Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dharma Andalas Volume 23 No 1, Januari 2021 P- ISSN 1693 - 3273

E- ISSN 2527 - 3469

Volume 23 NO 1, Januari 2021

Jurnal Ekonomi dan Bisnis


Dharma Andalas

Pengaruh Narsisme dan Empati dalam Pengambilan Keputusan Etis


Pada Mahasiswa Akuntansi

Riani Sukma Wijaya 1, Indrayeni 2


Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Dharma Andalas1,2
email: rianisukmawijaya@unidha.ac.id1
indrayeni@unidha.ac.id 2

ABSTRACT
The aims of the study is to test empirically the effect of narcissism and empathy in accounting
students' ethical decisions. Narcissism is a behavior that shows a very high self-love.
Narcissism in this study used The Phares and Erskine Cells Test developed by Phares and
Erskine (1984). Empathy is a person's ability to understand the needs of others and society. The
study used accounting students in the city of Padang. In determining the effect of narcissism and
empathy in decision making, researchers used the case used by Frank (2004). This study uses
independent-samples t-test to determine differences in the level of narcissism and empathy in
accounting and management students in making ethical decisions. The results showed that there
was no difference in the level of narcissism between accounting and management students, but
there were differences in the level of empathy between accounting and management students in
making ethical decisions. This research is expected to contribute to ethical decision making
among accounting students in later work practices.
Keywords: narcissism, empathy, decision making

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh narsisme dan empati dalam
pengambilan keputusan etis mahasiswa akuntansi. Narsisme merupakan perilaku yang
menunjukkan adanya kecintaan pada diri sendiri yang sangat tinggi. Narsisme dalam penelitian
ini menggunakan The Phares and Erskine Selfism Test yang dikembangkan oleh Phares dan
Erskine (1984). Empati merupakan kemampuan seseorang memahami kebutuhan orang lain dan
masyarakat. Penelitian menggunakan mahasiswa akuntansi yang ada di kota Padang. Dalam
menentukan pengaruh narsisme dan empati dalam pengambilan keputusan, peneliti
menggunakan kasus yang digunakan oleh Frank (2004). Penelitian ini menggunakan alat
independent-samples t-test untuk mengetahui perbedaan tingkat narsisme dan empatisme
mahasiswa akuntansi dan manajemen dalam pengambilan keputusan etis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat narsisme diantara mahasiswa akuntansi
dan manajemen, namun terdapat perbedaan tingkat empati diantara mahasiswa akuntansi dan
manajemen dalam pengambilan keputusan etis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam pengambilan keputusan etis diantara mahasiswa akuntansi dalam praktek kerja
nantinya.
Kata kunci: narcissism, empathy, decision making

150
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dharma Andalas Volume 23 No 1, Januari 2021 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

PENDAHULUAN dunia nyata atau melalui diskusi dan


Perilaku etis merupakan salah seminar yang membahas kasus – kasus
satu hal yang penting bagi seorang dilemma etis yang memerlukan
akuntan. Sebagai professional, dalam pertimbangan etis. Jika mahasiswa
menjalankan tugas – tugasnya akuntan akuntansi dapat melakukannya, maka
selalu diatur perilakunya melalui etika mahasiswa akan menjadi professional
profesi. Hal ini disebabkan karena yang memiliki kemampuan
profesi akuntan adalah profesi yang pertimbangan etis yang baik sehingga
dilandasi dengan kepercayaan bisa meningkatkan kepercayaan
masyarakat. Untuk menjadi seorang masyarakat terhadap profesi ini.
yang profesional, akuntan juga harus Pada tahun 2001, Richmond
memiliki keahlian, pengetahuan dan meneliti bagaimana respon mahasiswa
etika. Hal ini juga disampaikan oleh akuntansi dalam menghadapi dilemma
Musbah (2010) bahwa seseorang etis bisnis. Menurut Richmond (2001)
profesional memiliki tiga kemampuan pengambilan keputusan etis bisnis yang
dalam dirinya, yaitu kemampuan dihadapi memiliki dua sudut pandang,
berpengetahuan dalam bidangnya, yaitu yang dihadapi oleh diri sendiri dan
keahlian sesuai dengan pengetahuan dihadapi oleh orang lain. Selanjutnya,
yang dimilikinya dan memiliki etika Richmond (2001) menyatakan bahwa
dalam menjaga integritas dan harga pertimbangan etis berpengaruh terhadap
diriya. pengambilan keputusan etis terutama
Menjadi akuntan yang dilemma etis yang dihadapi oleh orang
professional, mahasiswa harus dibekali lain sedangkan pertimbangan etis tidak
pengetahuan, keahlian dan etika dalam berpengaruh terhadap pengambilan
pendidikannya. Dengan demikian keputusan etis bila dilemma etis dihadapi
pendidikan etika bisnis sangat penting oleh orang lain.
dipelajari oleh mahasiswa terutama Narsisme merupakan kekaguman
mahasiswa akuntansi. Pentingnya pada diri sendiri yang ditandai dengan
pendidikan etika ini dapat dilihat mulai kecenderungan ke arah ide-ide yang
diwajibkannya matakuliah etika bisnis mengagumkan, kebiasaan berfantasi,
pada setiap perguruan tinggi. Menurut eksibionisme, bersikap defensif dalam
Armstrong (1993), menjadikan etika menanggapi kritik, hubungan
bisnis sebagai mata kuliah wajib dapat interpersonal yang ditandai dengan
meningkatkan kesadaran etika atau perasaan menuntut hak, bersikap
kemampuan pertimbangan etis eksploitatif, dan kurangnya empati
mahasiswa bisnis. (Raskin dan Terry, 1988: 896). Narsisme
Hal serupa juga telah dibuktikan menurut Kartono dalam Apsari (2012: 5)
oleh Rest (1986) bahwa pendidikan di diartikan sebagai cinta ekstrim, paham
perguruan tinggi dapat meningkatkan yang mengharapkan diri sendiri sangat
pertimbangan etis mahasiswa. superior dan amat penting, ada extreme
Mahasiswa akuntansi yang memperoleh self importancy menganggap diri sendiri
pengetahuan etika bisnis yang memadai, sebagai yang paling pandai, paling hebat,
akan memiliki pertimbangan etis yang paling berkuasa, paling bagus dan
lebih baik sehingga mampu mengambil segalanya.
keputusan yang lebih baik. Empati berkaitan dengan
Peningkatan pertimbangan etis kemampuan seseorang untuk
mahasiswa dapat dilakukan dengan memikirkan atau merasakan apa yang
mengasah kemampuan mahasiswa dirasakan oleh orang lain. Menurut para
melalui kasus-kasus yang ditemui dalam ahli, empati memiliki komponen afektif

151
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dharma Andalas Volume 23 No 1, Januari 2021 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

dan kognitif. Dimana seseorang dapat independen dalam membuat keputusan


membayangkan atau melihat secara yang terkait dengan dilema etis.
nyata apa yang dialami oleh orang lain. Ferrel dan Gresham (1985)
Bahkan dia merasakan kesedihan dari menyusun sebuah kerangka untuk
kesedihan orang tersebut. memahami proses pengambilan
Penelitian ini bertujuan untuk keputusan etis. Dalam proses
menguji secara empiris tentang narsisme pengambilan keputusan tersebut, dapat
dan empatisme terhadap pengambilan dilihat bahwa ketika seseorang
keputusan etis mahasiswa akuntansi. menghadapi dilemma etis, maka
Penelitian ini dapat memberikan keputusan yang dibuat oleh seseorang
kontribusi bagi mahasiswa dan peneliti akan dipengaruhi oleh faktor individu
dalam pengambilan keputusan etis dan situasional. Faktor individu yang
berdasarkan perilaku mahasiswa yang digambarkan pada model Ferrel dan
terjadi pada masa saat ini. Disinyalir Gresham (1985) terdiri dari latar
bahwa tingginya perilaku narsis belakang personal yaitu pengetahuan,
mahasiswa daripada empatinya, nilai individu, sikap, dan niat, serta
sehingga dapat mempengaruhi mereka karakteristik sosial seperti pendidikan
dapat mengambil keputusan etis. Untuk dan pengalaman bisnis. Faktor diluar
hasil lebih lanjutnya, maka penelitian ini faktor individu yaitu karakteristik
juga membandingkanya dengan organisasi, yang terdiri dari kondisi
mahasiswa manajemen. eksternal organisasi (pelanggan dan
perusahaan lain) serta kondisi dalam
Pengambilan Keputusan Etis
organisasi (rekan kerja dan atasan).
Pengambilan keputusan etis Evaluasi atas keputusan yang diambil
merupakan proses penalaran etis yang (etis/tidak etis) akan kembali lagi
menggabungkan kesadaran moral dan dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari
kemampuan moral kognitif seseorang individu maupun situasional. Model
yang pada akhirnya diwujudkan dalam pembuatan keputusan etis dari Ferrel dan
suatu tindakan (Wisesa, 2011). Menurut Gresham (1985) tersebut disempurnakan
Rest et al (1997) pengambilan keputusan oleh Jones (1991) dengan memahami
etis merupakan proses psikologis ketika tiga hal dalam model pembuatan
menghadapi dilemma etis dalam keputusan etis, yaitu: (1) Moral Issue,
membuat penilaian benar atau salah yangmana permasalahan moral timbul
secara moral. Teori pengambilan ketika ada tindakan seseorang yang
keputusan etis yang dimodelkan Ferrell mungkin dapat merugikan atau
dan Gresham (1985) menjelaskan bahwa menguntungkan orang lain. (2) Moral
apabila seseorang menghadapi sebuah Agent yaitu orang yang membuat
dilema etis, maka perilaku yang muncul keputusan moral dan (3) Ethical
dipengaruhi oleh interaksi antara Decision Keputusan etis sebagai
karakteristik-karakteristik yang keputusan yang baik secara legal
berhubungan dengan individu. maupun moral diterima dalam
Purnamasari (2006) menyatakan masyarakat luas. Sebaliknya, keputusan
pertimbangan etis yang tinggi akan lebih yang tidak etis adalah keputusan yang
baik dalam menghadapi konflik dan tidak diterima oleh masyarakat luas baik
dilema etis, bahwa individu yang lebih secara moral maupun legal. Pengambilan
berkembang secara moral (pertimbangan keputusan etis melibatkan proses
etisnya lebih tinggi) kemungkinannya penalaran etis yang di dalamnya
akan lebih kecil untuk menyetujui mengolaborasi kesadaran moral dan
perilaku yang tidak etis dan lebih kemampuan kognitif seseorang.

152
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dharma Andalas Volume 23 No 1, Januari 2021 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

Kesadaran moral tidak ditentukan oleh kali memanfaatkan sikap yang dimiliki
perasaan, melainkan oleh kemampuan individu lain untuk keuntungan mereka
intelektual, yaitu kemampuan untuk (Robbins dan Judge, 2008: 140).
memahami dan mengerti sesuatu secara Narsisme merupakan kekaguman
rasional (Suseno, 2000). pada diri sendiri yang ditandai dengan
Menurut Ponemon (1992), untuk kecenderungan ke arah ide-ide yang
mendalami perilaku profesi akuntan mengagumkan, kebiasaan berfantasi,
maka pertimbangan etis menjadi faktor eksibionisme, bersikap defensif dalam
penting yang harus diketahui. Hal ini menanggapi kritik, hubungan
disebabkan karena sebagian besar interpersonal yang ditandai dengan
penilaian professional seorang akuntan perasaan menuntut hak, bersikap
harus didasarkan pada kepercayaan dan eksploitatif, dan kurangnya empati
nilai-nilai individual. Candee dan (Raskin dan Terry, 1988: 896). Narsisme
Kohleberg (1987) dalam Richmond menurut Kartono dalam Apsari (2012: 5)
(2001) juga mengungkapkan bahwa diartikan sebagai cinta ekstrim, paham
terdapatnya hubungan yang positif yang mengharapkan diri sendiri sangat
antara pertimbangan etis dan perilaku superior dan amat penting, ada extreme
moral. self importancy menganggap diri sendiri
Dalam upaya meningkatkan sebagai yang paling pandai, paling hebat,
kepekaan mahasiswa akuntansi dalam paling berkuasa, paling bagus dan
menghadapi masalah-masalah etis dan segalanya.
tanggung jawab sosial, maka Narsisme menurut Lubis dalam
diperlukannya kajian yang mendalam Apsari (2012: 7) merupakan varietas
mengenai perilaku etis mahasiswa yang amat luas, bukan hanya mengenal
akuntansi. Hal yang serupa juga telah gejalanya saja melainkan penyebabnya.
dijelaskan oleh The American Penyebab narsisme dari faktor biologis,
Accounting Association (1986). Sudibyo psikoanalisa, dan sosiokultural seperti
(1995) menjelaskan bahwa pendidikan yang akan diuraikan sebagai berikut: (1)
akuntasi memiliki pengaruh yang besar Faktor psikologis, yangmana narsisme
terhadap perilaku etis auditor. Dengan terjadi karena tingkat aspirasi yang tidak
demikian, di dalam pendidikan akuntansi realistis atau berkurangnya penerimaan
diperlukan kurikulum yang dapat terhadap diri sendiri; (2). Faktor
menciptakan para professional akuntan biologis, yangmana secara biologis
yang memiliki pertimbangan etis yang gangguan narsisme lebih banyak dialami
baik. oleh individu yang orang tuanya
penderita neurotik. Selain itu jenis
Narsisme
kelamin, usia, fungsi hormonal dan
Menurut ilmu psikologi, struktur-struktur fisik yang lain ternyata
narsisme merupakan seseorang yang berhubungan dengan narsisme, dan (3).
mempunyai rasa kepentingan diri yang Faktor sosiologis, yangmana narsisme
berlebihan, membutuhkan pengakuan dialami oleh semua orang dengan
berlebih, mengutamakan diri sendiri dan berbagai lapisan dan golongan terhadap
arogan. Karena individu narsis seringkali perbedaan yang nyata antara kelompok
ingin mendapatkan pengakuan dari budaya tertentu dan reaksi narsisme yang
individu lain dan penguatan atas dialaminya.
keunggulan mereka, maka cenderung Menurut Santi (2017), kecintaan
memandang rendah dengan berbicara seseorang pada diri sendiri yang
kasar. Individu narsistik juga cenderung berlebihan merupakan perilaku yang
egois dan eksploitif dan mereka acap kurang wajar. Menurutnya, narsisme

153
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dharma Andalas Volume 23 No 1, Januari 2021 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

dimasa dewasa mengindikasikan adanya kognitif yang kompleks pada distres


perkembangan yang infantil atau emosional orang lain. Empati termasuk
kepribadian yang belum matang. kemampuan untuk merasakan keadaan
Berdasarkan manual diagnostic untuk emosional orang lain, merasa simpatik
psikiater (DSM-IV), jika seseorang dan mencoba menyelesaikan masalah
memiliki lima atau lebih dari sembilan dan mengambil perspektif orang lain.
kriteria yang telah ditetapkan oleh DSM- Seseorang dapat menjadi empatik
IV, maka dapat dikatakan bahwa orang kepada karakter fiktif sebagaimana
tersebut memiliki gangguan kepribadian kepada korban pada kehidupan nyata.
narsistik. Adapun 9 (sembilan) kriteria Feldman (1985) menjelaskan empati
seseorang memiliki kecenderungan terjadi ketika seseorang mengalami
narsis berdasarkan pedoman DSM-IV emosi orang lain. Gagasan dasarnya
adalah sebagai berikut: adalah bahwa perilaku membantu dapat
1. Merasa diri yang paling hebat tapi memotivasi pengamatan orang terhadap
seringkali tidak sesuai dengan potensi penderitaan korban, karena pengamat
atau kompetensi yang dimiliki. mulai menempatkan diri di tempat
2. Percaya bahwa dirinya special dan korban, merasa seolah-olah di mana
unik mereka yang menderitaEmpati
3. Dipenuhi fantasi tentang kesuksesan, merupakan kemampuan seseorang untuk
kecantikan, kekuasaaan dan cinta ikut merasakan perasaan atau
sejati. pengalaman orang lain. (Mazidah,
4. Memiliki kebutuhan yang eksesif 2014).
untuk dikagumi. Komponen empati menurut
5. Merasa layak diperlakukan istimewa. Taufik (2012) terdiri atas komponen
6. Kurang empati. kognitif dan komponen afektif.
7. Mengekploitasi hubungan Komponen kognitif merupakan
interpersonal. komponen yang menimbulkan
8. Seringkali merasa iri terhadap orang pemahaman terhadap perasaan orang
lain atau menganggap orang lain iri lain. Secara garis besar bahwa aspek
terhadap dirinya. kognitif dari empati meliputi aspek
9. Angkuh. pemahaman atas kondisi orang lain.
Proses-proses empati kognitif
Empati
berkembang untuk mendukung atau
Taufik (2012) mendefinisikan menuju pengalaman afektif. Komponen
empati sebagai suatu aktivitas yang afektif empati merujuk pada kemampuan
memahami apa yang dipikirkan dan menseleraskan pengalaman emosional
dirasakan orang lain, serta apa yang pada orang lain. Empati afektif
dipikirkan dan dirasakan orang yang merupakan suatu kondisi dimana
bersangkutan terhadap kondisi yang pengalaman emosi seseorang sama
sedang dialami orang lain tanpa dengan pengalaman emosi yang sedang
yangbersangkutan kehilangan control dirasakan oleh orang lain, atau perasaan
dirinya. Sears dkk (1994) menyatakan mengalami bersama dengan orang lain.
bahwa empati merupakan perasaan Menurut Davis (dalam Husniah,
simpati dan perhatian terhadap orang 2016) menjabarkan komponen kognitif
lain, terutama dalam berbagi pengalaman dari empati terdiri dari aspek perspective
dan secara tidak langsung ikut taking dan fantasy, sedangkan
merasakan kesulitan orang lain. komponen afektifnya terdiri dari aspek
Menurut Baron & Byrne (2005) empathic concern dan personal distress.
empati merupakan respon afektif dan Penjabaran adalah sebagai berikut:

154
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dharma Andalas Volume 23 No 1, Januari 2021 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

a. Pengambilan perspektif (perspective dalam pengambilan keputusan (Hogan,


taking) merupakan perilaku individu et al:1990).
untuk mengambil alih secara spontan Morf dan Rhodewalt (2001)
sudut pandang orang lain. Aspek ini menggambarkan narsisme sebagai sifat
akan mengukur sejauh mana individu kepribadian di mana seorang individu
memandang kejadian sehari-hari dari lebih fokus pada diri, merasa memiliki
perspektif orang lain. hak dan harapan akan perlakuan khusus.
b. Fantasi merupakan perilaku untuk Menurut Brown dkk (2009) menyatakan
mengubah pola diri secara imajinatif bahwa tingkat narsis yang tinggi
ke dalam pikiran, perasaan, dan berkaitan dengan perilaku yang tidak
tindakan dari karakter-karakter etis. Bahkan Hales et.al (2011)
khayalan pada buku, film dan menemukan adanya hubungan yang
permainan. Aspek ini melihat perilaku positif antara manajer yang narsisme dan
individu menempatkan diri dan hanyut pelaporan keuangan yang agresif.
dalam perasaan dan tindakan orang Rijsenbilt (2011) menemukan hubungan
lain. yang signifikan antara kecurangan yang
c. Perhatian empatik (emphatic concern). dilaporkan dalam Audit SEC dan
Sears (1985) mengungkapkan Akuntansi dengan CEO yang narsis.
empathic concern merupakan perasaan Dengan demikian, dapat disimpulkan
simpati dan perhatian terhadap orang bahwa orang yang narsis cenderung
lain, khususnya untuk berbagai tidak etis dalam pengambilan keputusan.
pengalaman atau secara tidak Penelitian yang dilakukan oleh
langsung merasakan penderitaan orang Brown et al (2010) tentang pengambilan
lain. keputusan etis telah membuktikan bahwa
d. Personal distress (distres pribadi) orang yang memiliki tingkat narsis yang
yang didefinisikan oleh Sears, (1991) tinggi cenderung kurang etis dalam
sebagai pengendalian reaksi pribadi pengambilan keputusan. Selanjutnya,
terhadap penderitaan orang lain, yang Brown et al (2010) menyatakan bahwa
meliputi perasaan terkejut, takut, akuntansi yang berfokus pada hitungan
cemas, prihatin dan tidak berdaya dan lebih bersifat matematis, akan
(lebih terfokus pada diri sendiri). membuat mahasiswa akuntansi untuk
lebih bersifat narsis daripada mahasiswa
Pengembangan Hipotesis
manajemen atau pemasaran yang
Narsisme merupakan perilaku berfokus pada orang. Hal ini
berupa kecintaan pada diri sendiri yang dikarenakan bahwa mahasiswa akuntansi
sangat tinggi. Selain itu, perilaku narsis merasa mereka memiliki kepercayaan
merupakan perilaku yang memiliki diri yang lebih tinggi dibandingkan
kepercayaan diri yang tinggi, dominan, dengan mahasiswa manajemen atau
suka mencari perhatian, tidak mau pemasaran. Mereka merasa bahwa
menerima kritik dan kurang memiliki profesi sebagai akuntan sangat bergengsi
empati (Champbell, et al: 2011). dan memiliki nilai yang tinggi. Bahkan,
Perilaku narsis cenderung merasa diri Rijsenbilt (2011) menemukan adanya
mereka lebih baik dari orang lain hubungan yang signifikan antara
(Campbell, et al, 2007; Campbell, et al, kecurangan yang dilaporkan dalam
2002; Gabriel, et al, 1994). Disamping Audit SEC dan narsisme CEO. Dengan
itu, orang yang narsis sangat menyukai demikian dapat disimpulkan bahwa
tugas-tugas yang menantang (Rosental mahasiswa akuntansi akan memiliki
dan Pittisky, 2006), pekerja keras dan tingkat narsis yang lebih tinggi
memiliki kepercayaan diri yang tinggi

