Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL PENELITIAN

IMPLEMENTASI PERJANJIAN SEWA MENYEWA KIOS PASAR

ANTARA PEDAGANG DENGAN PENGELOLA PASAR

(Studi Kasus: Pasar Induk Mandalika Bertais)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

Oleh:

NI KADEK PRAMITA KHARISMA DEWI


D1A 019 422

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2022
IMPLEMENTASI PERJANJIAN SEWA MENYEWA KIOS PASAR

ANTARA PEDAGANG DENGAN PENGELOLA PASAR

(Studi Kasus: Pasar Induk Mandalika Bertais)

Oleh:

NI KADEK PRAMITA KHARISMA DEWI


D1A 019 422

Menyetujui,

Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,

(M. Yazid Fathoni, SH.,MH.) (Rahmawati Kusuma, SH.,MH.)


NIP. 19810326 200812 1 001 NIP. 19830426 200812 2 004
iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................... i

Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii

Daftar Isi.......................................................................................................... iii

A. Judul Penelitian ...................................................................................... 1

B. Latar Belakang....................................................................................... 1

C. Rumusan Masalah ................................................................................. 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................ 4

E. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................... 5

F. Orisinalitas Penelitian............................................................................. 6

G. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 10

1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian ............................................... 10

a. Pengertian Perjanjian ................................................................ 10

b. Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian ................................................ 10

c. Asas-Asas Dalam Perjanjian ..................................................... 13

d. Unsur-Unsur Perjanjian ............................................................. 15

e. Bentuk-Bentuk Perjanjian.......................................................... 15

f. Wanprestasi .............................................................................. 16

g. Hapusnya Perjanjian ................................................................. 17

2. Tinjauan Umum Tentang Sewa Menyewa ...................................... 18

a. Pengertian Sewa Menyewa ....................................................... 18

b. Unsur-Unsur Sewa Menyewa .................................................... 19

c. Subjek dan Objek Sewa Menyewa ............................................. 19


iv

d. Bentuk dan Substansi Sewa Menyewa ....................................... 20

e. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Sewa Menyewa

................................................................................................. 20

f. Berakhirnya Perjanjian Sewa Menyewa .................................... 21

H. Metodologi Penelitian .......................................................................... 23

1. Jenis Penelitian............................................................................... 23

2. Jenis dan Sumber Data Hukum ....................................................... 23

3. Metode Pendekatan ........................................................................ 23

4. Lokasi Penelitian ............................................................................ 24

5. Populasi dan Sampel....................................................................... 24

6. Teknik/Cara Memperoleh Data/Bahan Hukum ................................ 25

7. Analisis Data/Bahan Hukum .......................................................... 26

I. Jadwal Penelitian.................................................................................. 26

J. Daftar Pustaka...................................................................................... 27

K. Kerangka Skripsi.................................................................................. 29
1

A. Judul Penelitian

IMPLEMENTASI PERJANJIAN SEWA MENYEWA KIOS PASAR

ANTARA PEDAGANG DENGAN PENGELOLA PASAR (Studi Kasus:

Pasar Induk Mandalika Bertais).

B. Latar Belakang

Manusia disebut sebagai mahluk sosial, yang selalu mengadakan

hubungan dengan manusia lainnya. Hubungan itu terjadi sejak manusia

dilahirkan sampai meninggal dunia. Dikatakan sebagai mahluk sosial karena

manusia pada dasarnya ada dorongan serta kebutuhan pada dirinya untuk

berhubungan (interaksi) dengan manusia lain.

Salah satunya tempat yang sering kali kita lihat secara nyata terjadinya

hubungan (interaksi) antar manusia yaitu di pasar, adanya kegiatan ekonomi

berupa transaksi jual beli yang memiliki hubungan (interaksi) antara pedagang

dengan pembeli.

Pasar salah satu tempat yang tidak asing lagi bagi masyarakat, atau bisa

dikatakan tempat terjadinya proses atau interaksi tawar menawar antara

pedagang dengan pembeli dari suatu barang atau jasa tertentu. Pasar terdiri dari

beberapa bangunan yaitu kios atau gerai, toko-toko, dan los yang ditempati

oleh para pedagang atau yang disediakan oleh pengelola pasar. Pasar juga salah

satu tempat terjadinya transaksi perjanjian, baik antar pedagang, antar penjual

dan pembeli, maupun antar pedagang dengan pengelola pasar. Pasar adalalah

salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial, dan
2

infrastruktur dimana menjual barang, jasa, dan tenaga kerja untuk orang- orang

dengan imbalan uang.

Pasar Induk Mandalika Bertais salah satu pasar yang bisa dikatakan

terluas di kota Mataram dan juga pasar yang pedagangnya terdiri dari pusat

pengepul, dalam hal ini pengelola pasar telah menyediakan sarana dan prasana

untuk memenuhi kebutuhan para pedagang atau penjual yang ingin berdagang

di pasar seperti kios atau gerai maupun tempat los yang ada di pasar, para

pedagang harus mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian sewa menyewa

dengan pengelola pasar.

Yang di mana dalam hal ini mengenai perjanjian sewa menyewa kios

pasar ini, para pedagang hanya diberikan semacam hak pemakaian terhadap

bangunan yang ada di pasar dan bukan menjadi hak milik dari bangunan-

bangunan yang ada di pasar tersebut, pada hakikatnya pengelola pasar atau

pemerintah tetap menjadi pemilik atau yang berhak atas bangunan-bangunan

yang ada di Pasar Induk Mandalika Bertais tersebut.

Secara yuridis perjanjian diatur dalam Buku III Kitab Undang- Undang

Hukum Perdata tentang perikatan. Adapun definisi dari perjanjian yang

tercantum dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu:

“Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih


mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.”

