Anda di halaman 1dari 4

ADE VIO SARWANDO 043431075

1.penyebab terjadinya sengketa pajak antara wajib pajak dengan Ditjen pajak

1.Perbedaan pemahaman atas hak dan kewajiban antara Wajib Pajak dengan DJP dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan disebut sengketa pajak. Jika keberatan
Wajib Pajak di tolak oleh DJP, maka Wajib Pajak dapat mengajukan banding ke Pengadilan
Pajak sebagai upaya penyelesaian sengketa pajak.

2.peraturan perundang-undangan pajak di Indonesia terdapat ketidakjelasan pengaturan


sehingga memunculkan celah hukum, maka celah hukum tersebut akan menjadi sumber
sengketa

3. Selain itu faktor utama lainnya timbul sengketa pajak adalah karena terdapat prosedur
penegakkan hukum melalui pemeriksa pajak.

4.Adanya ketidakefektifan penyelesaian sengketa di tingkat pemeriksaan dan keberatan


Adanya permasalahan administrasi dalam penyelesaian sengketa terlihat dari statistik
putusan keberatan Direktorat Keberatan dan Banding yang cenderung menolak keberatan
yang diajukan oleh Wajib Pajak. Namun, ketika Wajib Pajak mengajukan Banding di
Pengadilan Pajak, data statistik Pengadilan Pajak menunjukkan bahwa permohonan Wajib
Pajak cenderung dikabulkan seluruhnya.

5. kemampuan Pengadilan Pajak dalam menyelesaikan putusan tidak memadai.


Ketidakefisienan dalam administrasi perpajakan berdampak pada meningkatnya berkas
yang masuk ke Pengadilan Pajak. Pada tahun 2011 terdapat berkas sengketa baru yang
masuk di Pengadilan Pajak sebesar 7.066 berkas

6. Munculnya sengketa pajak juga dapat didasari oleh rasionalitas. Dimana baik fiskus
maupun Wajib Pajak berupaya untuk memenuhikepentingannya masing-masing. Fiskus
tentu berupaya untuk memaksimalkan pendapatan negara sedangkan Wajib Pajak
berupaya untuk mengurangi biaya yang harus mereka keluarkan. Terlebih jika terdapat
celah hukum, maka gray area tersebut akan menjadi sumber sengketa.
2. Jelaskan mekanisme pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fiskus terhadap
wajib pajak Pajak Daerah dan bentuk produk hukum hasIl pemeriksaan Pajak!
Pemeriksaan dimulai dengan penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan
atau pengiriman surat panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor. Dalam hal khusus,
misalnya kondisi pandemi, pemeriksaan dapat dilakukan secara daring.

Mekanisme pemeriksaan pajak memiliki beberapa tata cara dalam melakukan


pemeriksaan, tata cara pemeriksaan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu sebagai berikut:

1.Tata Cara Pemeriksaan Pajak Sederhanaa.

a.Pemeriksa pajak memanggil wajib pajak untuk datang ke Kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang ditunjuk dalam rangka pemeriksaan dengan menggunakan surat panggilan yang
ditandatangani oleh kepala kantor yang bersangkutan.
b.Pemeriksa wajib pajak menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaankepada wajib pajak
yang akan diperiksa.
c.Pemeriksa pajak wajib membuat Laporan Hasil Pemeriksaan pajak.
d.Pemeriksa pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada wajib pajak tentang hasil
pemeriksaan berupa hal-hal yang berbeda antara pemberitahuan dengan hasil
pemeriksaan.
e.Pemeriksa pajak wajib memberi petunjuk kepada wajib pajak mengenai penyelenggaraan
pembukuan atau pencatatan dan petunjuk lainnya mengenai pemenuhan kewajiban
perpajakan sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan agar
penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan kewajiban dalam tahun-
tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
f.Pemeriksa pajak wajib mengembalikan buku, catatan, atau dokumen lainnya yang
dipinjam dari wajib pajak paling lama 7 hari sejak selesainya pemeriksaan.g.Pemeriksa
pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak tau.

2.Tata Cara Pemeriksaan Pajak Lengkap


a.Pemeriksa mengirimkan surat pemberitahuan bahwa akan diadakan pemeriksaan pajak
kepada wajibpajak.
b.Pada saat melakukan pemeriksaan pajak, pemeriksa pajak harus menunjukkan Surat
Perintah Melakukan Pemeriksaan (SPMP) dan wajib memberitahukan tanda pengenal
pemeriksa pajak.
c.Pemeriksa pajak wajib menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya pemeriksaan pajak.
d.Pemeriksa pajak wajib membuat Laporan Pemeriksaan Pajak.
e.Pemeriksa pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada wajib pajak tentang hasil
pemeriksaan pajak untuk ditanggapi oleh wajib pajak.
f.Pemeriksa pajak wajib memberi petunjuk kepada wajibpajak mengenai penyelenggaraan
pembukuan atau petunjuk kepada wajib pajak lainnya agar kewajiban perpajakan agar
pada tahun selanjutnya dapat dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku.
g.Pemeriksa wajib mengembalikan buku, catatan, dan dokumen pendukung lainnya yang
dipinjam dari wajib pajak paling lama 14 hari sejak selesainya pemeriksaan, sedangkan
untuk dokumen yang berupa elektronik wajib dikembalikan paling lama satu bulan sejak
berakhirnyapemeriksaan.
h.Pemeriksa dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak mengenai hasil
pemeriksaan.
i.Jangka waktu pemeriksaan 2 bulan dan dapat diperpanjang menjadi 8 bulan.
j.Setelah selesai melakukan pemeriksaan, pemeriksa membuat berita acara pemeriksaan.
Wajib pajak menandatangani berita acara tersebut, apabila wajib pajak menolak untuk
menandatangani berita acara tersebut, maka pemeriksa tetap membuat berita acara
pemeriksaan.

Pemeriksaan dalam pengujian kepatuhan Wajib Pajak diakhiri dengan pembuatan Laporan
Hasil Pemeriksaan (LHP) dan produk hukum yang dapat berupa:

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)


2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Sumber:
-http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2019-11/S66103-Kartika%20Annisa%20Pratiwi
-http://eprints.undip.ac.id/59351/3/BAB_III.pdf
-https://www.pajak.go.id/id/pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai