Anda di halaman 1dari 38

Pertemuan ke-3

Fertilisasi dan Penurunan


http://aff.fkh.ipb.ac.id

Kromosom

Laboratorium Embriologi
Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
Indikator Pencapaian
 Fungsi fertilisasi: fungsi reproduksi (penurunan genetik), fungsi
perkembangan (aktivasi sel telur)
http://aff.fkh.ipb.ac.id

 Syarat terjadi fertilisasi pada spermatozoa dan sel telur


 Urutan proses fertilisasi (waktu, tempat, proses)
 Mekanisme pencegahan polispermia
 Penentuan Jenis kelamin
 Rasio Kelamin
 Kromosom hewan domestik
 Kegagalan fertilisasi
 Kelainan fertilisasi {aneuploidi: monosomi, trisomi; haploid
(ginogenesis, androgenesis); parthenogenesis; poliploidi}
 Superfekundasi, kembar fraternal
 Pewarisan Gen dan Penurunan Kromosom
 Wawasan bioteknologi: fertilisasi in vitro (konvensional,
mikrofertilisasi)
Fertilisasi:
Proses penyatuan spermatozoa dan ovum untuk
http://aff.fkh.ipb.ac.id

membentuk individu baru (zigot)

Fungsi fertilisasi:
• Penurunan materi genetik dari tetua jantan
dan betina ke anak
• Mengembalikan jumlah kromosom dari
haploid menjadi diploid
• Penentuan jenis kelamin anak
• Aktivasi sel telur (reaktivasi meiosis II) untuk memulai
proses perkembangan
Tahapan yang harus dialami oleh
Spermatozoa agar bisa membuahi
http://aff.fkh.ipb.ac.id

Produksi di Tubuli Seminiferi (Spermatogenesis)

Pematangan di Epididymis

Kapasitasi di Saluran Reproduksi Betina

Reaksi Akrosome
Pematangan di Epididymis
http://aff.fkh.ipb.ac.id

 Faktor dekapasitasi (penstabilan membran


plasma)
 Peningkatan konsentrasi spermatozoa,
terjadi penyerapan cairan di epididymis
 Memperoleh kemampuan membuahi
 Memperoleh kemampuan motilitas
Kapasitasi di Saluran Reproduksi Betina
 Seleksi dan rangsangan oleh mukus
http://aff.fkh.ipb.ac.id

serviks uteri
 Lingkungan atau cairan uterus
 Hipermotilitas spermatoza di Tuba Fallopii

KAPASITASI
“Perubahan fisiologis dari membran plasma
spermatozoa di saluran reproduksi betina
menyebabkan membran plasma tidak stabil
dan reaktif terhadap induksi reaksi akrosom”
Reaksi akrosome
 Membran plasma & membran akrosom melebur
http://aff.fkh.ipb.ac.id

 Pengeluaran enzim2 hidrolitik yg ada di akrosom


 Fungsi mencerna zona pelusida, sehingga
spermatozoa dapat menembus zona pelusida

Jenis enzim:
Hyaluronidase,
acrosin, dll

(Flesch, 2000)
Syarat sel Telur agar dapat
dibuahi oleh spermatozoa
http://aff.fkh.ipb.ac.id

Oogenesis dan follikulgenesis

Pematangan Sel telur


1. Pematangan inti:
GV  GVBD  MI MII
2. Pematangan sitoplasma:
 Sintesa mRNA, protein dll.
 Pembentukan granula2 kortek
Oogenesis & Folliculogenesis
Oocyte maturation
http://aff.fkh.ipb.ac.id

GV MI M II
Pematangan inti
sel telur
http://aff.fkh.ipb.ac.id

(Oogenesis) GV GVBD

Metafase I

Metafase II

Brunet and Maro, 2005; Reproduction 130: 801-811


Tahapan Proses Fertilisasi:
1.Penembusan sel-sel kumulus ooforus
http://aff.fkh.ipb.ac.id

2.Ikatan spermatozoa-Zona Pelusida


2.Reaksi Akrosom K
L
3.Penetrasi ZP I
K
4.Ikatan spermatozoa-membran plasma sel telur
5.Peleburan membran plasma spermatozoa -membran V
plasma sel telur I
D
6.Aktivasi sel telur E
O
7.Pembentukan pronukleus jantan dan betina
8.Syngami  zigot
Dilanjutkan dengan pembelahan mitosis
(embriogenesis)
Mammalian fertilization
http://aff.fkh.ipb.ac.id

Perivitelline
space
ZP
A: Kapasitasi. Oolemma
B: Hipermotilitas spz dan
ikatan dg ZP.
C: Reaksi akrosom
D: Penetrasi ZP dan ikatan
dg oolemma.
E: Ikatan dg oolemma
F: Peleburan dg oolemma

(Flesch, 2000)
Fertilisasi pada Mamalia
http://aff.fkh.ipb.ac.id

Spermatozoa
membentuk
pronukleus jantan
(♂ PN)
Inti sel telur
melanjutkan
meiosis II,
melepaskan polar
body II (second
PB), membentuk
pronukleus betina
(♀ PN)

(Flesch, 2000)
Pencegahan Polispermia
http://aff.fkh.ipb.ac.id

Reaksi Cepat : Perubahan potensial membran vitelin


(Vitelline block) sehingga spermatozoa lain tidak bisa menempel pada membran
vitelin sel telur
Reaksi Granula Kortek

Lambat : Reaksi granula korteks


(Zona Reaction), granula2 kortek pecah
mengeluarkan enzim-enzim hidrolitik yang akan
http://aff.fkh.ipb.ac.id

merubah konfigurasi protein zona pelusida (ZP2


dan ZP3) sehingga zona peusida tidak bisa
berikatan dengan spermatozoa lain dan zona
pelusida menjadi lebih keras (padat)
http://aff.fkh.ipb.ac.id Penentuan Jenis Kelamin
• Mamalia (female homogametic)
♀(XX) ♂ (XY)

Gamet: X X X Y

Anak: XX XX XY XY

betina betina jantan jantan


http://aff.fkh.ipb.ac.id Penentuan Jenis Kelamin
• Unggas (female heterogametic)
♀(ZW) ♂ (ZZ)

Gamet: Z W Z Z

Anak: ZZ ZZ ZW ZW

jantan jantan betina betina


http://aff.fkh.ipb.ac.id SEX RATIO
• Rasio Kelamin Primer
Proporsi zigot jantan dibanding zigot betina hasil dari
fertilisasi

• Rasio Kelamin Sekunder


Proporsi anak jantan dibanding dengan anak betina
dari anak yang lahir.
Kembar ?
• Superfekundasi (pada anjing dan kucing)
http://aff.fkh.ipb.ac.id

Seekor hewan betina yang dikawini oleh lebih dari satu ekor pejantan pada
satu masa birahi (estrus), sehingga anak yang dilahirkan memiliki genetik
tetua jantan yang berbeda-beda. Contoh terjadi pada anjing dan kucing.

• Kembar Fraternal (lebih dari satu oosit yang masing-masing


dibuahi spermatozoa)
Kejadian kembar pada hewan unipara, ketika terjadi ovulasi ganda dan
setiap sel telur dibuahi masing-masing oleh satu spermatozoa. Kembar
fraternal memiliki genetik yang tidak sama (tidak identik
KEGAGALAN FERTILISASI:

Faktor jantan :
http://aff.fkh.ipb.ac.id

saluran reproduksi: ~ obstruksi (penyumbatan)


sperma: ~ oligospermia, azoospermia

Faktor betina :
saluran reproduksi: obstruksi tuba Fallopii
sel telur: degenerasi, penuaan
KELAINAN FERTILISASI:

Zygote haploid (n): Ginogenesis (female)


http://aff.fkh.ipb.ac.id

Androgenesis (male)

Zygote polyploidi (>2n: 3N, 4N, dst):


Polysperm
Non-disjunction

Aneuploidi: trisomi (2n+1): Down, Klinefelter syndrome

monosomi (2n-1): Turner syndrome


ANEUPLOIDI: Trisomi (2n+1)
http://aff.fkh.ipb.ac.id

• Trisomi 21
• Down Syndrome

• Trisomi kromosom sex (XXY) employees.csbsju.edu

• Klinefelter Syndrome

www.tokyo-med.ac.jp
ANEUPLOIDI: Monosomi (2n-1)
http://aff.fkh.ipb.ac.id

• Monosomi kromosom sex (XO)


• Turner Syndrome

www.tokyo-med.ac.jp
http://aff.fkh.ipb.ac.id
Parthenogenesis ?
• Perkembangan zigot atau embrio tanpa ada induksi atau peran spermatozoa
• Aktivasi sel telur terjadi secara spontan
• Induksi secara buatan bisa dilakukan dengan bahan kimia (~alkohol) atau
kejutan elektrik

Parthenogenesis?!:
diploid (2n), Benda kutub I tidak dilepas

haploid (2(n)). Benda kutub II tidak dilepas


Penurunan Genetik (Hukum Mendel)
http://aff.fkh.ipb.ac.id

• Segregasi Gen Tunggal

• Hukum Mendel I: Hukum Segregasi:

“Masing-masing induk mengandung dua


salinan unit pewarisan (yang sekarang
disebut gen) bagi masing-masing sifat, akan
tetapi hanya satu dari kedua gen yang
ditransmisikan melalui gamet pada
keturunannya”.
http://aff.fkh.ipb.ac.id

http://209.68.138.57/lc/archive/biology/Pages/Chapter10-Rabitoy.aspx
Penurunan Genetik (Hukum Mendel)
• Segregasi Dua Gen atau Lebih
http://aff.fkh.ipb.ac.id

• Hukum Mendel II: Hukum


Perpasangan Bebas (Independent
assortment):

“Segregasi (pemisahan) suatu pasangan


gen terjadi secara independen atau lepas
dari pasangan gen lainnya”.
http://aff.fkh.ipb.ac.id

http://faculty.clintoncc.suny.edu/
http://aff.fkh.ipb.ac.id

http://www.mun.ca/biology/desmid/brian/BIOL2060/BIOL2060-20/2014.jpg
Penjelasan Hukum Mendel
• Hukum Mendel I terkait dengan kromosom
http://aff.fkh.ipb.ac.id

dan meiosis

• Hukum Mendel II hanya berlaku untuk gen-


gen yang tidak tertaut kromosom atau gen-gen
pada kromosom yang tidak homolog

• Variasi genetik:
Crossing over  pertukaran DNA/gen
Independent assortment  urutan kromosom
pada lempeng metafase secara acak
2n ; n=jumlah kromosom
Pola Pewarisan: Hubungan Alel
 Alel dominan: suatu alel yang fenotipenya selalu
http://aff.fkh.ipb.ac.id

terekspresikan atau muncul pada kondisi heterozigot


maupun homozigot.

 Alel resesif: suatu alel yang fenotipenya


terekspresikan hanya pada kondisi homozigot.

 Alel kodominan: alel-alel yang pada kondisi


heterozigot kedua fenotipenya terekspresi .

 Dominansi tak lengkap (incomplete dominance):


alel-alel yang pada kondisi heterozigot, fenotipenya
terekspresi intermediet.
Pola Pewarisan: Hubungan Alel
 Alel letal: alel alel yang ekspresi fenotipenya
http://aff.fkh.ipb.ac.id

dapat menyebabkan kematian. Alel letal


dapat bersifat dominan maupun resesif.

 Alel ganda: jumlah maksimum alel pada


sebuah lokus gen yang dimiliki suatu
individu adalah dua. Jika terdapat lebih dari
dua alel di sebuah lokus disebut alel genda.
Misal : A, a’, a’’, a’’’, a’’’’
A 1, A 2, A 3, A 4, A 5
http://aff.fkh.ipb.ac.id Termasuk Hubungan Alel Yang Mana ???

http://www.doctortee.com/dsu/tiftickjian/genetics/mendel-extensions.html
APLIKASI BIOTEKNOLOGI:
INSEMINASI BUATAN (IB)
http://aff.fkh.ipb.ac.id

FERTILISASI IN VITRO (IVF)


- Konvensional
- Partial zona disection (PZD)
- Sub zonal injection (SuZI)
- Intracytolasmic sperm injection (ICSI)

KRIOPRESERVASI
- Gamet
- Embrio
Pembekuan (Kriopreservasi) Sperma
http://aff.fkh.ipb.ac.id

Koleksi Sperma Pembekuan Sperma


PRODUKSI EMBRIO secara In Vitro :

MATURATION
http://aff.fkh.ipb.ac.id

OOCYTE
FERTILIZATION COLLECTION

SPERM COLLECTION

CULTURE
MICRO FERTILIZATION

Partial zona dissection (PZD)


(Cohen et al, 1988)
http://aff.fkh.ipb.ac.id

Injection
pipette
Holding Metaphase
pipette II Oocyte

Subzonal injection (SUZI)


Sperm
(Ng et al, 1988)
Injection
pipette
Holding Metaphase
pipette II Oocyte

Intracytoplasmic sperm injection (ICSI)


(Palermo et al, 1992)
Sperm
Bekerja sebagai seorang embryologyst?!
KENAPA TIDAK!
http://aff.fkh.ipb.ac.id

Anda mungkin juga menyukai