Sedangkan perjanjian sewa menyewa adalah suatu persetujuan, dengan

mana pihak yang satu mengikatkan diri untuk memberikan kenikmatan suatu

barang kepada pihak yang lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran

suatu harga yang disanggupi oleh pihak tersebut terakhir itu, orang dapat
3

menyewakan berbagai jenis barang baik yang tetap maupun barang yang

bergerak, (Pasal 1548 Kitab Undang-Undang Perdata)1. Dapat disimpulkan

perjanjian sewa menyewa kesepakatan antara dua pihak atau lebih yang

memberikan hak pemakaian kepada si penyewa untuk mendapatkan suatu

kenikmatan tertentu atas suatu obyek sewa, namun hak kepemilikkan tetap

berada pada si pemilik. Pada intinya pelaksanaan perjanjian sewa menyewa

sama dengan pelaksanaan perjanjian lainnya yaitu suatu perjanjian konsesual.

Artinya perjanjian yang mengikat sejak adanya kesepakatan dari kedua belah

pihak atau sudah sah dan mengikat pada detik tercapainya sepakat.

Dalam praktiknya perjanjian sewa menyewa ini tidak selalu terlaksana

dengan lancar dan baik atau sesuai dengan kesepakatan, terkadang pihak

penyewa maupun pihak pemberi sewa tidak dapat memenuhi kewajibannya

sesuai apa yang telah disepakati bersama, entah itu dikarenakan kelalaian dan

kesengajaan (wanprestasi) atau dapat juga terjadi karena keadaan memaksa

(overmacht).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti

masalah terkait implementasi perjanjian sewa menyewa kios pasar antara

pedagang dengan pengelola pasar.

1
Djumardin, Hukum Perjanjian (Perspektif Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), Pustaka
Bangsa, Mataram, 2018, hlm. 95.
4

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah prosedur dari pelaksanaan perjanjian sewa menyewa kios

pasar antara pedagang dengan pengelola pasar?

2. Bagaimanakah penyelesaian sengketa wanprestasi dalam perjanjian sewa

menyewa kios pasar antara pedagang dengan pengelola pasar?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian

ini dilakukan dengan tujuan:

a. Untuk mengetahui bagaimana prosedur dari pelaksanaan perjanjian sewa

menyewa kios pasar antara pedagang dengan pengelola pasar.

b. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa wanprestasi dalam perjanjian

sewa menyewa kios pasar antara pedagang dengan pengelola pasar.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam

pengembangan ilmu hukum antara lain:

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu hukum, khususnya dalam hukum perdata dan juga

yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian sewa menyewa kios pasar

antara pedagang dengan pengelola pasar. Dan juga sebagai bahan


5

pertimbangan untuk mengetahui prosedur dari pelaksanaan perjanjian

sewa-menyewa kios pasar antara pedagang dengan pengelola pasar.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Pembaca

Memberikan wawasan atau pengetahuan dari penyusun mengenai hal-

hal terkait dengan prosedur dari pelaksanaan perjanjian sewa

menyewa, juga terkait penyelesaian sengketa wanprestasi kios pasar

antara pedagang dengan pengelola pasar.

2) Bagi Masyarakat Kota Mataram

Memberikan wawasan kepada masyarakat agar mengetahui prosedur

atau proses pelaksanaan perjanjian sewa menyewa kios pasar antara

pedagang dengan pengelola pasar baik secara teori maupun praktek.

3) Bagi Pengelola Pasar

Memberikan sumbangan pemikiran dalam mengoptimalkan

pelaksanaan perjanjian sewa menyewa kios pasar antara pedagang

dengan pengelola pasar Induk Mandalika Bertais.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan lingkup permasalahan yang telah ditentukan maka untuk

menghindari agar jangan sampai timbul suatu pembahasan yang nantinya akan

keluar dari pokok permasalahan dalam kaitannya dengan judul yang telah

dipilih tersebut, maka ruang lingkup ini akan difokuskan pada pem bahasan

mengenai prosedur pelaksanaan perjanjian sewa menyewa kios pasar antara

pedagang dengan pengelola pasar dan juga mengenai penyelesaian sengketa


6

dalam perjanjian sewa menyewa kios pasar antara pedagang dengan pengelola

pasar.

F. Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Rumusan Hasil Penelitian

Masalah

1. Mawar Ushwatun 1. Bagaimana 1. Sebelum terjadi


Nissa, Universitas proses kesepakatan pihak
Muhammadiyah pelaksanaan penyewa dan pihak yang
Surakarta, 2019. perjanjian sewa menyewakan wajib
“Tanggung Jawab menyewa memenuhi syarat
Dalam Pelaksanaan antara pihak administrasi dan syarat
Perjanjian Sewa penyewa hukum yang telah diatur
Menyewa Ruko dengan pihak di dalam Pasal 1320
(Rumah Toko) Di yang KUHPerdata.
Beteng Trade menyewakan 2. Peraturan dalam
Center Surakarta”.2 Rumah Toko pelaksanaan perjanjian
(Ruko) di sewa menyewa ruko
Beteng Trade harus memenuhi syarat
Center? sahnya perjanjian yang
2. Bagaimana diatur di dalam pasal
peraturan serta 1320 KUHPerdata.
hak dan Selanjutnya terciptalah
kewajiban hubungan hukum yang
kedua pihak melahirkan hak dan
antara pihak kewajiban pihak penyewa
penyewa dan maupun pihak yang
pihak pihak menyewakan.
yang
menyewakan
dalam
melakukan
perjanjian sewa
menyewa
Rumah Toko
(Ruko) di
Beteng Trade
Center.

2
Mawar Ushwatun Nissa, Tanggung Jawab Dalam Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa
Ruko (Rumah Toko) Di Beteng Trade Center Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2019, hlm. 4.
7

2. Dheka Mahastika 1. Bagaimana 1. Pihak pedagang


Dzulhijjah, pelaksanaan mengajukan surat
Universitas Islam perjanjian sewa Permohonan dengan
Sultan menyewa kios ketentuan sebagai
Agung,2019. antara berikut: Mengajukan
“Prosedur pedagang surat permohonan kepada
Pelaksanaan dengan Dinas Bupati Baturaja,
Perjanjian Sewa Pasar di Melengkapi data identitas
Menyewa Kios Kabupaten para pihak, Melampirkan
Pasar Antara Pemalang. fotocopy KTP,
Pedagang Dengan 2. Kendala yang Melampirkan Nomor
Dinas Pasar Di dihadapi Dinas Pokok Wajib Pajak serta
Kabupaten Pasar dalam melampirkan Pajak Bumi
Pemalang (Studi melaksanakan dan Bangunan.
Kasus Di Dinas prosedur sewa 2. Kendala yang seringkali
Perindustrian Dan menyewa kios dihadap oleh Disperindag
Perdagangan pasar buah dan yaitu adanya
Kabupaten sayur di penyewa/pedagang yang
Pemalang)”.3 Kabupaten sulit untuk dimintai
Pemalang. restribusi atau uang sewa.
3. Dara Amalia, 1. Bagimana 1. Asas keseimbangan dalam
Universitas pelaksanaan asas suatu perjanjian tidak
Andalas, 2021. keseimbangan mutlak ditentukan oleh
“Pelaksanaan Asas dalam perjanjian kedudukan para pihak,
Kesimbangan sewa menyewa tetapi juga terdapat aspek
Dalam Perjanjian kios antara lain untuk dapat
Sewa Menyewa pedagang mengetahui apakah suatu
Kios Antara Pihak dengan Dinas perjanjian dapat dikatakan
Pedagang Dengan Perdagangan, seimbang yaitu dengan
Dinas Koperasi, Usaha tidak adanya pihak yang
Perdagangan, Kecil dan mendominasi pihak lain
Koperasi dan UKM Menengah. dan adanya harmonisasi isi
Kota Padang 2. Bagaimana perjanjian serta dilihat
Panjang”. 4 upaya apakah ada keadilan bagi
penyelesaian para pihak.
permaslahan 2. Pedagang bertanggung
yang timbul dari jawab terhadap kios yang
pelaksanaan salah satunya seperti tidak

3
Dheka Mahastika Dzulhijjah, Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Kios Pasar Antara
Pedagang Dengan Dinas Pasar Di Kabupaten Pemalang (Studi Kasus di Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Pemalang, Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA), 2019, hlm. 6.
4
Dara Amalia, Pelaksanaan Asas Keseimbangan Dalam Perjanjian Sewa Menyewa Kios
Antara Pihak Pedagang Dengan Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Padang Panjang,
Universitas Andalas, 2021, hlm. 10.
8

perjanjian sewa menelantarkan/mengulang


menyewa kios sewakan kios pada pihak
antara pedagang ketiga kecuali dengan
dengan Dinas sepengetahuan pihak
Perdagangan, pertama.
Koperasi, Usaha
Kecil dan
Menengah.

Dari tabel orisinalitas penelitian di atas dapat dijelaskan perbedaan dan

persamaan dengan penelitian penulis sebagai berikut:

1. Pada penelitian Mawar Ushwatun Nissa, membahas tentang tanggung jawab

hukum dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa Ruko (Rumah Toko)

di Beteng Trade Center Surakarta. Sedangkan penulis membahas mengenai

prosedur pelaksanaan perjanjian sewa menyewa kios pasar antara pedagang

dengan pengelola pasar dan juga penyelesaian sengketa wanprestasi dalam

perjanjian sewa menyewa kios pasar antara pedagang dengan pengelola

pasar di pasar Induk Mandalika Bertais.

2. Pada penelitian Dheka Mahastika Dzulhijjah, membahas tentang bagaimana

pelaksanaan perjanjian sewa menyewa kios antara pedagang dengan Dinas

Pasar di Kabupaten Pemalang dan apa saja kendala yang dihadapi Dinas

Pasar dalam melaksanakan prosedur perjanjian sewa menyewa kios pasar

buah dan sayur di Kabupaten Pemalang. Sedangkan penulis membahas

mengenai prosedur pelaksanaan perjanjian sewa menyewa kios pasar antara

pedagang dengan pengelola pasar dan juga penyelesaian sengketa

wanprestasi dalam perjanjian sewa menyewa kios pasar antara pedagang

dengan pengelola pasar di pasar Induk Mandalika Bertais.


9

3. Pada penelitian Dara Amalia, membahas tentang bagaimana pelaksanaan

asas keseimbangan dalam perjanjian sewa menyewa kios antara pedagang

dengan Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dan

bagaimana upaya penyelesaian permasalahan yang timbul dari pelaksanaan

perjanjian sewa menyewa kios antara pedagang dengan Dinas Perdagangan,

Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah di Pasar Pusat Kota Padang Panjang.

Sedangkan penulis membahas mengenai prosedur pelaksanaan perjanjian

sewa menyewa kios pasar antara pedagang dengan pengelola pasar dan juga

penyelesaian sengketa wanprestasi dalam perjanjian sewa menyewa kios

pasar antara pedagang dengan pengelola pasar di pasar Induk Mandalika

Bertais.

4. Persamaan kedua tulisan dalam tabel dengan tulisan penulis sama-sama

membahas tentang perjanjian sewa menyewa kios pasar dan penyelesaian

sengketa wanprestasi dalam perjanjian sewa menyewa kios, dan juga pada

tulisan ketiga dalam tabel pada pembahasan kedua mengenai penyelesaian

sengketa wanprestasi dalam perjanjian sewa menyewa kios pasar.

5. Dalam penelitian ini secara praktik memberikan kontribusi baik bagi

keilmuan maupun bagi kehidupan mengenai perjanjian sewa menyewa kios

pasar.
10

G. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

a. Pengertian Perjanjian

Pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata

berbunyi:

“Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak


atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau
lebih.”
Definisi perjanjian dalam Pasal 1313 ini adalah:

1) Tidak jelas, karena setiap perbuatan dapat disebut perjanjian,

2) Tidak tampak asas konsensualisme, dan

3) Bersifat dualisme.

Tidak jelasnya definisi ini disebabkan rumusan tersebut hanya

disebutkan perbuatan saja. Maka yang bukan perbuatan hukum pun

disebut dengan perjanjian. Untuk memperjelas pengertian itu maka harus

dicari dalam doktrin. Jaadi, menurut doktrin (teori lama) yang disebut

perjanjian adalah perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat untuk

menimbulkan akibat hukum. Definisi ini, telah tampak adanya asas

konsensualisme dan timbulnya akibat hukum (tumbuh/lenyapnya hak

dan kewajiban).5

b. Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian

KUHPerdata mengatur syarat-syarat sahnya perjanjian pada Pasal

1320 dan menentukan empat syarat yang harus ada pada perjanjian,

5
Salim H.S., Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Cet. Ke-14, Sinar
Grafika, Jakarta, 2019, hlm. 25.
11

sebab dengan dipenuhi syarat-syarat inilah suatu perjanjian dapat

dikatakan sah.

Adapun empat syarat yang ditentukan dalam Pasal 1320

KUHPerdata yaitu sebagai berikut:

1) Kesepakatan kedua belah pihak

Syarat pertama sahnya kontrak adalah adanya kesepakatan

atau konsensus pada pihak. Kesepakatan ini diatur dalam Pasal 1320

ayat (1) KUHPerdata. Yang dimaksud dengan kesepakatan adalah

persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan

pihak lainnya. Menurut Sudikno Mertokusumo ada lima cara

terjadinya persesuaian pernyataan kehendak, yaitu dengan:

a) Bahasa yang sempurna dan tertulis;


b) Bahasa yang sempurna lisan;
c) Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan;
d) Bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawannya;
e) Diam atau membisu, tetapi asal dipahami atau diterima pihak
lawan.6

2) Kecakapan bertindak

Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan

untuk melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah

perbuatan yang akan menimbulkan akibat hukum. Orang-orang yang

akan mengadakan perjanjian haruslah orang-orang yang cakap dan

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum,

sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang. Orang yang cakap

6
Ibid, hlm. 33.
12

dan berwenang untuk melakukan perbuatan hukum adalah orang yang

sudah dewasa. Ukuran kedewasaan adalah telah berumur 21 tahun dan

atau sudah kawin. Orang yang tidak berwenang untuk melakukan

perbuatan hukum:

a) Anak dibawah umur,


b) Orang yang ditaruh dibawah pengampuan, dan
c) Istri (Pasal 1330 KUHPerdata). Akan tetapi dalam
perkembangannya istri dapat melakukan perbuatan hukum,
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 31 UU Nomor 1 Tahun 1974
jo. SEMA No. 3 Tahun 1963.7

3) Adanya objek perjanjian

Di dalam literatur disebutkan bahwa yang menjadi objek

perjanjian adalah prestasi (pokok perjanjian). Prestasi adalah apa yang

menjadi kewajiban debitur dan apa yang menjadi hak kreditur.

Prestasi ini terdiri dari perbuatan positif dan negatif. Prestasi terdiri

atas:

a) Memberikan sesuatu,

b) Berbuat sesuatu, dan

c) Tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 KUHPerdata). 8

4) Adanya causa yang halal

Dalam Pasal 1320 KUHPerdata tidak dijelaskan pengertian

orzaak atau causa yang halal. Di dalam Pasal 1337 KUHPerdata hanya

disebutkan causa yang terlarang. Suatu sebab adalah terlarang apabila

bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban

7
Ibid, hlm. 33-34.
8
Ibid, hlm. 34.
13

umum. Hoge Raad sejak tahun 1927 mengartikan orzaak atau causa

yang halal sebagai sesuatu yang menjadi tujuan para pihak. Syarat

pertama dan kedua disebut syarat subjektif, karena menyangkut pihak-

pihak yang mengadakan perjanjian. Sedangkan syarat ketiga dan

keempat disebut syarat objektif, karena menyangkut objek perjanjian.

Apabila syarat pertama dan kedua tidak terpenuhi maka perjanjian

tersebut dapat dibatalkan, sedangkan apabila syarat ketiga dan

keempat tidak terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum.

Artinya, bahwa dari semula perjanjian itu dianggap tidak ada. 9

c. Asas-Asas Dalam Perjanjian

Di dalam hukum perjanjian terdapat beberapa asas-asas penting,

yaitu sebagai berikut:

1) Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak ditentukan dalam Pasal 1338 ayat

(1) KUHPerdata, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya.”

Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang

memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:

a) Membuat atau tidak membuat perjanjian,


b) Mengadakan perjanjian dengan siapa pun,
c) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, dan
d) Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.10

9
Ibid, hlm. 34-35.
10
Ibid, hlm. 9.
14

2) Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320

ayat (1) KUHPerdata. Dalam pasal itu ditentukan bahwa salah satu

syarat sahnya perjanjian, yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak.

Asas konsensualisme merupakan asas yang menyatakan bahwa

perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup

adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan merupakan

persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua

belah pihak. 11

3) Asas Pacta Sunt Servanda

Asas pacta sunt servanda atau disebut juga dengan asas

kepastian hukum. Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian.

Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak

ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para

pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang.

4) Asas Itikad Baik

Asas itikad baik dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (3)

KUHPerdata, yang berbunyi:

“perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik.”

Asas iktikad merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak

kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak

11
Ibid, hlm. 10.
15

berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan

baik dari para pihak. 12

5) Asas Personalia (Kepribadian)

Asas ini diatur dan dapat kita temukan dalam ketentuan Pasal

1315 KUHPerdata, yang berbunyi: “Pada umumnya tak seorang pun

dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya

suatu janji selain untuk dirinya sendiri.” Dari rumusan tersebut dapat

kita ketahui bahwa pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat oleh

seseorang dalam kapasitasnya sebagai individu, subyek hukum

pribadi, hanya akan berlaku dan mengikat untuk dirinya sendiri. 13

d. Unsur-Unsur Perjanjian

Ada beberapa jenis unsur yang harus terkandung dalam

perjanjian, yaitu sebagai berikut.14

1) Unsur essensilia, yaitu unsur yang menyangkut syarat sahnya


perjanjian.
2) Unsur naturalia, yaitu unsur perjanjian yang melekat pada perjanjian
itu.
3) Unsur accidentalia, yaitu unsur yang harus tegas dimuat dalam
perjanjian.

e. Bentuk- Bentuk Perjanjian

Dilihat dari bentuknya perjanjian dibedakan menjadi 2 (dua)

macam, yaitu (1) Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh

para pihak dalam bentuk tulisan, dan (2) Perjanjian lisan adalah suatu

12
Salim H.S., Op.Cit., hlm. 10-11.
13
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, Cet. Ke-2,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm.14.
14
Zaeni Asyhadie dan Arief Rahman, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. Ke-5, PT. Raja Grafindo
Persada, Depok, 2018, hlm. 111.
16

perjanjian yang dibuat oleh para pihak wujud lisan (cukup kesepakatan

para pihak). 15 Ada dua bentuk perjanjian tertulis, yaitu yang dibuat di

bawah tangan dan akta autentik. Akta di bawah tangan merupakan akta

yang dibuat oleh para pihak. Akta ini dapat dibagi menjadi tiga jenis,

yaitu:16

1) Akta di bawah tangan dimana para pihak menandatangani kontrak


itu di atas materai (tanpa keterlibatan pejabat umum);
2) Akta di bawah tangan yang didaftar (waarmerken) oleh
notaris/pejabat yang berwenang;
3) Akta di bawah tangan dan dilegalisasi oleh notaris/pejabat yang
berwenang.

Perjanjian yang dibuat di hadapan dan oleh notaris dibuat dalam

bentuk akta notariel. Akta notariel (akta autentik) adalah akta yang dibuat

di hadapan dan di muka pejabat yang berwenang untuk itu. Pejabat yang

berwenang untuk itu adalah Notaris, Camat, PPAT, dan lain-lain. Jenis

dokumen ini merupakan alat bukti yang sempurna bagi para pihak yang

bersangkutan maupun pihak ketiga.

f. Wanprestasi

Wanprestasi atau yang juga dikenal dengan cidera janji; default;

nonfulfillment; ataupun breach of contract adalah suatu kondisi tidak

dilaksanakannya suatu prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya

yang telah disepakati bersama sebagaimana yang dinyatakan dalam

kontrak.

15
Salim, H. S, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2012, hlm. 61.
16
Salim HS, H. Abdullah, dan Wiwiek Wahyuningsih, Perancangan Kontrak & Memorandum
of Understanding (MoU), Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hlm. 7.
17

Wanprestasi dapat terjadi karena kesengajaan; kelalaian ataupun

tanpa kesalahan (kesangajaan dan atau kelalaian). Konsekuensi yuridis

dari wanprestasi adalah timbulnya hak dari pihak yang dirugikan dalam

kontrak tersebut untuk menuntut ganti rugi dari pihak yang melakukan

wanprestasi.

Bentuk-bentuk ataupun model wanprestasi adalah:

1) Wanprestasi berupa tidak memenuhi prestasi;

2) Wanprestasi berupa terlambat memenuhi prestasi;

3) Wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi. 17

Akibat wanprestasi yang dilakukan pihak debitur, dapat

menimbulkan kerugian bagi kreditur. Sanksi atau akibat-akibat hukum

bagi debitur yang wanprestasi ada empat macam yaitu:18

1) Debitur diharuskan membayar ganti-kerugian yang diterima oleh


kreditur (Pasal 1243 KUHPerdata).
2) Pembatalan perjanjian disertai dengan pembayaran ganti-kerugian
(Pasal 1267 KUHPerdata).
3) Peralihan resiko kepada debitur sejak saat terjadinya wanprestasi
(Pasal 1237 KUHPerdata).
4) Pembayaran biaya perkara apabila diperkirakan di muka hakim
(Pasal 181 ayat 1 HIR).

g. Hapusnya Perjanjian

Hapusnya perjanjian berarti semua pernyataan kehendak atau

semua hal yang diperjanjikan antara para pihak, terhapus. Dengan

demikian status para pihak kembali kepada keadaan semula, keadaan

sebelum para pihak mengadakan perjanjian, dimana diantara para pihak

17
Nanda Amalia, Hukum Perikatan, Cet. Ke-2, Unimal Press, Aceh, 2013, hlm. 7.
18
Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, Cet. Ke-2, Prenadamedia Group, Jakarta, 2016,
hlm. 293.
18

seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Hapusnya perjanjian sebagai

hubungan hukum antara kreditur dan debitur dengan sendirinya akan

menghapuskan seluruh perjanjian.

Adapun cara-cara penghapusan perjanjian menurut Pasal 1381

KUHPerdata yaitu sebagai berikut:

1) Karena pembayaran;
2) Karena penawaran pembayaran tunai yang diikuti oleh penyimpanan
atau penitipan;
3) Karena pembaharuan utang;
4) Karena kompensasi atau perjumpaan utang;
5) Karena percampuran utang;
6) Karena pembebasan utang;
7) Karena musnahnya barang yang terutang;
8) Karena kebatalan atau pembatalan.

2. Tinjauan Umum Tentang Sewa Menyewa

a. Pengertian Sewa Menyewa

Sewa menyewa atau perjanjian sewa menyewa diatur dalam Pasal

1548 s.d Pasal 1600 KUHPerdata. Ketentuan yang mengatur tentang

perjanjian sewa menyewa terdapat dapat Pasal 1548 KUHPerdata yang

berbunyi:

“Sewa menyewa adalah suatu persetujuan dengan mana


pihak yang satu mengikatkan diri untuk memberikan
kenikmatan suatu barang kepada pihak yang lain selama
waktu tertentu, dengan pembayaran suatu harga yang
disanggupi oleh pihak tersebut terakhir itu.”
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sewa berarti

pemakaian sesuatu dengan membayar uang sewa dan menyewakan

berarti memakai dengan membayar uang sewa. 19

19
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-11, Widya Karya,
Semarang, 2017, hlm. 487.
19

b. Unsur-Unsur Sewa Menyewa

Pada dasarnya sewa menyewa dilakukan untuk waktu tertentu,

sedangkan sewa menyewa tanpa waktu tidak diperkenankan. Persewaan

tidak berakhir dengan meninggalnya orang yang menyewakan atau

penyewa. Begitu juga karena barang yang disewakan dipindahtangankan.

Di sini berlaku asas bahwa jual beli tidak memutuskan sewa menyewa.

Dari uraian di atas, daptlah dikemukakan unsur-unsur yang

tercantum dalam perjanjian sewa menyewa adalah:

1) Adanya pihak yang menyewakan dan pihak penyewa,


2) Adanya konsensus antara kedua belah pihak,
3) Adanya objek sewa menyewa, yaitu barang, baik barang bergerak
maupun tidak bergerak,
4) Adanya kewajiban dari pihak yang menyewakan untuk
menyerahkan kenikmatan kepada pihak penyewa atas suatu benda,
dan
5) Adanya kewajiban dari penyewa untuk menyerahkan uang
pembayaran kepada pihak yang menyewakan. 20

c. Subjek dan Objek Sewa Menyewa

Istilah sewa menyewa menyatakan bahwa terdapat dua pihak

yang disebut sebagai subjek sewa menyewa yang saling memerlukan.

Pihak pertama “yang menyewakan”, yaitu orang atau badan hukum yang

menyewakan sesuatu benda atau barang kepada pihak penyewa dan

pihak kedua “pihak penyewa”, yaitu orang atau badan hukum yang

menyewa barang atau benda dari pihak yang menyewakan.

Sedangkan objek dari sewa menyewa yaitu barang atau benda dan

juga harga. Dengan syarat benda atau barang tersebut boleh disewakan

20
Salim H.S., Op.Cit., hlm. 59.
20

atau diperdagangkan, sehingga benda yang disewakan tersebut jelas dan

sah menurut hukum.

d. Bentuk dan Substansi Sewa Menyewa

Dalam KUHPerdata tidak ditentukan secara jelas mengenai

bentuk perjanjian sewa menyewa yang dibuat oleh para pihak. Oleh

karena itu, perjanjian sewa menyewa sama halnya dengan perjanjian

lainnya yang dapat dibuat dalam bentuk tertulis dan lisan. Dalam

praktiknya, dalam sewa menyewa bangunan seperti kios lebih sering

dibuat dalam bentuk tertulis dan isi perjanjian yang telah dirancang para

pihak yang terlibat dalam perjanjian sewa menyewa tersebut dan

dianggap sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.

e. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Sewa Menyewa

Adapun hak dan kewajiban bagi para pihak dalam perjanjian sewa

menyewa, sebagai berikut:

1) Hak dan Kewajiban Pihak Yang Menyewakan

Hak dari pihak yang menyewakan yaitu menerima uang sewa

dari pihak penyewa sesuai denga apa yang mereka sepakati

Menurut ketentuan Pasal 1550 KUHPerdata, pihak yang

menyewakan mempunyai tiga kewajiban yang wajib dipenuhi,

sebagai berikut:

a) Menyerahkan benda sewaan kepada penyewa;


b) Memelihara benda sewaan sedemikian rupa sehingga benda itu
dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksud;
c) Memberikan hak kepada penyewa untuk menikmati barang
yang disewakan itu dengan tentram selama berlangsungnya
sewa.
21

2) Hak dan Kewajiban Pihak Penyewa

Hak yang didapatkan oleh pihak penyewa yaitu menerima

barang atau benda yang disewakan dalam keadaan yang layak

digunakan, yang menjadi kewajibannya yaitu, sebagai berikut:

a) Memakai barang atau benda sewaan dengan baik.


b) Membayar uang sewa pada waktu yang ditentukan (Pasal 1560
KUHPerdata).
c) Pengembalian barang atau benda sewaan dalam keadaan baik
atau utuh.

f. Berakhirnya Perjanjian Sewa Menyewa

Ada tiga alasan perjanjian sewa menyewa berakhir, yaitu jangka

waktu sewa habis, benda sewaan musnah, dan pembatalan sewa

menyewa.21

1) Jangka Waktu Sewa Berakhir

Umumnya sewa menyewa berakhir karena jangka waktu

sewa yang ditetapkan dalam perjanjian sewa menyewa habis atau

karena unit waktu yang dipakai sebagai dasar tarif sewa itu habis.

Dalam Pasal 1570 KUHPerdata ditentukan, jika dibuat secara

tertulis sewa menyewa berakhir demi hukum setelah habis waktu

yang ditentukan tanpa diperlukan pemberitahuan penghentiannya.

Akan tetapi, jika dibuat secara tidak tertulis, menurut Pasal 1571

KUHPerdata, sewa menyewa baru berakhir setalah ada

pemberitahuan penghentiannya kepada pihak penyewa dengan

21
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Cet. Ke-6, PT CITRA ADITYA
BAKTI, Bandung, 2019, hlm. 365.
22

mengindahkan jangka waktu menurut kebiasaan setempat. Setelah

jangka waktu sewa berakhir, pihak penyewa tetap menguasai benda

sewaan.

2) Benda Sewaan Musnah

Apabila dalam waktu sewa menyewa benda sewaan musnah

sama sekali karena peristiwa yang bukan kesalahan salah satu pihak,

perjanjian sewa menyewa gugur demi hukum (Pasal 1553

KUHPerdata). Kata-kata “gugur demi hukum” berarti perjanjian

sewa menyewa itu berakhir dan berakhir di sini bukan karena

kehendak pihak-pihak, melainkan karena memaksa (force majeure).

Akan tetapi, menurut Pasal 1575 KUHPerdata, jika salah satu pihak

dalam perjanjian sewa menyewa meninggal dunia, perjanjian sewa

menyewa tidak berakhir, ahli waris almarhum meneruskan sewa

menyewa.

3) Pembatalan Sewa Menyewa

Perjanjian sewa menyewa dapat berakhir karena pembatalan,

baik berdasar pada persetujuan antara pihak yang menyewakan dan

pihak penyewa maupun karena wanprestasi dengan atau tanpa

putusan pengadilan. Pembatalan berdasar pada persetujuan,

misalnya:

a) Karena benda sewaan musnah sebagian, pihak penyewa memilih


alternatif pembatalan sewa menyewa (Pasal 1553 ayat (2)
KUHPerdata).
b) Karena perbaikan benda sewaan sedemikian rupa sehingga tidak
dapat didiami, pihak penyewa minta supaya perjanjian sewa
menyewa dibatalkan saja (Pasal 1555 ayat (3) KUHPerdata).
23

c) Karena ada benda sewaan dijual, perjanjian sewa menyewa


dibatalkan berdasar pada syarat perjanjian (Pasal 1576
KUHPerdata).
d) Karena benda sewaan akan dipakai sendiri, perjanjian sewa
menyewa dibatalkan berdasar pada syarat perjanjian (Pasal 1579
KUHPerdata).

H. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris.

Penelitian hukum empiris mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai

prilaku nyata (actual behavior), sebagai gejala sosial yang sifatnya tidak

tertulis, yang dialami setiap orang dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh

karena itu, penelitian hukum empiris disebut juga penelitian hukum

sosiologis.22

2. Jenis dan Sumber Data Hukum

Dalam penelitian ini jenis dan data hukum yang digunakan oleh

penulis ada dua macam, sebagai berikut:

a. Data Primer, merupakan data yang diperoleh langsung di Pasar Induk

Mandalika Bertais melalui wawancara berbagai pihak terkait untuk

memperoleh data yang dibutuhkan.

b. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh tidak secara langsung

melainkan dari sumber yang sudah ada sebelumnya seperti dokumen,

arsip, dan hasil penelitian terdahulu.

3. Metode Pendekatan

22
Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, Mataram University Press, Mataram, 2020, hlm. 80.
24

Adapun pendekatan yang diterapkan dalam penulisan penelitian ini

sebagai berikut:

a. Pendekatan perundang-undangan (statute approach), yaitu pendekatan

yang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi

yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang dihadapi.23

b. Pendekatan konseptual (conceptual approach), yaitu pendekatan yang

dilakukan dengan mengkaji literatur-literatur dan doktrin-doktrin (ilmu

hukum) yang berkaitan dengan masalah yang dikaji. 24

c. Pendekatan sosiologis (sociological approach), yaitu pendekatan untuk

mengetahui bagaimana hukum dilaksanakan termasuk proses penegak

hukum di masyarakat, sehingga lebih banyak didasarkan pada

pengumpulan data di lapangan.25

4. Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah di Pasar Induk

Mandalika Bertais, yang beralamat di Jalan Sandubaya, Kelurahan Bertais,

Kecamatan Sandubaya.

5. Populasi dan Sampel

Populasi atau universe, adalah keseluruhan unit atau manusia (dapat

juga berbentuk gejala, atau peristiwa) yang mempunyai ciri-ciri yang

sama26. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu orang-orang

23
Dyah Ochtorina Susanti dan A’aan Effendi, Penelitian Hukum (Legal Research), Sinar
Grafika, Jakarta, 2014. hlm.110.
24
Amirudin dan Zaenal Asikin, Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2014, hlm. 133.
25
Ibid.
26
Amirudin dan Zaenal Asikin., Op.Cit., hlm. 95.
25

yang berada di Pasar Induk Mandalika, Bertais. Sedangkan sampel adalah

sebagai bagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini

menggunakan sampel 1 (satu) orang Kepala Pasar Induk Mandalika Bertais,

dan 7 (tujuh) orang para pedagang atau penyewa kios yang berada di Pasar

Induk Mandalika Bertais.

