Anda di halaman 1dari 2

TUGAS TUTORIAL I

Nama : Kelvin Agam Nanda Wijaya


NIM : 049036996
Tugas : Hukum Agraria 67 (HKUM4211.67)

1. Meski berbagai aspek penting tanah ini sering kali menimbulkan konflik di
masyarakat, yang ditandai dengan terjadinya konflik agraria, yaitu perselisihan antara
orang perseorangan, kelompok, golongan, organisasi, badan hukum, atau lembaga,
yang berdampak luas secara sosiopolitik. Perselisihan pertanahan penyelesaiannya
dilaksanakan lembaga peradilan atau putusan lembaga peradilan (Peraturan Kepala
BPN RI Nomor 3 jo Peraturan Kepala BPN RI Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan, Pengkajian, dan Penanganan Kasus Pertanahan). Konflik agraria pun
kerap menimbulkan tindak kekerasan.

Selama konflik berlangsung, tanah yang menjadi objek konflik umumnya berada
dalam keadaan status quo. Akibatnya, tanah yang bersangkutan tidak bisa
dimanfaatkan. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kualitas sumber daya tanah
yang merugikan kepentingan banyak pihak dan tidak tercapainya asas manfaat tanah.

Timbulnya konflik agraria menjadi tanda utama bahwa pembaruan agraria harus
segera dilaksanakan. Konflik agraria timbul akibat adanya ketimpangan kepemilikan dan
penguasaan serta pengelolaan sumber-sumber agraria (ketimpangan struktur agraria).
Konflik ini bersifat kronis, masif, meluas, dan berdimensi hukum, sosial, politik, serta
ekonomi. Konflik juga bersifat struktural.

Hal ini ditandai dengan adanya kebijakan-kebijakan pemerintah dalam


penguasaan dan kegunaan tanah serta pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang
disebabkan adanya benturan-benturan antara pihak yang hendak mengusai tanah dan
pihak yang mempunyai hak dan kepentingan atas tanah. Selain itu juga dipengaruhi
peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah yang tumpang-tindih.

Sumber: https://mediaindonesia.com/opini/249995/penyelesaian-konflik-agraria
2. Pengenaan sanksi merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan
ruang, dimaksudkan sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.

Setiap pejabat pemerintah yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana
tata ruang dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp. 500 juta. Selain sanksi pidana, pelaku dapat dikenai pidana tambahan
berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya.

Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-
masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Izin pemanfaatan
ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang benar,
batal demi hukum.

3. Sebagaimana yang sudah diatur pada pasal 1 huruf s menjelaskan bahwa hak
ulayat adalah hak persekutuan yang dipunyai oleh masyarakat hukum adat tertentu atas
suatu wilayah tertentu, yang merupakan lingkungan hidup para warganya, yang meliputi
hak untuk memanfaatkan tanah, hutan, air serta isinya sesuai dengan peraturan
perundang- undangan.

Anda mungkin juga menyukai