155
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dharma Andalas Volume 23 No 1, Januari 2021 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

dibandingkan dengan mahasiswa pertimbangan orang lain. Fokusnya pada


manajemen atau pemasaran. angka-angka (perhitungan) menjadikan
Dengan demikian, hipotesis yang akan mahasiswa akuntansi cenderung
diajukan dalam penelitian ini adalah: mengabaikan perasaaan orang lain
H1a: Mahasiswa yang memiliki tingkat sehingga mengakibatkan rasa empatinya
narsis yang tinggi akan kurang etis menjadi rendah dibandingkan dengan
dalam pengambilan keputusan. mahasiswa manajemen dan pemasaran
H2a: Mahasiswa akuntansi akan yang sangat memperhatikan
memiliki tingkat narsisme yang lebih pertimbangan orang lain. Dengan
tinggi dibandingkan dengan mahasiswa demikian, hipotesis yang akan diajukan
manajemen atau pemasaran. dalam penelitian ini adalah:
Empati berkaitan dengan H1b: Mahasiswa yang memiliki tingkat
kemampuan seseorang untuk empati yang tinggi akan lebih etis dalam
memikirkan atau merasakan apa yang pengambilan keputusan.
dirasakan oleh orang lain. Menurut para H2b: Mahasiswa akuntansi dan
ahli, empati memiliki komponen afektif keuangan akan memiliki tingkat empati
dan kognitif. Dimana seseorang akan yang rendah daripada mahasiswa
dapat membayangkan atau melihat manajemen dan pemasaran.
secara nyata apa yang dialami oleh orang
lain. Bahkan dia akan merasakan METODE PENELITIAN
kesedihan dari kesedihan orang tersebut. Penelitian ini merupakan
Dalam literature etika bisnis penelitian deskriptif dengan pendekatan
menunjukkan bahwa empati dapat kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini
mengurangi adanya praktek yang tidak adalah mahasiswa fakultas ekonomi dan
etis. Detert et.al (2008) menemukan bisnis Unidha dengan teknik
bahwa adanya hubungan negatif antara pengambilan sampel berdasarkan
empati dengan pengambilan keputusan convenience sampling.
yang tidak etis. Hal ini juga didukung Jenis data dalam penelitian ini
oleh Oktaviani (2016) bahwa terdapat adalah data primer berupa kuesioner
hubungan positif antara empati dan yang dibuat dalam bentuk studi kasus
perilaku prososial. Kemampuan dilemma etis yang dikembangkan oleh
seseorang dalam merasakan penderitaan Frank (2004). Metode analisis data
orang lain, akan menjadikan orang menggunakan metode asumsi klasik dan
tersebut lebih peka terhadap linngkugan uji t-test.
sosialnya. Dia tidak akan mau menyakiti
orang yang ada disekitarnya, sehingga HASIL DAN PEMBAHASAN
orang yang memiliki empati yang tinggi Sampel dalam penelitian ini
akan lebih berhati-hati dalam mengambil adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
keputusan. Dia tidak mau keputusan Bisnis Universitas Dharma Andalas.
yang diambilnya akan merugikan orang Sampel berjumlah 121 orang yang
lain. Untuk itu, mahasiswa yang terbagi atas 71 mahasiswa akuntansi dan
memiliki empati yang tinggi akan 50 mahasiswa manajemen. Data
cederung lebih etis dalam mengambil penelitian diperoleh dengan
keputusan. Mahasiswa akuntansi yang menyebarkan kuesioner kepada
lebih banyak bekerja dengan mahasiswa akuntansi dan manajemen
menggunakan matematis akan menjadi Unidha berdasarkan convenience
kurang peka terhadap sekitarnya. Hal ini sampling. Ringkasan data responden
disebabkan karena mereka hanya fokus yang mengisi kuesioner dalam penelitian
pada angka-angka yang benar dari pada ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

156
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dharma Andalas Volume 23 No 1, Januari 2021 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

Tabel 1 tingkat etis tinggi (skor < 5). Pada kasus


Karakteristik Responden etis 2 diketahui bahwa mahasiswa
Karakteristik Kategori Jumlah Persentasi manajemen memiliki rata-rata sebesar
Jenis Kelamin Laki-laki 26 12.5%
5,82 dan mahasiswa akuntansi sebesar
Perempuan 95 78.5%
5,86. Hal ini menjelaskan bahwa
mahasiswa akuntansi dan manajemen
Jumlah 121 100%
dalam pengambilan keputusan masih
Prodi Akuntansi 71 58.7% memiliki tingkat etis tinggi (skor < 5).
Manajemen 50 41.3% Berdasarkan narsisme diketahui
Jumlah 121 100% bahwa rata-rata mahasiswa akuntansi
sebesar 6,07 dan mahasiswa manajemen
Berdasarkan tabel diatas dapat sebesar 5,62. Hal ini menunjukkan
dijelaskan bahwa jumlah mahasiswa bahwa mahasiswa akuntansi lebih narsis
akuntansi yang mengisi kuesioner dibandingkan dengan mahasiswa
sebanyak 71 orang atau 58,7% dan manajemen. Berdasarkan empatisme
mahasiswa manajemen sebanyak 50 diketahui bahwa mahasiswa akuntansi
orang atau 41,3%. Berdasarkan jenis memiliki rata-rata sebesar 3,55
kelamin diketahui bahwa laki-laki sedangkan mahasiswa maajemen
berjumlah 26 orang atau 12,5% dan memiliki rata-rata sebesar 3,78. Hal ini
perempuan berjumlah 95 orang atau menunjukkan bahwa mahasiswa
78,5%. akuntansi dan manajemen memiliki
Untuk mengetahui perbedaan tingkat empatisme yang rendah.
tersebut maka dilakukan teknik Untuk mengetahui adanya
independent sample t-test. Berdasarkan perbedaan tingkat narsisme dan
analisis data diperoleh hasil pada tabel empatisme antara mahasiswa akuntansi
dibawah ini: dan manajemen dalam pengambilan
Tabel 2 keputusan etis dapat dilihat dari tabel
Group Statistik Independent Samples T Test. Jika nilai
Std. Std. Error
sig > 0.05 berarti bahwa kedua varians
Prodi N Mean
Dev Mean sama besar ((equal variances assumed)
sehingga tidak dapat menolak H0,
Etis 1 Manajemen 50 7.9400 2.63733 .37297 sedangkan nilai sig < 0.05 berarti kedua
Akuntansi 71 7.0986 3.50165 .41557 varians berbeda sehingga Ha diterima
Etis 2 Manajemen 50 5.8200 3.86871 .54712 dapat lihat pada table 3. Berikut hasil
Akuntansi 71 5.8592 4.12413 .48944 Independent Samples T Test:
Narsisme Manajemen 50 5.6200 1.45532 .20581 Tabel 3
Akuntansi 71 6.0704 1.33442 .15837 Independent Samples Test
Empatisme Manajemen 50 3.7800 2.00296 .28326 Levene’s t-test for Equality of
Test for Means
Akuntansi 71 3.5493 1.64568 .19531 Equality of
Variances
F Sig t df Sig. (2-
Berdasarkan kasus etis 1 tailed)
diketahui bahwa mahasiswa manajemen Etis 1 Equal
variances
memiliki rata-rata sebesar 7,94 dengan assumed
9.173 .003 1.436 119 .154

jumlah responden 50 orang dan Equal


mahasiswa akuntansi memiliki rata-rata variances
not 1.507 118.422 .135
sebesar 7,09 dengan jumlah responden assumed
71 orang. Hal ini menjelaskan bahwa
Etis 2 Equal
mahasiswa akuntansi dan manajemen variances 2.156 .145 -.503 119 .958
dalam pengambilan keputusan memiliki assumed

157
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dharma Andalas Volume 23 No 1, Januari 2021 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

Levene’s t-test for Equality of manajemen memiliki rata-rata yang lebih


Test for Means
Equality of tinggi dibandingkan dengan mahasiswa
Variances
akuntansi. Dengan demikian dapat
F Sig t df Sig. (2-
tailed) disimpulkan, bahwa mahasiswa yang
Equal memiliki tingkat empati yang tinggi akan
variances
not -.053 109.651 .958 lebih etis dalam pengambilan keputusan,
assumed
sehingga H1b dan H2b diterima.
Narsisme Equal
variances 2.213 .139 -1.761 119 .081 PEMBAHASAN
assumed
Berdasarkan hasil pengujian t
Equal
variances ditemukan bahwa mahasiswa akuntansi
not -1.734 99.729 0.086 memiliki tingkat narsisme yang lebih
assumed
tinggi dari mahasiswa manajemen.
Empatisme Equal Namun hal ini tidak terbukti secara
variances 6.178 .014 .694 119 .489
assumed statistik, sehingga tidak dapat dibuktikan
Equal bahwa mahasiswa yang memiliki tingkat
variances narsis yang tinggi akan kurang etis
not .671 92.094 .504
assumed dalam pengambilan keputusan. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan
Berdasarkan tabel diatas, penelitian yang dilakukan oleh Brown
pengambilan keputusan etis 2 dan dkk (2009) yang menyatakan bahwa
narsisme memiliki nilai sig yang lebih tingkat narsis yang tinggi berkaitan
besar dari 0,05 yaitu pengambilan dengan perilaku yang tidak etis.
keputusan etis 2 sebesar 0,145 dan Tingkat narsisme yang tinggi
narsisme sebesar 0,139. Hal ini tidak membuat seorang mahasiswa tidak
menunjukkan bahwa varians mampu membuat keputusan yang lebih
pengambilan keputusan etis 2 dan etis. Hal ini disebabkan karena bagi
narsisme untuk mahasiswa akuntansi dan mahasiswa perilaku narsis merupakan
manajemen adalah sama. Dengan perilaku yang biasa. Mahasiswa saat ini
demikian H1a dan H2a tidak dapat digolongkan sebagai generasi Z, dimana
diterima, hal ini menjelaskan bahwa sebagai generasi global mereka tumbuh
mahasiswa akuntansi dan manajemen sejalan dengan perkembangan internet.
memiliki tingkat narsisme yang sama mereka hidup dimna informasi dapat
dalam pengambilan keputusan yang etis. mereka peroleh dengan mudah melalui
Berdasarkan tabel 3 dapat hp yang mereka memiliki. Generasi ini
diketahui bahwa empatisme memiliki juga dikenal sebagai generasi yang
nilai sig sebesar 0.014 atau < dari 0.05. realisitis sehingga tidak akan mudah
Hal ini menunjukkan bahwa empatime diperngaruhi oleh situasi yang buruk
memiliki varians yang berbeda antara dengan mudah.
mahasiswa akuntansi dan manajemen, Berdasarkan hasil uji-t
sehingga dapat disimpulkan bahwa menunjukkan bahwa empatime memiliki
terdapat perbedaan empatisme antara varians yang berbeda antara mahasiswa
mahasiswa akuntansi dan manajemen. akuntansi dan manajemen, sehingga
Berdasarkan rata-rata empati mahasiswa dapat disimpulkan bahwa terdapat
akuntansi dan manajemen diketahui perbedaan empatisme antara mahasiswa
bahwa mahasiswa manajemen memiliki akuntansi dan manajemen. Berdasarkan
rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata empati mahasiswa akuntansi
dengan mahasiswa akuntansi. Dalam dan manajemen diketahui bahwa
pengambilan keputusan etis, mahasiswa mahasiswa manajemen memiliki rata-

158
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dharma Andalas Volume 23 No 1, Januari 2021 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

rata yang lebih tinggi dibandingkan penelitian ini. Tak lupa penulis juga
dengan mahasiswa akuntansi. Dalam mengucapkan terimakasih kepada LPPM
pengambilan keputusan etis, mahasiswa Universitas Dharma Andalas atas
manajemen memiliki rata-rata yang lebih dukungannya dalam pelaksanaan
tinggi dibandingkan dengan mahasiswa penelitian ini sehingga penelitian
akuntansi. Dengan demikian dapat berjalan lancar.
disimpulkan, bahwa mahasiswa yang
memiliki tingkat empati yang tinggi akan DAFTAR PUSTAKA
lebih etis dalam pengambilan keputusan. Apsari, Fitri. 2012. Hubungan antara
Penelitian ini sejalan dengan Kecenderungan Narsisme dengan
penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani Minat Membeli Kosmetik Merek
(2016) bahwa terdapat hubungan yang Asing pada Pria Metroseksual.
positif antara empati dengan perilaku (Jurnal). Surakarta: Universitas
prososial. Hal ini disebabkan karena, Sahid Surakarta.
seseorang yang memiliki empati yang Baron, R. A. & Byrne, D. (2005).
tinggi akan lebih peka terhadap Psikologi Sosial Jilid II: Edisi
lingkungan sosialnya. Mereka cenderung Kesepuluh. Jakarta: Erlangga
lebih berhati-hati dalam mengambil Brown, R. P., Budzek, K., & Tamborski,
keputusan, sehingga mereka akan M. (2009). On the meaning and
berusaha untuk membuat keputusan measure of narcissism. Personality
yang lebih etis. and Social Psychology Bulletin,
35(7), 951–964.
SIMPULAN Brown, T.A., Sautter, J.A., Littvay, L.,
Penelitian ini bertujuan untuk Sautter, Alberta. C. (2010). Ethics
mengetahui perbedaan tingkat narsisme and Personality: Empathy and
dan empatisme dalam pengambilan Narcissism as Moderator of Ethical
keputusan etis. Berdasarkan pengujian Decision Making in Business
statistik ditemukan bahwa tidak terdapat Students. Journal of Education For
perbedaan antara mahasiswa akuntansi Business, 85, 203 – 208.
dan manajemen dalam pengambilan Campbell, W. K., Bosson, J. K., Goheen,
keputusan. Namun demikian, terdapat T. W., Lakey, C. E., & Kernis, M.
perbedaan empatisme antara mahasiswa H. (2007). Do narcissists dislike
akuntansi dan manajemen dalam themselves “deep down inside”?
pengambilan keputusan etis. Psychological Science, 18, 227-
Penelitian ini memiliki beberapa 229.
keterbatasan berupa masih lemahnya Campbell, W. K., Hoffman, B. J.,
variabel ini menjelaskan mengenai Campbell, S., & Marchisio, G.
pengambilan keputusan etis. Diharapkan (2011). Narcissism in
pada penelitian selanjutnya agar organizational contexts. Human
penelitian ini dikembangkan dengan Resource Management Review, 21,
menambahkan variabel lain dalam 268-284.
mempergaruhi pengambilan keputusan Campbell, W. K., Rudich, E., &
etis seperti religious, moralitas, integritas Sedikides, C. (2002). Narcissism,
dan lainnya. self-esteem, and the positivity of
self-views: Two portraits of self-
UCAPAN TERIMAKASIH love. Personality and Social
Penulis mengucapkan Psychology Bulletin, 28, 358-368.
terimakasih kepada pihak – pihak yang Detert, J. R., Trevino, L. K., & Sweitzer,
telah membantu sampai selesainya V. L. (2008). Moral disengagement

159
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dharma Andalas Volume 23 No 1, Januari 2021 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

in ethical decision making: A study Making: A Study of Management


of antecedents and outcomes. Accounting in Libya, A Disertation
Journal of Applied Psychology, Submitted to The University
93(2), 374–391. Huddersfield in Partial Fulfilment
Feldman, R.S. (1985). Social of The Requirements for The
Psychology: Theories, Research, Degree of Doctor of Philosophy,
and Applications. Singapore: University of Huddersfield
McGraw-Hill Business School, November.
Ferrell O. C. dan L. G. Gresham. 1985. Ponemon, Lawrence A. 1992. Ethical
A Contingency Framework for Reasoning and Selection-
Understanding Ethical Decision Socilization in Accounting.
Making in Marketing. Journal of Accounting, Organizations and
Marketing, 49 (3), 87-96. Society, Vol. 17, No.3/4, pp.239-
Gabriel, M. T., Critelli, J. W., & Ee, J. S. 258.
(1994). Narcissistic illusions in Purnamasari, S. V. 2006. Sifat
self-evaluations of intelligence and Machiavellian dan Pertimbangan
attractiveness. Journal of Etis. Paper Dipresentasikan pada
Personality, 62, 143-155. Acara Simposium Nasional
Hales, J., Hobson, L., & Resutek, R. J. Akuntansi IX, Padang.
(2011). The dark side of socially Raskin, Robert dan Terry, Howard.
mediated rewards: How social 1988. Components Analysis of The
status and narcissism affect Narcissistic Personality Inventory
managerial reporting. Working and Firther Evidence of Its
Paper, Georgia Institute of Construct Validity. Journal of
Technology. Personality and Social Psychology.
Hogan, R., Raskin, R., & Fazzini, D. 13: 890-902
(1990). The dark side of charisma. Rest, J., S. J. Thoma, D. Narvaez dan M.
In K. E. Clark & M. B. Clark J. Bebeau. 1997. Alchemy and
(Eds.), Measures of leadership (pp. beyond: indexing the Defining
343-354). West Orange, NJ: Issues Test. Journal of educational
Leadership Library of America. psychology, 89 (3), 498
Husniah, N. (2016). Hubungan Empati Richmond, Kelly Ann. 2001. “Ethical
dengan Perilaku Prososial. Skripsi Reasoning Machiavellian
(tidak diterbitkan). Surabaya: UIN Behaviour, and Gender. The
Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Impact on Accounting Students
Psikologi Ethical Decision Making”.
Mazidah, N. (2014). Psikologi Sosial. www.google.com
Surabaya: UIN SA Press. Rijsenbilt, J. A. (2011). CEO narcissism
Morf, C. C., & Rhodewalt, F. (2001). and measurement. Doctoral thesis,
Unraveling the paradoxes of Erasmus University, Rotterdam.
narcissism: A dynamic self- Robbins, Stephen dan Judge, Timothy A.
regulatory processing model. 2008. Perilaku Organisasi:
Psychological Inquiry, 12(4), 177– Organization behavior. Buku 1.
196. Jakarta: Salemba Empat.
Musbah, A. Y. S., (2010). The Role of Taufik. (2012). Empati Pendekatan
Individual Variables, Psikologis Sosial. PT Raja
Organizational Variables, and Grafindo Persada, Jakarta.
Moral Intensity Dimensions in Wisesa, A. 2011. Integritas Moral dalam
Accountants’ Ethical Decision Konteks Pengambilan Keputusan

160
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dharma Andalas Volume 23 No 1, Januari 2021 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

Etis. Jurnal Manajemen Teknologi,


10 (1), 82-92

161

Anda mungkin juga menyukai