Di antara berbagai teknik penentuan sampel yang dianggap paling

sederhana yaitu teknik simple random sampling, yang dimana cara

pengambilannya dengan memilih langsung dari populasi yang ada dan besar

peluang anggota populasi untuk menjadi sampel.

Pelaksanaan sampel random sampling disebabkan anggota populasi

penelitian ini dianggap homogen karena sampel yang diambil adalah hanya

para pedagang kios yang ada di Pasar Induk Mandalika Bertais.

6. Teknik/Cara Memperoleh Data/Bahan Hukum

Teknik pengumpulan data dan bahan hukum yang dikumpulkan

dalam penelitian di lapangan sebagai berikut:

a. Observasi (Observation)

Yaitu penulis mendatangi lokasi penelitian, kemudian melakukan

pengamatan secara langsung dan seksama terhadap subjek dan objek

penelitian.

b. Wawancara (Interview)

Yaitu cara memperoleh informasi dengan mengajukan

pertanyaan kepada pihak-pihak atau orang-orang yang berwenang atau

yang berkaitan, yang mengetahui isu yang diangkat dalam penelitian ini.
26

c. Dokumentasi (Documentation)

Yaitu penulis melakukan pengumpulan data-data di lokasi

penelitian yang berhubungan dengan prosedur sewa menyewa kios pasar

antara pedagang dengan pengelola pasar baik berupa data dokumen, foto,

dan sebagainya.

7. Analisis Data/Bahan Hukum

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif

kualitatif. Data yang diperoleh melalui penelitian lapangan dan kepustakaan

diolah dan disajikan berupa rangkaian kata-kata atau kalimat yang dapat

memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang di teliti,

sehingga selanjutnya dianalisis dan diparparkan dalam bentuk deskriptif

untuk memperoleh kesimpulan dari permasalahan yang ada.

I. Jadwal Penelitian

Bulan
No. Kegiatan
Sept. Okt. Nov. Des. Jan. Feb. Maret

1 Judul

2 Penulisan proposal

3 Bimbingan
proposal
4 Ujian proposal

5 Revisi proposal

6 Penyusunan skripsi

7 Bimbingan skripsi

8 Ujian skripsi
27

J. Daftar Pustaka

1. Buku

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Cet. Ke-6, PT CITRA


ADITYA BAKTI, Bandung, 2019

Amirudin dan Zaenal Asikin, Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo


Persada, Jakarta, 2014

Djumardin, Hukum Perjanjian (Perspektif Kitab Undang-Undang Hukum


Perdata), Pustaka Bangsa, Mataram, 2018

Dyah Ochtorina Susanti dan A’aan Effendi, Penelitian Hukum (Legal


Research), Sinar Grafika, Jakarta, 2014

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir dari


Perjanjian, Cet. Ke-2, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, Mataram University Press, Mataram,


2020

Nanda Amalia, Hukum Perikatan, Cet. Ke-2, Unimal Press, Aceh, 2013
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Cet. Ke-
14, Sinar Grafika, Jakarta, 2019

Salim, H. S, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT. Raja


Grafindo Persada, Jakarta, 2012
Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, Cet. Ke-2, Prenadamedia Group,
Jakarta, 2016
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-
11, Widya Karya, Semarang, 2017

Zaeni Asyhadie dan Arief Rahman, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. Ke-5, PT.
Raja Grafindo Persada, Depok, 2018

2. Jurnal

Dara Amalia, Pelaksanaan Asas Keseimbangan Dalam Perjanjian Sewa


Menyewa Kios Antara Pihak Pedagang Dengan Dinas
Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Padang Panjang, 2021,
Universitas Andalas.
28

Dheka Mahastika Dzulhijjah, Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Kios


Pasar Antara Pedagang Dengan Dinas Pasar Di Kabupaten
Pemalang (Studi Kasus di Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Pemalang,2019, Universitas Islam Sultan Agung
(UNISSULA).

Mawar Ushwatun Nissa, Tanggung Jawab Dalam Pelaksanaan Perjanjian


Sewa Menyewa Ruko (Rumah Toko) Di Beteng Trade Center
Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2019.

3. Peraturan-Peraturan

Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

4. Internet

Kamus Tokopedia, Pasar – Pengertian, Jenis dan Contohnya


https://kamus.tokopedia.com/p/pasar/, diakses pada 23 September
2022 pukul 15.00 WITA

Skill Statistika Populasi & Sampel Beserta Teknik Pengumpulannya


Belajar Data Science di Rumah https://dqlab.id/skill-statistika-populasi-
and-sampel-beserta-teknik-pengumpulannya, diakses pada 12
November 2022 pukul 11.00 WITA
29

K. Kerangka Skripsi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

D. Ruang Lingkup Penelitian

E. Orisinalitas Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Mengenai Perjanjian

B. Tinjauan Umum Mengenai Sewa Menyewa

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

B. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

C. Metode Pendekatan

D. Lokasi Penelitian

E. Populasi dan Sampel

F. Teknik/Cara Memperoleh Data/Bahan Hukum

G. Analisis Data/Bahan Hukum

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pembahasan tentang prosedur dari pelaksanaan perjanjian sewa

menyewa kios pasar antara pedagang dengan pengelola pasar.


30

B. Pembahasan tentang penyelesaian sengketa wanprestasi dalam

perjanjian sewa menyewa kios pasar antara pedagang dengan

pengelola pasar.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai