tempat atau bagian-bagian di rumah sakit mengingat rumah sakit
mempunyai ciri yang khusus antara lain :
a. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien dipergunakan alat-alat yang
menggunakan aliran listrik (alat elektro medis), gas/cairan berbahaya dan mudah
terbakar/ meledak dan zat radio aktif.
- Alat-alat listrik
- Gas/cairan berbahaya
- Zat radio aktif
b. Pada bagian penunjang rumah sakit seperti laboratorium/rontgen juga banyak
dipergunakan bahan-bahan yang dapat menimbulkan kebakaran (bahan-bahan kimia).
c. Pada bagian dapur rumah sakit dipergunakan ketel uap/boiler serta banyak
mempergunakan listrik, gas dan minyak tanah sebagai sumber energi.
d. Bagian pusat sterilisasi mempergunakan autoclave dengan tekanan tinggi.
e. Pada bagian laundry juga dipergunakan listrik dan uap untuk mencuci, setrika dan
pengeringan.
f. Faktor lingkungan di luar rumah sakit yang rawan terhadap kebakaran.
g. Faktor keterampilan dan pengetahuan tenaga kerja dalam mempergunkan peralatan
yang berbahaya dan kebakaran.
h. Faktor pengunjung pasien pad jam-jam berkunjung dan pada umumnya awam
terhadapa bahaya kebakaran.
Pencegahan agar tidak terjadi kebakaran di rumah sakit
- Pencegahan pada zone G
Dapat diusahakan dengan cara menjauhkan perlatan listrik yang dapat menimbulkan
percikan api dari alat yang mengeluarkan gas ,baik dalam keadaan biasa maupun bila ada
gangguan berlaku ketentuan –ketentuan pada PUIL pasal 860. Dan pada zoneG ini
dianjurkan menggunakan Explusion proof untuk lampu penerangan ,kotak kontak atau
panel pada peraltan listrik ,jenis peralatan elektro medik yang diizinkan.
- Pada zone M
Cara pencegahan kebakaran tidak berbeda akan tetapi pada zone ini ada sedikit
kekhususan yang mana padazone M ini terdpaat udara yang mudah meledak akibat dari
bahan analgetik Untuk pencegahaan kebakaran akibat dari ledakan ,maka pemasukan
daya listrik pada semua peralatan listrik yang dapat menimbulkan percikan
api ,dianjurkan terpasang terlebih dahulu sebelum gas analgetik memasuki ruangan zone
M Pada instlasi listrik di luar zone G dan zone M ,pada instalasi nya di luar zone G dan
zone M harusla dipatuhi persyaratan pada puil A1,A3 yang mempunyai persyaratan
pencegahan kebakaran terutama pada :
a. Tusuk kontak
Yang sering menyebabkan percikan bunga api pertma disebabkan oleh beban alat
yang cukup besar Pada tusuk kontak dianjurkan disesuaikan besar beban yang
dipakai atau paling sedikit satu tingkat diatas kemampuan daya pkul tusuk koontak
tersebut dan diberikan penutup kontak .
b. Sakelar(kotak kontak )
Pada sakelar ini sering tejadi loncatan bunga api yang disebabkan oleh pemasukan
beban yang secara tiba-tiba dan beban yang cukup besar dan didaerah sekitar lembab
sangat panas atau mengandung bahan korosif.Untuk penempatan kotak kontak
diusahakan penempatannya didaerah yang kering atau tidak lembab dan mudah
terjangkau /tidak tertutup atau terhalang daerah sekitarnya .
c. Instlasi daya kabel instalasi
Dengan diameter yang terlalu kecil tidak seimbang dengan beban,maka kabel
instalasi akan panas dan mudah teratur untuk mencegah mudah terbakar kabel
instalasi listrik mak harus diadakan pengetsan tahanan isolasi minimal 1 tahun seklai
dan harus lebih teliti dalam mengawasi penyambungan atau penambhan daya listrik
pada jaringan listrik yang tidak sesuai rencana harus seijin dari IPS RS,untuk daerah
tetntu misal: ruang operasi ,ruang cobalt ,ruang isolasi dan lain-lain

2.3 Pencegahan agar tidak terjadi Kebakaran di rumah sakit


- Pencegahan pada zone G
Dapat diusahakan dengan cara menjauhkan perlatan listrik yang dapat menimbulkan
percikan api dari alat yang mengeluarkan gas ,baik dalam keadaan biasa maupun bila ada
gangguan berlaku ketentuan –ketentuan pada PUIL pasal 860.
Dan pada zoneG ini dianjurkan menggunakan Explusion proof untuk lampu
penerangan ,kotak kontak atau panel pada peraltan listrik ,jenis peralatan elektro medik
yang diizinkan.
- Pada zone M
Cara pencegahan kebakaran tidak berbeda akan tetapi pada zone ini ada sedikit
kekhususan yang mana padazone M ini terdpaat udara yang mudah meledak akibat dari
bahan analgetik
Untuk pencegahaan kebakaran akibat dari ledakan ,maka pemasukan daya listrik pada
semua peralatan listrik yang dapat menimbulkan percikan api ,dianjurkan terpasang
terlebih dahulu sebelum gas analgetik memasuki ruangan zone M Pada instlasi listrik di
luar zone G dan zone M ,pada instalasi nya di luar zone G dan zone M harusla dipatuhi
persyaratan pada puil A1,A3 yang mempunyai persyaratan pencegahan kebakaran
terutama pada :
a. Tusuk kontak
Yang sering menyebabkan percikan bunga api pertma disebabkan oleh beban alat
yang cukup besar Pada tusuk kontak dianjurkan disesuaikan besar beban yang dipakai
atau paling sedikit satu tingkat diatas kemampuan daya pkul tusuk koontak tersebut
dan diberikan penutup kontak .
b. Sakelar(kotak kontak )
Pada sakelar ini sering tejadi loncatan bunga api yang disebabkan oleh pemasukan
beban yang secara tiba-tiba dan beban yang cukup besar dan didaerah sekitar
lembab ,sangat panas atau mengandung bahan korosif .Untuk penempatan kotak
kontak diusahakan penempatannya didaerah yang kering atau tidak lembab dan
mudah terjangkau /tidak tertutup atau terhalang daerah sekitarnya .
c. Instlasi daya kabel instalasi
Dengan diameter yang terlalu kecil tidak seimbang dengan beban,maka kabel instalasi
akan panas dan mudah teraturUntuk mencegah mudah terbakar kabel instalasi listrik
mak harus diadakan pengetsan tahanan isolasi minimal 1 tahun seklai dan harus lebih
teliti dalam mengawasi penyambungan atau penambhan daya listrik pada jaringan
listrik yang tidak sesuai rencana harus seijin dari IPS RS,untuk daerah tetntu misal:
ruang operasi ,ruang cobalt ,ruang isolasi dan lain-lain.

2.4 Jenis Media Pemadaman Kebakaran


Menurut Depnaker dalam bukunya Training Material K3 Bidang Penanggulangan
Kebakaran, adalah Dalam mengenal berbagai jenis media pemadam kebakaran
dimaksudkan agar dapat menentukan jenis media yang tepat, sehingga dapat
memadamkan kebakaran secara efektif, efisien, dan aman. Dari bentuk fisiknya media
pemadam kebakaran ada 5 jenis yaitu:
a. Air
Air digunakan sebagai media pemadam kebakaran yang cocok atau tepat untuk
memadamkan kebakaran bahan padat (klas A) karena dapat menembus sampai
bagian dalam.
Bahan pada yang cocok dipadamkan dengan menggunakan air adalah seperti:
- Kayu
- Arang
- Kertas
- Tekstil
- Plastik dan sejenisnya.
b. Busa
Jenis media pamadam kebakaran, busa adalah salah satu media yang dapat digunakan
untuk memadamkan api. Ada 2 (dua) macam busa yang berfungsi untuk
memadamkan kebakaran yaitu busa kimia dan busa mekanik.Busa kimia dibuat dari
gelembung yang mengandung zat arang dan carbon dioksida, sedangkan busa
mekanik dibuat dari campuaran zat arang dengan udara. Busa dapat memadamkan
kebakaran melalui kombinasi tiga aksi pemadaman,yaitu:
– Menutupi yaitu membuat selimut busa diatas bahan yang terbakar, sehingga kontak
dengan oksigen (udara) terputus.
– Melemahkan yaitu mencegah penguapan cairan yang mudah terbakar.
– Mendinginkan yaitu menyerap kalori cairan yang mudah terbakar sehingga suhunya
menurun.
b. Serbuk kimia kering
Daya pemadam dari serbuk kimia kering ini bergantung pada jumlah serbuk yang
dapat menutupi permukaan yang terbakar. Makin halus butir – butir serbuk kimia
kering makin luas permukaan yang dapat ditutupi.Adapun butiran bahan kimia kering
yang sering digunakan adalah Ammonium hydro phospat yang cocok digunakan
untuk memadamkan kebakaran kelas A, B dan C. Cara kerja serbuk kimia kering ini
adalah secara fisik dan kimia.
d. Kabon dioksida (CO₂)
Media pemadam api CO₂ didalam tabung harus dalam keadaan fase cair bertekanan
tinggi. Prinsip kerja gas CO₂ dalam memadamkan api ialah reaksi dengan oxygen
(O₂) sehingga konsentarsi didalam udara berkurang, sehingga api akan padam hal ini
disebut pemadaman dengan cara menutup.Namun CO₂ juga mempunyai kelemahan
ialah bahwa media pemadam tersebut tidak dapat dicegah terjadinya kebakaran
kembali setelah api padam (reignitasi).Hal ini disebabkan CO₂ tersebut tidak dapat
mengikat oxygen (O₂) secara terus menerus tetapi hanya mengikat O₂ sebanding
dengan jumlah CO₂ yang tersedia sedang supply oxygen disekitar tempat kebakaran.
e. Halon
Pada saat terjadi kebakaran apabila digunakan halon untuk memadamkan api maka
seluruh penghuni harus meninggalkan ruangan kecuali bagi yang sudah mengetahui
betul cara penggunaannya. Jika gas halon terkena panas api kebakaran pada suhu
sekitar 485⁰C maka akan mengalami penguraian, dan zat – zat yang dihasilkan akan
mengikat unsur hydrogen dan oxygen. Jika penguraian tersebut terjadi dapat
menghasilkan beberapa unsur baru dan zat baru tersebut beracun dan cukup
membahayakan terhadap manusia.
2.5 Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko yang dapat digunakan pada kasus diatas adalah eliminasi
Eliminasi adalah pengendalian risiko K3 untuk mengeliminir atau menghilangkan
suatu bahaya. Misalnya saja ketika di tempat kerja kita terjadi korsleting listrik mungkin
kita hilangkan sumber bahaya terlebih dahulu. Eliminasi merupakan puncak tertinggi
dalam pengendalian risiko dalam K3. Karena apabila bahaya sudah dihilangkan maka
sangat kecil kemungkinan akan mengancam pekerja.
BAB III

PENUTUP

2.3 KESIMPULAN
Kebakaran merupakan suatu bencana yang merugikan bagi banyak pihak yang dapat
mengakibatkan kerugian materil dan berpotensi terhadap kematian yang cukup besar
schingga memerlukan perhatian akan keselamatan masyarakat. Adanya kasus kebakaran
yang terus meningkat menyebabkan pemerintah mengeluarkan undang-undang dan
peraturan pemerintah yang berkaitan dengan kebakaran. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang kebakaran dan upaya penanggulangan bahaya kebakaran sejak din sangat penting
agar masyarakat mengetahui adanya potensi bahaya kebakaran di semua tempat, antara
lain, di rumah, tempat kerja, tempat ibadah, tempat-tempat umum dan lain-lain.
Schingga, kasus kebakaran di Indonesia bisa diminimalisir.

2.4 SARAN
Dari kasus kebakaran rumah sakit diatas, saran saya agar pihak rumah sakit lebih teliti
didalam melaksanakan pengecekkan berkala mengenai kualitas arus listrik dan kualitas
sarana elektronik lain agar kejadian serupa tidak terulang Kembali dan melakukan upaya
proteksi aktif yaitu Pintu Darurat (Emergency),Jalur Evakuasi,Assembly Point (Area
Aman).

https://academia.edu/resource/work/8809263

Anda mungkin juga menyukai