Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM


Dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang
dibina oleh Bapak Muhammad Muhlis, M. Pd.

Disusun oleh :

Farda Faidah (2021422002)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS NAHDLATUL ULAMA
PASURUAN
2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam,
dengan judul: "Pendidikan Karakter Dalam Islam" .
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka dari itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritikan dari berbagai
pihak. Yang terakhir, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Pasuruan, 17 November 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………... iii


DAFTAR ISI………………………………………………………………. iv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 4
- Latar Belakang……………………………………………………….. 4
- Rumusan Masalah……………………………………………………. 6
- Tujuan Pembahasan………………………………………………….. 6
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………... 7
- Pengertian……………………………………………………………. 7
- Jenis-jenis karakter…………………………………………………… 11
- Moral Knowing, Moral loving/Feeling dan Moral Doing/Acting…. 15
- Strategi Pendidikan Karakter………………………………………. 16
- Analisis Saya………………………………………………………… 17
BAB III PENUTUP………………………………………………………... 20
- Kesimpulan…………………………………………………………... 20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Dalam dunia pendidikan telah banyak yang membicarakan tentang pendidikan
karakter. Dengan fakta yang menunjukkan bahwa karakter bangsa pada zaman
globalisasi ini merosot dengan sangat tajam, hal ini yang melatarbelakangi
munculnya pendidikan karakter dalam islam. Pendidikan sendiri dianggap sebagai
suatu media yang paling jitu dalam mengembangkan potensi anak didik baik
berupa keterampilan maupun wawasan. Oleh karena itu, pendidik secara terus-
menerus dibangun dan dikembangkan agar dari proses pelaksaannya
menghasilkan generasi yang diharapkan.
Demikian dengan Negara Indonesia, bangsa kita juga tidak ingin menjadi
suatu bangsa yang bodoh dan keterbelakangan terutama dalam menghadapi zaman
yang terus berkembang di era kecanggihan teknologi dan komunikasi. Maka
perbaikan sumber daya manusia juga perlu ditingkatkan, bukan hanya teknologi
saja. Adanya peningkatan ini mempunyai tujuan agar mampu menghasilkan
sumber daya manusia yang cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlak mulia terus
diupayakan melalui proses pendidikan. Sebagaimana tercantum dalam rumusan
tujuan pendidikan nasional Nomor 20 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menjelaskan bahwa :
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”
Dalam UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 yang terakhir dijelaskan bahwa
pendidikan karakter merupakan :
“Pendidikan akhlak (karakter) masih digabung dalam masa pelajaran agama dan
diserahkan sepenuhnya pada guru agama.”
Karena pendidikan karakter sendiri, yang pelaksanaannya sepenuhnya
dibebankan pada guru agama saja. Terang saja hingga kini pelaksanaan dari
pendidikan karakter itu sendiri belum mancapai batas yang optimal. Hal ini
terbukti dari fenomena sosial yang menunjukkan perilaku yang tidak berkarakter.
Perilaku buruknya karakter atau tidak berkarakter dapat dilihat secara
seksama dengan semakin maraknya tawuran antar pelajar, adanya pergaulan
bebas, dan adanya kesenjangan sosial-ekonomi-politik di masyarakat, kerusakan
lingkungan yang terjadi di seluruh pelosok negeri, masih terjadinya ketidakadilan
hukum, kekerasan dan kerusuhan, serta korupsi yang mewabah dan merambah
pada semua sektor kehidupan masyarakat, tindakan anarkis, konflik sosial.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter tidak hanya
diembankan pada guru agama saja, akan tetapi juga pada semua pihak yang
berkepentingan serta bersangkutan. Bahkan dalam langkah selanjutnya,
pendidikan karakter perlu dilaksanakan oleh seluruh masyarakat diseluruh instansi
pemerintah, ormas, partai politik, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan dan
kelompok masyarakat lainnya. Juga dalam pelaksanaannya, pendidikan karakter
memerlukan peneladanan dan pembiasaan.
Pembiasaan untuk berbuat baik, berperilaku jujur, tolong-menolong, toleransi,
malu berbuat curang, malu bersikap malas, malu membiarkan lingkungan kotor.
Karena karakter itu tidak terbentuk secara instan, tapi harus dilatih secara serius,
terus-menerus dan profesional agar mencapai bentuk karakter yang ideal.
Maka dari itu dengan adanya teori pendidikan karakter dalam islam ini sangat
lah penting, terutama bagi generasi muda bangsa yang akan memahami materi di
dalamnya. karena generasi muda inilah yang akan menjadi tolak ukur keberhasilan
pembangunan bangsa. Sebagai penerus bangsa, kita sangatlah diharapkan dapat
memberikan teladan yang baik, baik dari segi sikap ataupun tingkah laku.
Generasi muda bukan hanya harus pintar secara intelektual saja namun juga harus
pintar dan cerdas dalam moralnya. Nah, bukan berarti pula pendidikan karakter ini
ditujukan pada generasi muda saja melainkan hakekatnya untuk semua warga
indonesia ataupun semua umat.
B. Rumusan Masalah.
1. Jelaskan pengertian pendidikan karakter !
2. Sebutkan jenis-jenis karakter ?
3. Jelaskan maksud dari moral knowing, moral loving atau moral feeling dan
moral doing/ Acting !
4. Bagaimana strategi pendidikan karakter?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian Pendidikan Karakter
2. Untuk mengetahui jenis-jenis karakter
3. Untuk mengetahui maksud dari moral knowing, moral loving atau moral
feeling dan moral doing/ Acting
4. Untuk mengetahui strategi pendidikan karakter
BAB II
PEMBAHASAN.

A. Pengertian Pendidikan Karakter.


Penguatan pendidikan moral atau pendidikan karakter dalam konteks sekarang
sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita.
Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka
kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja,
kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan
milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat
diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter.
Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing),
sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan
ketiga komponen ini dapat dinyatakanbahwa karakter yang baik didukung oleh
pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan
perbuatan kebaikan.
1. Pendidikan Karakter Menurut Lickona
Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala
usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi untuk
mengetahui pengertian yang tepat, dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan
karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona menyatakan bahwa
pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk
membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan
melakukan nilai-nilai etika yang inti.
2. Pendidikan Karakter Menurut Suyanto
Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku
yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.
3. Pendidikan Karakter Menurut Kertajaya
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri
khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu
tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak,
bersikap, berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).
4. Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi
Menurut kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak
etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan
sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982).
Nilai-nilai dalam pendidikan karakter ada 18 butir yaitu :
Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis,
Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi,
Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan,
Peduli sosial, Tanggung jawab.
Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka
mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan
individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan.
Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai usaha kita secara sengaja dari seluruh
dimensi kehidupan sekolah/madrasah untuk membantu pembentukan karakter
secara optimal.
Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan
pendidikan dapat tercapai. Di antara metode pembelajaran yang sesuai adalah
metode keteladanan, metode pembiasaan, dan metode pujian dan hukuman.
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa
membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari
keputusan yang ia buat.Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan
pendidikan nasional.
Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan
pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki
kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu
bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas,
namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir
generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-
nilai luhur bangsa serta agama. Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan
cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah dikatakan Dr. Martin Luther King,
yakni;
“kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya.”
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan
(action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan
karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara
sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya.
Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak
menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil
menghadapi
segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara
akademis.

5. Dalil Pendidikan Karakter dalam islam.


a. Dalil Alqur’an.
Dalam alquran juga dijelaskan mengenai pendidikan karakter :
‫ّٰللاَ َكثِي ًْرا‬ ٰ ْ ‫ّٰللا َوا ْليَ ْو َم‬
‫اْلخِ َر َوذَ َك َر ه‬ َ ‫سنَة ٌ ِلِّ َمنْ كَانَ يَ ْر ُجوا ه‬
َ ‫س َوةٌ َح‬ ‫لَقَ ْد كَانَ لَكُ ْم ف ِْي َرسُ ْو ِل ه‬
ْ ُ ‫ّٰللاِ ا‬
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS. AlAhzab-21.”
Di antara ayat al-Qur’an yang menjadi dasar pendidikan akhlak adalah,
seperti ayat di bawah ini:
١٧ ؕ‫اصبِ ۡر ع َٰلى َم ۤا اَصَابَكَ ؕ اِنَّ ٰذ ِلكَ م ِۡن ع َۡز ِم ۡاْلُ ُم ۡو ِر‬
ۡ ‫ف َو ۡانهَ ع َِن ۡال ُم ۡنك َِر َو‬
ِ ‫ٰيبُنَ َّى اَق ِِم الص َّٰلوةَ َو ۡا ُم ۡر بِ ۡال َم ۡع ُر ۡو‬
١٨ ‫ب كُ َّل ُم ۡخت َا ٍل فَ ُخ ۡو ٍر‬ ُّ ِ‫ّٰللاَ َْل يُح‬
‫ض َم َر ًحا ؕ اِنَّ ه‬ َ ۡ ‫اس َو َْل ت َۡم ِش فِى‬
ِ ‫اْل ۡر‬ ِ َّ‫صعِّ ِۡر َخدَّكَ لِلن‬ َ ُ ‫َو َْل ت‬
"Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal
yang diwajibkan (oleh Allah). dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri (Q.S. Luqman ayat 17-18)"
Dalam Q.S Luqman ayat 12-14 karena ayat ini mewakili pembahasan ayat
yang memiliki keterkaitan makna paling dekat dengan konsep pendidikan
karakter. Allah SWT berfirman:
‫ َو ِإ ۡذ قَا َل‬.‫غ ِن ٌّي حَمِ يد‬ َ َ‫ٱلِل‬ َّ َّ‫س ِۖۦه َو َمن َكفَ َر فَ ِإن‬ِ ‫لِل َو َمن َي ۡشك ُۡر فَ ِإنَّ َما َي ۡشكُ ُر ِلنَ ۡف‬ ۡ ‫َولَقَ ۡد َءات َ ۡينَا لُ ۡق ٰ َمنَ ۡٱلحِ ۡك َمةَ أ َ ِن‬
ِ َّ ِ ‫ٱشك ُۡر‬
‫سنَ بِ ٰ َو ِل َد ۡي ِه َح َملَ ۡته ُ أ ُ ُّم ۥه ُ َو ۡهنًا‬ ِ ۡ ‫ َو َوص َّۡينَا‬.‫ع ِظيم‬
َ ٰ ‫ٱۡلن‬ َ ‫ش ِۡركَ لَظُ ۡل ٌم‬ ِ ۖ َّ ِ‫لُ ۡق ٰ َمنُ ِل ِۡبنِِۦه َوه َُو يَ ِعظُ ۥه ُ ٰيَبُنَ َّي َْل ت ُۡش ِر ۡك ب‬
ِّ ‫ٱلِل إِنَّ ٱل‬
‫ٱشك ُۡر لِي َول ٰ َِو ِلد َۡيكَ إِلَ َّي ۡٱل َم ِصي ُر‬ َ ٰ ِ‫علَ ٰى َو ۡه ٍن َوف‬
ۡ ‫صلُ ۥه ُ فِي عَا َم ۡي ِن أ َ ِن‬ َ .
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah),
maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang
tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". Dan
(ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah)
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang
besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”

b. Dalil Hadist.
Di samping penjelasan Alquran yang menetapkan Alquran dan sunnah Rasul
sebagai dasar pendidikan; urgensi Aluran dan hadis sebagai pendidikan, juga
terlihat dari beberapa sunnah Rasulullah SAW sebagai berikut :
"Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada
kami Sufyan ia berkata; aku bertanya kepada Al A'masy, dan ia berkata dari Zaid
bin Wahb aku mendengar Hudzaifah berkata, telah menceritakan kepada kami
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa amanat turun dari langit di
relung hati laki-laki, dan alquran turun lantas mereka baca alquran dan tahu
assunnah." (HR. Bukhari: 6761)
Mengingat kebenaran al-Qur’an dan al-Hadis adalah mutlak, maka setiap ajaran
yang sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadis harus dilaksanakan dan apabila
bertentangan maka harus ditinggalkan. Dengan demikian berpegang teguh kepada
al-Qur’an dan sunnah Nabi akan menjamin seseorang terhindar dari kesesatan.
Sebagaimana hadis Rasul yang diriwayatkan dari Abu Ahmad:
‫ت قَا َل قَا َل‬
ٍ ‫عنْ َز ْي ِد ب ِْن ثَا ِب‬ َّ ‫ع ِن ا ْلقَاس ِِم ب ِْن َح‬
َ َ‫سان‬ ْ َ ‫َح َّدثَنَا ْاْل‬
ُّ ‫س َودُ ْب ُن عَام ٍِر َح َّدثَنَا ش َِريكٌ ع َِن‬
َ ‫الركَي ِْن‬
‫صلَّى‬
َ ‫ّٰللا‬
ِ َّ ‫َرسُو ُل‬ ِ‫س َماء‬ َّ ‫ّٰللا َحبْ ٌل َم ْمدُو ٌد َما بَ ْي َن ال‬ ُ ‫سلَّ َم إِنِِّي ت َِار ٌك فِيكُ ْم َخلِيفَتَي ِْن ِكت‬
ِ َّ ‫َاب‬ َ ‫علَيْ ِه َو‬
َ ُ ‫ّٰللا‬
َّ
َ ‫ض َو ِعتْ َرتِي أ َ ْه ُل بَ ْيتِي َوإِنَّ ُه َما لَنْ يَتَفَ َّرقَا َحت َّى َي ِردَا‬
‫علَ َّي‬ ِ ‫س َماءِ إِلَى ْاْل َ ْر‬ َّ ‫ض أ َ ْو َما َب ْي َن ال‬ ِ ‫َو ْاْل َ ْر‬
َ‫ا ْل َح ْوض‬
“Telah menceritakan kepada kami [Al Aswad bin Amir] telah menceritakan
kepada kami [Syariik] dari [Rukain] dari [Al Qasim bin Hassan] dari [Zaid bin
Tsabit] berkata, "Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Aku
tinggalkan untuk kalian dua pusaka; Kitabullah, tali yang terjulur antara langit
dan bumi atau dari langit ke bumi, dan ahli baitku. Keduanya tidak akan terpisah
hingga keduanya menemuiku di telaga.(HR Ahmad No.20596)”

B. Jenis-Jenis Karakter
Tipe Karakter Manusia Menurut Psikologi itu terdapat 4 yaitu :
1. Tipe Sanguinis
2. Tipe Melankolis
3. Tipe Plegmatis
4. Tipe Koleris
A. Tipe Sanguinis
Orang dengan kepribadian sanguinis sering dikaitkan dengan sikap mereka
yang suka bersosialisasi, berpetualang, mencari kesenangan juga tantangan. Selain
itu, tipe ini juga dikenal dengan ciri-ciri:
1) Mudah bergaul
2) Aktif
3) Optimistis
4) Impulsif
5) Humoris
6) Ekspresif
7) Kompetitif
B. Tipe Melankolis
Tipe melankolis sering terlihat pada orang dengan karakter yang cenderung privat,
analitis, dan faktual dalam berkomunikasi. Seseorang dengan tipe ini
membutuhkan informasi, waktu untuk berpikir dan rencana yang detail agar bisa
berfungsi secara efektif. Mereka juga memiliki ciri-ciri di antaranya:
1) Sangat detail
2) Sensitif
3) Cemas jika berada di lingkungan baru
4) Cenderung introvert
5) Mudah curiga
6) Teliti
C. Tipe Plegmatis
Orang dengan tipe ini cenderung lebih relaks, tenang, dan bisa dibilang easy
going. Mereka juga punya niat yang baik dalam hal simpati dan peduli dengan
orang-orang sekitar. Tapi mereka cenderung menyembunyikan emosi yang
sebenarnya dan cukup mudah berkompromi yang memiliki ciri-ciri antara lain:
1) Tenang/kalem
2) Setia
3) Cenderung menghindari konflik
4) Senang menolong sesama
5) Sulit beradaptasi dengan kebiasaan baru
D. Tipe Koleris
Tipe terakhir ada koleris yang mudah dilihat dari seseorang yang ambisius,
kompetitif, dan fokus dengan tujuannya. Orang dengan kepribadian ini juga
dikenal sebagai orang yang sangat tegas. Ciri lain yang bisa dilihat dari tipe
koleris adalah sebagai berikut:
1) Cerdas
2) Analitis dan logis
3) Tidak terlalu suka basa-basi
4) Konsisten
5) Percaya diri
6) Mandiri
7) Kreatif
Jenis-Jenis Pendidikan Karakter
Ada empat jenis karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakn dalam
proses pendidikan. Berikut keempat jenis karakter tersebut:
1. Pendidikan karakter berbasis nilai religious, yang merupakan kebenaran
wahyu Tuhan (konservasi ,moral).
2. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi
pekerti, Pancasila, apresiasi sastra, serta keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan
para pemimpin bangsa (konservasi lingkungan).
3. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan).
4. Pendidikan karakter berbasis potensi diri; yaitu sikap pribadi, hasil proses
kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan (konservasi humanis).
Pendidikan karakter berbasis potensi diri adalah proses kegiatan yang
dilakukan dengan segala daya upaya secara sadar dan terencana untuk
mengarahkan anak didik agar mereka mampu mengatasi diri melalui kebebasan
dan penalaran serta mengembangkan segala potensi diri yang dimiliki anak didik.
Pendidikan karakter berbasis potensi diri memiliki beberapa kelebihan.
Berikut beberapa kelebihan tersebut.
a) Proses kegiatan pendidikan karakter berbasis potensi dilakukan dengan segala
daya upaya. Artinya, dalam proses pendidikan karakter berbasi potensi diri,
guru tidak hanya berperan sebagai pengajar yang menyampaikan materi
pengajaran, tetapi ia juga bertindak sebagai inspirator, inisiator, fasilitatir,
mediator, supervisor, evaluator, teman (friend) sekaligus pembimbing
(counselor), lebih matang (older), otoritas akademik (authority in field),
pengasuh (nurturer), dan sepenuh hati dengan cinta dan kasih saying
(devoted).
b) Anak didik mampu mengatasi diri. Artinya, ia mampu bersikap mandiri,
mampu mengatasi segala problem keuangan, perkuliahan, kesehatan, pribadi
(emosi), keluarga, pengisian waktu senggang, agama dan akhlak,
perkembangan pribadi dan sosial, memilih pekerjaan, serta persiapan untuk
keluarga melalui kebebasan dan penalaran.
c) Kebebasan merupakan suatu kondisi dan situasi merdeka. Tidak ada tekanan
dari siapa pun dan dari pihak mana pun. Bebas menyatakan pendapat,
menentukan pilihan, berpikir, melakukan aktivitas, berkreasi, dan
berkeyakinan bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, masyarakat, bangsa dan
Negara, serta tidak merugikan siapapun.
d) Penalaran. Ini merupakan kemampuan untuk berpikir yang benar dan teruji
kebenarannya, yaitu kemampuan berpikir logis dan anlitis. Berpikir logis
merupakan kemampuan menggeneralisasikan pernyataan-pernyataan khusus
(logika induktif melalui pengamatan.
e) empiris) atau menyimpulkan pernyataan umum atau khusus (logika deduktif
melalui cara berpikir rasional).
f) Segala potensi anak didik. Artinya, setiap anak didik bersifat unik. Mereka
memiliki potensi terpendam. Dalam proses pendidikan karakter, semua
potensi yang dimiliki anak didik digali dan diberdayakan untuk bekal hidup
mereka. Potensi diri dimiliki oleh setiap manusia normal. Potensi diri sangat
banyak, yang antara lain etos belajar, idealisme pendidikan, mind mapping
(penataan informasi agar mudah diakses), multiple intelligence (kecerdasan
ganda), public speaking (keterampilan berbicara di depan umum), effective
thinking (pola berpikir efektif), editing (penyuntingan karangan),
brainstorming, pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe komprehensif
(MPKTK), sinergi pemberdayaan potensi mahasiswa, lesson study
(pengamatan pembelajaran di kelas), serta information and communication
technology (ICT).[1]
Jenis-jenis pendidikan karakter ini menjadikan pendidikan senantiasa hidup di
level individu, sosial, lingkungan, peradaban, dan agama. Keempat level ini akan
menyempuranakan dan lesesatkan idividu ke jalur kemenangan dahsyat yang
tidak diprediksi sebelumnya, karena mengalami lompatan luar biasa dalam
hidupnya. Maka, pilar-pilar pendidikan karakter ini harus didayagunakan secara
keseluruhan.
E. Moral Knowing, Moral loving/Feeling dan Moral Doing/Acting.
Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal,
yaitu:
1. Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya
2. Kemandirian dan tanggungjawab
3. Kejujuran/amanah, diplomatis
4. Hormat dan santun
5. Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama;
6. Percaya diri dan pekerja keras
7. Kepemimpinan dan keadilan
8. Baik dan rendah hati, dan
9. Karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model
pendidikan holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the good,
dan acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan
bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good harus ditumbuhkan feeling loving
the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine
yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan. Sehingga
tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia
cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka
acting the good itu berubah menjadi kebiasaan. Dasar pendidikan karakter ini,
sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli
psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti sangat
menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa
sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi
pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua.
Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang
merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.
Namun bagi sebagian keluarga, barangkali proses pendidikan karakter yang
sistematis di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak
pada rutinitas yang padat. Karena itu, seyogyanya pendidikan karakter juga perlu
diberikan saat anak-anak masuk dalam lingkungan sekolah, terutama sejak play
group dan taman kanak-kanak. Di sinilah peran guru, yang dalam filosofi Jawa
disebut digugu lan ditiru, dipertaruhkan. Karena guru adalah ujung tombak di
kelas, yang berhadapan langsung dengan peserta didik.

F. Strategi Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter dapat diimplementasikan melalui beberapa strategi dan
pendekatan yang meliputi:
1. Pengintegrasian nilai dan etika pada mata pelajaran
2. Internalisasi nilai positif yang di tanamkan oleh semua warga sekolah.
3. Pembiasaan dan latihan
4. Pemberian contoh dan teladan
5. Penciptaan suasana berkarakter di sekolah.
6. Pembudayaan.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter,
Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan Grand Design pendidikan
karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Berdasarkan
grand design yang di kembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan
sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari
seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik)
dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat)
dan berlangsung sepanjang hayat. Grand design menjadi rujukan konseptual dan
operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan
jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses
psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam:
a. olah hati (spiritual and emotional development)
b. olah pikir (intellectual development)
c. olah raga dan kinestetik (physical and kinestetic development)
d. olah rasa dan karsa (affective and creativity development).
Keempat proses psikososial tersebut secara terpadu saling berkait dan saling
melengkapi, yang bermuara pada pembentukan karakter yang menjadi perwujudan
dari nilai-nilai luhur. Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu
ini dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.
Fasilitas Belajar Mengajar dan Media
Fasilitas kegiatan belajar mengajar yang dimiliki oleh SMPN 1 WONOREJO
dapat dikatakan lengkap meliputi: papan tulis, meja, kursi, kapur, perpustakaan,
spidol, laboratorium, proyektor dll. Fasilitas ini digunakan untuk membantu
kelancaran kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan lainnya.

G. Menurut analisis saya.


Menurut Farda (2022), strategi pembelajaran pendidikan karakter dapat dilihat
dalam empat bentuk intregrasi. Berikut integrasi pembelajaran pendidikan
karakter di SMPN 1 WONOREJO :
1. integrasi dalam mata pelajaran.
Pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam
penyusunan silabus dan indikator yang merujuk pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang terdapat dalam KTSP. Berikut merupakan salah satu
contoh integrasi ke dalam mata pelajaran Pendidikan Agama:
a. bersalaman dengan mencium tangan guru untuk memunculkan rasa hormat
dan tawadhu kepada guru.
b. penanaman sikap disiplin dan syukur melalui shalat berjamaah pada
waktunya.
c. penanaman nilai ikhlas dan pengorbanan melalui penyantunan terhadap anak
yatim dan fakir miskin.

2. integrasi melalui pembelajaran tematis.


Pembelajaran tematis adalah pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja
mengaitkan atau memadukan beberapa kompetensi dasar dan indikator dari
beberapa mata pelajaran untuk dikemas dalam satu kesatuan. Pembelajaran
tematis dapat dikembangkan melalui:
a. pemetaan kompetensi untuk memperoleh gambaran kompreherensif dan utuh
semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata
pelajaran yang di padukan dalam tema yang dipilih;
b. identifikasi dan analisis untuk setiap standar kompetensi, kompetensi dasar
dan indikator yang cocok untuk setiap tema;
c. menetapkan jaringan tema, menghubungkan KD dan indikator dengan tema
sehingga akan tampak kaitan antar tema, kompetensi dasar, dan indicator;
d. penyusunan silabus: silabus tematik sudah di masukkan pendidikan karakter
yang akan di ajarkan pada siswa;
e. penyusunan RPP pendidikan karakter.

3. integrasi melalui pembiasaan.


Pengkondisian dan pembiasaan untuk mengembangkan karakter dapat dilakukan
dengan cara:
a. mengucapkan salam saat mengawali belajar mengajar.
b. berdoa sebelum memulai pekerjaan untuk menanamkan nilai syukur.
c. pembiasaan pemberian kesempatan kepada orang lain untuk berbicara sampai
selesai sebelum memberikan komentar.
d. pembiasaan angkat tangan bila hendak bertanya, menjawab, bependapat dan
hanya berbicara setelah dipersilahkan.
e. pembiasaan bersalaman saat bertemu guru.
f. melaksanakan sholat berjamaah di sekolah.

4. intergrasi melalui kegiatan ekstra kurikuler.


Kegiatan ekstrakuriluer antara lain:
a. pramuka.
siswa dilatih dan dibina untuk mengembangkan diri dan meningkatkan hampir
semua karakter, misalnya: melatih disiplin, jujur, menghargai waktu,
tenggang rasa.
b. palang merah remaja
untuk menumbuhkan rasa kepedulian kepada sesama juga melatih percakapan
sosial dan jiwa social.
c. olahraga
untuk mengajarkan nilai sportifitas dalam bermain menang ataupun kalah
bukan menjadi tujuan utama melainkan nilai kerja keras dan semangat juang
yang tinggi.
d. karya wisata
e. pembelajaran di luar kelas yang langsung melihat realitas sebagai bahan
pengayaan peserta didik dalam belajar melalui kunjungan ke tempat tertentu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Seorang ahli yg bernama Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan
karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga
ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
Disini sama hal nya seseorang yang mengajarkan akan ilmu-ilmu agama ataupun
akhlaq pada peserta didiknya. Kenapa harus akhlak yang mereka ajarkan? Karena
di era globalisasi ini sangatlah minim akan akhlak ataupun moral yang bagus
dihadapan orang lain, karena berjalannya waktu maka setiap lembaga pendidikan
pasti mempunyai metode pembelajaran yang dinamakan dengan pendidikan
karakter atau akhlak, guna peserta didik juga mengerti serta memahami,
bagaimana ia harus bersikap pada orang yang lebih tua, bersikap pada teman, atau
bersikap pada orang yang lebih muda. Tapi disini tidak hanya ditujukan untuk
peserta didik saja, atau kalangan remaja saja melainkan juga semua orang yang
berada di dunia ini, agar kita sama-sama mengetahui bagaimana cara bersikap
yang baik tanpa harus menyakiti hati orang lain.
Adapun tujuan adanya pendidikan karakter yang diajarkan pada generasi
muda adalah guna mewujudkan genrasi bangsa yang cerdas akan moralnya, bukan
hanya cerdas intelektualnya saja.
DAFTAR PUSTAKA

Fahri Zulfikar. 2022. Ada 4 Tipe Karakter Manusia Menurut Psikologi. Di akses
pada 10, februari 2022 minggu. Dari halaman web
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5949857/ada-4-tipe-karakter-manusia-
menurut-psikologi-siswa-yang-mana-nih jam 10.00 wib.

SMAK. Di akses dari halaman web https://smakmlbhayangkari1sby.sch.id/wp-


content/uploads/2019/07/5.-Materi-MPLS-PENDIDIKAN-karakter.pdf

Unknown. 2016. Jenis – Jenis Pendidikan Karakter. Diakses pada 25, desember
2016 minggu. Dari halaman web
http://nurkholifahhh17.blogspot.com/2016/12/jenis-jenis-pendidikan-
karakter.html pada jam 23.41 wib

Fitri Anggi. 2018 Pendidikan Karakter Perspektif Alqur’an Hadist. Diakses pada
2, juli 2018. Dari halaman web
https://media.neliti.com/media/publications/264720-pendidikan-karakter-
prespektif-al-quran-4e0376cd.pdf

Muttaqin Aji. 2017. Pendidikan Karakter Didalam Alqur’an. Diakses pada 22,
agustus 2017. Dari halaman web https://kumparan.com/aji-muttaqin/pendidikan-
karakter-didalam-al-qur-an/full jam 23:35

Anda mungkin juga menyukai